NovelToon NovelToon

My Pretty Boss

Prolog

Binar Adelard selalu berkutat dengan berkas, rapat para pemegang saham, rapat dengan kolega-koleganya, dan meninjau proyek. Dia jarang bersosialisasi dan hidup sendiri di rumah yang super mewah dan besar bersama dengan Bronzo anjing pudel berwarna cokelat kesayangannya.

Binar Adelard adalah putri dari seorang konglomerat kaya raya yang bernama Damian Adelard. Binar memiliki seorang kakak perempuan yang memilih menjadi seorang dosen daripada menggeluti bisnis keluarganya. Nama kakak perempuannya Binar adalah Mika Adelard sudah menikah dengan seorang dosen pula yang bernama Abimana Kusuma dan memiliki seorang putra yang masih berumur lima tahun yang bernama Arga Kusuma.

Mamanya Binar dan Mika sudah lama meninggal dunia karena, sakit dan papa mereka tidak memiliki niat untuk menikah lagi.

Binar memiliki cinta pertama yang bernama Hendra Herlambang. Mereka berpisah karena, Hendra Herlambang melanjutkan kuliah ke luar negeri. Mereka masih sering berhubungan lewat ponsel dan setahun sekali mereka bertemu untuk sekadar makan malam atau makan siang bersama. Hendra dan Binar berjanji kalau mereka akan menikah di umur mereka yang ke 35.

Adalah seorang pemuda bernama Aksa Putra Julian. Dia seorang mahasiswa berumur dua puluh tahun dan dia adalah muridnya Mika Adelard kakak perempuannya Binar Adelard. Mika memberikan perhatian yang lebih ke Aksa karena, Aksa sangat cerdas, ramah, dan sopan.

Aksa sudah tidak memiliki ibu sejak berumur sepuluh tahun. Ibunya bercerai dengan papanya saat dia masih berumur lima tahun dan lima tahun kemudian ibunya Aksa meninggal dunia. Perceraian kedua orang tuanya, membuatnya terpisah dari papanya dan Aksa kecil, diasuh oleh nenek dan kakeknya hari ngga dia dewasa. Papanya Aksa yang bernama Kenzo Julian merupakan konglomerat kaya raya saingannya Damian Adelard, papanya Mika dan Binar Adelard.

Damian Adelard bergelut di dunia bisnis periklanan, desain interior yang dia wariskan ke Binar, dan memiliki beberapa kafe yang cukup besar di Malang, Kudus, dan Jakarta.

Sedangkan Kenzo Julian yang bergelut pula di dunia periklanan sering beradu otot dan berdebat memperebutkan sebuah proyek membuat Kenzo dan Damian tidak pernah akur. Sebenarnya bisnis periklanan hanya sebagian kecil dari bisnisnya Kenzo selain bisnis properti dan produksi parfum bermerk dan mewah namun, Kenzo tidak pernah mau mengalah jika berhadapan dengan Damian.

Papanya Aksa menikah lagi beberapa tahun kemudian setelah ibunya Aksa meninggal dunia di saat Aksa berumur sepuluh tahun. Kenzo menceraikan mamanya Aksa di saat Aksa masih berumur lima tahun namun dia masih sangat mencintainya itulah kenapa dia memutuskan untuk menikah lagi beberapa tahun kemudian setelah mamanya Aksa meninggal dunia karena penyakit jantung.

Kenzo menikah lagi di saat Aksa memasuki usia remaja yaitu lima belas tahun.

Setelah mamanya meninggal dunia, Aksa tetap tidak mau hidup bersama dengan papanya karena, dia merasa tidak ada kecocokan diantara dia dan papanya. Namun, mama tirinya Aksa sangat menyayangi Aksa seperti dia menyayangi putri kandungnya yang dia miliki bersama Kenzo setelah dua tahun pernikahannya mereka dan putri mereka itu masih berumur delapan tahun yang bernama Embun Putri Julian.

Aksa dengan adik tiri dan mama sambungnya berhubungan sangat dekat, mama sambung dan adik tirinya sering mengunjunginya di apartemennya Aksa yang dibelikan oleh mama sambungnya saat Aksa memilih kuliah di Jakarta dan meninggalkan nenek dan kakeknya yang tinggal di Kudus.

Salah satu bisnis papanya yang dipilih Binar untuk dia geluti bergerak di bidang desain interior, sesuai dengan bidang yang ditekuni oleh Aksa Putra Julian. Di saat Aksa hendak masuk ke tahap skripsi, Aksa harus magang di salah satu perusahaan terlebih dahulu selama tiga bulan dan Mika menyarankan Aksa menulis lamaran magang di perusahaan miliknya Binar.

Mika mengunjungi kediamannya Binar di saat Binar tengah menonton televisi ditemani Bronzo anjing pudel cokelatnya.

"Hai!" sapa Mika.

"Kak? ngapain kemari?" Binar menoleh ke kakaknya yang sudah terduduk manis di sebelahnya.

"Nih!" Mika menyodorkan secarik kertas ke Binar.

"Apa ini?" Binar membaca kertas itu. Binar melihat pas foto 3 kali 4 seorang pemuda yang sangat tampan lalu dia membaca nama pemuda itu, "Aksa Putra Julian, siapa ini?"

