🌺Author Pov🌺
Cuaca panas sudah menghiasi keseharian kota Jakarta. Setiap harinya Via (Silviana Okta), menyibukkan dirinya mengurus toko aksesoris dari karyanya sendiri. Dia wanita berusia 34 tahun saat ini. Status masih single. Kesibukkan akan pekerjaannya membuat dirinya lupa tentang umurnya yang sudah sepantasnya menikah. 'Jiwa muda', kata inilah yang tepat untuk dirinya. Umurnya boleh dewasa, tapi wajahnya sangat awet muda.
*Silviana Okta
Via sangat mandiri dan keras kepala. Namun dibalik itu semua, ada tiga kata yang melekat pada kepribadiannya yaitu penyayang keluarga dan teman, cuek, dan sabar. Dia adalah anak pertama dari tiga bersaudara. Orang tuanya merupakan orang yang sangat sibuk akan karir mereka masing-masing. Papanya adalah seorang CEO di sebuah perusahaan ternama di negara Singapore, sedangkan mamanya adalah seorang perancang busana internasional yang cukup terkenal juga dan menetap di Singapore menemani suaminya (yakni papanya Via).
Via mempunyai satu adik perempuan bernama Julia Oktaviani yang berumur 28 tahun dan sudah berkeluarga. Julia menikah pada usia 25 tahun dan sudah mempunyai seorang anak perempuan berusia satu setengah tahun. Julia menikah dengan seorang pengusaha batu bara di daerah Semarang. Mereka menetap di sana sudah tiga tahun lamanya.
Disamping itu, Via masih punya satu adik laki-laki yang berusia 20 tahun dan seapartemen dengannya saat ini. Adik laki-lakinya masih kuliah jurusan kedokteran di salah satu universitas ternama di Jakarta. Dia bernama Ferdy Oktovianus yang suka di sapa Ferdy. Dia menjadi adik kesayangan Via, karena Ferdy kadang berlagak seperti kakak bagi Via. Ferdy suka melindungi kakaknya yang satu ini dari apapun.
*Ferdy Oktavianus
Bagi yang melihat mereka berdua sering bersamaan dan wajah mereka berdua juga tidak terlihat mirip, mereka akan dikira sepasang kekasih. Kemanapun mereka berjalan, pasti jadi bahan lirikan semua mata yang memandang.
Mereka tiga bersaudara tidak mengikuti kedua orang tuanya untuk menetap ke Singapore, karena mereka sangat senang di Indonesia. Via dan Ferdy sesekali menginap di rumah Julia jika sedang ada jadwal libur. Tapi saat ini mereka berdua sedang sibuk dengan kehidupan masing-masing. Ferdy ingin serius mengejar semester tujuhnya agar bisa segera skripsi.
Di sebuah apartemen yang bertema minimalis, Ferdy bersiap merapikan tas dan bukunya untuk segera berangkat kuliah. Begitu juga Via yang sudah bersiap dari tadi sedang sibuk prepare lunch box di dapur untuk dibawanya ke toko. Tidak lama setelah prepare, dia melihat si tampan Ferdy turun dari anak tangga menghampirinya.
"Via, aku sudah siap," ucap Ferdy yang sibuk mencari kunci mobil kesayangannya.
"Oke. Ayo berangkat!" ajak Via sambil menenteng bekalnya dengan paperbag pink dan memakai tas selempang kecil di bahunya.
Ferdy memicingkan matanya melihat Via.
"Ayo, Fer! Nanti telat lo."
"Via, kamu gak siapin lunch box buat aku?"
"Astaga! Aku lupa," ucap Via sambil menepuk dahinya.
"Aku kan sudah bilang tadi sebelum aku mandi. Kau ini belum punya anak tapi sudah gejala pikun," maki Ferdy.
"Kalau gitu, ambil bekalku saja. Aku akan makan siang di toko saja. Di sana lebih mudah cari makanan," kata Via sambil menyodorkan papper bag pinknya.
"Beneran nih?"
"Ya, beneran. Ambil ini!" Via menyodorkannya ke tangan Ferdy dan Ferdy tidak menolaknya.
"Thanks ya," ucap Ferdy sambil tersenyum manis.
"Iya, sama-sama. Ayo, kita berangkat sekarang!"
