"bolos lagi?"tanya temannya.
Pria yang baru datang dengan motor hitamnya membuka helm yang di pakai sambil mengacak rambutnya.
Pria yang kerap di sapa Varo itu menganggukan kepalanya. Teman nya hanya menggelengkan kepalanya melihat kelakuan yang sering di lakukan Alvaro di sekolah.
"Kau mendapat surat panggilan dari Miss Devi"ucapnya.
Alvaro duduk di motornya menatap acuh temannya"biarkan saja."balasnya.
Rio tertawa kecil melihat kelakuan teman nya yang satu ini lalu ia mengeluarkan sebungkus rokok.
"Kau mau?"tanya Rio,Alvaro hanya melihat sekilas lalu menggelengkan kepalanya.
"Coba kita tebak berapa gadis yang di tolak Alvaro hari ini?!"celetuk Fadhel yang baru datang dengan temannya yang lain.
Rio menggeleng tidak tau,Fadhel tersenyum senang"hari ini Alvaro menolak delapan orang gadis dan mereka rata-rata seorang model."ucap Fadhel.
Rio membulatkan matanya menatap Alvaro takjub"luar biasa"ucapnya sambil menunjukan ibu jarinya ke arah Alvaro.
"Jadi total gadis yang di tolak Varo hingga sekarang mencapai 60 orang,rekor yang bagus"Fadhel menepuk bahu Alvaro dengan jantan.
"Memecahkan rekor melebihi sang Playboy Kris"sambung Fadhel.
Kris hanya mendengus sedangkan Alvaro hanya menatap datar,tiada hari tanpa membicarakan gadis yang barusan ia tolak.
"Tidak mau berkencan?"tanya Fadhel.
"Tidak."balas singkat Alvaro.
"Tidak ingin memiliki kekasih?"tanya Fadhel lagi.
"Tidak."Alvaro menatap dingin Fadhel.
"Tidak mau--"
"Berisik!!"Alvaro memakai helmnya kembali dan menghidupkan mesin motornya lalu melaju meninggalkan temannya yang masih ada di lapangan.
Fadhel di buat tak percaya Alvaro meninggalkan mereka begitu saja disini.
"What the--"
"Gara-gara kau dia jadi pergi"ucap Rio sambil menghembuskan asap rokoknya.
"Aku lagi"ucap Fadhel kesal.
"Memang kau"celetuk Kris.
"Ayo kita ikuti Alvaro"Rio menginjak rokok yang baru di hisap nya,lalu menaiki motornya dan menghidupkan mesinnya.
Rio memasang helm nya lalu memberi instruksi kepada temannya di balas anggukan temannya.
Akhirnya mereka mengikuti Alvaro menuju arena balapan liar yang biasa di lakukan di daerah yang jarang di lewati dan di ketahui banyak orang.
Alvaro berhenti di garis start balapan membuat beberapa gadis memekik saat Alvaro membuka helmnya dan menyibakkan rambut hitamnya.
Banyak yang membuang waktu mereka untuk menggoda Alvaro yang hanya di balas tatapan acuh olehnya.
"Balapan akan segera di mulai"ucap Kris sambil berteriak.
Sebuah motor bewarna merah berdiri sejajar dengan Alvaro yang berarti yang akan menjadi lawannya di balapan nanti.
"Hallo Alvaro,siap untuk menjemput kekalahan mu?"tanya Teo remeh.
Alvaro menyeringai dan sialnya itu menambah kadar ketampanannya yang di lihat gadis berpakaian seksi di sampingnya.
"Kita lihat saja nanti"ucap Alvaro dingin.
Alvaro kembali memasang helmnya dan bersiap untuk memulai pertandingan.
Seorang gadis berpakaian seksi berdiri di tengah-tengah dengan membawa bendera.
"Bersiap"instruksinya.
Alvaro menghidupkan mesinnya dan menahan gas nya membuat suara bising di sekitar arena.
"Satu."
"Dua."
Alvaro menatap ke arah depan dengan fokus,ia menginjak remnya.
"Tiga."Alvaro langsung melepaskan rem nya dan membuat motornya melaju dengan sangat cepat membuat Teo masih di belakangnya.
Alvaro menatap jalanan dengan tajam lalu menambah kecepatan motornya ia membelokan motornya di tikungan membuat bunyi decitan suara ban nya begitu terdengar.
