Dari kejauhan seorang perempuan yang berpenampilan rapih sambil membawa berkas ditangannya, berkas tersebut adalah berkas buat ngelamar kerja. Perempuan tersebut adalah Vanesha, dia sekarang sudah lulus di tempat kuliahnya dan hari ini ia akan ngelamar kerja di perusahaan yang ia inginkan.
Dia berjalan memasuki pintu perusahaan, ia melihat perusahaan tersebut sangat besar. Ia langsung memasuki pintu itu menuju resepsionis, ia bertanya ruangan HRD berada di lantai berapa. Setelah ia mengetahui ruangan HRD, ia langsung ke lantai empat ruang HRD berada. Tepat di pintu ruangan HRD, ia tidak lupa mengetuk pintu.
Tok.. tok
“Masuk.” ucap seorang perempuan yang berpenampilan kantor.
Vanesha langsung membuka pintu tersebut, dan langsung menghampiri meja HRD.
“Ada yang bisa saya bantu?” tanya HRD.
“Permisi mba, saya ingin mengajukan lamaran kerja dan ini berkas yang saya bawa.” kata Vanesha
Bagian HRD langsung melihat berkas untuk lamaran kerja, setelah ia melihat berkas tersebut secara detail. Akhirnya yang bikin menegangkan yaitu sesi tanya jawab atau psikotes pertanyaan yang diajukan.
Setelah melakukan psikotes pertanyaan ia langsung berpamitan kepada HRD.
“Sudah cukup tes psikotes hari ini, kamu tinggal menunggu selama seminggu untuk mengetahui apakah kamu layak di perusahaan kami atau tidak.” ucap Intan selaku bagian HRD.
“Baik mba, Terima kasih.” ucap Vanesha menjabarkan tangannya ke HRD.
Vanesha pun keluar dari ruangan HRD. “Akhirnya selesai juga, semoga saja aku diterima di perusahaan ini.” batin Vanesha.
Vanesha langsung menuju cafe, dan ia memesan minuman dan makanan kepada pelayan cafe. Lagi asiknya dengan santapan yang ada di hadapannya, dia tidak sengaja bertemu kakak seniornya pas dia kuliah dulu.
“Vanesha.” panggil kakak senior.
“Kak zu,” ujar Vanesha.
“Tidak disangka kita bisa ketemu lagi, gimana kabar kamu?” kata Zulfikar sambil menarik kursi.
“Aku baik. gimana kabar kakak, kakak bisa ada di sini!” ucap Vanesha.
“Iya, aku bekerja di perusahaan yang kamu lamar.” ucap Zulfikar.
“Sure.” ujar Vanesha terkejut.
“Yes. Tadi kakak tidak sengaja ketemu kamu, tapi kakak tidak yakin kalo itu kamu.” kata Zulfikar.
Zulfikar langsung memanggil pelayan cafe untuk memesan makanan. “Gimana, apa kamu sudah di terima bekerja di perusahaan yang kamu impikan?” tanya Zulfikar.
“Aku belum tahu, kata HRD aku harus menunggu keputusannya selama seminggu.” ujar Vanesha
“Iya sudah, kamu harus banyak-banyak berdoa semoga lolos di perusahaan yang kamu impikan." ucap Zulfikar.
Vanesha hanya mengangguk, mereka berdua bercanda gurau. Akhirnya vanesha memutuskan untuk pulang kerumahnya. Sampai di kos-kosan ia langsung menuju kamarnya yang berada di lantai atas. Ia membuka pintu kamarnya, saking buru-buru ia lupa membereskan kamarnya. Dan lihat kamarnya yang sudah kaya kapal pecah, sangat berantakan.
Tidak terasa sudah semakin larut akhirnya ia memutuskan untuk merapikan semuanya, dan berlanjut besok.
..._ _ _ _ _...
