NovelToon NovelToon

Bahtera Cinta Zaviyar Dan Adiba!

Prolog BCZA!

*Hello, balik lagi bareng Rose manis badai, hihihi. Canda ya, uhuy ini story Gus dingin alias es kutub Utara bersanding bersama gadis hiperaktif yang sangat cerewet.

Salam hangat dari Rose_Crystal_030199*!

**** 💞💞💞 ****

Namaku Cyra Ghazala Nur Adiba, umur 18 tahun. Hidupku sangat membahagiakan bersama kedua orang tua dan 3 saudara serta 1 Adik perempuan. Panggil sesuka kalian, tetapi Mbak pondok sering memanggil Cyra. Kalau keluarga Nur, katanya aku seperti cahaya untuk mereka.

Ayah dan Ibuku seorang pekerja keras yang sangat tangguh. Ayah pensiun dari perusahaan. Sekarang ini beliau sedang bekerja sebagai petani, sementara Ibuku seorang penjahit.

Dua Kakak lelakiku sudah sukses dan sudah menikah. Satu Kakak lagi masih kuliah di luar Negeri. Sejatinya aku ingin melanjutkan studi di Al-Azhar, tetapi kedua orang tuaku membutuhkan aku di sini.

Hingga 3 tahun yang lalu aku izin mondok di pesantren Darul Huda sembari kuliah di Institut Agama Islam Negeri Ponorogo di singkat IAIN Ponorogo.

Aku mengambil fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam. Lalu tinggal sebentar lagi lulus, Alhamdulillah.

Semua kehidupan pasti ada rintangan bukan? Seperti diriku banyak sekali rintangan.

Aku menatap dari jauh Gus Afraz penuh damba. Iya aku mencintainya dalam diam dan sangat mengagumi sosok dingin itu.

Gus sangat tegas dan berpendirian teguh. Aku sangat mencintainya karena sikap dan akhlaknya yang baik. Budi pekerti santun serta memiliki segudang prestasi membuat aku jatuh hati. Aku mencintainya karena Allah.

Semua rasa sakit datang ketika Gus hendak menikah bersama Ning dari pendok Gontor Darussalam. Sakit sekali sampai rasanya begitu menyiksa batin.

Aku tetap kokoh mencintai Gus sekaligus Dosen di kampus IAIN. Apa daya cintaku terlampau besar membuat berdebar. Sebelum waktunya izinkan aku mengagumi sosok dingin itu sepenuh hati.

Gus Afraz adalah Dosen fakultas Syariah. Dia lulusan terbaik di Al-Azhar Kairo. Sayang sikap cuek, dingin, pendiam, tidak tersentuh dan tegas itu sangat tidak pantas.

Harusnya sebagai Gus memiliki sifat lembut, baik hati, pengertian dan ramah itu pasti. Namun,  berbanding balik akan sosoknya seperti gurun es. Dia sangat berbeda pada Gus kebanyakan. Namun, apa daya cintaku sudah tertaut untuknya.

Sebelum Gus menikah dengan Ning, aku akan menatap sembari berharap memiliki Suami hebat seperti Gus. Semoga saja kelak Suamiku hebat seperti Gus Afraz yang memiliki sejuta pesona.

Gus Afraz, aku mencintaimu karena Allah. Ya Allah, ini cinta yang salah. Aku tidak boleh memikirkan calon Suami orang.

Sadar Cyra ... Gus Afraz milik Ning Akifah.  Mulai sekarang kamu harus introspeksi bahwa kamu adalah gadis biasa. Sedangkan berangan mendapat Gus Afraz, memikirkan saja kamu salah. Aku tidak pantas untuknya yang memiliki segudang prestasi. Sementara aku hanya gadis sederhana tidak bisa apa-apa.