"Aku minta tolong terima dia untuk magang di perusahaanmu ya?" pinta Mika.

Binar meletakkan kertas tersebut di atas meja dan mendengus kesal, "kenapa nggak di perusahannya papa?"

"Aku dosen seni jurusan desain, mahasiswaku itu juga otomatis menggeluti desain jadi ya perusahaanmu yang cocok untuknya. Tolong terima dia magang di perusahaanmu, ya?!" pinta Mika sambil mengedipkan matanya, "please, aku akan menuruti semua permintaanmu jika kamu menyetujui dia magang di perusahaanmu"

"Benarkah?" Mata Binar mengerling penuh cahaya menatap kakak cantiknya.

"Huuffttt, iya! apa yang kau mau?" tanya Mika, "tapi jangan yang aneh-aneh!"

"Emm, aku besok malam ada reuni SMA dan aku akan bertemu dengan Hendra Herlambang, dia sudah lulus dan udah balik ke Indonesia. Hendra akan menetap di sini dan sudah menjadi seorang direktur eksekutif di sebuah perusahaan besar" kata Binar penuh semangat.

"Hendra terus yang kamu bahas dan sebut. Kenapa kamu nggak mencari cowok lain apa coba pacaran dengan cowok lain?" Mika menatap penuh prihatin ke adik cantiknya.

"Aku hanya mencintainya kak. Dia cinta pertamaku dan kami sudah berjanji kalau kami akan menikah di umur kami yang ke 35" ucap Binar.

"Okelah terserah kamu itu hidupmu aku cuma bisa kasih nasihat tapi semua keputusan ada di tanganmu. Lalu apa yang kau inginkan?" ucap Mika.

"Aku ingin kakak belikan gaun malam yang indah, simple tapi elegan. Kakak kan sangat pandai memilih busana" ucap Binar.

"Tanda tangani dulu surat permohonan magang itu!" ucap Mika serius.

Binar menghela napas lalu mendandatangani Surat permohonan magang lalu menoleh ke Mika, "terus?"

"Ayuk kita belanja sekarang! kakak akan belikan kamu gaun malam" Mika langsung menarik tangannya Binar.

"Eh, kak tunggu! aku belum ganti baju" Binar berlari mengikuti langkah kakaknya sambil melancarkan protes karena, dia masih memakai baju santai yaitu kaos polos berwarna kuning dan celana pendek dari kain berwarna cokelat polos.

"Kelamaan kalau ganti baju dulu, suami dan anakku sudah menungguku di rumah. Lagian kamu cantik pakai apapun" ucap Mika sembari masuk ke dalam mobilnya dan dengan sangat terpaksa Binar pun mengikuti kakaknya masuk ke dalam mobil kakaknya tanpa berganti baju terlebih dahulu.

"Kak, menikah itu menyenangkan nggak?" tanya Binar kemudian.

"Aku menikah atas dasar cinta tentu saja menyenangkan. Yeeeaahh! walaupun terkadang ada selisih paham atau perdebatan kecil namun, bisa teratasi karena, ada cinta diantara kami berdua" ucap Mika.

"Kakak sudah menikah sejak masih berumur dua puluh lima tahun, Binar salut sama kakak karena, kakak bisa menjaga keharmonisan hubungan kakak dengan kak Abimana sampai sekarang" ucap Binar.

"Itu karena kami bekerja di kampus yang sama, punya minat yang sama yaitu mengajar, dan sekarang kami sudah memiliki anak jadi ya harus dijaga keharmonisan itu" ucap Mika sambil memarkirkan mobil sedan merahnya di depan sebuah butik.

Kedua cewek cantik itu pun turun dari dalam mobil dan masuk ke dalam butik tersebut. Setelah mencoba enam pasang baju dan menghabiskan dua jam waktu yang dimiliki kakaknya, Binar melakukan panggilan VC ke Abimana kakak iparnya, "hai kak Abimana, maaf aku pinjam istrimu sebentar ya, tapi ini sudah selesai kok kami pulang sebentar lagi, cium sayang untuk Arga"

"Oke" sahut Abimana sambil tersenyum ke Binar.

Binar memutuskan sambungan VC tersebut dan Mika langsung melakukan kembali mobilnya menuju ke rumah mewahnya Binar adik cantik yang sangat dia sayangi itu.

Binar turus dari dalam mobil sedan merah milik kakaknya lalu melambaikan tangan ke kakak cantiknya sambil berucap "ati-ati kak!"

Mika tersenyum dan pergi meninggalkan Binar.

Binar masuk ke dalam rumahnya dan langsung menerima panggilan VC dari Hendra.

"Hai cantik" sapa Hendra.

"Kamu di mana?" tanya Binar.

"Aku di restoran habis meeting dengan klien, kamu?" tanya Hendra.

"Aku di rumah habis belanja sama kak Mika" ucap Binar.

"Besok kamu datang ke reuni kan?" tanya Hendra.

"Iya dong" Binar tersenyum bahagia di depan layar ponselnya sambil menatap lekat ke wajah gantengnya Hendra.

"Bagus! apa perlu aku jemput?" tanya Hendra.

"Nggak usah, aku akan langsung ke tempat reuni setelah aku pulang dari kantor" ucap Binar.

"Bin, besok tuh hari Sabtu dan kamu masih bekerja?" tanya Hendra heran sambil terkekeh.

