.
"Papa bercanda?!!!" Seorang gadis berteriak dengan keras.
Hari ini begitu panas, matahari bersinar begitu terang.
Suasana di rumah itu juga sepertinya tidak kalah panas.
"Papa tidak bercanda. Papa serius untuk menjodohkan mu dengan Jarvis!" Jawab pria yang berusia sekitar 40 tahunan yang sedang duduk santai dan seolah-olah tidak terpengaruh sama sekali dengan tingkah putrinya.
"Kakak... Kenapa kamu tidak duduk dulu, kita bisa mengobrol dengan santai." Ucap gadis remaja yang berusia sekitar tiga belas tahunan.
"Diam Liona! Kamu bukannya membantuku!" Sungut gadis itu.
"Kakak jangan marah-marah terus. Lihatlah! Kakak sudah mulai terlihat keriput." Gadis bernama Liona itu
"Jangan bercanda! Aku sedang tidak ingin bergurau dengan mu hari ini. Bantu aku berbicara dengan papa, aku akan memberikan mu hadiah!" Jawab gadis itu.
"Aku ingin mau ikut campur dengan urusan kakak." Liona menjulurkan lidahnya pada kakaknya yang terlihat semakin kesal.
"Dasar bocah sialan!" Geramnya.
"Lilo!!!"
Teriak seorang wanita yang baru saja dari arah dapur, di tangannya ada kentang goreng yang baru saja dia goreng.
"Mama... Jangan berteriak. Itu mengejutkan ku." Lilo mengusap dadanya yang memang terkejut karena teriakan dari ibunya.
"Jangan berisik lagi!" Ucap wanita itu.
"Tapi ma... Papa menjodohkan ku dengan pria tua"
Lilo menatap ayahnya yang sepertinya masih saja tidak peduli padanya, walaupun dia sudah terus berteriak-teriak sejak tadi.
Ayahnya adalah pria yang paling di sayanginya, dan merupakan cinta pertamany adlaah ayahnya sendiri. Tapi saat ini dia merasa jika cinta pertamanya itu akan segera berubah, karena sikap ayahnya itu padanya.
Abrian araga Darma, atau yang biasa di kenal dengan nama Bian oleh keluarganya. Dia adalah cucu tertua dari keluarga kaya raya yang sangat di pandang tinggi oleh jajaran kerajaan bisnis di kota itu.
Dia merupakan seorang komisaris jenderal polisi, namun dia juga tumbuh dari keluarga yang berada dan sangat besar pengaruhnya dalam dunia bisnis, khususnya dalam bidang properti.
Dia menikah dengan seorang gadis bernama Muvita, dan kini telah di karuniai dua orang putri yang sangat cantik.
Saat ini putrinya sedang terus mengomel dan terus menggerutu padanya, karena rencana yang dia lakukan untuk menjodohkannya dengan salah satu rekan bisnisnya.
Walaupun semuanya tidak seperti yang terlihat. Karena semuanya itu juga masih di penuhi dengan rahasia.
"Papa tidak tahu?! Dia itu duda! Bahkan usianya sudah hampir 40 tahun! Sama kayak usia papa yang baru mau 43 tahun!! Aku baru akan berusia 17 tahun! Dari yang aku dengar istrinya meninggal karena dia tidak tahan hidup dengannya. Mungkin dia sangat kejam, sampai-sampai istrinya mati begitu saja. Bagaimana mungkin papa tega melakukan hal ini padaku!!!"
Bammm!!
Gadis muda itu menggebrak meja dengan keras.
"Lilo! Jaga sikap mu!" Teriak Muvita lagi.
"Mama... Papa tega padaku... Dia menjodohkan ku dengan pria duda yang sudah tua..." Gadis bernama Lilo mendekati Muvita, dia juga segera memeluk lenganya dan bergelayut manja di sana.
"Diamlah! Ini juga demi kebaikanmu!" Jawab Muvita seraya menarik lengannya dari putrinya.
"Mama dan papa benar-benar jahat. Aku masih SMA, kenapa justru di jodohkan seperti ini!" Lilo duduk di dekat papa nya yang masih terlihat begitu santai, walaupun dia sudah marah-marah seperti tadi.
"Kenapa bukan Liona saja yang di jodohkan dengan pak duda..."
"Enak saja! Itu jodoh untuk kakak." Jawab Liona dengan cepat.