Sampai sekarang aku tidak pernah melihat senyum Gus Afraz padahal saudaranya Gus dan Ning ramah semua. Tetapi, beda dengan Gus Afraz yang terkesan masa bodo. Senyum Gus Afraz terdampar di planet uranus mungkin.

Aduh, aku harus mengaji Tafsir dulu. Gawat aku terlambat. Bisa gawat jika aku ketinggalan saat Pak Ustadz mbalah kitab. Ya Allah semoga aku tidak telat dan dapat masuk kelas.

***❤❤❤***

Mengajari Santriwan sudah hal biasa bagiku. Memberi pelajaran agar ilmu yang kudapat dari Kairo tidak sia-sia. Sebagai seorang Putra dari Abah Kiai aku harus menjadi sempurna. Nyatanya banyak kekurangan dari diriku yang mereka tidak tahu.

Anggapan mereka Afraz adalah sosok sempurna. Idaman, klise itu semua bohong. Jika aku bukan Gus apa mereka mau berbicara begitu? Pastinya mau pasalnya wajah dan tubuhku memiliki standar di atas rata-rata orang Indonesia. Kata mereka wajahku itu tidak pantas jadi orang pribumi. Jelas beda karena sejatinya aku memiliki rahasia sangat besar kenapa aku berbeda dari mereka.

Baik kalian ingin mengenal namaku, bukan? Namaku sangat panjang sampai pusing menyebut nama sendiri. Baiklah namaku, Muhammad Afraz Sakhi Zaviyar. Apa terlalu panjang? Ku rasa tidak terlalu.

Aku anak ke tiga dari 6 bersaudara. Dua kakakku lelaki dan sudah berumah tangga. Di bawahku Adik perempuan, lalu laki-laki lagi dan dua terakhir perempuan.

Umur, jangan tanya aku malu menyebutnya. Baik jika memaksa usiaku 28 tahun, status tunangan.

Di usia sedewasa itu, Abah dan Ummi terus mendesak supaya lekas menikah. Karena desakan akhirnya aku setuju untuk menikah. Semua terasa rumit saat aku dan Ning Akifah di jodohkan. Apa benar dia jodohku?

Sejatinya di setiap Shalat Istikharah, aku melihat gadis lain. Mungkin mimpi itu salah sampai membuat aku bingung.

Saat di kampus aku selalu melihat gadis kecil menatapku. Siapa gadis mungil itu? Setiap saat aku melihat dia menatapku dari jauh. Sebenarnya siapa?

Tidak sengaja aku melihat dia pulang ke Pondok Darul Huda. Oo, jadi gadis itu Santriwati di sini yang kuliah di IAIN. Mungkin saja gadis itu memiliki ketertarikan padaku.

Selalu begini, gadis itu setiap jam istirahat pasti melihatku. Sejatinya dia itu siapa? Apa dia seorang stalker? Apa tujuannya menatapku begitu intens?

Pada akhirnya aku tahu gadis itu bernama Cyra Ghazala Nur Adiba. Namanya agak sulit jadi yang terucap hanya Cyra. Gadis aneh yang sayangnya tidak terlalu supel. Baiklah lupakan gadis itu karena aku tidak ingin membuang waktu memikirkan si stalker.

"Tole," panggil Mas Erman. Dia Mas pertama yang sambang ke Pesantren.

"Dalem."

"Kamu dan Ning Akifah kapan menikah?"

Pertanyaan sensitif, sejatinya aku tidak ingin. Kalau begini harus bagaimana?

"2 bulan lagi."

"Alhamdulillah, Le."

"Maaf, Mas saya harus mengajar santri."

"Baiklah, jangan tegas-tegas kamu, Le. Memang kamu tampan Le, tetapi sayang terlalu kaku. Syukur ada Ning Akifah yang mau dengan kamu, Le. Jika tidak siapa yang mau dengan pria kaku sepertimu?"

"Terima kasih."

Dari pada mendengar ocehan tentangku lebih baik berlalu begitu saja. Tunggu aku di suruh Abah mengulang tafsir di Santriwati? Yang benar saja?