Di dalam ruangan kantor yang memiliki wangi khas ketenangan yang membuat semua orang ingin berlama-lama di dalam, Aric Art Sanjaya Artharama laki-laki tersebut sekarang sudah menjadi seorang CEO. Walaupun ia seorang CEO tapi tidak ada perempuan yang bisa mendekatinya. Sudah banyak karyawan perempuan yang ingin mendekatinya, tapi tidak ada satupun yang mampu bertahan dengan sifat seorang Aric.
Aric lebih suka menyendiri, dia seorang laki-laki yang angkuh, cuek, dingin, kadang dia memiliki sifat tegas, galak dan kejam. Sudah banyak perempuan yang ingin mendekati aric tapi tidak ada yang berhasil satupun. Makanya dia dijuluki Jomblo abadi, sebenarnya ia tidak ingin jomblo seumur hidup tapi inilah nasibnya, nasib yang harus ia jalani seumur hidup. Dia lebih suka mempermainkan wanita dari pada serius dengan wanita.
“Akhirnya tugas kantor gue selesai juga.” ucap Aric sambil meregangkan otot tangannya.
Belum sempat ia memejamkan mata, tiba-tiba pintu ruangan kerjanya ada mengetuk.
Tok.. tok..
“Masuk.” ucap Aric dari dalam.
Orang tersebut masuk, tanpa meminta izin dari pemilik perusahaan ia langsung duduk dengan santai. Seperti kantornya sendiri.
“Enak banget lo, datang-datang main nyelonong aja. Emang ini kantor bapak moyang lo.” ujar Aric kesal.
Laki-laki itu tersenyum, dia senang ngerjain sahabat akrabnya yang satu ini. “Santai dong bro. Kita udah lama kenal, masa lo sama gue kaya gitu. Gue sedih kalo lo ngomong kaya gitu, hati gue bagaikan diiris pisau.”
Aric yang mendengar ucapan sahabatnya pun jengah. Kenapa dia harus di pertemukan sama satu orang yang bikin dia muak. “Gak usah drama lo, di sini bukan ajang pentas drama. Jadi gak usah banyak drama, jijik gue ngeliatnya.”
David yang mendengar ucapan Aric tertawa terbahak-bahak.
“Sudah lo jangan kebanyakan ketawa, Lama-lama mulut lo gue lakban juga.” ucap Aric dengan asal.
“Santai dong, lu gak pernah berubah dari dulu sampai sekarang ucapan lo tetap sama. Pantesan aja gak ada yang tahan sama sikap lo.” ucap David.
“Berisik lo. Kalo lo gak ada keperluan lebih baik lo pulang sana, gak usah ke sini lagi.” ucap Aric.
“Oke, gue gak bakal ganggu lu. Gue kesini ada hal penting yang gue ingin bicarakan sama lo,” kata David.
“Kalo pembicaraan lo gak penting gak usah bicara, kalo penting silakan bicara. Gue gak mau pakai basa-basi. Karena lo sudah tahu kalo gue gak suka basa-basi.” ucap Aric sambil menyenderkan posisinya ke sofa yang berada di ruangannya.
Tanpa bas-basi David langsung membicarakan hal penting mengenai kasus pendanaan perusahaan gelap. Dari awal sampai akhir ia memberitahu semuanya tanpa ada yang di kurangi apalagi di lebih-lebihkan ceritanya.
Aric yang mengamati dan mendengar cerita dari David hanya bisa mengangguk, yang awalnya posisinya santai bersandar di sofa sekarang tidak. Malah ia dengan serius mendengarkan pembicaraan sahabatnya yang satu ini.
“Oke. Gue ngerti maksud lo, gue bakal tanganin ini semua. Lo harus bantu gue untuk ngurusin semuanya, jangan sampai orang mengetahui rencana kita.” ucap Aric.
“Baik. Kalo gitu gue pamit ke kantor, jangan lupa lo harus ngatur semuanya.” ucap David.
Aric hanya mengangguk, dia memikirkan sejenak kelanjutan rencana yang ia buat. Akhirnya ia memutuskan untuk menghubungi seseorang.
“pagi Pak, ada yang bisa saya bantu.” ucap seseorang di balik layar handphone.
