NovelToon NovelToon

BUKAN SALAHKU MENCINTAIMU

New York

Di pagi yang cerah, matahari mulai menampakkan wajahnya, siska sedang menyiapkan sarapan bersama dengan dua asisten rumah tangganya.

Siska mattew, adalah seorang wanita berumur 45 tahun yang hidup di New york bersama suaminya joseph mattew dan dua anak lelakinya.

Sejak menikah, memang siska ikut suaminya yang merupakan orang asli New york. Siska hidup sangat bahagia bersama dua anak lelakinya, yang bernama Ronald Matthew, berumur 28 tahun dan thomas mattew, berumur 17 tahun.

"Pagi honey.." Josep turun dari lantai atas dan mencium kening siska.

"Pagi sayang, sini.." Siska menarik tangan suaminya dan membenarkan dasi yang memang kurang rapi.

"Sudah berapa umurmu sayang? kenapa pakai dasi aja tidak pernah bener, hah..." ejek siska ke suaminya.

Joseph hanya mencibirkan mulutnya, karena sudah biasa baginya mendengar ocehan sang istri tiap pagi.

"Mana anak-anak? sudah jam berapa ini, apa mereka masih tidur?.." Tanya joseph pada istrinya sambil melirik jam tangannya.

Siska tidak menjawab, dia hanya menggelengkan kepalanya sambil mengusap dasi suaminya, sebagai tanda kalau sudah rapi.

Memang siska adalah wanita paruh baya masa kini, di umurnya yang ke 45 tahun, dia masih terlihat cantik dan menawan.

Maka dari itu, dia tidak pernah membiarkan suaminya keluar rumah dengan penampilan asal-asalan.

"Bik, tolong panggilkan anak-anak suruh mereka turun.." perintah siska pada salah satu pembatunya.

"Baik Nyonya..." Pembantunya pun berlalu meninggalkan ruang makan menuju lantai dua, di mana kamar Ronald dan Thomas berada.

Beberapa saat kemudian, Thomas turun dengan ponsel bertengger di kupingnya.

"Morning, mom , dad.." Thomas mencium pipi momy dan dadynya masih dengan ponselnya.

"Thomas!!.." Joseph memberi isyarat pada anaknya untuk mematikan ponselnya.

"Okey, nanti kita bahas lagi byee.." Thomas menutup ponselnya.

"Thomas, apa kamu masih niat sekolah, liat dirimu, sudah kelas 3 SMA, tapi dady perhatikan kamu tidak fokus sekolah. Fokusmu hanya bermain dan pacaran saja, mau jadi apa kamu hah..."

Thomas tidak merespon ucapan dadynya, dia fokus mengunyah roti dan selai dengan nikmatnya.

Terdengar langkah kaki mendekat ke ruang makan, seorang gadis cantik memakai tank top crop berwarna putih dan hot pant yang berukuran hanya sejengkal tangan orang dewasa, menampilkan senyum menawanya.

Membuat Thomas mengangnga seperti mau meneteskan air liurnya.

"Pagiii, tante, om.." Suara nyaring gadis itu membuyarkan obrolan pagi joseph dan keluarganya.

"Pagi baby... " Jawab siska.

Gadis itu adalah Kimy Moereman, yang sejak dua minggu ini memang berada di New york, di rumah tantenya siska.

Kimy sedang menjalani shooting sebuah iklan yang lokasinya kebetulan di New York.

Siska adalah adik dari maminya kimy, yaitu Sarah Moereman. Siska dan sarah adalah dua bersaudara dari kakek kimy yang sangat kaya raya, mereka tumbuh sangat baik.

Berbeda dengan siska yang hanya jadi ibu rumah tangga dan menikmati kekayaan suaminya, Sarah justru menjelma menjadi seorang artis senior papan atas.

Sejak muda, Sarah memang sangat aktif, pergaulannya juga luas, sama seperti Kimy putrinya.

Di usianya yang kini menginjak 47 tahun, Sarah tetap menjadi artis senior yang aktingnya sudah tidak di ragukan lagi.

Sarah sangat terkenal, selain cantik menawan, dia juga di dukung nama besar suaminya yaitu Daniel Moereman.

Siapa yang tidak mengenal Daniel, seorang pengusaha terkenal di indonesia. Sarah dan daniel adalah perpaduan yang pas.