"Abah, saya tidak mau mengajar di sana."

"Mengertilah, Le. Pak Kholil yang sering mengajar sedang sakit. Makanya untuk beberapa hari ke depan Tole yang mengajar di Santriwati."

"Abah ... baiklah saya akan mengajar."

Abah tersenyum padaku sembari menepuk bahu. Dengan begini aku bertemu para Santriwati yang sangat heboh. Semoga saja ini akan lancar tanpa halangan apa pun.

****❤❤❤❤****

Visual Casting : Zaviyar and Adiba, Love Stories!

Muhammad Afraz Sakhi Zaviyar (28), Gus di pondok pesantren - Darul Huda Mayak! Sifat, begitu dingin tidak suka basa-basi dan sangat elegan. Berstatus tunangan dengan Ning di Pondok Pesantren Gontor.

.....

***Cyra Ghazala Nur Adiba (18), sifat, baik hati, periang, supel, hiperaktif dan bersahabat. Status Mahasiswi di IAIN Ponorogo. Dia juga Santriwati di pondok pesantren Darul Huda Mayak.

.....

Inilah kisah cinta Zaviyar dan Adiba membina rumah tangga atas dasar insiden kurang mengenakan. Bahtera rumah tangga dilingkupi kesabaran dan penantian cinta serta keikhlasan serta perjuangan.

Nantikan kisah cinta mereka selanjutnya***!

BCZ&A - Awal (yang) Buruk!

Afraz berjalan ke kelas yang ada di pojok ruangan dengan tampang dingin. Dia hendak mengulang tafsir untuk beberapa pertemuan. Ia tadi di beri tahu Kang pengurus kelas itu di lantai 3 ruangan paling pojok sebelah kanan.

Melihat penampilannya sudah cukup rapi. Zaviyar memakai koko dan sarung lalu pakai kopiah hitam polos. Tubuh tinggi menjulangnya terlihat begitu memesona dengan pakaian khas kang pondok.

Saat pintu terbuka semua Santriwati menganga tidak percaya Gus paling tampan dan dingin masuk ke kelas. Mereka kicep dengan pandangan kagum menatap Afraz. Untuk pertama kalinya bisa melihat Gus Afraz dalam radius sedekat ini.

Afraz berdehem sebentar lalu menatap tajam mereka. Kalau begini akan mudah untuk mengajar. Semoga saja tidak ada yang berulah atau mereka kena imbasnya.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh," salam Afraz.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh," jawab mereka kompak.

"Saya di sini mau mbalah kitab Tafsir untuk sementara. Ustadz Kholil tidak bisa hadir karena sakit. Jadi, mohon bantuannya!" tegas Afraz.

Senyum lebar para Santriwati mengembang sempurna. Para Mbak Imriti dan Alfiyah bersorak senang tanpa sadar. Di ulang Gus ganteng, nikmat mana yang didustakan.

"Diam!" seru Afraz membuat mereka langsung diam.

"Baik, Gus."

"Sampai mana Ustadz Kholil mbalah nya?"

"Dari surah An-Nisa ayat 136, Gus!"

Afraz membuka kitabnya dan mencari halaman. Setelah ketemu dia siap-siap mbalah. Dia memberikan salam, lalu pembukaan dan saat membaca Bismillah pintu terbuka. Afraz melirik tajam pada seseorang berani menyela pekerjaannya.

Cyra menunduk dalam sembari memeluk kitab Tafsir. Keringat keluar banyak, pasalnya dia berlari dari asrama ke gedung pojok dan kembali berlari menaiki tangga menuju kelasnya.

"Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh, Ustadz. Maaf saya terlambat," cicit Cyra.

Afraz seperti kenal gadis pendek yang menunduk dalam. Tunggu jangan bilang gadis ini seorang stalker itu? Saat di lihat lebih jauh ternyata benar ini gadis stalker itu.