Mereka bergegas naik lift menuju ke parkiran mobil di basement. Mobil Pajero Sport putih berbunyi dua kali yang menandakan suara pembuka kunci otomatisnya bekerja. Ferdy segera berangkat mengantar Via terlebih dulu ke tokonya, barulah dia ke tempat kuliahnya.
Hanya dalam waktu dua puluh menitan saja mereka telah sampai di depan toko Via. Dia turun dengan anggunnya sambil menutup pintu mobilnya kembali.
"Ati-ati di jalan ya, Fer!" pesannya pada adik kesayangannya itu sambil melambaikan tangannya sebagai tanda perpisahan.
Ferdy hanya membalas dengan lambaian tangan dari dalam mobilnya sambil membunyikan suara klaksonnya satu kali yang menandakan dia akan segera pamit menuju ke universitasnya. Setelah itu, Via langsung masuk ke dalam tokonya untuk melakukan aktifitasnya.
🌺Via pov🌺
"Andien! Bagaimana penjualan kemaren? Boleh gak aku lihat laporan keuangan kemaren?" tanyaku pada asisten kepercayaanku.
"Baik, bu! Saya akan kirimkan via email ya bu," jawabnya sambil sibuk mengutak-atik keyboardnya.
Sambil menuju ke arah dapur, membuat kopi mix kesukaanku, dan menuju ke ruanganku sambil menyiapkan peralatan gambarku. Kali ini aku ingin desain hair ring. Sambil memeriksa laptopku, sambil menikmati kopi hangatku.
"Penjualan bulan ini sangat meningkat di pasaran. Konsumen dari manca negara juga lumayan bertambah. Asyikkkk!!" ucapku senang sambil nyengir.
'Drrt...drrt...' bunyi getaran dari Hp yang uda ku silent.
Aku mengeluarkan hpku dari dalam tas selempang kecilku. Tertera nama Ferdy di layar hpku. Aku langsung mengangkatnya tanpa ragu.
📞"Ya, Fer. Kenapa?"
📞"Via, nanti malam aku jemput ya jam 7 di toko kamu."
📞"Tumben kamu mau jemput aku? Biasa juga kan aku pulang sendiri. Mau traktir makan?"
📞"Bisa di bilang begitu. Tapi tolong ganti pakaian kamu ya! Kalau bisa ganti pakaian buat acara resmi."
📞"Tunggu! Tunggu! Kenapa harus pakai acara ganti pakaian sih? Kan cuma makan di luar doang. Emang ada acara lain?"
📞"Hahahaha.... Temenku ulang tahun malam ini dan aku lupa kasih tau kamu. Pokoknya tar malam kamu nemenin aku ya. Ingat, ganti pakaian resmi karena dia bukan orang sembarangan! Jangan malu-maluin aku!"
📞"Ya udah de. Kebetulan hari ini aku juga dapat selesai lebih awal."
📞"Sip. See you tonight."
📞"Ok. Bye!" akhir kalimatku.
"Mendadak gini sih. Keknya aku harus ke butik si Cheryl nih buat beli baju di sana."
Aku langsung bergegas merapikan meja kerjaku dan menyeruput habis kopiku.
"Andien, aku keluar bentar ya ke tempat bu Cheryl. Tolong hubungi aku kalau membutuhkan sesuatu!" pesanku sambil jalan sedikit buru-buru menuju pintu keluar.
"Ok, bu," jawab Andien singkat dan tampak sedikit bingung.
Toko butik Cheryl hanya berjarak lima toko saja dari tokoku. Suasana Vintage di tokonya membuat para pengunjungnya merasa nyaman. Setelah sampai di tokonya, aku langsung melihat dia tengah sibuk memilih kain untuk dipadukan di boneka modelnya.
"Hai cantik, aku mau beli baju nih."
"Hai, Via. Kebetulan aku ada barang baru nih. Sini, ikut aku!" ajaknya sambil menarik pergelangan tangan kananku ke tempat yang ditujunya.
Dia membawaku ke sebuah ruangan yang khusus berisi koleksi-koleksi terbarunya. Pilihannya sangat banyak dengan berbagai model berbeda dan semua adalah asli karyanya, karena dia sangat terobsesi ingin menjadi perancang busana sejak masih SMA.
"Wahhhh.... uda lama gak main ke sini, koleksimu makin banyak dan modis aja," pujiku saat menatap takjub akan karya-karyanya.