Mereka berdua pasangan yang sangat serasi. Sangat tampan dan cantik. Begitulah bayangan orang tua Kimy. Bagaimana Kimy tidak sangat cantik kalau orang tua nya saja begitu menarik.

"Baby, gimana kerjaanmu, apa udah selesai? Tanya Siska pada ponakan cantiknya.

Kimy menggelengkan kepalanya " gak tau tan, mungkin sekitar dua hari lagi selesai.." jawabnya sambil mengoleskan selai pada rotinya.

"Bisa gak sih kak, lu kalau pakai baju kurang bahan jangan berkeliaran di rumah.." Sela Thomas.

" Thomas !! Jaga bicaramu.." Tegur Robert.

"Morning.." Sapa Ronald tiba-tiba sambil menggeser kursi lalu mengambil roti dan selai.

"Tuh coba tanya sama kak Ronald, dia suka gak liat kak kimy pakai baju kurang bahan gitu.." Lanjut Thomas.

Kimy melototkan matanya ke arah Thomas, karena masih meneruskan pembahasan baju kurang bahanya itu.

"Dad and Mom masa gak pernah muda sih, gimana gejolak darah muda kalau lihat cewek model kak kimy gini.." Thomas protes.

"Aku sih udah biasa lihat model begini, aku cuma kasian sama perjaka tua di rumah ini, dia pasti tidak bisa tidur nyenyak.." Kata Thomas sambil cengar-cengir mengunyah rotinya.

Ke empat orang itu saling melempar pandangan tidak mengerti, lalu pandangan mereka berhenti pada sosok Ronald yang sedang mengunyah roti, pura-pura tidak tahu.

"Apa.." Ronald melototkan matanya pada semua orang yang berada di ruang makan itu.

"Sial.." Ronald melempar potongan roti ke arah adiknya Thomas. Di balas dengan cibiran Thomas. Seketika meja makan itu ramai karena ulah kedua anak Siska itu.

" Lagian lu kak, jomblo kelamaan, masa belum move on sih sama mantan lu itu, udah tiga kali lebaran kak.." Sindir Kimy.

Ronald mengunyah rotinya cuek, tidak peduli dengan ucapan kimy. Kimy sebal dengan ronald karena merasa omonganya tak di anggap.

"Kak ronald ihh, mesti lu tu. Gue sumpahin jomblo seumur hidup, mampus lu.."

" Sudah-sudah kalian ini tiap pagi mesti ribut mulu kerjaanya.." Kata siska sambil membereskan piringnya yang sudah kosong.

"Jadi lu pulang kapan kim? Tanya Ronald.

"Secepatnya.." Jawab Kimy singkat.

"Yah padahal gue mau kenalin sohib gue ke lu, malah lu buru-buru balik.."

"Sohib lu ? Siapa? Gue kira lu gak punya temen.."

Jawab Kimy sambil tertawa nyengir.

"Lu kira kak Ronald hidup di hutan.." Balas Thomas terkekeh.

Kimy tertawa melihat Thomas terus-terusan mengerjai kakaknya itu.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Jangan lupa like ya Readers❤

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

I love you

Di sebuah cafe yang ramai pengunjung di kota New york, Kimy dan seorang wanita sedang nongkrong sambil tertawa lepas.

"Ponsel lu mana?.." Seorang wanita bernama lexa menodong kimy dengan pertanyaanya.

Kimy mengangkat ponselnya dan menggoyangkanya ke arah lexa. Lexa menggelengkan kepalanya, tanda tak mengerti jalan fikiran bosnya ini.

Lexa adalah manager Kimy, wanita yang sudah berumur 40 tahun ini, biasa di panggil kakak oleh kimy. Hubungan keduanya sangat dekat. Semua rahasia Kimy sudah ada di genggaman Lexa, jadi tidak ada alasan bagi Kimy untuk bisa membohongi manager kesayanganya itu.

"Gilang terus menerorku, jangan gila lu.." Lexa mengomel tanpa henti dihadapan kimy.

"Ssstttt... berisikk deh kak.." Kimy menempelkan telunjuk tangan di mulutnya.

"Gue udah kabarin dia tadi, masa tiap menit gue harus laporan ke dia?.." Kimy memanyunkan bibirnya.