"Aku mending kerja daripada bengong sendirian di rumah di hari Sabtu. Aku besok harus meninjau lokasi dan balik ke kantor sebentar untuk meeting dengan anak buahku" ucap Binar.

"Waahhh kamu ternyata bos yang kejam. Kamu gila kerja tapi kamu juga mengajak anak buah kamu untuk bekerja pula di hari Sabtu"

"Hahahaha, aku hanya minta mereka meeting sebentar aja kok" ucap Binar.

"Oke, selamat tidur, mimpi yang indah ya" ucap Hendra sambil tersenyum lalu Klik.....Hendra memutuskan sambungan VC-nya.

Binar tersenyum bahagia. Hatinya berdenyut indah dan dia langsung mendekap ponselnya, "aku mencintaimu Hendra dan semoga besok secara resmi kamu melamar aku dan meminta aku secara resmi menjadi pacar kamu dan kamu mengatakan kata cinta ke aku"

Kata cinta yang selalu diharapkan Binar tidak pernah diucapkan Hendra sejak mereka menjadi dekat. Binar benar-benar menantikan Hendra melamarnya dan mengucapkan kata cinta untuknya di acara reuni nanti.

Pertemuan Pertama Dengan Aksa Putra Julian

Keesokan harinya, Aksa Putra Julian duduk di depan meja kerjanya Binar Adelard.

Cantik sekali wanita di depanku ini. Dia imut walaupun kabarnya dia sudah berumur tiga puluh tahun. Rambut pendek, indah dan hitamnya membuatnya semakin terlihat imut, sangat cantik, terkesan matang sekaligus tambah menggemaskan. Ucap Aksa di dalam hatinya.

"Ehem! kenapa kamu menatapku terus?" Binar mengalihkan perhatiannya dari berkas yang diserahkan Aksa lalu dia menatap Aksa dengan wajah datar.

Aksa tersenyum ramah dan sopan, "saya gugup bu, itulah kenapa saya secara refleks menatap ibu"

Ibu? shit! dia memanggilku ibu? Binar merana di dalam hatinya sendiri.

"Maaf bu jika saya kurang sopan" ucap Aksa masih dengan senyum tampannya yang terulas manis di wajah sempurnanya itu

"Jangan panggil bu! semua orang di kantor ini, memanggilku kak atau nona" ucap Binar dengan senyum canggungnya.

"Aaah, maaf! baiklah kalau begitu saya akan memanggil anda, kak" ucap Aksa.

"Kamu memanggil dosen kamu apa? emm, kak Mika, kakak Perempuanku?" tanya Binar.

"Ibu dosen kalau enggak bu Mika" jawab Aksa.

"Oke, kamu boleh panggil aku kak kalau begitu, biar tidak kaku dan aku tidak terlihat tua" Binar berucap lirih ketika mengeluarkan kata tua dari dalam mulutnya.

"Anda tidak terlihat tua kok. Anda masih sangat cantik, imut, dan terlihat masih seperti gadis yang berumur dua puluhan" ucap Aksa tulus dan jujur tanpa ada maksud terpendam.

Blush

Binar merona malu dan langsung berucap, "ehem, oke hentikan basa-basinya! aku akan kasih tahu peraturan di kantor ini ke kamu. Pertama, kamu nggak boleh terlambat, harus tepat waktu! sampai di kantor sebelum jam delapan, kalau pulang terserah kamu tapi jam kantor selesai jam lima sore. Kalau mau ke proyek harus minta ijin dulu dari saya karena, tanpa surat rekomendasi dari saya. Kamu tidak akan diijinkan satpam untuk keluar dari kantor sebelum jam kerja habis, paham?"

Aksa menganggukkan wajah tampannya dan tersenyum ke Binar bos cantiknya itu.

"Kalau ada klien yang ingin bertemu dengan kamu dan membahas proyek kalian, bahaslah di ruang meeting yang berada di sebelah kananku ini! Ruangan yang satunya adalah ruang meeting besar yang berada di depan ruanganku ini khusus untuk meeting dengan para pemegang saham" ucap Binar.

"Baik, kak" sahut Aksa.

"Tidak boleh terlibat percintaan di kantor!" ucap Binar.

"Siap! saya juga sudah memiliki pacar, dia teman kuliah saya" ucap Aksa sambil tersenyum.

"Aku nggak nanya" Binar mendengus kesal seolah dia diingatkan kalau di usianya yang ketiga puluh, dia masih jomblo.

Aksa menatap Binar dan senyumnya semakin lebar.

"Satu lagi, walaupun kamu magang, kamu aku gaji sama dengan karyawan tetapku jadi aku minta kamu bersungguh-sungguh dalam bekerja, nggak boleh main-main dan harus profesional dalam menangani semua klien. Nggak boleh pilih-pilih klien tapi klien berhak memilih kalian, mengerti?" ucap Kenes.

"Mengerti" ucap Aksa.

"Oke! kau boleh keluar dan mulailah bekerja" ucap Binar sambil berdiri dan menyambut jabatan tangannya Aksa.

"Tangan anda masih lembut dan kencang" ucap Aksa sambil menarik tangannya dan pergi begitu saja meninggalkan Binar.