"Bian... Lihat putrimu. Dia sepertinya sangat tidak suka dengan keputusan mu. Lagi pula dia juga masih sekolah. Apa ini tidak terburu-buru? Dan lagi, di jaman seperti ini, apa perlu kita menjodohkan mereka seperti itu?" Ujar Muvita.
"Papa... Papa yang terbaik. jangan lakukan ini... Atau aku akan kehilangan harga diri ku yang sangat tinggi." Pinta Lilo dengan sangat memelas.
"Keputusan ini sudah final! Jadi jangan mengatakan apapun lagi." Jawab Abrian.
"Kamu terus membuat masalah. Sudah berapa kali mama dan papa harus ke sekolah untuk meminta maaf karena tindakanmu?! Kamu selalu membuat kegaduhan di sana sini. Bahkan sampai harus di bawa ke kantor polisi karena kamu memukul wajah seorang pria yang menggodamu. Kamu ingat-ingat kembali bagaimana kamu membuat onar yang hampir membuat ku kehilangan pekerjaan papa! Kamu juga selalu kelayapan tidak jelas bahkan sampai harus di bawa pulang oleh paman mu karena kamu yang tidak bisa di atur!" Jawab Abrian.
"Itu..." Lilo mengusap pipinya dengan jari telunjuknya. Dia merasa bersalah, juga malu karena itu.
"Bian... Lilo masih belum dewasa. Kamu tidak perlu terlalu keras." Ujar Muvita.
"Muvita... Ini yang terbaik untuk untuknya. Percaya padaku." Jawab Abrian
Mendengar itu Lilo merasa sangat geram.
"Yang terbaik untuk papa! Bukan untuk ku!" Sungut Lilo, "apa papa membesarkan ku hanya agar papa bisa menjodohkan ku dengan pria duda yang bahkan usianya berkali-kali lipat jauh lebih tua dari ku! Agar papa bisa menjalin hubungan bisnis dengannya! Papa sungguh picik!"
"Adelio Stevan Darma!! Jaga bicaramu dengan papamu!!!" Suara Muvita meninggi.
Abrian melihat putrinya yang hanya bisa menahan kemarahannya, dia melihat tangan putrinya mengepal kuat dan rahangnya mengeras.
"Aku mengerti! Lakukan saja seperti apa yang kalian rencana kan!" Lilo beranjak dari tempat duduknya, dia berlari dengan cepat menuju ke kamarnya.
Muvita menghembuskan nafasnya dengan kasar
"Entahlah. Aku bukan tidak percaya padamu. Tapi di jaman sekarang ini, perjodohan sudah tidak ada. Bahkan cerita Siti Nurbaya juga sudah sangat jarang ada yang mengetahuinya. Jaman sekarang mereka semua lebih tertarik pada drama Korea atau semacamnya." Muvita kembali menghela nafasnya
"Ini yang terbaik untuknya. Dia akan mengerti jika dia sudah hidup dengannya." Jawab Abrian.
"Baiklah. Aku percaya padamu. Aku percaya jika kamu tidak akan pernah melakukan sesuatu yang bisa menyakiti keluarga kita. Semua tujuanmu pasti untuk kebahagiaan mereka." Muvita tersenyum pada suaminya yang kini merasa jauh lebih lega.
"Terimakasih sayang..."
"Santai saja. Ini sudah menjadi kewajiban ku. Aku akan mencoba untuk membujuknya. Walaupun itu akan sulit. Dia sepertinya mewarisi keras kepala ku, dan aku sangat menyesal karena itu." Muvita tertawa kecil
Begitu juga dengan Abrian yang ikut tertawa karena itu. Istrinya memang wanita yang sangat keras kepala.
"Aku akan ke kamarnya dulu."
"Iya Muvita..."
.
[Lilo POV.]
Hari ini gue beneran marah! Gue kesel banget sama papa gue yang yang dengan teganya menjodohkan anak sendiri ke pria tua yang bahkan sudah menjadi duda.
Kalau tidak salah namanya Jarvis Kaili. Entah siapa dia, tapi dari yang gue denger, dia itu seorang duda dan merupakan pemilik salah satu pusat perbelanjaan yang saat ini bekerja sama dengan bisnis keluarganya
Gue pikir itu semuanya hanya untuk kepentingan bisnis saja.
Itu artinya keluarga gue udah jual gue ke si duda itu, bukan?
Ngomong-ngomong, kenalan dulu sama gue.