"Ya resiko lu, udah tau cowok lu posesif. Sekarang gimana ini, gue harus jawab apa? gue udah gak mau bohong lagi ya kim, udah cukup main-mainya.." Protes Lexa sambil menyodorkan ponselnya ke arah Kimy.

DDRRTTTTTTT

Ponsel Lexa berdering lagi. Lexa berdiri dan meninggalkan ponselnya di meja depan Kimy.

"Hey kak mau kemana, angkat dulu.." Teriak kimy, namun di abaikan Lexa.

"Ahh siall, Lexaaaa liat aja lu ya.." Umpat kimy kasar. Kimy melihat layar ponsel Lexa, dilihatnya ponsel itu nanar. Kemudian di ambilnya ponsel itu, sebelum mengangkat ponsel, dia menyambar jaket jeans yang ada di kursi yang Lexa duduki tadi, entah jaket siapa batin Kimy.

Kimy memakai jaket itu dan merapikan rambutnya sebentar, lalu di angkatnya ponsel itu.

"Hal..."

"Lex, dimana Kimy? kenapa ponselnya tidak di angkat, lu lagi sama kimy kan?..."

Belum sempat Kimy berbicara sudah di berondong pertanyaan oleh lelaki di seberang sana.

"Hallo.. Lex, Lexa, Lu denger gue gak sih?..."

Suara Gilang sangat kencang, membuat Kimy menjauhkan ponsel itu dari telinganya. Sejenak Kimy menghembuskan nafasnya kasar, lalu menempelkanya lagi ponsel itu ketelinganya.

"Sayaaaang..." Jawab Kimy manja.

"Kimy, ini kamu, astaga yaaank.. Kamu kemana aja sih? kenapa aku telpon, sms gak di jawab?..." Tanyanya kesal.

"Maaaaf, ponselku ketinggalan di kamar.." Jawabnya masih dengan suara manja.

"Ya udah aku ganti video call.." Bener kan, pasti pacarnya yang posesif ini akan video call, untung ada penyelamat jaket Lexa batin Kimy.

Karena kalau sampai Gilang melihat dia pakai baju tank top crop yang memperlihatkan perut ratanya dan tubuh bagian atasnya, bisa marah tujuh hari tujuh malam.

Layar ponsel itu berubah menjadi gambar seorang lelaki tampan, yang terlihat sedang berada di dalam mobil, dengan senyum menawanya.

Pesona lelaki itu yang selalu membuat Kimy klepek-klepek tak berdaya, dia adalah Gilang Dwi Hanggono. Lelaki yang setahun terakhir ini menemani hari-hari indah Kimy.

Mereka menjalin hubungan sejak di satukan dalam proyek pembuatan iklan sebuah layanan provider setahun lalu. Gilang yang sudah menggilai Kimy, sejak pertama melihatnya membintangi sebuah iklan, terus membuatnya penasaran, namun setelah sekian lama menjadi penggemar rahasianya, akhirnya setahun lalu dia ada kesempatan mendekati gadis cantik itu.

Kimy jelas menyambut perasaan tristan dengan gembira, karena pada dasarnya, Kimy menyukai laki-laki tampan, populer dan tajir, sedangkan gilang masuk dalam kriterianya.

Namun setelah mereka jadian, sikap posesif tristan sangat berlebihan. Kemanapun Kimy pergi selalu di antarnya, kalau dia sibuk tidak bisa mengantar, dia akan menghubunginya setiap menit.

Bahkan untuk gaya berpakaian Kimy pun. Gilang selalu protes kalau Kimy pakai baju terbuka, Padahal style Kimy memang pakaian sexy dan mini, apalagi dia seorang model.

Walaupun kadang menyebalkan bagi Kimy, namum dia sangat mencintai laki-laki itu.

"Kamu di mana yank?.." Tanya Kimy yang melihat kekasihnya kelihatan rapi dan ganteng itu.

"Aku ada undangan talk show.." Jawabnya.

"Kamu lagi dimana itu? mana Lexa, kamu kok sendirian yank?..." Tanya Gilang balik.

"Lexa di toilet.." jawab kimy bohong.

"Yank kamu jangan aneh-aneh ya di sana, kamu tau kan, aku kenal semua kru yang garap iklanmu.." Gilang menggertak.