“Nanti malam kamu temuin saya ditempat biasa, saya punya tugas untuk kamu. Saya harap kamu ke sana sendiri, saya tidak mau sampai orang tau tentang tempat yang kamu datangi bersama saya.” ucap Aric tegas.
“Baik Pak. Saya mengerti, saya akan segera ke sana.” kata Lucky. Lucky adalah orang kepercayaan Aric, jadi ia sudah tahu gimana sifat bosnya.
Aric memutuskan sambungan telepon dan pergi menuju tempat biasa yang ia janjikan bersama lucky.
Sudah hampir sepuluh hari ia menunggu panggilan kerja, tapi tidak ada satupun yang diterima. Sudah banyak ia menaruh berkas pekerjaan tapi belum ada yang menerima dirinya.
Vanesha yang sedang sarapan, Tiba-tiba saja handphonenya berbunyi. Ia langsung mengambil benda pipih tersebut di atas meja komputernya. Di sana ia melihat sebuah nomor telepon yang tidak kenal, ia langsung mengangkatnya.
“Halo selamat siang, apa benar ini dengan Vanesha anggraini putri.” ucap seseorang dari dalam telepon.
“Iya benar,” ucap Vanesha.
“Saya dari perusahaan X ingin memberitahu bahwa anda hari ini datang ke perusahaan,” ucap seseorang dari dalam telepon.
“Saya diterima kerja.” ucap Vanesha senang.
“Lebih baik anda langsung ke perusahaan biar lebih jelasnya,” ucap seseorang dari dalam telepon.
“Baik. Saya segera ke sana,” ucap Vanesha. Vanesha langsung menghabiskan sarapannya, dan bergegas ke perusahaan yang ia impikan.
Tiba saatnya di perusahaan ia langsung bertanya kepada resepsionis.
“Selamat pagi, ada yang bisa saya bantu,” ucap resepsionis yang bernama Putri A.
“Pagi mba. Saya diberitahu bahwa saya menerima telepon untuk datang ke perusahaan ini,” ucap Vanesha.
“Dengan mba Vanesha,” ucap Putri.
Vanesha pun mengangguk.
“Kalo begitu mba langsung aja ke ruangan HRD buat tanda tangan kontrak,” ucap Putri.
“Baik. Terima kasih,” ucap Vanesha.
Vanesha langsung menuju ke lantai atas, tepat di ruangan HRD ia tidak lupa mengetuk pintu ruangan tersebut, selesai tanda tangan kontrak vanesha keluar.
“Mau ngapain lagi iya, sarapan tadi gue udah. Nongkrong aja kali iya di cafe,” batin Vanesha.
Vanesha akhirnya menuju cafe terdekat, ternyata cafe tersebut banyak dijumpai banyak orang sampai-sampai tidak ada tempat duduk sama sekali. Ia celingak-celinguk mencari tempat duduk kosong tapi nihil tidak ada satupun yang tersedia, cuman satu tempat paling pojok yang ditempatkan oleh satu orang pria, dia tidak yakin untuk duduk di sana.
Akhirnya Vanesha memutuskan untuk memesan kopi dan cemilan dan langsung menuju bangku paling pojok, dia berjalan melewati orang-orang tepat dihadapan laki-laki itu ia pun meminta izin kepada laki-laki tersebut.
“Permisi mas, saya boleh duduk di sini,” ucap Vanesha hati-hati.
Laki-laki itu tidak memperdulikan vanesha malah laki-laki itu asik dengan aktivitasnya, vanesha yang melihat laki-laki itu hanya bisa menghela nafasnya.
Kenapa gue harus nemuin Cowok kaku kaya ini orang, mimpi apa gue nemuin Cowok kaya gini. batin Vanesha
laki-laki itu adalah Aric. Yang awalnya Aric sibuk dengan handphone yang ada ditangannya, ia melirik kearah samping kanannya ternyata seorang perempuan.
“Kenapa perempuan ini ada disini, bukannya duduk malah berdiri. Emang dia patung yang harus berdiri di samping gue,” batin Aric.