Selang beberapa lama Alvaro melihat jalur finish balapan,ia langsung menambah kecepatan nya lagi.
Membuat Teo benar-benar tertinggal jauh di belakangnya.
Dan lagi-lagi Alvaro memenangkan pertandingan membuat banyak sorakan teriakan dari teman Alvaro.
Teo mengumpat ia kalah telak.
Alvaro menatap Teo remeh"see,kau belum tau diriku yang sebenarnya."ucapnya sambil tersenyum miring.
"Aku perkenalkan diri dulu agar kau lebih tau siapa aku"ucap Alvaro.
"Aku Alvaro si kuda liar pertandingan ini."Alvaro tersenyum tipis.
"Salam kenal,pengecut."
∆∆∆
TBC
"ALVARO KEMBALI KESINI!!"
Alvaro tetap berlari menghindar dari kejaran guru muda yang ingin menghukumnya karena ia tadi membolos dan tertidur di kelas.
"ALVARO, BERHENTI!!"
"buat apa?"tanya Alvaro sambil menoleh ke arah belakang sambil memasang wajah datarnya.
Sampai dimana Alvaro di depan gerbang luar sekolah lebih memilih menaiki gerbang belakang yang langsung terhubung dengan tempat parkir motor dari pada berhenti untuk di hukum.
Brukk...
Alvaro mendarat sempurna lalu melambaikan tangan ke arah guru yang mengejarnya.
"ALVARO!! KEMBALI KESINI!!"
"Bye"ucap Alvaro,ia berlari menjauhi area sekitar sekolah sambil terkekeh kecil.
Lalu menaiki motor kesayangannya dan pergi ke tempat dimana teman nya berkumpul disana karena mereka sudah membuat janji disana.
"Alvaro,disini"ucap Rio sambil melambaikan tangan saat melihat Alvaro baru memasuki tempat tersebut.
"Kau basah sekali, banyak sekali keringatmu,kau di kejar sama Miss Devi lagi ya?"tanya Fadhel penasaran
Alvaro hanya mengangguk lalu menaruh tas nya di atas meja sambil menghela nafas pelan ia melepaskan jaketnya.
"Ada Apa?"tanya Alvaro.
"Hanya berkumpul,lagi pula kalau kita kembali ke sekolah yang ada kita seharian akan di hukum. Ya kan?"Fadhel menyenggol lengan Kris lalu di balas anggukan Kris.
"Oh."balas Alvaro cuek.
"Mau main biliar?"tanya Rio.
Alvaro menggeleng di balas anggukan Rio.
"Besok katanya akan ada anak baru dikelas"ucap Kris.
"Siapa?"tanya Fadhel.
"Aku juga kurang tau,aku dengar dia perempuan"ucap Kris.
Fadhel hanya mengangguk dan menoleh kearah Alvaro yang sibuk dengan minumannya.
Brakk...
"Apa kau Alvaro?"tanya Jerry.
Alvaro menatap tajam karena ada yang menganggunya saat ia memejamkan matanya"kenapa?"tanya nya.
Jerry menarik kerah baju Alvaro"kau apakan adik ku Teo?"tanya nya.
Alvaro tertawa sinis"ah,kau kakaknya. Apa pengecut itu mengadu padamu?"tanya nya.
Bukk..
Jerry memukul Alvaro tepat di rahang nya dan membuat sudut bibir Alvaro mengeluarkan darah.
Alvaro menyeka darah yang ada di bibirnya"pukulan mu,no bad. Lumayan untuk ukuran seorang pengecut"ucapnya sinis.
Fadhel dan Kris hanya menahan tawa sambil memakan cemilan di meja.
"Kurang ajar!"Jerry melayangkan pukulannya namun Alvaro menangkis nya dengan cepat dan memutar tangan Jerry kebelakang.
Kreekk..
"Akhhh..."teriak Jerry kesakitan.
Fadhel menatap tidak percaya kearah Alvaro yang begitu mudahnya mematahkan tangan seseorang.
Fadhel menatap Kris yang sama seperti dirinya yang terdiam menatap Alvaro terkejut.
"Luar biasa"gumam Kris. Fadhel memukul kepala Kris.
"Apa yang luar biasa bodoh?! Kau ingin Alvaro membunuh anak itu?!"tanya Fadhel kesal dan sekaligus panik.