"Aneh apanya, kamu yang aneh-aneh. Semalem kamu kemana? Kamu gak hubungi aku, tapi aku lihat story IG temenmu, kalian lagi clubing kan?.." jawab kimy kesal. Karena memang semalam Kimy tidak sengaja melihat story salah satu teman gilang, dan gilang terlihat asyik berjoget sambil membawa gelas wine di tanganya.

"Hehe.. Maaf sayaaang, semalem itu kita-kita di ajak rizal merayakan hari jadinya sama cewek baru.." Jawab gilang sambil senyum-senyum.

"Enak banget kalau gak ada aku, kamu bisa pergi-pergi bebas ke club, sedangkan aku pasti gak boleh pergi sendirian.." Kimy memonyongkan bibirnya, ngambek.

"Kamu kan tahu, aku gak mungkin aneh-aneh yank, aku cuma mencintai kamu, sama sekali aku gak tertarik sama cewek lain.." Gilang menatap lembut wajah gadis yang di cintainya itu.

"Trus menurutmu, aku kalau pergi sendiri bakal aneh-aneh gitu.."

"Ya enggak sayaang, cuma mata cowok-cowok sialan itu yang aneh-aneh sama kamu, aku gak mau wanitaku digoda laki-laki lain.."

"Alibimuu. " ucap Kimy singkat.

"Udah deh, jangan ngambek, nanti cantiknya hilang loh. Dua hari lagi kita ketemu kan?.." Bujuk gilang.

"Dari mana tahu, kalau dua hari lagi aku pulang?.."

"Aku kan udah bilang yank, mata-mataku ada di mana-mana heheeh.." Gilang tergelak.

"Ya udah aku take lagi yank, awas ya kalau kamu clubing lagi gak bilang-bilang.." ancam kimy.

"Iya, sayangkuuu. Ya udah nanti aku telpon lagi ya, da..da.. sayang I LOVE YOU.."

"Muuuaachhhh... Muuuaaacchhh...Muuaaachhhhb..."

Gilang menciumi ponselnya yang terdapat video Kimy di dalamnya, Kimy terkekeh melihat tingkah lucu kekasihnya itu.

"I love you too.." Jawabnya, lalu menutup telponnya.

*********

Di kota yang sama New York, seorang lelaki tampan dengan perawakan tegas dan dingin berjalan menyusuri loby sebuah perusahaan.

Semua mata memandang kagum pada lelaki yang tampan dan penuh kharisma itu.

TING

Lift khusus VIP terbuka, lelaki itu masuk bersama dengan asistenya bernama Dony dan beberapa bodyguard tentunya.

Lift terbuka lagi ketika sudah berada di lantai 20 gedung itu, seorang lelaki berdiri di sana, sudah menunggu lelaki tampan itu.

"Mari pak Tristan, sebelah sini.." Lelaki itu membungkukan badanya, lalu membawa pria tampan itu berjalan ke lorong dan masuk ke sebuah ruangan.

CEKLEK

Pintu terbuka, Ronald berdiri menyambut lelaki itu, dengan senyum lebarnya.

"long time no see, tan.." Ronald dan lelaki tampan itu berpelukan, mereka saling menepuk punggung.

"Bagaimana kabarmu Nal?.. Tanya lelaki tampan itu, yang tidak lain, adalah Tristan. Ronald dan Tristan adalah teman sewaktu kuliah di Inggris, mereka bersahabat dekat. Tetapi sejak mereka lulus dan pulang ke negaranya masing-masing, mereka hanya komunikasi via email ataupun telegram.

Seperti saat ini, kebetulan kantor Tristan membuka cabang di New York city, dan dia datang untuk meresmikanya, dan saat inilah ke dua sahabat selisih umur satu tahun itu saling bertemu untuk reuni.

"Tentu gue baik tan.." Mereka berjalan duduk di sofa, sedangkan dony hanya berdiri di samping Tristan.

"Udah berapa lama kita gak ketemu?..." Tanya Ronald lagi.

"Sudah jangan tanyakan itu, aku sudah lupa kapan terakhir kita ketemu.." Jawab tristan santai.

"Kau masih sama Tan?.." Ucap Ronald menyelidik sikap Tristan.

Memang bagi Ronald sikap Tristan terkesan kaku, dingin, cuek, serius, tidak bisa bercanda leluasa. Ronald sadari itu dari dulu, makanya dia merasa sikap Tristan masih sama seperti itu.