“Ngapain lo berdiri disini,” ucap Aric. Aric tidak peduli dengan ucapannya kepada perempuan ini.
Vanesha melihat laki-laki yang ada di sampingnya, kesal. Kata itulah yang ia rasakan saat ini, gimana gak kesal ketemu cowok modelnya kaya gini, gak punya perasaan.
“Lagi nungguin duit jatuh,” Gerutu Vanesha.
Aric bingung dengan ucapan wanita ini, mana ada duit jatuh dari langit yang ada kerja buat mendapatkan uang.
“Kalo nunggu duit jangan disini. Disini tempat makan bukan tempat minta-minta,” ucap Aric asal.
Vanesha yang dibuat kesal dengan cowok yang satu ini, ingin rasanya ia membuang cowok yang ada di hadapannya kehutan Amazone, biar dia tidak menemukan laki-laki seperti dia.
“Saya bukan pengemis, saya masih mampu cari uang. Saya disini untuk nyari tempat duduk, apakah anda boleh memberikan tempat duduk anda, soalnya sudah penuh bangku yang ada ditempat ini,” ucap Vanesha dengan sopan sambil menahan emosinya. Walaupun laki-laki ini sudah bikin dia kesal, tapi dia harus sabar dengan pria yang satu ini.
“Duduk tinggal duduk. Ngapain juga harus minta izin ke saya, saya bukan tukang tempat duduk yang harus minta izin,” ucap Aric.
Sabar Vanesha.. sabar. Batin Vanesha sambil mengusap dadanya pelan.
Akhirnya vanesha duduk dihadapan laki-laki itu, tapi aktivitasnya berbeda. Selesai sarapan aric langsung pergi meninggalkan vanesha, vanesha yang melihat laki-laki itu pergi akhirnya bernafas lega.
Untung tuh cowok pergi, coba kalo belum pergi gue acak-acak tuh muka yang sok ganteng. Batin Vanesha.
Selesai sarapan ia langsung pergi dari cafe itu dan menuju kerumahnya.
*******
Disisi lain seorang laki-laki yang memakai pakaian serba hitam dan tidak lupa topi yang ia tutupi wajahnya, ia memang sengaja menutupi wajahnya takut ia ketahuan orang. Beberapa jam ia menunggu begitu lama akhirnya orang yang membuat dia menunggu akhirnya datang juga.
Tanpa basa-basi ia langsung ke inti permasalahannya, “Saya ingin kamu melakukan pekerjaan yang saya suruh, besok pagi kamu harus menyamar jadi karyawan di perusahaan X yang melakukan penggelapan dana. Saya tidak mau rencana saya gagal apalagi kamu berbuat ceroboh, kamu tahu resikonya kalo kamu main-main dengan saya,” ucap Aric.
Lucky yang mendengar ucapan bosnya ngeri sampai-sampai bulu ditangan berdiri.
“Baik Pak. Saya akan berusaha semaksimal mungkin. Saya tidak akan mengecewakan bapak,” ucap Lucky. Lucky hanya bisa pasrah dengan ucapan bosnya yang satu ini, dia tidak mau macam-macam dengan atasannya.
“Kamu harus mendapatkan info dari perusahaan X, saya tidak mau tahu kamu harus berhasil gimanapun caranya,” ucap Aric tegas.
Emang kata seperti mengupas kulit kacang yang langsung terbuka. Menurut lo tugas kaya gini gampang, lo enak tinggal menerima hasil lah gue menerima resikonya. Gerutu Lucky dalam hati. Andai saja dia bisa berkata seperti itu, tapi ia tidak bisa yang ada nanti hidup dan matinya akan terancam.
“Baik Pak, saya akan berusaha semaksimal mungkin,” ucap Lucky.
“Bagus, kalo begitu saya pergi dulu. Ingat pesan saya baik-baik, kalo kamu sampai gagal dengan rencana ini saya akan menghancurkan kamu,” ucap Aric dengan nada dingin.
Lucky hanya bisa mengangguk, akhirnya Aric pergi dari hadapannya. Lucky akan memulai aksinya besok, dia tidak ingin mengecewakan bosnya, kalo sampai rencananya gagal habislah dia.