"Kamunya aja sok sibuk. Kapan nih kita ngopi bareng?"
"Kita atur waktu ya, tau sendiri kan kalau kita bikin janji suka gak tepat gitu waktunya."
"Ya, benar!" ucapnya menyetujui sambil mengangguk pelan. "By the way, kamu butuh pakaian buat acara apa?"
"Ooo... ke acara resmi ulang tahun temen."
Cheryl fokus pada tubuhku sambil mencari beberapa pakaian yang akan ku coba. Kisaran hampir satu jam aku di tempatnya. Selain berbincang-bincang sebentar, aku mencoba segala pakaian rekomendasi darinya sampai akhirnya ketemu yang cocok denganku.
"Cantik, aku ambil ini aja!" seruku sambil menunjuk salah satu pakaian yang akan aku pick up.
"Ok de say, aku bungkus ya. Semoga harimu menyenangkan dan segera ketemu jodoh!" katanya sambil mengedipkan mata kirinya padaku.
"Apaan sih? Belon gitu mikirin ke sana sih. Lagi asyik sendiri."
"Jangan kelamaan jomblo, gak baik! Si Hendra bukannya suka ngejar kamu ya?"
"Hendra yang mana?" tanyaku sambil berpikir keras.
"Temen SMA kita yang mukanya manis itu, masa lupa sih? Setau aku, dia fans banget ama kamu."
"Oooo... Hendra itu. Aku gak anggap serius. Aku duluan ya, cantik," pamitku buru-buru kembali ke tokoku, karena pekerjaanku ada yang belum selesai.
"Cepet amat sih?" tanyanya gak puas.
"Next, kita ngobrol lagi, ok? Thanks ya, cantik."
"Ya uda, sama-sama. Jangan lupa ya cari pasangan tar malam!" pesannya lagi setelah melihatku beranjak keluar dari tokonya.
*****
🌺Darren Pov🌺
📞"Pokoknya lu mesti datang ya jam 19.30 acaranya. Tar gue kirim lokasinya."
📞"Kok mendadak gini sih? Gue aja blon selesai kerjaan kantor. Untung aja gak ada jadwal kuliah hari ini. Gue usahain de."
📞"Ayolah, friend! Gue uda booking tempat dan uda undang teman-teman yang lain. Mubazir tau kalo lu gak datang, karena gue uda itung porsi lu juga."
📞"Hahaha..... orang kaya tapi tau kata mubazir. Ya uda de. Gue selesein dulu kerjaan gue ya. Tar gue otw ke sana."
📞"Ok de bro. Di tunggu malam ini kedatangannya. We must have fun. Yeayyyy....."
Setelah di sana menutup teleponnya, aku hanya menyeringai saja. Undangan pesta ulang tahun dadakkan dari sahabat akrabku Yuda Wijaya yang tepat usianya 21 tahun saat ini.
Chatku berkumandang ke Pak Eko (asisten kantor kepercayaanku)
🧑'Pak Eko, tolong siapkan mobil buat malam ini ya! Aku mau keluar bentar ke acara temen!'
^^^🧔'Ok, den!'^^^
Aku segera menyelesaikan urusan kantorku. Sebenarnya sih ini kerjaan dari daddyku aja yang pengen aku cepat berkembang agar cepat jadi ahli pemegang waris, tapi so far aku belum gitu fokus dengan kerjaan yang baru ku jalanin dua tahun ini. Apalagi aku juga masih sambilan kuliah online, karena agak malas hadir ke tempat kuliahan.
"Pak bos, ini ada beberapa dokumen yang mesti ditanda tangani," ucap sekretarisku, Santi.
Santi menyerahkan map tersebut yang berisikan beberapa halaman dokumen untuk aku tanda tangani. Dengan tubuh montoknya, dia selalu mengenakan pakaian ketatnya, bahkan sengaja memamerkan belahan dadanya sedikit karena kancing bajunya sengaja di buka sampai pada bagian tersebut.
Aku rada males liatnya, karena bukan hanya sekali dua kali dia seperti ini. "Santi, tinggalkan map itu! Aku akan menandatanginya nanti. Kau keluarlah dulu!" perintahku yang udah jenuh melihat tingkah laku genitnya.