Bahkan untuk berbicara pun, Ronald masih menggunakan bahasa formal, karena sejak dulu Tristan memang seperti itu.

"Kalau Kau sudah beda, sekarang kau terlihat tua.." Canda Tristan pada Ronald, mereka berdua tergelak lebar, mengingat kenangan kebersamaan mereka.

"Bisa bercanda juga kau?... seru Ronald.

"Tan, kau balik ke Indonesia kapan? Ayolah makan malam dulu di rumahku, mumpung kau di sini.."

bujuk Ronald.

"Besok aku pulang, its oke aku akan datang ke rumahmu nanti malam, tapi kau harus menyiapkan yang spesial untukku.."

"Hahaha.. Kau masih suka jajan sekarang?.." Ronald tergelak hebat.

"ahhh kau, Apa kau sudah berbelok, pindah haluan.." Tanya Tristan balik.

"Kapan kau akan tobat tan, menikahlah itu satu-satu nya jalan keluar tan.." mereka tertawa bersama lagi.

"Kenapa tidak kau dulu yang menikah sialan.." Tristan terlihat meninju pelan lengan Ronald.

Beberapa saat mereka menghabiskan waktu bersama hingga sore hari, karena waktu sudah malam, Ronald membawa serta Tristan ke rumahnya, tentu sebelumnya dia sudah menghubungi momynya untuk menyiapkan makanan spesial buat sahabatnya itu.

Ronald dan Tristan sudah sampai di rumah mewah keluarga Mattew, mereka bertiga masuk ke dalam rumah mewah itu, Tentu saja Dony ikut masuk bosnya, karena Dony adalah asisten sekaligus tangan kanan Tristan, dimana ada Tristan di situ pasti ada Dony sang asisten.

"Ayo masuklah.." Ajak Ronald.

Seorang pembantu menghampiri mereka bertiga.

"Tuan silahkan langsung ke dalam, Tuan dan Nyonya sudah menunggu.." Mereka bertiga masuk ke ruang keluarga.

"Haay.." Robert bangkit dari kursi santainya menghampiri Tristan, di balas senyum ramah tapi dingin oleh lelaki tampan itu. Mereka saling berjabat tangan.

"Apa kabar pak?.." tanya Tristan.

"Om, hanya om.." Kata Robet sambil menggoyangkan jari telunjuk kanan kiri, sebagai tanda penolakan.

"Oh baiklah, om.." Jawab Tristan.

Begitu juga dengan Siska yang dari tadi sibuk menata makanan di meja makan, dia ikut bergabung bersama mereka.

"Wow hallo, akhirnya tante bisa bertemu denganmu nak Tristan.." Siska menjabat tangan Tristan di sertai senyum yang hangat.

"Nak? Oh yang benar saja mom, dia itu seorang CEO yang di segani di.."

"Its Oke.. saya senang dengan panggilan itu.." Jawab Tristan memutus omongan Ronald.

Siska mengedikkan bahunya pada Ronald tanda kemenangan, dia menggandeng lengan Tristan dan membawanya ke meja makan.

Robert dan Ronald menggelengkan kepalanya pada Dony, melihat istri dan momy tercintanya bersikap seperti itu, di balas senyuman oleh Dony.

"Ayo duduklah.." Siska menarik kursi dan mempersilahkan Tristan duduk.

"Wow.. masakan Indonesia.." Tristan tersenyum bahagia menatap Siska sekilas, di balas anggukan oleh Siska.

"Tante sendiri yang masak, nak Tristan.." Katanya bangga.

"Momyku ini hebat dalam hal masak-memasak tan, jadi saat kau berkunjung ke New York, kau wajib mampir, makan masakan Momyku.." Kata Ronald sambil merangkul momynya. Siska balas anggukan.

"Ayo duduk, silahkan, silahkan.." Robert mempersilahkan Dony yang dari tadi berdiam diri untuk duduk.

Mereka menikmati hidangan yang di sajikan oleh Siska dengan hangat, sambil sesekali bercanda gurau.

***************😍😍😍😍😍😍********************

Jangan lupa tinggalkan jejakmu readers dikolom komen biar author semangat up nya.

Kalian team mana nih kira-kira:

1) Team kisah cinta Kimy Gilang, atau

2) Team Tristan , Kimy

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Kenangan pahit 1

Ini sangat menyenangkan, terima kasih.." Ucap Tristan tulus, saat dia menyudahi makannya dan meminum orange juice, lalu mengelap mulutnya dengan tisu.