"Wa'alaikumussalam Warahmatullahi Wabarakatuh, Mbak," jawab Afraz dan yang lainnya.

Cyra menyengit mendengar suara berat bukan seperti Pak Kholil. Dengan hati-hati dia mendongak menatap siapa gerangan orang di depannya. Cyra menjatuhkan kitab karena terkejut, tetapi bersyukur karena Afraz menangkap kitabnya.

Afraz tambah emosi pada gadis ceroboh ini. Ingin sekali dia mengeluarkan kata-kata tajamnya. Dia menajamkan matanya untuk menusuk Cyra. Afraz paling benci pada orang tidak menghargai waktu.

Mata besar dengan manik cokelat di bingkai bulu mata lentik memejam sempurna. Sungguh jantungnya berdegup keras bahkan tubuhnya menggigil. Pipi tembam itu merona tanpa mau di sembunyikan.

Afraz menyengit menatap gadis itu menunduk begitu dalam. Apa dia menakutkan? Bukankah gadis ini selalu menatapnya dari jauh?

"Keluar dari kelas saya. Anda dengar, keluar ....!"

Cyra langsung mendongak lagi disertai mata berkaca. Dia memohon agar ikut mengaji karena biaya masuk pesantren tidak murah. Apa jadinya jika orang tuanya tahu dia mengecewakan? Cyra memohon dengan mata berkaca-kaca.

"Saya mohon, Gus. Maaf saya telat masuk kelas."

"Tidak ada maaf ... Apa asrama ke kelas jauh? Apa Anda begitu pintar sampai menggampangkan waktu? Ingat, waktu berharga saya hilang gara-gara, Anda. Sekarang keluar!"

"Maafkan saya, Gus ... maaf saya tidak akan mengulang kesalahan yang sama. Gus, maafkan saya."

"Baiklah, biar saya yang keluar!"

"Jangan, biar saya yang keluar."

Afraz memberikan kitab Tafsir Cyra dan memilih duduk kembali ke bangku Ustadz. Menyebalkan sekali gadis itu sampai ingin Afraz menguap.

Cyra berjalan keluar sembari menunduk sedih. Air mata luruh begitu saja mengingat semuanya. Ia sedih kenapa bisa terlambat untuk pertama bertemu Afraz.

"Ibu, Bapak ... maafkan Cyra sudah membuat kecewa. Andai saja aku tidak menyelesaikan tugas kampus pasti tidak akan begini," lirih Cyra.

***,💖,***

Cyra masuk kelas bertampang lesu akibat memikirkan emosi Gus Afraz. Dia telah menghancurkan image untuk pertama kali saat bertemu.

"Cyra, nanti ada presentasi," ujar Janah.

"Oh, aku tidak mood belajar," lirih Cyra.

"Kenapa? Ada masalah apa?"

"Aku, pusing," jawab Cyra jujur.

Memang fisik Cyra sangat lemah gambang sakit. Dia menunduk sembari memijat pangkal hidung terasa berdenyut. Ia ingat dirinya begitu lemah dan itu sangat menyebalkan.

Janah dan teman-teman sekelas mengerubungi Cyra. Mereka semua sudah berteman bak saudara. Banyak pria tetapi selalu menjaga adab. Di kelas fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam, Cyra yang paling muda. Makanya banyak yang menyayangi serta perhatian.

"Ayo ke ruang kesehatan, Cyra," ajak Hendra.

"Tidak usah, Kak."

"Cyra, ayolah lagian nanti kita ke perpustakaan dan ada anak fakultas Syariah."

"He? Kita akan bergabung seruangan dengan fakultas itu?"

Cyra begitu panik, itu artinya akan bertemu kembali dengan Gus Afraz. Dia tidak boleh sakit makanya dengan segera meminum obat lalu meminta roti dan air. Cyra begitu semangat meminum air serta makan roti.