Binar tertegun beberapa detik menerima pujian mendadak dari karyawan magangnya yang baru saja dia temui. Binar duduk di kursi kerjanya dan menatap tangannya, "apa benar tanganku ini lembut dan kencang?" Binar bergumam sambil mengelus-elus tangannya.

Tok tok tok

Binar menaruh kedua tangannya seketika di atas meja kerjanya dan berucap, "masuk!"

"Kak, maaf mengganggu. Ada kiriman paket cat, sudah saya taruh di gudang tapi saya butuh tanda tangannya kak Binar" ucap sekretarisnya Binar yang bernama Lela.

Binar menandatangani secarik kertas yang disodorkan oleh Lela dan Lela langsung pamit pergi meninggalkan ruangannya Binar.

Binar kemudian melepaskan Bronzo dari dalam tas punggung khusus untuk membawa seekor anjing. Bronzo dia lepas di dalam kantornya. Hari itu dia terpaksa membawa Bronzo karena, dia akan pergi ke tempat reuni dan langsung menitipkan Bronzo ke tempat penitipan anjing. Samin yang biasa mengurus dan menjaga Bronzo selama dia kerja hari itu pamit tidak masuk kerja karena, istrinya melahirkan.

"Sstt! Bronzo jangan keluar ruangan ya! aku kasih peraturan di kantor ini tidak boleh bawa binatang piaraan dalam bentuk apapun dan aku nggak mau menelan ludahku sendiri dan mendapatkan cibiran jika kau keluar dari ruanganku" ucap Binar ke Bronzo pudel cokelat kesayangannya dan Bronzo pun duduk sambil mengibas-ngibaskan ekornya seolah mengerti apa yang diperintahkan oleh tuannya.

Binar kemudian menatap kembali berkas-berkasnya dan membiarkan Bronzo bergerak bebas di dalam ruangan kantornya. Saking asyiknya bekerja, Binar tidak menyadari kalau Bronzo berhasil melompat dan membuka pintu ruangannya Binar. Bronzo berlari keluar dan menuju ke meja kerjanya Aksa.

Bronzo berputar-putar di kaki kanannya Aksa sambil meringik manja.

Aksa menunduk dan langsung tersenyum senang melihat seekor anjing pudel cantik mengajaknya bermain. Aksa kemudian mengangkat anjing itu dan memangkunya, "hai cantik, kamu tersesat ya? siapa tuan kamu?"

Semua orang yang berada di ruangan itu langsung menoleh ke Aksa. Di depan ruangannya Binar tertata lima kursi kerja yang saling berhadapan disediakan untuk kesepuluh anak buahnya termasuk di anak magang yang bernama Aksa. Salah satu dari karyawannya Binar menegur Aksa, "Hei anak baru, apa kamu belum diberitahu kak Binar kalau ke kantor tidak boleh membawa binatang piaraan?"

"Tapi ini bukan punyaku" ucap Aksa sambil bangkit dan mengangkat Bronzo ke atas, "milik siapa ini?" tanya Aksa kemudian.

"Nggak tahu. Bukan milik kita. Mana berani kita bawa binatang piaraan dan menentang peraturannya bos kita yang cantik tapi judes dan galak banget" ucap salah satu anak buahnya Binar yang mejanya bersebelahan dengan meja kerjanya Aksa.

Lela sekretaris sekaligus asisten pribadinya Binar mendengar keributan di luar lalu membuka pintu ruangannya dan langsung memekik kaget, "astaga Bronzo!"

Semua menoleh ke Lela, "ini milikmu kak Lela?" tanya Boy, salah satu anak buahnya Binar.

"Bukan! tapi itu miliknya..........."

"Milikku. Itu anjingku" ucap Binar.

Aksa langsung melepaskan Bronzo dan Bronzo langsung berlari melompat masuk ke dalam dekapannya Binar.

"Tapi mereka bilang kalau tidak boleh bawa binatang piaraan di kantor ini" ucap Aksa dengan polosnya.

Semua karyawan langsung menundukkan kepala mereka. Mereka bersiap-siap mendengarkan omelan panjangnya Binar untuk Aksa.

Sedetik, dua detik tiga detik hingga hitungan detik kelima, suasana hening. Semua langsung mendongakkan kembali kepala mereka untuk melihat Binar dan Aksa.

Aksa dan Binar bersitatap dengan wajah datar, "oke! aku akan bayar denda. Aku telah membuat peraturan dan telah melanggarnya sendiri, aku akan bayar denda dan masuk ke uang kas. Kalian bisa pakai untuk makan dan minum sepulang kantor sesuka kalian" ucap Binar lalu memutar badan dan masuk kembali ke dalam kantornya sambil membopong Bronzo.

Semua langsung menghela napas lega.

Boy langsung berkata ke Aksa yang telah duduk kembali di kursi kerjanya, "kau beruntung sekali hari ini sobat. Suasana hati kak Binar lagi bahagia jadi kau tidak kena semprot saat kau berani mengkritiknya tadi"

"Memangnya kak Binar itu bos yang seperti apa?" tanya Aksa.

"Dia tegas, disiplin, nggak suka mendengar kata terlambat, dan kaku" ucap Boy.

"Iya benar kata Boy. Pokoknya kamu harus berhati-hati dalam berucap dan bertindak di depannya kak Binar" sahut Ratna yang duduk di meja kerja yang berada di depan meja kerjanya Aksa.