"Kalian keluarga yang hangat dan bahagia, Jujur ini membuatku sangat iri padamu nal.." Kata Tristan dengan kata-kata yang syarat akan makna.

Dony terhenyak menatap bosnya, saat mendengar Tristan mengatakan itu. Pasalnya Tristan adalah orang yang sangat tertutup, tidak mudah memancingnya membicarakan masalah keluarga.

"Bagaimana dengan keluargamu?.." Siska meloloskan pertanyaan sakral dalam hidup Tristan. Siska menatap lekat Tristan dengan mata teduh dan lembut, mata teduh itu tidak luput dari pandangan Tristan. Terasa menghangatkan jiwa Tristan.

Sontak saja mendengar itu, Robert, Ronald dan Dony menatap Siska terkejut. Mereka lalu saling melempar pandangan bingung.

"Maaf bos sudah malam, apa tidak sebaiknya kita kembali.." Dony ambil sikap, karena bos nya merasa tersudutkan.

"Saya tidak punya keluarga.." Jawab Tristan santai, mengabaikan omongan Dony.

"Eekhmmm, Mom kenapa Thomas belum kembali?.." Ronald mencoba mengalihkan momy nya, segera di pahami oleh tristan, namun di abaikan oleh Siska.

Tristan tersenyum penuh makna.

"Melihat anda mengingatkan saya pada seseorang.." Tristan menggantung ucapnya, Siska masih menatap lekat Tristan. Siska mulai menyadari kalau lelaki yang di tatapnya saat ini mempunyai luka yang tersembunyi, mata hatinya mengatakan kalau Tristan begitu kesepian, Siska merasakan trenyuh di ulu hatinya.

"Ekhmm, Tante yakin kau akan menemukan kebahagiaanmu nak.." Tristan menatap lekat mata Siska, melihat lagi mata itu mengingatkanya pada seorang wanita yang sangat dia sayangi.

Tristan menatap lekat mata wanita paruh baya itu. Ya, jelas dia merindukan sosok wanita yang di sebutnya sebagai mama. Seandainya saja mamanya masih ada, pasti sekarang seumuran dengan Siska.

****************

Flash back 19 Tahun lalu

Rumah megah bak istana itu tiba-tiba berubah. Tidak seperti biasa, saat biasanya anggota keluarga itu berkumpul menikmati makan malam dengan hangat. Tidak dengan malam itu, karena malam itu, rumah itu begitu mencekam.

" Praaang...Praaang..." Terdengar suara benda terjatuh dan pecah. Gucci dengan harga puluhan juta itu hancur berserakan di ruang keluarga.

Seorang anak kecil berumur 10 tahun datang menghampiri ibunya sambil menangis.

"Mama.. mama... Mama tidak apa-apa..." Tanya anak lelaki itu, anak itu begitu ketakutan. Seumur hidup baru kali itu dia melihat darah begitu banyak dilantai.

"Den Dafa ayo ikut bibi..." Seorang pelayan tampak menarik paksa anak kecil itu.

Tetapi anak itu memberontak, dia tidak mau meninggalkan mamanya yang sekarat saat itu.

Terdengar suara lelaki dengan nada memerintah datang.

"Panggil ambulance, bawa wanita itu ke rumah sakit, aku tidak mau dia mati di rumah ini."

"Bagaimana dengan den Daffa tuan?.."

" Biarkan saja dia, kurung dia di kamar. Aku harus memastikan dulu dia anak kandungku atau bukan.."

Lelaki itu berlalu keluar rumah sambil menelpon seseorang.

"Sudah beres sayang, wanita itu akan segera keluar dari rumah ini.." Daffa sayup-sayup mendengar suara lelaki itu sedang menelpon seseorang yang dia sendiri tidak tahu siapa.

"Ssstttttt!!"

"Den Daffa, ayo masuk dan tutup pintunya. Nanti papa den Daffa tau kalau aden menguping..." Ucap berbisik wanita tua itu.

" Tunggu bi Inah, Daffa mau mendengar papa bicara dengan siapa?...

Bi Inah menggelengkan kepalanya dan segera menutup pintu kamar itu.