"Ta.. tapi pak bos, itu harus segera di tandatangani dan aku akan menunggu di sini," ucapnya ngotot berdiri di sampingku yang makin mendekatiku.
"Aduh... Uda de, San. Aku bisa tanda tangan. Emang siapa sih bosnya? Kamu apa aku?" tanyaku kesal sambil melototinya.
"Oh ya pak, maaf aku lupa. Maaf ya pak bos atas kelancanganku! Kalo gitu, ini aku tinggalkan di sini. Aku pamit keluar dulu," katanya sambil berpamitan meninggalkan ruang kerjaku.
'Apa mesti gitu jadi sekretaris tapi mau cari perhatian terus ama bosnya?' batinku kesal.
Aku membuka dan memeriksa dokumen yang akan ku tandatangani kembali agar tidak terjadi kesalahan. Karena kesibukkanku, aku bisa melewati waktu dengan cepat. Pas akhirnya tiba pukul 18.30. Aku segera menuju ke area parkir khusus dan sudah ada pak Eko yang menungguku di sana sambil menghisap sebatang rokoknya.
Melihat kedatanganku, pak Eko langsung mematikan puntung rokoknya dengan menginjak-nginjakkan puntung rokoknya ke lantai basement agar segera padam.
"Maaf den, ini kuncinya!" ucapnya sambil menyerahkan kunci mobilnya padaku.
"Kalau gitu, bapak pulang saja! Nanti mobil ini akan aku bawa pulang sendiri. Besok tolong supirin aku di apartemen. Jangan lupa ya pak, karena besok aku ada meeting jam 09.00 pagi!" pesanku mengingatkannya agar aku tidak telat ke kantor.
"Baik, den. Hati-hati di jalan, den!"
Aku hanya mengangguk kecil sambil tersenyum kecil padanya. Setelah kurasa mobil ini sudah siap untuk jalan, aku langsung berpamitan dengan pak Eko dengan mengklakson pelan padanya.
"Ya, den," jawabnya sopan sambil sedikit menunduk saat aku mulai menjalankan mobilku di depannya.
Aku melihat ke arah GPS mobilku yang sudah ku atur posisi lokasi dari Yuda, tempat pestanya berjalan. Lumayan sedikit jauh, karena jarak tempuh ke sana menghabiskan waktu kisaran 40 menit dari kantorku.
Sesampainya di tujuan....
Aku langsung memarkirkan mobilku dan bergegas menyusul ke dalam ruangan untuk bertemu dengan Yuda. Sebuah ballroom yang sangat mewah dan sudah dipenuhi banyak tamu undangan. Sangat ramai, begitulah kondisinya yang tergambar saat ini.
"Yuda Wijaya!" panggilku saat melihatnya sedang asyik berbincang dengan seorang tamu wanita.
"Hei bro, Darren!" jawabnya sambil menemuiku.
"Wah... pesta ultah lu boleh juga. Tumben ngadain pesta?" tanyaku penasaran
Dia merangkulku. "Gue mau tunangan juga bro," bisiknya pelan di telingaku.
"Serius lu?"
"Dua rius malah," katanya sambil cengengesan.
"Emang uda ada calon?"
"Hadeuh... bro. Lu pikir gue gak laku ya? Walaupun muka pas-pasan gini, tapi ada la yang mau ama gue. Gak kayak lu yang masih digantung ama si Bella. Menanti hal yang gak pasti, buat apa?" ledeknya.
"Kalo gitu, selamat de. Moga awet dan diperlancar sampai ke jenjang serius," doaku tulus.
"Ya, bro. Thanks banget uda datang ke sini. Masuk dulu gih! Duduk manis ato makan-makan dulu sana!"
"Ok, Yud. Gue ke dalam dulu ya," kataku sambil menuju ke dalam ruangan.
Aku duduk di deretan kedua dari beberapa barisan bangku yang sudah tersusun rapi. Para pelayan tampak sibuk mondar mandir sambil menawarkan minuman pada kami. Aku mengambil segelas koktail untuk menyejukkan tenggorokkanku.
Aku mulai meneliti di setiap ruangan untuk mencari-cari teman-teman yang ku kenal. Tanpa sengaja, aku melihat seorang gadis cantik yang sudah berdiri di dekat pintu masuk dan sedang di foto oleh seorang pria. Gadis itu sangat manis dan jantungku langsung berdetak kencang saat melihatnya pertama kali.