Nama gue Adelio Stevan Darma. Gue biasa di panggil Lilo. Gue baru 17 tahun. Gue punya adek, namanya Liona, Liona Stevan Darma.
Katanya, dulu itu orang tua gue pengen banget punya anak laki-laki. Sayangnya yang keluar adalah perempuan. Mereka bahkan sudah menyiapkan nama untuk bayi laki-laki mereka, tapi sayangnya gue-lah yang hadir dalam kehidupan bahagia mereka. Jadi mereka pada akhirnya ngasih gue nama yang sebenernya buat anak laki-laki mereka.
Walaupun begitu, mereka juga sayang banget sama gue, orang tua gue enggak pernah merasa kecewa atau apalah... Mereka jelas sayang sama gue.
Gue masih kelas 2 SMA. Tahun ini gue baru mau naik ke kelas 3. Tapi gue udah harus di jodohin sama duda.
Bayangin guys...
Bayangin dulu...
Please...
Bayangin perasaan gue...
Gimana guys? Udah di bayangin?
[Belom]
Belom?
Astaga... Please guys... Bayangin dulu...
Nyesek kan guys...
Bukan hanya itu....
Gue juga kecewa parah!
Parah banget guys....
[Kita kagak mau bayangin kayak begituan. Loe aja! Nikmatin aja hidup loe yang berantakan]
Astaga... Kalian jahat banget. Bawang merah aja kalah...
Gue bete ama kalian...
Inilah kisah gue!
Baca sampai akhir ya! Kalau enggak, gue sumpahin di jodohin juga sama duda kayak gue! (Tapi boong... Haayuuuuukk 😜)
Walaupun authornya kadang lupa buat update (maklum, emak-emak rempong yang harus perang dulu sama wajan dan kroni-kroninya, baru bisa megang keyboard 🤣)
I am the eldest lady master of Abrian araga Darma.
This is my story, and I am the heroin of this title.
Okay! Cukup dengan perkenalannya!
Bye!
[Lilo POV end!]
.
.
.
Keesokan harinya
"Lilo, coba gaun ini sayang..." Muvita memberikan paper bag pada Lilo yang masih berbaring di atas tempat tidurnya.
Hari ini adalah hari Minggu. Dan hari ini juga adalah hari di mana keluarga Jarvis akan datang ke rumah keluarganya.
Semalaman Muvita mencoba untuk membujuk putrinya yang sangat keras kepala. Dia sampai berfikir jika sikap keras kepala itu sama sekali tidak baik untuk di turunkan untuk anak cucunya
Sampai pada akhirnya dia bisa memaksa putri sulungnya untuk menerima perjodohan itu.
Walaupun itu benar-benar menghabiskan seluruh energinya yang bisa dia gunakan untuk setahun kedepan.
"Ma.... Mama sudah janji dengan ku tentang satu hal itu kan? Mama tidak akan lupa kan?" Tanya Lilo
"Sama sekali tidak. Tenang saja. Mama sudah menyiapkan semuanya di kertas ini." Muvita memberikan selembar kertas pada putrinya.
Itu adalah sebuah perjanjian yang dia lakukan dengan putrinya, agar dia mau menerima perjodohan itu.
Dimana di sana tertulis dengan jelas, jika dalam setahun kedepan Lilo tidak bisa memberikan hatinya untuk Jarvis, maka dia berhak untuk meminta pembatalan perjodohan dari orang itu.
"Mama juga sudah tanda tangan di atas materai 10 ribu! Apa kamu puas?!"
Lilo tersenyum puas, dia segera memeluk tubuh mama kesayangannya itu.
"Mama yang terbaik." Ucapnya
"Papa mu juga yang terbaik. Kamu akan tahu jika kamu mencoba untuk mengerti dirinya." Jawab Muvita.
"Entahlah! Aku masih kesal padanya." Jawab Lilo
"Jangan seperti ini. Tidak baik memusuhi orang tuamu. Kamu akan kualat! Mau?"
"Mama mengerikan! Kenapa mengatakan hal seperti itu?"
Muvita tertawa geli melihat ekspresi wajah putrinya yang terlihat ketakutan.
"Pakailah pakaian mu, sebentar lagi Jarvis dan keluarganya akan segera kemari. Kamu harus menjadi yang paling cantik. Jangan sia-siakan mama dan papa yang sudah membuatmu siang malam tanpa menginginkan istirahat!"