Bi Inah begitu terenyuh melihat Daffa yang saat itu begitu menyedihkan. Bi Inah yang merawat Daffa dari bayi, memandikan, menggendong. Jelas Bi Inah mempunyai ikatan tersendiri dengan anak majikanya itu.

" Sabaar ya den, masih ada bibi yang akan merawat aden..." Air mata bi Inah mengalir membasahi pipinya.

Bi Inah ingat, betapa baik hatinya Rahma, mama Daffa kepada semua penghuni rumah itu, tidak peduli mereka di situ cuma seorang pembantu.

Rahma yang sering di perlakukan tidak adil oleh suaminya. Sebagai istri seorang pengusaha terkenal penampilan Rahma cenderung sederhana, dia tidak suka berfoya-foya dengan uang suaminya.

Justru Lelaki itu lah yang menurut Inah tidak layak di sebut suami yang baik. Lelaki itu sering pulang sempoyongan dalam keadaan mabuk. Sering marah- marah tak jelas pada Rahma yang merupakan istri yang sabar dan penurut.

Inah juga sering memergoki Lelaki itu menelepon seorang wanita di taman belakang. Bahkan Inah sering mendengar desahan-desahan aneh saat mereka sedang bertelpon.

Jelas Inah tahu, karena bos lelakinya itu menelpon selingkuhanya tidak tahu tempat. Di Manapun dan kapanpun, saat Rahma tidak ada di sisinya, lelaki itu selalu video call dengan wanita lain.

Bukan hanya Inah yang tau, tetapi itu sudah menjadi rahasia umum di dalam rumah itu. Tetapi tidak ada yang berani mengadu kepada Rahma. Mereka takut menyakiti hati Rahma yang begitu baik.

Sudah seminggu sejak peristiwa itu terjadi, Rahma kehilangan janinnya yang berusia 8 bulan. Hatinya begitu teriris sakit, mendapatkan perlakuan seperti itu dari suaminya, orang yang sangat di cintainya.

Bahkan dia kehilangan buah cinta ke duanya. Setelah Rahma di pindahkan ke ruang rawat inap, hanya bi Inah yang diam-diam menemui Rahma di rumah sakit saat siang hari. Bi inah dengan telaten menyuapi Rahma, tetapi itu tidak berlangsung lama karena Rahma melarang bi Inah untuk datang.

Tiga minggu di rumah sakit, Rahma sudah merasa baikan. Dalam hatinya bertekad untuk segera pulang, menemui Daffa anak kesayangannya yang sudah sangat dia rindukan.

Dia juga ingin menyelesaikan masalahnya dengan suami tercintanya. Rahma bergegas keluar rumah sakit dan memesan taxi online dari ponselnya.

Taxi online itu memasuki rumah mewah Rahma, dia turun tanpa mengetuk pintu langsung masuk mencari putra semata wayangnya.

Begitu terkejutnya dia melihat seorang wanita duduk di ruang keluarga sambil nonton tv dan terlihat suaminya tidur di pangkuan si wanita itu.

"Mas.." Rahma berteriak mendapati kenyataan pahit di depanya, sontak saja kedua orang yang sedang di mabuk asmara itu kaget. Suaminya yang di banggakan selama ini, Rahma menangis sejadinya menerima kenyataan ini.

Suaminya dan wanita itu masih berdiri kaku mendapati Rahma muncul secara tiba-tiba.

" Apa ini mas? jadi karena ini, kamu tega menyakitiku kemarin.." Rahma menggoyang-goyangkan tubuh suaminya minta penjelasan.

Dengan sekali gerakan dari tangan suaminya, Rahma terperosok di lantai.

"Jangan kau menyentuhku dengan tangan kotormu.." Jawab lelaki itu.

"Apa maksudmu mas? Siapa wanita ini?.." Rahma menunjuk ke arah wanita yang berdiri angkuh itu.

"Kau tidak perlu tahu siapa dia, kau yang seharusnya tau diri, kau wanita rendahan yang ku pungut dari tong sampah, beraninya kamu menyelingkuhiku.

"Sudah ku bilang mas, aku tidak pernah selingkuh dengan siapapun.." Rahma menjelaskan dengan berderai air mata.

"Termasuk dengan Tony, sahabatmu itu?.." Tanya lelaki itu dengan sorot mata tajam.

"Aku sudah menduganya, selama ini aku membiarkan kalian dekat karena aku percaya padamu, tapi lihatlah kau bahkan hamil anaknya.."