Aric langsung pergi menuju istananya, istana yang selalu menemaninya selama bertahun-tahun. Dia langsung menuju kamarnya untuk membersihkan badannya, selesai mandi ia turun dari kamar menuju ruang makan. Di sana ia sudah melihat asisten rumah tangga yang sudah menyiapkan sarapan untuknya.
Lagi asik dengan sarapan yang ada dihadapannya tiba-tiba saja ART yang satu lagi menghampirinya, “Maaf den bibi ganggu. didepan ada nyonya yang sedang menunggu aden di ruang tamu.” ucap ART sambil membungkuk badannya sedikit
“Bilang ke dia, saya tidak ingin diganggu. Saya juga tidak ingin menemukan siapa-siapa, kalo dia memaksa usir dia dari sini,” ucap Aric dengan tegas.
“Baik den,” ucap ART. ART itu pergi dari hadapan Aric menuju ruang tamu.
“Maaf nyonya, den Aric lagi sibuk. Jadi dia tidak bisa menemukan nyonya malam ini,” ucap ART.
“Berani-beraninya dia tidak ingin menemukan saya, emang dia siapa yang memerintahkan seperti itu kepada saya. Bilang ke atasan kamu besok saya akan datang lagi ke sini,” ucap Jasmin selaku istri dari ayahnya.
Jasmin dengan cepat pergi dari rumah yang menyebalkan ini, dengan kesal diperlakukan seperti itu ia langsung pergi dari hadapan ART dan petugas rumah lainnya.
Setelah kepergian jasmin Aric langsung menuju kantor pribadinya dan mengerjakan tugas kantor. Dia memang selalu memfokuskan urusan kantor yang nomor satu, karena inilah yang ia lakukan setiap hari, dia tidak mementingkan urusan perempuan bagi dia perempuan hanya pembuat masalah dan mencari gara-gara membuat dia pusing.
Pagi ini adalah pagi yang cerah seperti perasaannya, hari ini adalah hari pertama ia bekerja jadi ia sangat bersemangat. Ia melihat dirinya di pantulan cermin, dia memakai rok warna hitam sepaha dan kemeja warna putih dengan penampilan seperti ini dia sangat percaya diri, ia langsung saja berangkat sebelum berangkat ia tidak lupa mengunci pintu kamar kosnya.
Ia pergi ke perusahaan memakai motor yang selama ini selalu menemaninya bertahun-tahun, setelah sampai di perusahaan ia langsung memarkirkan motornya dan langsung masuk ke perusahaan tersebut, dia mencari keberadaan ruangannya tiba-tiba saja dari kejauhan seorang laki-laki menghampirinya.
“Dengan Vanesha,” ucap laki-laki itu.
“Iya benar. Ada apa iya?” tanya Vanesha.
“Saya di sini untuk mengantarkan kamu ke ruangan,” ucap laki-laki itu.
“Perkenalkan nama saya Jack, sepertinya kamu teman satu ruangan saya. Mari saya antar ke ruang kamu,” ucap Jack.
Vanesha mengangguk dan mengikuti Jack, di sana ia melihat ruang kerjanya. "Ini ruang kerja kamu. Kalau ada apa-apa kamu bisa datang ke ruangan saya, di sana ruangan saya. Kalo begitu saya permisi dulu,” ucap Jack.
“Iya, terima kasih,” ucap Vanesha.
Vanesha duduk di bangku meja kantornya, setelah ia merapihkan barang-barang, ia langsung melaksanakan tugas. Saking fokusnya ia tidak melihat jam yang sudah menunjukan waktu istirahat, di samping mejanya seorang perempuan melihat Vanesha yang sangat fokus dengan berkas yang ada ditangan.
“Kamu baru ia di sini,” ucap salah satu karyawan perempuan.
Vanesha melihat kearah samping ternyata seorang perempuan yang berpenampilan seperti dirinya. “Iya, saya baru di sini. Perkenalkan nama saya Vanesha, kalo kamu?" tanya Vanesha.