"Astaga! Apa yang mama katakan. Itu terdengar sangat mengerikan." Lilo menutup kedua telinganya dengan kedua tangannya.
"Sudahlah. Sekarang mandi, bersihkan dirimu. Dan kemudian dandan yang cantik. Jangan kecewakan aku yang merupakan gen wanita cantik! Dan papa mu yang merupakan gen pewaris ketampanan yang hakiki." Muvita melangkahkan kakinya keluar dari kamar putrinya
"Sungguh... Mama lebih mengerikan dari yang aku duga..." Ujar Lilo seraya beranjak dari tempat tidurnya.
Satu jam berlalu
Semuanya sudah menunggu di ruang tamu, keluarga Jarvis juga sudah sampai di sana. Tapi Lilo masih belum juga keluar dari kamarnya untuk menemui mereka.
"Jarvis... Bagaimana pekerjaan mu?" Tanya Abrian basa-basi sembari menunggu putri sulungnya yang sepertinya masih ingin mempermainkannya.
"Sangat baik paman Bian. Semuanya berjalan sesuai dengan yang aku rencanakan." Jawab pria yang berusia sekitar tiga puluh lima tahunan, dia masih sangat muda. Bahkan dia terlihat seperti seorang pria yang baru berusia sepuluh tahun lebih muda darinya. Dia juga sangat sopan dan murah senyum.
Manik matanya yang hitam pekat membuatnya terlihat begitu maskulin. Di tambah alis matanya yang tebal membuatnya terlihat semakin kharismatik.
Rambutnya tertata rapi.
Pakaiannya juga sangat rapi dan berkelas
Kulitnya yang bersih membuatnya berkali-kali lipat lebih tampan dan sangat menggoda
"Mama... Kak Jarvis ini sangat tampan. Jika kak Lilo tidak mau, aku rela menggantikannya." Ujar Liona yang berbisik di telinga Muvita.
"Jangan sembarang! Kamu baru berusia tiga belas tahun! Aku akan mencarikan jodoh untuk mu juga nantinya! Jangan khawatir. Aku akan mencarikan yang tampan juga sepertinya!" Jawab Muvita yang juga berbisik di telinga putri bungsunya.
"Mama bisa saja..."
"Ini... Dimana putri sulung anda pak Abrian? Kami sudah di sini lebih dari lima belas menit, tapi dia belum juga muncul? Ap dia baik-baik saja? Dia menerima perjodohan ini kan?" Tanya seorang wanita paruh baya yang duduk di sebelah Jarvis.
Ucapan itu terdengar seperti sebuah sindiran keras yang membuat Muvita dan juga Abrian bahkan Liona merasa tidak senang dengan itu. Walaupun benar jika itu adalah kesalahan dari pihaknya.
"Mama... Jangan berkata seperti itu." Ucap Jarvis pada wanita yang merupakan ibunya.
"Tapi ini sudah lima belas menit. Dia mungkin tidak ingin perjodohan ini, jadi kenapa kita harus terus menunggu!" Ucap wanita lainnya yang duduk di sebelah ibunya Jarvis. Wanita yang terlihat seumuran dengan Jarvis.
Mendengar itu Liona tidak bisa tinggal diam, walaupun sebenarnya Muvita juga sama sekali tidak bisa mentolerir kata-katanya itu. Tapi Muvita masih mencoba untuk menahan dirinya.
"Kakak ku itu adalah gadis super perfeksionis. Jadi dia membutuhkan waktu lebih banyak dari orang biasa untuk membenahi dirinya. Apa lagi dalam acara penting seperti ini. Jadi dia membutuhkan banyak waktu untuk berdandan. Anda paham maksud ku?" Jawab Liona.
"Lagi pula... Jika kakak ku memang benar-benar tidak ingin perjodohan ini memangnya apa yang bisa kalian lakukan?! Kalian pikir kalian keluarga terkaya di kota ini?! Hanya memiliki satu pusat perbelanjaan saja kalian sudah sombong! Ada ribuan pria yang akan mengantri untuk mendapatkannya!" Gumam Liona kesal
"Liona!" Muvita menatap tajam padanya.
"Jangan berbicara kasar seperti itu! Minta maaf!" Ucap Abrian.
"Tidak apa-apa paman Bian, Liona masih belum mengerti apa-apa. Aku yakin jika apa yang dia katakan tadi juga hanya untuk bercanda saja." Jawab Jarvis, "iya kan Liona?" Jarvis tersenyum manis pada Liona yang hanya menatapnya dengan malas.