"Mas!!!.." Rahma berdiri menghampiri suaminya, dia menarik kerah baju lelaki itu dan menariknya kuat.

Rahma sudah tidak tahan lagi dengan penghinaan ini, rasanya dia ingin mencabik-cabik kedua orang yang ada di depanya itu.

" PLAAAAAKK, PLAAAAKKK..!!!"

Lelaki itu menampar wajah Rahma bolak balik, rahma terperosok ke lantai, bukan tubuhnya yang di rasakan sakit, tapi hati dan jiwanya yang kini hancur berkeping-keping.

Sudah cukup, sudah selesai batin Rahma.

Dengarkan aku, kata lelaki itu lantang "Mulai detik ini, saat ini aku menceraikanmu, aku mentalak tiga dirimu.." Rahma terperanjat kaku mendengarnya.

"Kau tidak akan mendapatkan apapun dariku, pergilah dari sini dengan tangan kosong.."

Seketika keadaan hening, hanya terlihat pelakor yang tertawa puas melihat penderitaan Rahma.

"Kenapa mas?.." Tanya Rahma lirih tak bertenaga.

Tidak ada jawaban, Rahma mencoba untuk berdiri berjalan ke arah kamar putranya, Rahma sudah tidak peduli lagi dengan semua itu, dia hanya ingin melihat Daffa putra kesayanganya.

"Jangan kau bawa Daffa.." Kata pria itu. Seketika Rahma menghentikan langkahnya, dia takut, dia bingung. Rahma bisa terima kalau dia di usir tanpa sepeser uang, tapi dia tidak bisa pergi tanpa daffa batinnya.

"Dia anakku, aku akan membesarkannya menjadi lelaki hebat.." Kata lelaki itu lemah.

"Siapa bilang dia anakmu?.." Ucap Rahma lantang. Tiba-tiba terbesit ide gila dari otak Rahma agar dia tidak di pisahkan dengan anaknya.

Lelaki itu membulatkan matanya lebar, mendengar perkataan Rahma.

"Apa maksudmu?.." Tanyanya tajam pada Rahma.

Rahma membalikan badanya menatap laki-laki yang baru saja menceraikanya itu.

"Kau percaya bahwa janin yang ku kandung anak orang lain, bagaimana mungkin kau percaya kalau Daffa adalah anakmu.."

Sorot mata lelaki itu mendelik tajam, dia berjalan cepat menghampiri Rahma dan menarik rambut wanita itu ke arah pintu keluar rumahnya.

"Mas, sakit.." Teriak Rahma.

Daffa yang menyaksikan semua pertikaian orang tua nya itu pun muncul dari balik pintu kamarnya.

"Mamaaa.." Daffa berlari memeluk pinggang Rahma sambil menangis.

"Baguus, wanita jalang dan anak haram.." Kalian berdua pergilah dari rumah ini, lelaki itu menjambak rambut Rahma kuat dan menyeret lengan daffa ke luar rumah.

Rahma dan daffa terlempar ke luar pagar rumah mewah itu, mereka berdua berpelukan erat sambil menangis.

Setelah beberapa saat mereka berpelukan, Rahma mau beranjak pergi. Namun tiba-tiba wanita itu, si pelakor memanggilnya.

"Hey, tunggu.. Aku ada sesuatu untukmu.." Wanita itu memberikan amplop berwarna coklat pada Rahma.

Rahma hanya diam menerima amplop itu, dia tidak peduli apa isi amplop itu. Dia hanya ingin meninggalkan rumah itu bersama anaknya.

"Kau tidak boleh membuangnya, kau akan menyesal jika membuangnya.." Kata wanita itu, sambil berlalu masuk ke dalam rumah itu lagi.

Rahma berjongkok menatap mata polos Daffa, begitu sebaliknya, daffa menatap teduh mata Rahma. Mata yang begitu lembut, mata sayu penuh air mata, itu yang Daffa lihat saat itu. Tatapan teduh menghangatkan dari seorang wanita yang sampai saat ini, tidak pernah Daffa lupakan.

Flash back Off

****************😍😍😍😍😍😍😍*****************

Readers jangan lupa tinggalkan jejak dikolom coment yah, boleh di sertai kritik dan saran supaya Author bisa bebenah.

\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!