“Aku aulia, salam kenal. Semoga kita menjadi teman baik,” ucap Aulia tersenyum ramah.
Vanesha tersenyum ia langsung melanjutkan kegiatannya. “Kamu tidak istirahat,” kata Aulia.
“Lebih baik kamu berhenti dulu pekerjaannya, dari pada kamu nanti pingsan tidak makan." sambung Aulia.
“Iya, nanti dulu. Aku selesaikan berkas ini dulu, baru aku istirahat." ucap Vanesha.
Selesai berkas yang ia kerjakan selesai Vanesha dan Aulia bergegas ke kantin, ia memesan makanan seperti biasa dan melahapnya. Banyak cewek-cewek yang berpenampilan seperti dirinya tapi ada yang berbeda dengan penampilan mereka.
“Lia, di sini perempuannya make-up seperti itu?" tanya Vanesha bisik-bisik.
“Iya, malah ini baru permulaan. Nanti kalo atasan kita sudah datang pasti semuanya pada sibuk ke toilet,” ucap Aulia.
“Buat apa ke toilet!” ucap Vanesha penasaran.
“Buat meratakan bedak yang ada di wajah mereka, yang aku tahu bos kita masih muda terus ganteng lagi. Mungkin kalo kamu lihat bos kamu, aku yakin pasti kamu tertarik sama dia. Aku aja sempat tertarik tapi aku sadar aku bukan siapa-siapa, malah aku bersyukur bisa kerja di kantor ini,” kata Aulia panjang lebar.
Vanesha hanya mengangguk. "Ternyata seperti itu, gue penasaran seberapa gantengnya sih bos gue itu." batin Vanesha.
Akhirnya mereka selesai juga sarapan dan kembali keruangan masing-masing, tapi ia melihat beberapa banyak berkas di mejanya, dengan cepat ia menyelesaikan berkas-berkas tersebut.
“Lia, ruangan bos dimana?” tanya Vanesha.
Aulia yang sedang sibuk dengan komputernya langsung menengok kearah samping. "Ruangan bos ada dilantai lima. Kamu ke sana mau ngapain?” tanya Aulia.
“Aku mau minta tanda tangan, sama memberikan berkas ini ke sekretaris pak bos.” ucap Vanesha.
“Ya sudah. Kamu hati-hati iya di sana,” ucapan Aulia seperti peringatan untuknya.
Vanesha tidak mengerti maksud Aulia apa, memang di ruangan bosnya ada apa? Kenapa dia harus berhati-hati? Pertanyaan itulah yang melintas dalam benaknya. Akhirnya sampai juga di depan ruangan bosnya, sebelum masuk ia tidak lupa mengetuk pintu tersebut.
Tok.. tok...
Ketukan pintu yang ia arahkan ke pintu tapi tidak ada jawaban dari dalam ruangan, ia mencari orang dan mencari sekretaris bosnya tapi tidak ada. Tanpa berpikir ia langsung membuka pintu itu, ternyata ruangan tersebut kosong.
"Apa gue tunggu aja kali iya di sini atau gue taruh aja berkasnya. Kalo gue taruh nanti gue diomelin lagi gak sempat minta tanda tangannya." Batin vanesha
Ia berinisiatif untuk menunggu di sofa, beberapa menit kemudian pintu tersebut terbuka. Menampakan seorang pria berjas biru dongker dengan gagahnya masuk ke ruangan.
ekhemm.. ekhemm..
Ia melihat kearah sumber suara tersebut, ternyata bosnya datang. Ia langsung memberikan berkas tersebut.
“Permisi pak, saya ingin memberikan berkas dan bapak harus menandatangani berkas ini,” ucap Vanesha. Vanesha menaruh berkas itu di atas meja bosnya.
Aric mengambil pulpen dengan teliti iya membaca berkas-berkas yang sempat karyawan bawa, Vanesha mengamati wajah bosnya.
"Kayanya gue pernah lihat nih cowok tapi di mana?" batin Vanesha.