Tanpa terasa jam kerja telah selesai. Semua pamit pulang kecuali Aksa. Pemuda tampan itu masih sibuk menulis laporan.

Binar dengan penuh semangat memasukkan kembali Bronzo ke dalam tas ransel khusus untuk anjing kemudian dia mandi dan berganti baju di dalam kamar mandi yang berada di dalam ruangannya. Dia berdandan dengan cepat lalu berganti memakai sepatu high-heel yang membuatnya nampak tinggi dan menjadi bertambah lima puluh persen kecantikannya.

Dia mengenakan gaun malam berwarna hitam pekat, dengan sobekan kecil.di kedua sisi bahunya, kerah melingkar, dan panjang selutut, ketat membelit badan rampingnya, membuatnya Binar nampak begitu memesona.

Binar melangkah keluar dari dalam ruangannya dengan santainya dan langsung menghentikan langkahnya ketika melihat Aksa masih sibuk di meja kerjanya Aksa, "kamu belum pulang?"

Aksa menutup laptopnya lalu bangkit dan memutar badan untuk menghadap ke Binar. Seketika itu pula Aksa tertegun menatap penampilannya Binar dengan gaun malam yang indah dan seksi itu.

"Anda cantik, sangat cantik" Aksa tersenyum dan berucap tanpa dia sadari karena, tersihir oleh penampilannya Binar, bos cantiknya itu.

Blush

Binar kembali merona malu karena, ucapan yang keluar dari mulutnya Aksa.

"Terima kasih" ucap Binar, "jika sudah selesai langsung pulang, kunci ruangan ini dan kasih kuncinya ke satpam" ucap Binar sambil melangkah kembali menuju ke parkiran mobilnya.

Aksa berlari kecil dan berjalan di sampingnya Binar, "Bronzo akan anda bawa ke pesta?"

Binar menoleh kaget ke Aksa, "bagaimana kau bisa tahu kalau aku akan ke pesta?"

"Dari gaun yang anda pakai, heee" Aksa tersenyum ke Binar.

"Ooooo. Emm, Bronzo akan aku titipkan ke tempat penitipan hewan dan akan aku ambil besok pagi" ucap Binar.

"Boleh saya bawa Bronzo? anda bisa menitipkan Bronzo ke saya. Kebetulan apartemen saya tidak jauh dari kantor ini" ucap Aksa, "dan tidak usah dibayar, heeee"

Binar menghentikan langkahnya dan berdiri di depannya Aksa, "kenapa kau ingin membawa Bronzo?"

"Jangan salah paham dan berburuk sangka dulu! pertama penitipan hewan tidak aman akhir-akhir ini, kedua jika anda ambil Bronzo besok pagi berarti anda akan membawa Bronzo kembali ke kantor kan? apa kata kolega kita?" kata Aksa.

"Lalu kalau kamu bawa, besok Bronzo siapa yang ngurus? kamu kan juga harus masuk kerja?" tanya Binar.

"Besok saya diajak Boy meninjau lokasi. Saya bisa mampir sebentar ke apartemen saya untuk mengurus Bronzo sebentar. Lalu di sore harinya anda bisa membawa pulang Bronzo, bagaimana?" tanya Aksa sambil tersenyum lebar ke Binar.

"Kau tidak sedang berusaha menjilat bos kamu, kan?" Binar berucap penuh selidik ke Aksa.

"Oooo, no no no! big no, kak! saya tulus menolong kakak karena, saya juga pecinta hewan, saya juga punya seekor anjing namun saya tinggalkan anjing saya bersama nenek dan kakek saya, di Kudus. Saya nggak ingin kalau sampai Bronzo tertular kutu atau penyakit di tempat penitipan hewan dan saya nggak ingin kolega kita mencibir kakak jika besok kakak bawa Bronzo lagi ke kantor " ucap Aksa.

"Baiklah! terima kasih banyak ya! aku akan mentraktir kamu makan malam besok pas aku menjemput Bronzo" ucap Binar sambil menyerahkan tas ranselnya yang berisi Bronzo.

"Sama-sama dan selamat bersenang-senang, kak" ucap Aksa sambil tersenyum dan Binar membalas senyumannya Aksa dengan senyum cantiknya lalu menganggukkan kepalanya dan pergi meninggalkan Aksa bersama dengan Bronzo.

Ciuman Pertama

Melangkah ragu, Binar memasuki ruangan di salah satu hotel bintang lima tempat diadakannya Reuni SMA angkatannya.

Dia bingung berdiri di tengah pintu itu dan sejenak menyesali keputusannya menoleh Hendra yang ingin menjemputnya. Semua teman semasa SMA-nya dulu baik yang dulu akrab dengannya atau yang sekadar kenal, sekarang ini nampak asing semua baginya.

Yang semakin membuat dia meragu untuk membaur dengan teman-teman satu angkatannya dan menjadi tidak percaya diri adalah, di saat dia melihat semua teman-temannya membawa suami, istri ataupun kekasih mereka, sedangkan dia masih belum menikah dan tidak memiliki seorang kekasih. Dia habiskan semua waktunya demi menunggu cinta pertamanya untuk Hendra Herlambang. Itu juga yang membuatnya belum pernah merasakan indahnya masa berpacaran dan manisnya ciuman pertama.