*Silviana Okta
Dengan gaunnya yang indah dan hiasan yang sederhana, dia tampak sempurna di mataku. Aku harus berkenalan dengannya.
Aku baru mau menghampiri si gadis manis itu, tapi ada seorang pria yang terus menerus di sampingnya.
'Mungkin itu pacarnya,' batinku yang membuatku tersenyum sendiri.
"Hey, bro!" panggil seseorang yang ternyata sudah duduk di sebelahku.
"Yah!" jawabku sambil berpaling ke arah si pemilik suara.
"Darren! Apa kabar?"
"Hey, Putra! Kabar baik. Gimana kabar lu juga?"
Putra, salah satu temen nongkrong bareng sampai saat ini. Hanya saja sudah enam bulan ini kami jarang ketemu, karena kesibukkan kami masing-masing.
"Baik juga. Oh ya, Bella?" tanyanya penasaran karena dia melihat aku tidak membawa pasangan.
"Dia keluar negeri. Kuliah di sana," jawabku sambil tersenyum kecil, tapi hati merasa kesepian.
"Kemana kuliahnya?"
"Ke Jerman. Sudah lima bulanan dia di sana."
"Lu gak nyusul? Cewek secantik dia bisa di rebut orang lo kalau gak ada yang jagain," ledek Putra sambil menyenggol dikit lengan kiriku.
"Bisa aja lu, Put. Kita cuma temenan kok. Gak lebih. Lagian juga kan kita emang gak pernah pacaran," jawabku yang emang ngerasa kalau hubungan diantara kami berdua tidak spesial.
"Bukannya lu naksir ama dia?"
"Hehe... kita hanya sebatas friendzone aja. Itu aja."
Aku menyangkalnya agar Putra gak tanya lebih lanjut. Friendzone aku ke Bella tuh emang sudah seperti sepasang kekasih, tapi hanya aku yang terlalu sayang ama dia. Sedangkan dia tidak begitu membalas perasaanku, karena dulu dia sudah mempunyai seseorang yang spesial di hatinya.
"Owalah... hanya teman toh. Trus, sekarang lu masih jomblo? Gebetan lu mana?" tanya Putra sambil mencari-cari siapa yang menjadi tambatan hatiku.
Aku hanya tersenyum kecil, tapi tiba-tiba aku masih melirik ke arah gadis manis yang membuat jantungku berdetak setiap kali melihatnya.
"Lu suka ama tuh cewek?" tanya Putra sambil menepuk pelan bahuku dan sontak responku sedikit kaget.
"Cewek yang mana?" Aku mencoba bertanya padanya sebatas ingin tau saja siapa yang sudah di terkanya tadi.
"Itu yang rambut panjang pake dress salem, yang lagi megang hp," tunjuknya tepat pada sosok gadis yang telah membuatku penasaran alias gadis yang kumaksud.
Aku melihat gadis tersebut tengah tersenyum puas pada layar hpnya. "Tapi... dia uda punya cowok," ucapku dengan perasaan kecewa.
"Maksud lo, cowok yang disebelahnya itu?" tanya putra memastikan cowok yang kumaksud.
Aku hanya mengangguk menandakan kalau tebakannya adalah benar.
"Hahahaha... Bro, itu bukan cowoknya. Itu adenya," jawab Putra yang mengejutkanku.
"Kok lu tau?" tanyaku penasaran.
"Ya iyalah gue tau. Dia kan temen sekampus gue. Anaknya pinter, jurusan kedokteran," lanjut Putra yang bikin hatiku lega mendengarnya.
"Kok mereka gak mirip?"
"Iya, pada bilang gitu. Gue juga awalnya gak yakin kalo itu kakaknya. Abisnya kakaknya awet muda banget."
"Jadi, lu pernah ngobrol ama kakaknya?"
"Gak sih. Gue cuma suka ngeliat mereka chattan aja sambil video call. Nama adenya Ferdy. Bentar ya, gue panggilin."
Putra melambai-lambaikan tangannya ke arah Ferdy yang dia kenal dan akhirnya cepat direspon oleh Ferdy. Putra memberi kode pada Ferdy agar menghampirinya dan Ferdy mengangguk menyetujui menuju ke arah tempat duduk kami. Tampak si Ferdy menggandeng tangan kakaknya dan berjalan pelan untuk di bawa ke sini. Dia memang seperti seorang lelaki yang setia terhadap pasangannya.