"Cyra," protes mereka.

"Ayolah, ayo kita semangat!"

"Serius, Cyra?"

"Hu'um, aku semangat!"

"Baiklah."

Di perpustakaan, Cyra mengambil tempat duduk paling pojok. Sefakultas Ekonomi dan Bisnis sudah datang, kini tinggal menunggu fakultas Syariah. Tidak lama kemudian yang di tunggu datang.

Terlihat Afraz memasuki perpustakaan dengan tampang datar seperti biasa. Pakaian itu terlihat semi formal dan itu sangat tampan memesona. Dia memakai celana bahan warna hitam dengan atasan kemeja biru muda. Afraz tidak memedulikan tatapan memuja para Mahasiswi. Yang dia inginkan cepat selesai maka semuanya berakhir.

Cyra menunduk dalam tidak berani menatap depan. Wajahnya sudah merona parah akan situasi ini. Jantungnya berdegup kencang melihat Afraz sangat tampan.

"Dik, Cyra," panggil Rohman dari fakultas Syariah.

"Iya, Kak," jawab Cyra lirih.

"Tambah cantik deh. Mau nikah sama Mas, ngga?" goda Rohman sukses mendapat sorakan.

"Hai, Rohman ...! Angga saja yang ganteng di tolak apa lagi kamu. Mengaca, Dik Cyra mana mau dengan kamu!" seru Badar.

Semua tertawa membuat suara gaduh. Dua Dosen merasa geram mendengar suara gaduh mereka. Rasanya dua Dosen ini ingin membuang biang kerok.

"Muhammad Abdul Rohman, keluar!" seru Afraz.

"Tapi, Pak ... Dik Cyra, tolong Mas!"

Cyra tambah mengumpet di belakang Fitri. Dia malu sekali akan tindakan Rohman. Kapan mereka waras sih kan ia jadi di cap buruk?

Afraz kesal berhadapan dengan Rohman, Mahasiswa paling aneh. Ingin sekali melempar buku, tetapi kasihan bukunya. Dari pada di lempar ia peluk erat saja dan baca sampai khatam.

"Baik, Pak."

Mata jelaga Afraz menatap pojok ruangan. Gadis itu lagi, kenapa ia bertemu gadis aneh itu lagi? Baik sepertinya tahu yang namanya Cyra itu populer.

Cyra akhirnya mendongak menatap depan dan untuk beberapa saat mata cokelat bertemu jelaga. Buru-buru dia menunduk dalam menyembunyikan rona wajah.

Afraz jadi yakin, gadis itu memang aneh. Kenapa para Mahasiswa begitu mengidolakan Cyra? Gadis pemalu, aneh, ceroboh dan menurutnya bikin pusing.

BCZ&A - Rencan Licik!

Diana menatap sebal Cyra pasalnya Adnan tampak mendekati gadis kampung. Lagi-lagi terasa sesak saat Cyra membanggakan kampus dengan prestasi akademik dan agama. Diana tidak suka melihat Cyra selalu di puja mereka.

Cyra tersenyum ramah pada mereka saat memberi tepuk tangan. Ia sangat bangga saat Dekan memberikan sebuket bunga dan piala.

Cyra memberi pidato singkat lalu membungkuk sopan. Senyum manis terukir indah menatap teman sefakultasnya. Dia melambai pada mereka penuh kebahagiaan akan prestasinya.

Afraz terdiam tidak percaya gadis aneh yang di cap tidak menjaga waktu ternyata berprestasi. Dia kira gadis itu hanya bisa menunduk, berbicara gagap dan pemalu. Ternyata gadis ini memiliki banyak bakat yang lumayan mencengangkan.

"Pak," panggil Suparto.

"Iya, Pak ... ada apa?"

"Bagaimana menurut Anda Dik Cyra?"

"Membanggakan."