"Andara juga mengatakan hal yang keterlaluan. Jadi saya mohon maafkan dia." Ucap jarvis lagi.
Abrian tersenyum mendengar itu
"Tidak apa-apa, anggap saja kita impas." Jawab Abrian
Jarvis dan Abrian tertawa bersama setelah itu.
Liona melihat ke arah wanita bernama Andara itu, dia melihatnya dengan tatapan tidak sukanya
'wanita-wanita ini pasti akan menyulitkan kakak ku nantinya!' batin Liona.
"Sayang... Kemarilah..." Ucap Abrian seraya tersenyum lebar, saat dia melihat Lilo berjalan menuruni anak tangga untuk menuju ke arahnya
Dress yang dia pakai sangat pas untuknya, itu membuatnya terlihat dewasa dan sangat menarik.
Make up yang terkesan berani, namun terlihat natural dan sangat cocok untuk karaker dirinya yang sesungguhnya, itu membuatnya semakin terlihat begitu memikat.
Dia juga berjalan dengan begitu anggun dan elegan.
Jarvis terus melihat ke arahnya. Namun sepertinya Lilo tidak ingin melihatnya sama sekali. Lilo terus fokus melihat ke arah ibunya yang sepertinya sedang memberikan isyarat padanya untuk melakukan sesuatu yang seharusnya di lakukan olehnya nantinya.
"Halo semuanya... Maaf aku terlalu lam..." Lilo membelalakkan matanya sebelum dia menyelesaikan kata-katanya, dia melihat pria yang sepertinya dia kenali ada di hadapannya saat ini.
"Loe!!!" Teriaknya seraya menunjuk ke arah Jarvis yang juga sepertinya terkejut dengan itu.
"Lilo... Ada apa?" Tanya Abrian khawatir
"Papa! Dia itu pervert! Si mesum yang menciumku saat itu!" Jawab Lilo
Jarvis tersenyum mendengar itu. Dia kini ingat jika gadis di depannya adalah gadis yang memakai seragam SMA dan tiba-tiba jatuh menubruknya dan pada akhirnya tanpa di sengaja mereka berciuman.
Semuanya bahkan terkejut mendengar apa yang baru saja Lilo katakan.
"Lilo! Jangan sembarang!" Ucap Muvita
"Aku tidak sembarang ma! Dia si mesum yang mengambil ciuman pertama ku!" Jawab Lilo
"Huh?!"
Semuanya kembali terkejut mendengar itu, namun Jarvis justru tersenyum lebar mendengar itu.
"Lilo..." Muvita mencoba untuk menghentikan putrinya
"Tidak apa-apa aunty Muvita... Itu memang benar." Jawab Jarvis yang justru semakin membuat semuanya terkejut.
"Aku memang menciumnya. Mencium bibirnya dan mengambil ciuman pertamanya." Ucap Jarvis lagi dan itu membuat semuanya semakin terkejut
.
.
"Papa! Dia beneran si mesum! Papa cepetan di penjara aja!" Lilo mendekati Abrian yang masih terlihat kebingungan.
"Tenang dulu Lilo. Kita juga harus mendengar penjelasan dari Jarvis." jawab Muvita.
"Tidak perlu mah! Untuk apa mendengar ucapan dari pria mesum! Dia menciumku begitu saja!!!" protes Lilo.
Lilo mendekati Abrian, dia menggoyangkan tangan Abrian agar menyetujui apa yang dia katakan.
"Papa, putri papa ini mendapatkan kekerasa seksual. Ayolah papa... Masukan dia ke penjara!" ucap Lilo terus memaksa Abrian.
"Bagaimana bisa seperti itu! Jarvis tidak mungkin mencium mu!" ucap Andara, dia merasa sangat kesal dengan tingkah Lilo.
"Bagaimana tidak mungkin menciumku?!! Dia sendiri sudah mengatakan semuanya tadi! Dia benar-benar mengambil ciuman pertama ku!" Lilo menatap Andara penuh tantangan. Dia juga bercak pinggang di hadapannya.
"Bisakah kamu diam!" Jarvis menatap tajam pada Andara. Melihat itu, Andara memilih mengikutiku apa yang Jarvis katakan.
"Dengerin tuh! Loe diem!" ucap Lilo seraya mencibirkan bibirnya pada Andara. Melihat itu Andara juga hanya bisa diam dan menahan kemarahannya.