Binar mengedarkan pandangannya ke seluruh ruangan mencari sosok laki-laki idamannya, tampan, tinggi, memliki rahang menonjol, hidung mancung, putih, berambut lurus tebal berwarna hitam legam, dan berbadan atletis karena, semasa SMA, Hendra merupakan kapten tim sepak bola, idola para gadis.

Binar dulunya merasa bersyukur bisa menjadi dekat dengan Hendra Herlambang dan bisa membuat para gadis lainnya menatap iri padanya jika dia berjalan bergandengan tangan dengan Hendra Herlambang namun, sayang sungguh amat disayang, Hendra Herlambang tidak pernah menyatakan cinta kepadanya.

Hendra Herlambang cuma pernah mengucapkan janji kalau di usianya yang ketiga puluh lima, dia akan menikahi Binar.

Itulah alasan yang paling utama, janji dari seorang Hendra Herlambang yang membuat Binar rela menunggu dan setia menjaga cintanya hanya untuk Hendra Herlambang.

"Binar! kamu Binar kan? ya ampun kamu tidak berubah sedikitpun ya! masih imut dan sangat cantik" seorang wanita menyapanya dan Binar seketika menoleh dan tersenyum ke wanita itu.

Sial! aku lupa sama dia? dia siapa ya?" Batin Binar.

"Kamu nggak ingat aku? aku Mira" ucap wanita itu lalu memeluk Binar.

"Oh" Binar melepaskan diri dari pelukannya Mira, "apa kabar Mira?" Binar tersenyum canggung ke Mira yang berdiri di depannya dengan seorang laki-laki yang gagah dan lumayan tampan.

"Baik, kenalkan ini suamiku" ucap Mira.

Shit! dia sudah bersuami. Aku jawab apa kalau dia tanya aku datang dengan siapa. Batin Binar.

Binar menyambut uluran tangan laki-laki tersebut yang merupakan suaminya Mira.

"Kau datang sendirian? mana suami kamu?" tanya Mira dengan polosnya.

Binar tersenyum kaku di depannya Mira lalu berucap, "aku belum menikah dan iya, aku datang sendirian"

"Oh, maaf" ucap Mira, "aku tinggal dulu ke sana ya" Mira berucap sambil menggandeng tangan suaminya dan pergi meninggalkan Binar begitu saja.

"Huuuffttt!" Binar langsung meraih satu gelas minuman soda dan langsung menghabiskannya dalam sekali tenggak, "aku nampak menyedihkan pastinya di depan Mira tadi. Usiaku udah tiga puluh tahun dan aku belum menikah bahkan tidak membawa seorang kekasih" Binar kemudian tertawa lirih, menertawakan dirinya sendiri.

"Binar!" Ada suara wanita memekik hampir merusak gendang telinganya, memanggil namanya. Binar menaruh gelas yang dia pegang dan dia menoleh ke arah suara.

"Mawar!" Binar ikutan memekik senang dan langsung memeluk erat Mawar sahabatnya semasa SMA dulu.

Mereka kemudian saling melepaskan pelukan mereka lalu menggemakan tawa mereka ke udara secara lepas, "kau semakin cantik" ucap Mawar sambil menatap Binar penuh kekaguman.

"Ah, kamu berlebihan. Ini karena gaun yang aku kenakan" ucap Binar dengan senyum manisnya.

"Kamu tetaplah cantik meskipun mengenakan karung goni" sahut Mawar sambil bersedekap, "kau sudah melihat dia?"

Binar membasahi bibirnya dan mengalihkan pandangannya, "siapa?"

"Ah, jangan pura-pura, kau tahu benar siapa yang aku maksud. Hendra Herlambang" ucap Mawar dengan senyum lebarnya.

Saat mendengar nama Hendra Herlambang organ-organ vitalnya sempat bergetar hebat tetapi dia masih bisa berdiri tegak di depannya Mawar dan masih bernapas. Walaupun dia akui napasnya menjadi tidak teratur, tetapi ia masih bernapas.

Mawar menjentikkan jari di depannya Binar, "oiii! kok malah melamun?"

"Aaah, emm, Hendra Herlambang ya, aku belum melihatnya, sudah sekitar sepuluh tahun aku tidak bertemu secara langsung dengannya, dan kamu masih mengingatnya?" tanya Binar dengan tingkah kikuk.

"Ketua kelas kita? bintang tim olahraga? tentu saja aku masih mengingatnya dan terlebih lagi dia adalah cinta pertamamu, kan?" Mawar tersenyum penuh arti ke Binar dan Binar langsung melotot ke Mawar, "jangan bicara terlalu keras, nanti ada yang dengar aku bisa malu!"

Mawar mengusap pundaknya Binar, "tenanglah! musiknya cukup keras aku yakin nggak akan ada yang mendengar ucapanku tadi. Emm, aku tinggal dulu sebentar ya" ucap Mawar dan Binar menganggukkan kepalanya ke Mawar sambil tersenyum.

Beberapa detik kemudian Binar merasakan pundaknya ditepuk oleh seseorang dan dia pun menoleh, Hendra Herlambang tersenyum lebar ke arahnya dan secara spontan Binar melompat untuk mengalungkan kedua lengannya di leher Hendra Herlambang dan dia memeluk erat tubuh laki-laki idamannya itu.