"Betul, dia gadis yang sangat berprestasi. Anda tahu, dia Santriwati di Darul Huda."

"Iya, saya cukup tahu."

Berakhir sudah obrolan antara Afraz dan Suparto. Kedua Dosen itu terdiam menatap Cyra kagum. Untuk Suprapto pria paruh baya ini begitu bangga, sedangkan Afraz terlihat biasa saja tanpa ekspresi.

Cyra turun dengan riang menuju teman-teman sefakultas. Banyak pelukan yang dia dapat dari teman seangkatan. Ia tersenyum bahagia mendapat ucapan serta pelukan teman-temannya.

Diana mengepalkan tangan tatkala Adnan begitu tulus menatap Cyra. Rencana licik menguat saat menatap Pak Hendra. Dia akan menghancurkan Cyra apa pun konsekuensinya.

"Sintia dan Siti ayo jalan," ajak Diana.

"Mau apa?"

"Ayolah," pinta Diana.

"Baik, ayo."

Di taman belakang, Diana terus mencaci Cyra. Syukur 2 orang lainnya juga tidak menyukai Cyra. Dengan begini mereka bisa bekerja sama untuk menyingkirkan Cyra. Diana tidak akan tinggal diam menghancurkan wanita itu.

"Aku ingin menghancurkan, Cyra!" seru Diana.

Sintia dan Siti saling pandang untuk menanyakan apa rencana Diana? Mereka menepuk bahu Diana pelan. Kedua gadis ini tampak antusias ingin mendengar rencana Diana.

"Aku kurang paham, memang apa rencana kamu?" tanya Siti.

"Menghancurkan nama baik, Cyra. Ini terakhir kali si cupu mendapat penghargaan dan nama baik. Aku akan menghancurkan dia sampai titik terdalam. Nama akan hancur serta di cela semua orang!"

"Maksudnya? Kita menghancurkan nama dengan cara bagaimana?" tanya Sintia.

"Zina, kita lakukan itu."

"Apa? Mana bisa Cyra melakukan itu!"

"Otak di pakai, Woi! Kamu tahu Pak Hendra si Dosen mesum yang memiliki Istri dua?"

"Ya Allah, kamu serius ... jangan bilang kamu ingin Cyra di nodai. Namanya akan hancur karena berusaha menggoda Pak Hendra lalu perbuatan zina itu sangat di laknat. Pasti nama Cyra rusak!" jabar Siti.

"Bagus, bagaimana cara kita menjebak Cyra?" Sintia nimbrung.

"Itu dia yang membuat pusing, ada ide?" Diana jadi pusing.

"Di perpustakaan tempat yang wah. Nanti Cyra di nodai di sana. Kita kirim memo untuk menjebak Cyra. Lalu, Pak Hendra bagaimana?"

"Bukanya Pak Hendra ada tugas dan dari berita yang kutahu beliau akan ke perpustakaan," tukas Sintia.

"Ide bagus, ****** kamu Cyra. Dengan begini kamu akan menderita hidup bersama Bapak - Bapak dan beranak banyak. Pasti nama hancur dan hidupmu hancur!" seru Diana.

***

Cyra menatap memo dengan pandangan aneh. Jadi dia di suruh ke perpustakaan untuk menyelesaikan tugas dari Pak Hendra. Buku juga harus di pinjam dari perpustakaan. Cyra bingung siapa yang mengirim memo ini? Dari keterangan orang ini bilang tidak bisa menyampaikan langsung pasalnya dia sedang banyak tugas.

"Baiklah, aku bisa pulang jam 5 dan bisa mengaji."

Cyra meminta teman-teman untuk pulang terlebih dahulu. Dengan langkah santai Cyra menuju lantai 4 tempat perpustakaan. Entah kenapa jantungnya berdegup akan merasakan sesuatu hal yang besar. Sebenarnya apa yang akan terjadi? Semoga saja Allah selalu melindunginya, Amin

Sementara di ruang Dosen Pak Hendra sedang pening mendapat berita anaknya sakit. Padahal tugas menumpuk, dia harus pulang untuk melihat anaknya. Bagaimana pun keadaan anaknya yang paling penting.