"Jangan buat ulah!" bisik wanita yang di panggil 'mama' oleh Jarvis tadi.
"Tapi tante Dian... Dia snahat keterlaluan!"
"Jika kamu mengacaukan perjodohan ini, aku bersumpah akan membuang mu ke jalanan!" ancam Dian pada sepupunya itu.
Andara mengepalkan tangannya kuat-kuat, dia tidak bisa mengatakan atau melakukan apapun lagi, dia tidak mau, kalau sampai dirinya benar-benar akan di buang di jalanan. karena sejauh ini, apapaun ancaman Dian, itu pasti akan terjadi.
"Ekhem!" Abrian berdehem untuk mencairkan suasana.
"Jarvis, jadi apa yang terjadi sebenarnya?" tanya Abrian.
"Itu tidak di sengaja paman Bian. Saat itu aku baru saja keluar dari mobil. Aku tidak tahu kalau tiba-tiba ada seorang gadis yang turun dari pagar pembatas gedung sekolah. Dia jatuh menimpaku, sampai akhirnya tidak sengaja menciumnya." jelas Jarvis.
Muvita menatap jengah pada putrinya ya g hanya tersenyum memamerkan deretan giginya yang putih padanya.
"Tetap saja kamu menciumku! Aku sudah melaporkan mu ke guru BP di sekolah ku, tapi aku justru yang mendapatkan hukuman karena melompat dari pagar! Mama bahkan mengurangi jatah uang jajan ku! Itu semua karena kamu!" jawab Lilo
Jarvis tertawa geli.
Menghadapinya gadis kecil yang satu itu membuatnya merasa hidup kembali.
Melihat itu, Andara mengepalkan tangannya kuat-kuat
'Kak Jarvis tidak pernah tersenyum sekalipun. Tapi kini dia justru tertaw karena gadis bengal ini! Aku benar-benar tidak menyukainya!' batin Andara.
"Loe! Jangan ketawa brengs..."
Lilo menghentikan kata-katanya saat dia melihat mata Muvita yang melotot hampir keluar padanya.
"Astoge bin kecambah... Mama sangat mengerikan!' Lilo menggerutu di dalam hatinya.
"Sebaiknya kita lupakan itu dulu, lagi pula kalian berdua akan bersama nantinya. jadi sebaiknya jangan bicarakan itu lagi." ujar Abrian.
Dia tidak tahu harus bagaimana, dia merupakan satu-satunya orang yang harus bersikap bijaksana di sana saat ini, mengingat jika dia adalah satu-satunya pria yang lebih dewasa dari semuanya.
"Iya paman Bian. saya tidak masalah dengan itu. Tapi sepertinya Lilo tidak setuju..." jawab Jarvis seraya melirik tajam dan sengaja untuk mengejek Lilo.
"Aku?! aku tidak mengatakan apapun! Jangan sembarang mengatakan hal seperti itu! Idiot!" protes Lilo
"Lilo! Bisakah kamu tenang?!" Muvita merasa gerah jika tidak berteriak pada putrinya, namun dia tidak ingin Keluarga Jarvis mengira jika dia itu gila.
"Aku memang tidak bisa tenang mama..." desis Lilo.
"Pffttt!"
lagi-lagi Jarvis tidak bisa menahan dirinya untuk tidak tertawa geli melihat tingkah laku Lilo yang sangat menggemaskan.
"Mama... dia terus menertawakan ku!"
"Lilo!" Muvita kembali memangil nama putri sulungnya dengan keras, dia tidak tahu lagi harus bagaimana untuk menghentikan putrinya yang sudah over acting.
"Gosh! this little Brat!" Muvita mengatur nafasnya yang terasa sesak karena kesal.
"Mama... jangan marah-marah. Kak Jarvis sepertinya tidak keberatan dengan tingkah laku kak Lilo. Dia sedari tadi memang terus menertawakannya." bisik Liona.
"Aku tahu!" jawab Muvita dengan pasrah.
"Loe! Ikut gue!"
Semuanya terkejut sat Lilo menarik tangan Jarvis untuk segera mengikuti langkahnya.
Namun semuanya juga hanya bisa membiarkan semuanya itu.
"Tante... Lilo sudah melebihi batas!" bisik Andara yang sangat tidak suka dengan tingkah Lilo.