Kris mengaduh kesakitan"kau sudah kenal lama kan? Kenapa kau harus khawatir,dia tidak akan membunuh anak itu."ucapnya.
"Tapi--"
"Tidak usah pikirkan dia,Varo tau apa yang dia lakukan"ucap Kris.
Alvaro mendorong tubuh Jerry hingga tersungkur lalu ia menginjak punggung Jerry .
"Bilang Teo,kalau dia ingin balas dendam padaku. Datanglah sendiri jangan seperti orang pengecut yang meminta bantuan orang lain. bahkan kau sendiri bukan lawan ku."ucap Alvaro.
"Atau aku yang akan datang untuk memberi perhitungan pada adik pengecut mu itu."
∆∆∆
"Alvaro,kau mau jadi kekasih ku?"tanya Sara malu-malu,dia seorang idola di sekolahnya karena body dan kecantikan yang dimiliki nya.
Alvaro melepaskan earphone yang di pakai nya dan menatap ke arah Sara dengan datar.
Banyak orang yang berlalu lalang melihat ke arah mereka,namun mereka tau kalau Alvaro akan menolak gadis untuk kesekian kalinya.
"Tidak. Pergilah!!"Alvaro sedikit menabrak bahu Sara membuat gadis itu tersentak lalu tertunduk lesu. Ia pun di tolak juga pada akhirnya.
"Woahh....gadis yang keberapa kau tolak?"Fadhel tertawa geli.
Kris menggelengkan kepalanya menatap prihatin kearah Alvaro.
"Apa kau homo?"tanya Fadhel.
Pletak..
Alvaro memukul kepala Fadhel dengan kuat"aku menolak gadis bukan berarti aku kelainan bodoh!!"
Fadhel tertawa sembari meringis karena pukulan kuat oleh Alvaro.
Mereka tertawa sepanjang koridor namun tidak dengan Alvaro yang sibuk mendengar musik membuat banyak pasang mata mencuri pandang ke arah Alvaro.
Termasuk dua gadis yang berdiri lumayan jauh dari mereka.
"Hana,lihat kan. Dia tampan sekali"ucap Jeni dengan mata berbinar.
Hana berdecak kesal"dia baru saja menolak gadis,apa matamu buta?"ucapnya.
Jeni tertunduk lesu"tapi aku suka padanya"ucapnya.
"Kalau begitu aku juga akan menyatakan perasaan ku padanya"ucap Jeni senang.
"Hoi!! Apa kau gila?!"tanya Hana marah.
"Ayo...ayo"Jeni menarik tangan Hana dan mereka berjalan menuju kearah kumpulan pria disana.
"Jeni jangan gila!! Jangan karena kau di buatkan oleh cinta kau mau menyatakan perasaan padanya"ucap Hana tidak percaya.
"Kita tidak akan tau selagi kita mencobanya Hana"ucap Jeni bersemangat.
Hana mendengus dan sedikit meringis karena tarikan Jeni di tangannya sangat kuat.
Mereka pun akhirnya berdiri di depan kumpulan pria tersebut membuat Hana ingin menenggelamkan dirinya sekarang juga. Mereka jadi pusat perhatian dan juga menatap mereka miris.
"Ada apa cantik?"tanya Kris sambil mengedipkan matanya.
"Matamu mau aku congkel?!"tanya Hana ketus membuat teman Kris terkikik geli tidak termasuk Alvaro.
Kris mendengus Fadhel menepuk bahunya prihatin"sepertinya kau kurang berkarisma seperti Alvaro"ucapnya.
"Diamlah!!"ucap Kris kesal.
"Alvaro bisa kita bicara sebentar?!"tanya Jeni.
Alvaro melihat mereka sekilas lalu mengangguk ia tau apa yang ada di pikiran gadis itu.
Hana menarik tangan Jeni memaksanya untuk pergi namun Jeni menepis tangan Hana.
"Alvaro,aku suka padamu. Kau mau jadi kekasihku?!"tanya Jeni harap-harap.
Hana di buat melongo dengan aksi nekat sahabat ini lalu ia menepuk keningnya.
"Pergi dari sini atau aku akan menceburkan diri"batin Hana.
"Tidak. Pergilah!! Jangan menggangguku"ucap Alvaro dingin membuat Jeni tertunduk malu. Ia di tolak lagi.