Setelah selesai dengan berkasnya ia melihat kearah perempuan yang ada di hadapannya. “Kalo mau bengong jangan di sini. di sini tempat nyari kerja bukan merenung nasib,” ucap Aric asal.
Vanesha sadar dari lamunannya. “Maaf Pak saya tidak bermaksud, kalo begitu saya permisi,” ucap Vanesha.
Vanesha keluar dari ruangan bosnya dan menuju ketempat semula, ia melihat kearah samping kanan ternyata ruangannya sudah sepi dia langsung merapikan barang-barang dan menuju tempat parkir.
Dari kejauhan Vanesha melihat bosnya dengan wanita lain, dia berpikir mungkin itu kekasihnya. Tapi Vanesha tidak tahu kalo bosnya ini suka gonta-ganti pasangan, memang ia suka sekali melakukan itu, malah bikin dia senang.
Tanpa memperdulikan atasannya ia langsung menancap gas motornya dengan kecepatan rata-rata dan menuju ke tempat kosan.
******
Di ruangan seorang laki-laki masih dengan memakai pakaian elegan dengan gaya yang berkharisma, laki-laki itu adalah Aric. Aric yang masih asik dengan komputer akhirnya ia mengakhiri pekerjaan kantor. Tiba-tiba saja seorang perempuan memasuki ruangan, siapa lagi kalo bukan cewek simpanannya.
“Hai sayang, kamu masih sibuk. Aku sudah capek dari tadi nungguin kamu,” ucap perempuan itu dan memeluk leher Aric dari belakang.
Aric yang diperlakukan seperti itu sudah biasa, malah ia menganggap biasa saja. “Bisa gak lepasin tangannya,” ucap Aric tegas.
Perempuan itu melepaskan pelukannya dan bersandar ditepi meja kerja, akhirnya ia selesai juga dengan pekerjaannya dan bergegas untuk pulang. Perempuan yang di sampingnya langsung memeluk lengan Aric dengan manja, dia tidak pulang ke istana malah ia pulang ke sebuah tempat penghuni cewek-cewek nakal. Dia menikmati tempat itu dan mempermainkan cewek-cewek nakal yang ada di sana. Ia melihat jam yang ada di pergelangan tangan ternyata sudah pukul 02 malam dan bergegas untuk pulang.
Belum sempat ia berdiri seseorang menahan dirinya. “Bro, lu mau kemana?” ucap salah satu teman tongkrongannya.
“Gue mau balik,” ucap Aric.
“Gak perlu buru-buru pulang, lagian masih jam berapa,” timpal Zidan.
“Gue mau balik, minumannya nanti gue bayar." ucap Aric tegas.
Cowok-cowok yang ada di sana langsung berbinar dan aric pergi dari tempat terlarang, di dalam mobil ia mengecek handphone ternyata ada sebuah pesan dari asisten pribadinya. Ia bergegas ke tempat yang sudah di kasih tahu lokasinya, sampai di sana ia memarkirkan mobil dan turun dari mobil menuju tempat tersebut. Di sana ia sudah melihat Lucky sedang menunggunya.
“Gimana hasilnya?” tanya Aric secara tiba-tiba membuat Lucky menatap Aric.
“Beres bos, ini bukti yang saya dapat dan masih ada keganjalan di sebuah tempat tersembunyi. Tapi tempat itu dijaga ketat saya hampir saja ketahuan masuk kedalam tempat itu, tapi saya tidak dapat menyelidiki tempat itu bos,” jelas Lucky.
Aric mengambil bukti yang ada ditangan Lucky. “Masalah tempat itu saya akan mengurusnya, kamu harus mencari bukti lagi. Saya tidak mau kamu ketahuan apalagi sampai terbukti kalo kamu orang suruhan saya.” ucap Aric panjang lebar.
“Baik bos. Saya mengerti,” jawab Lucky.
Aric pun pergi, Lucky yang melihat bosnya pergi hanya menghela nafasnya.
"Dari dulu sampai sekarang bos gak berubah, kalo kaya gini gimana ada perempuan yang suka sama dia." batin Lucky.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!