"Hey, bro!" panggil Putra sambil berdiri dari tempat duduknya berjabat tangan gaul ala-ala anak muda zaman sekarang.
"Hey, Put. Ama siapa lu?" tanya Ferdy sambil tersenyum gembira.
"Nih!" lirik Putra ke arahku. "Ama dia. Kenalin dulu, temen nongkrongan gue, Darren."
Aku langsung beranjak dari kursiku sambil berkenalan dengannya. "Darren."
"Ferdy," ucapnya singkat. "Ini kakak gue, Via," lanjutnya sambil mengenalkan kakaknya.
"Via," ucap lembut si pemilik nama tersebut.
Aku hanya tersenyum ramah saja, tapi jantungku sangat kacau. Semoga saja tidak sampai terdengar olehnya.
"Kak Via, silahkan duduk di sini!" seru Putra sambil menawarkan kursi yang masih kosong di sebelahnya.
"Panggil aku Via saja agar tidak canggung!" pintanya sambil mau mengambil posisi duduk kursi tersebut.
"Via, kamu di sana saja! Aku yang disini," ucap Ferdy yang menggeser kakaknya agar duduk di kursi sebelahnya lagi.
"Ok!" jawabnya seraya membetulkan gaunnya sambil mengambil posisi duduk anggunnya.
Ferdy tampak memperlakukan kakaknya dengan sangat baik. Dia menjaga kakaknya agar tidak sembarangan dekat dengan lelaki lain. Aku sangat merasa kagum melihat kelakuan mereka berdua.
🌺Author Pov🌺
Di tengah-tengah keramaian, Yuda sudah sangat siap di kenalkan sebagai tuan rumah acara malam ini oleh hostnya. Kedua orang tua Yuda juga sudah siap melangsungkan acara ulang tahun putranya.
"Selamat malam saya ucapkan kepada saudara-saudari sekalian yang ganteng-ganteng, yang cantik-cantik, sudah hadir pada malam hari ini. Kita mulai saja acara kita pada malam hari ini yaitu acara ulang tahun tuan muda Yuda Wijaya sekaligus acara tunangannya dengan nona muda Alexia Susan. Kita berikan tepuk tangan meriah pada mereka berdua!" ucap host panjang lebar yang membuka awal acara tersebut berlansung dengan lancar.
Yuda dan pasangannya berdiri di atas panggung di depan sebuah cake lima tingkat. Mereka bersama para orang tua masing-masing mengikuti himbauan dari host sampai acara ini berjalan dengan mulus tanpa ada celah. Acara pertukaran cincin juga sudah berjalan dengan baik dan di akhiri dengan ciuman romantis antar kedua pasangan tersebut.
Acara masih berlanjut dengan alunan musik romantis untuk mengiringi siapa saja yang mau berdansa di dance floor yang sudah disediakan. Beberapa tamu pasangan juga menampilkan kehebatan mereka dalam berdansa.
Dari kejauhan tampak Darren sesekali mencuri pandang ke arah Via tanpa sepengetahuan Via. Tapi pandangan Via hanya jatuh pada pasangan-pasangan romantis di dance floor saja.
🌺Via Pov🌺
"Fer, aku lapar."
"Mau diambilin?" tawar Ferdy.
"Ga usah. Aku pergi sendiri aja cari makan. Aku takut lambungku bermasalah kalo telat makan," jawabku langsung berdiri dari tempatku. "Kamu gak mau ikut makan sekalian?"
"Aku mau ke toilet bentar. Kamu duluan aja!"
Aku dan dia sama-sama pergi ke tempat tujuan kami masing-masing. Ball roomnya sangat ramai dan elegan. Masing-masing tamu yang datang bebas nongkrong di mana saja sambil makan semua jenis makanan yang disediakan. Pilihanku jatuh kepada Blueberry Cheesecake yang menggoda.
'Aduh, enak banget sih kamu!' batinku saat sudah menikmati suapan pertama di dalam mulutku.
"Halo!" sapa seorang pria yang baru saja menghampiriku.
"Ya," jawabku sambil menengok ke arah pemilik suara.
Ternyata si pemilik suara tersebut adalah suara seorang pria muda yang tampan.
*Darren Xander
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!