Afraz sedang mengetik untuk tugas besok. Dia melirik Hendra aneh, pasalnya Dosen juh lebih tua darinya terlihat gelisah. Ada gerangan apa Pak Hendra kalut? Pada akhirnya Afraz akan bertanya pada Hendra.

"Ada apa, Pak?"

"Begini anak saya sakit sementara tugas menumpuk. Saya harus ke perpustakaan untuk mencari referensi dari buku bisnis. Tetapi, saya tidak mungkin mengabaikan Putri saya."

"Biar saya bantu, lagian saya pulang terlambat. Insya Allah, saya akan membantu meringankan tugas Anda."

"Gus Afraz serius?"

"Apa saya terlihat bercanda?"

"Alhamdulillah, terima kasih Gus!"

Hendra menjabarkan buku apa yang akan Afraz ambil. Dia sangat senang akhirnya ada yang membantu menyelesaikan masalahnya. Ia berharap Afraz tidak kerepotan akan tegasnya.

"Sama-sama, jadi buku tentang Ekonomi dan bisnis semester 7. Saya akan bawa untuk Anda besok."

"Terima kasih, Gus. Saya begitu beruntung mendapat bantuan dari Gus langsung. Jika buku di temukan bisa tolong rangkum bap 5?"

"Insya Allah."

Hendra pulang dan Afraz menuju perpustakaan. Pria sekitar 40-an berjalan cepat agar lekas sampai parkiran. Sementara Afraz sudah siap menuju perpustakaan. Dia meninggalkan laptop dan ponsel. Baginya hanya merangkum itu sebentar.

Cyra berkeliling mencari buku yang di cari, sementara Afraz baru masuk. Cuaca sedikit mendung membuat suasana dingin. Keduanya tidak sadar takdir akan mengikat mereka. Cuaca sedikit mendung membuat belaian di kulit terasa kurang nyaman. Baik Cyra atau pun Zaviyar tidak tahu akan ada garis takdir yang mengikat.

Diana serta kedua teman tersenyum saat target masuk. Tapi kenapa Pak Hendra berubah tinggi? Siapa Dosen itu? Sepertinya Dosen itu bukan Hendra. Lalu siapa gerangan target mereka?

"Siapa Dosen tinggi itu?" tanya Siti penasaran.

"Dari yang ada Dosen tinggi Pak Yoyok, Pak Imam, Pak Wisnu dan Gus Afraz. Pak Yoyok dan Pak Imam, duda anak 1. Pak Wisnu mesum beristri dan belum beranak dan terakhir Gus Afraz, status tunangan," jabar Diana.

"Aku berharap dapat Pak Wisnu atau Pak Yoyok. Mereka sama-sama panas, kita lihat seberapa perkasa mereka."

"Ya sudah, ayo kunci pintu per pus."

Diana mengunci pintu dengan hati-hati lalu menaruh kunci di tempat semula. Ia menyeringai penuh kemenangan saat korbannya terjebak. Bagus ia sangat bahagia akhirnya rencana mereka akan berhasil. Diana mengajak Sintia dan Siti untuk kabur dari tempat ini.

Ketiga gadis ini tersenyum penuh misteri. Mereka akan melihat kehancuran Cyra besok. Kita lihat saja gadis tengil itu akan menderita. Sekarang Diana, Sintia dan Siti bernapas lega, pasalnya Cyra akan hancur.

Takdir akan menyatukan keduanya tanpa dikehendaki. Karena Diana, Sintia dan Siti dua nama dipertaruhkan. Karena keduanya menyatu tanpa ada unsur kesengajaan.

Inilah jalan menuju ikatan tanpa dikehendaki.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!