Hendra terkekeh senang, "kau begitu merindukanku ya?" Hendra berucap sambil membalas erat pelukannya Binar.

Binar melepaskan pelukannya dan menatap Hendra Herlambang, "iya aku merindukanmu, sangat" ucap Binar tanpa ragu.

Hendra Herlambang tersenyum lebar dan terus menatap Binar, "kau nampak matang sekaligus imut. Perpaduan yang unik dari seorang wanita yang sangat cantik. Kau sangat cantik malam ini, Binar" ucap Hendra Herlambang.

Blush

Wajah Binar langsung merona malu dan tersenyum lebar ke Hendra Herlambang, "emm, tepatnya tiga tahun lamanya kita tidak bertemu dan kau tidak berubah sama sekali, kau masih gagah dan tampan"

"Terima kasih cantik, untuk pujiannya" Hendra tersenyum ke Binar dan menengadahkan tangannya, meminta Binar menaruh tangan Binar di atas tangannya itu, "aku ingin berdansa denganmu"

"Oke! siapa yang bisa menolak diajak berdansa dengan cowok setampan kamu" ucap Binar sambil menaruh tangannya di atas tangannya Hendra Herlambang.

Hendra tertawa lirih menerima pujian yang bertubi-tubi dari seorang wanita yang sangat cantik sembari menarik Binar ke lantai dansa. Mereka berdansa dan sesekali bersitatap dengan sorot mata ambigu.

"Kamu sangat cantik dilihat dari dekat seperti ini, Binar. Kenapa aku tidak menyadarinya dari dulu, ya" ucap Hendra di sela-sela dansanya dengan Binar.

Binar menepuk pelan dadanya Hendra, "berarti dulu waktu SMA, aku jelek ya?"

"Kamu cantik dari dulu cantik cuma, sekarang beda, kamu menjadi sangat matang dan menarik" ucap Hendra dengan polosnya sambil bergoyang dan semakin menarik tubuh rampingnya Binar lekat ke tubuhnya di sela-sela gerakannya Binar mengikuti irama dansanya.

Apa dia akan menembak aku saat ini. Dia akan menyatakan rasa cintanya untukku? Batin Binar penuh harap.

Musik tiba-tiba berhenti dan semuanya menghentikan tarian mereka dan melepaskan pasangan mereka dari pelukan mereka masih-masing.

Binar merasa sedikit kecewa saat musik berhenti dan Hendra melepaskan pelukannya. Dia masih menunggu pernyataan cinta dari Hendra Herlambang.

Tiba-tiba datang seorang gadis cantik dan masih sangat muda mendekati dia dan Hendra Herlambang. Gadis itu bahkan tanpa ragu menggelungkan lengannya di lengannya Hendra Herlambang. Binar menatapnya dengan penuh kecemburuan.

"Maaf aku telat, sayang" ucap wanita muda itu, lalu wanita itu tersenyum ke Binar, "terima kasih Tante, sudah menjaga tunangan saya"

Dhuuuuaaarrrrr!!!!!

Binar seolah tersambar petir di siang bolong saat mendengar kata tunangan meluncur dari mulut wanita itu. Binar tertegun dan langsung mematung melihat Hendra dan wanita itu.

Hendra hanya diam menatap canggung ke Binar.

"Kenalkan nama saya Aulia Revano, saya dan mas Hendra terpaut tujuh tahun. Saya jauh lebih muda dari mas Hendra namun, saya bersyukur, saya bisa mengimbangi mas Hendra dan hubungan kami pun lancar dan selalu hangat penuh cinta, benar kan, mas?"

Hendra menoleh ke Aulia dan tersenyum tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Binar merasakan panas di kedua pelupuk matanya. Air matanya hampir terjatuh dan dengan cepat dia tahan sambil berucap, "selamat untuk kalian berdua. Maaf, saya harus pulang" Binar kemudian melangkah pergi begitu saja meninggalkan Hendra Herlambang dan Aulia Revano.

Binar Adelard melangkah lebar menuju ke parkiran mobilnya dengan berderai air mata. Laki-laki yang dia tunggu selama ini, laki-laki yang merupakan cinta pertamanya, dan laki-laki yang memberikan kepadanya harapan yang begitu indah, janji yang begitu manis, telah bertunangan dengan seorang gadis yang masih muda belia dan sangat cantik.

Binar masuk ke dalam mobilnya, memasang sabuk pengamannya namun, belum menyalakan mesin mobil mewahnya itu. Dia menjatuhkan wajah cantiknya di atas kemudian mobilnya dan mengais sejadi-jadinya sampai dia merasa puas.

Setelah mampu mengendalikan dirinya, dia pun menelepon kakak perempuannya, "kak, tolong kirimkan alamatnya Aksa!"

Mika langsung bertanya heran ke Binar, "untuk apa kamu tanya alamatnya Aksa?"

"Bronzo aku titipkan ke Aksa dan aku mau mengambilnya sekarang" ucap Binar.

"Sudah selesai acara reuninya? ini bahkan belum jam sembilan malam? kenapa cepat sekali selesai acara reuninya?" tanya Mika.

Binar menghela napas panjang, "besok sore aku ke rumah kakak, aku akan ceritakan semuanya dan tolong kirimkan alamatnya Aksa ke ponselku" ucap Binar.