"Diamlah! Jika kamu lebih kaya raya dari keluarganya, dan lebih berkuasa dari keluarganya, maka aku akan membatalkan rencana perjodohan ini! Kamu pikir siapa dirimu!! berkacalah sebelum berkata!" jawb Dian dengan suara yang pelan, dia tidak ingin Keluarga Abrian sampai mendengar apa yang dia katakan.
Lagi-lagi Andara hanya bisa mencengkram kuat ujung dress yang dia pakai.
Lilo mengajak Jarvis ke belakang rumahnya, kini mereka berdua sedang berdiri di tepi kolam renang.
"Paman! Dengerin gue!" Lilo menyilangkan kedua tangannya di depan dadanya, dia juga menatap sebal pada Jarvis yang hanya tersenyum santai padanya.
"Paman beneran mau di jodohin sama gue?!" tanya Lilo.
"Mm... Kenapa aku harus menolaknya"
"Paman! Apa paman pernah... Istilahnya apa ya..." Lilo berfikir keras, dia bahkan menggaruk-garuk kepalanya untuk bisa mengatakan apa yang sebenarnya ada di otaknya
"Paman... Maksud gue gini... gue ini masih muda. Gue juga masih SMA, kehidupan gue saat ini lagi indah-indahnya. Menikmati masa muda gue yang sangaaaaaat berharga. Dan jelas gue ini masih virgin! Apa paman tidak merasa kalau ini beneran kerugian besar buat gue?! Sedangkan paman, paman adalah orang yang paling di untungkan di sini. Jadi, gue mau paman batalin perjodohan ini. Jujur saja, gue itu suka banget sama Kim Myung Soo, seenggaknya gue bisa dapetin pacar yang kayak Cha Eun woo. Tapi kalau gue dapetnya kayak paman ini... It's a nightmare which never end!" Lilo menghela nafasnya yang terasa terengah-engah setelah mengatakan banyak hal pada Jarvis.
Namun Jarvis justru kembali menertawakannya.
"Ha ha ha ha ha..." dia tertawa terbahak-bahak
"Astaga! Dia bukan hanya sudah duda, tapi dia juga gila! Lengkap sudah penderitaan gue!" ujar Lilo pasrah
"Namamu Lilo kan?" Jarvis menghentikan tawanya.
Dia berjalan mendekati Lilo yang berdiri tidak jauh darinya.
"Aku Lilo..."
"Adelio Stevan Darma. The eldest Lady Master of Abrian araga Darma's family. Itu julukan mu yang terkenal sampai ke seluruh pelosok negeri. Gadis nakal yang selalu membuat masalah, berkali-kali kabur dari sekolah hanya untuk menonton konser, juga sering lompat pagar sekolah, juga sangat sering perhi melihat balap liar saya tengah malam. Apa kamu pikir aku tidak rugi, jika aku harus mendapatkan istri seperti mu?!" Jarvis tersenyum manis, namun jelas jika itu adalah sebuah ejekan.
Lilo melangkah satu langkah lebih dekat ke arah Jarvis.
"Loe itu duda kan? Menurut loe, di antara gue sama elo ini siapa yang paling di rugikan?" Jarvis terdiam, namun detik berikutnya dia sudah kembali tertawa geli.
"What the f*ck!!! Kenapa loe terus ketawa?! Mana ada yang lucu! Astaga! Gue nyerah!" Jarvis menghentikan tawanya. Rasanya benar-benar menyenangkan berbicara dengan Lilo yang km selalu menjawabnya dengan sangat menggemaskan.
Jarvis menarik pinggang ramping Lilo mendekat ke arahnya.
"Hei!!!" teriaknya
"Shhh...." Jarvis meletakkan jari telunjuknya di bibir Lilo.
"Aku memang seorang duda... Dan aku sangat senang bisa mendapatkan mu, jadi... Aku lah yang paling di untungkan dalam hal ini. Jadi, tidak ada alasan bagiku untuk membatalkan perjodohan ini. Jadi, kedepannya kamu harus tetap mempertahankan hubungan ini. Bagaimana calon istri ku?" Jarvis tersenyum begitu manis, jarak antara dirinya dengan Lilo kini begitu dekat.
Lilo bisa merasakan hangatnya nafas Jarvis yang menerpa wajahnya. Wajahnya memerah seketika saat melihat senyuman Jarvis yang begitu manis.
'F*ck! Kenapa duda ini begitu manis! Tolongin gue... Gue bisa diabetes!'
.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!