"Baiklah" Klik....Mika menutup sambungan ponselnya Binar lalu mengirimkan alamatnya Aksa ke ponselnya Binar.

Ting......Sebuah pesan text masuk ke ponselnya. Binar menatap layar ponselnya untuk beberapa saat, kemudian ia mulai menyalakan mesin mobilnya dan meluncur ke apartemennya Aksa.

Binar mampir sebentar ke sebuah supermarket untuk membeli beberapa bir dan minuman anggur. Dia berencana akan berpesta alkohol sendirian di rumahnya untuk meratapi nasib sialnya sejak dia bertemu dengan seorang Hendra Herlambang.

Kemudian dia kembali meluncurkan mobilnya ke apartemennya Aksa setelah menaruh botol minuman anggur dan beberapa bir di jok depan mobilnya.

Setelah sampai di area parkir apartemen tempat tinggalnya Aksa, Binar menoleh ke botol anggur sambil menggerak-nggerakkan bibirnya ke kanan dan ke kiri, "apa aku ajak Aksa minum aja ya? minum sendirian di rumah juga tidak menyenangkan malah akan membuatku semakin frustasi mengingat semua kebodohanku demi Hendra"

Akhirnya Binar turun dari dalam mobilnya sambil menjinjing botol anggurnya lalu menuju ke lantai lima dari apartemen tersebut menuju ke kediamannya Aksa.

Ting tong

Binar membunyikan bel di depan pintu apartemennya Aksa. Aksa nampak di depan layar TV mungil yang ada di depannya Binar.

Aksa langsung membuka pintu apartemennya saat dia mengetahui yang datang bertamu adalah Binar, bos cantiknya.

"Kak Binar? apa kakak mau ambil Bronzo sekarang? tapi Bronzo sudah tidur" Aksa berucap sambil membuka lebar-lebar pintunya.

"Aku boleh masuk?" tanya Binar.

"Tentu saja boleh, silakan masuk" kata Aksa.

Setelah Binar melangkah masuk, Aksa langsung menutup pintunya dan mempersilakan Binar duduk di ruang tamu setelah Binar melepas sepatu hak tingginya.

"Tolong ambilkan dua gelas ya, aku ingin minum anggur ini bersama denganmu" ucap Binar dengan polosnya.

"Hah?!" Aksa membuka lebar-lebar mulutnya dan tertegun menatap bos cantiknya.

"Aaahh, bukan apa-apa aku cuma merasa enggan untuk pulang karena, aku hanya sendirian di rumahku dan aku butuh teman saat ini. Kalau aku minum anggur ini di rumahnya kak Mika aku takut memberikan contoh yang tidak baik untuk Arga keponakanku. Apa kamu keberatan aku minum di sini? oke aku akan pulang saja kalau begitu" Binar hendak berdiri dan langsung dicegah oleh Aksa, "oke kak Binar, saya akan ambilkan gelasnya"

Aksa kembali duduk di dekatnya Binar dan menjaga jarak beberapa centimeter dari bosnya itu lalu meletakkan dua gelas di atas meja.

Binar menuangkan anggur ke kedua gelas itu lalu menyerahkan gelas yang satunya ke Aksa.

Aksa meletakkan gelas yang disodorkan Binar ke atas meja, "maaf saya tidak minum anggur ataupun minuman beralkohol lainnya"

Binar tersenyum, "kamu anak baik-baik ternyata" Binar tersenyum lalu menenggak habis anggurnya dan dia pun mengambil gelas yang diletakkan Aksa dan meminum sampai tandas anggur yang ada di dalam gelas itu.

Binar melihat Bronzo tidur meringkuk di atas sofa, "hanya Bronzo, makhluk berkelamin jantan yang mencintaiku" Binar berucap lalu menuang kembali anggur ke dalam gelasnya dan meminumnya sampai habis.

Aksa mengulum bibir menahan geli mendengar ucapannya Binar, "kak, jangan minum terus nanti kakak bisa tepar"

"Aku wanita yang menyedihkan, bagaimana bisa aku begitu percaya diri menunggu seorang laki-laki yang tidak pernah menyatakan cinta ke aku, hiks hiks hiks" ucap Binar mulai menangis dan meracau karena, pikirannya sudah mulai dikuasai anggur yang dia minum.

"Kak, berhenti minum! kakak curhat aja ke saya, apa yang terjadi?" kata Aksa.

Binar menenggak satu gelas lagi anggur yang baru saja dia tuang lalu dia merangkul Aksa begitu saja, "aku belum pernah berpacaran, apa kamu mau memacariku?" Binar berucap sembari mendekatkan wajah cantiknya ke wajah tampannya Aksa. Aksa langsung mencengkeram paha kaki kanannya dengan tangan kanannya untuk menahan gairah di dalam dirinya yang tiba-tiba muncul karena, wajah cantik bosnya itu semakin mendekat ke wajahnya.

Mmuuuaah

Binar mendaratkan ciuman di bibirnya Aksa lalu berucap, "ini adalah ciuman pertama bagiku tolong kamu jaga dan kamu hargai ya!?"

Oooooo, Tuhan tolong! Aksa menjerit frustasi di dalam hatinya saat bos cantiknya menembaknya dan bahkan menciumnya. Apa yang harus aku lakukan saat ini. Batin Aksa.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!