Hana berdecak kesal langsung menarik tubuh Jeni kebelakang tubuhnya.
"Apa guna nya berwajah tampan tapi tidak pernah bersikap sopan kepada gadis?!"tanya Hana marah.
Alvaro menaikan alisnya menatap Hana,Jeni sudah menarik mundur Hana namun ia malah maju menantang Alvaro.
Hana menarik kerah Alvaro dengan kasar sehingga membuat Alvaro tersentak dan langsung menunduk menatap wajah Hana.
Teman nya membulat kan matanya melihat aksi nekat Hana yang patut di acungi jempol.
Bukk..
Alvaro jatuh tersungkur membuat Fadhel dan yang lain menatap melongo kearah Hana.
"Ini balasan mu karena kau menyakiti sahabatku,sampai kau menyakitinya lagi aku tidak akan segan membuat wajahmu yang tampan menjadi hancur di tanganku"ucap Hana.
"What the--"
Hana mengacungkan jari tengahnya ke arah Alvaro.
"**** you jerk!!"
∆∆∆
TBC
Hana pergi sambil menendang botol yang ada di depannya.
Hana menatap nyalang ke arah Alvaro yang masih mengusap sudut bibirnya.
"Awas kau!!"tunjuk Hana galak.
Hana menarik Jeni menjauh dari kerumunan yang melihat mereka.
"Apa yang kalian lihat?! Mau aku pukul kalian?"tanya Hana galak membuat mereka langsung mengalihkan pandangannya.
"Hana,kau tau siapa dia?"tanya Jeni panik sambil memegang lengan Hana.
Hana mengangguk"anak pertama pemilik Antony's group,kenapa?"tanya nya.
"Kau baru memukul nya tadi"ucap Jeni khawatir.
"Lalu?"tanya Hana malas. hanya memukul kan,bukan melakukan tindakan kriminal.
"Bagaimana--"
Hana membekap mulut Jeni"jangan pikirkan aku"ucapnya.
"Hana apa kau sudah buat tugas mu?"tanya Jeni.
"Tugas?"beo Hana bingung sambil menatap Jeni.
Matanya membulat ia langsung berlari sembari menarik tangan Jeni.
"Sialan!! Bagaimana aku bisa melupakan tugasku?! Ini gara-gara Alvaro sialan!!"umpat Hana dengan kesal lalu ia menarik tangan Jeni menuju kelasnya.
"Cepat!! Cepat"ucap Hana.
"Sabar Hana,kau menarik ku terlalu kuat"ucap Jeni kewalahan.
Brakk...
Hana menendang pintu kelasnya membuat Jeni melongo dan membuat seisi kelas memandang terkejut kearah Hana.
"Hana,bisakah kau seperti gadis feminim lainnya. Lembut sedikit"ringis Jeni.
Hana mengangkat bahunya tidak peduli yang penting ia sampai di kelas dengan cepat.
Hana duduk di bangkunya lalu mengerjakan tugas yang sempat tidak ia kerjakan.
Setengah jam kemudian ia sudah selesai mengerjakan tugasnya lalu pergi ke kantin untuk makan karena perutnya tidak bisa menahan lapar lebih lama lagi.
Ia duduk sendirian di pinggir dan melahap makanannya dalam diam.
"Hey cantik"sapa Kris.
Hana menatap datar"pergilah, sebelum kau menjadi babak belur di tangan ku"ucapnya dengan ketus.
Kris sedikit meringis sedangkan Fadhel tertawa kecil lalu menepuk bahu Kris.
"Prihatin sekali"ucap Fadhel,ia duduk di hadapan Hana.
"Siapa yang menyuruhmu duduk disini?"tanya Hana galak.
"Tidak ada,lagi pula kantin ini milik sekolah. Kami bebas duduk dimana saja"ucap Fadhel.
Hana tidak menjawab ia tetap memakan makanannya sampai suara riuh terdengar karena Alvaro datang.
"Sudah kau obati?"tanya Rio.
Alvaro mengangguk"ya."ucapnya.
Alvaro menatap gadis yang duduk di depan Fadhel,gadis yang tadi memukulinya hingga seperti ini.
Lalu Alvaro duduk di samping Fadhel.
"Siapa yang menyuruh mu duduk disana?"tanya Hana kesal.
Alvaro tidak menjawab ia lebih memilih memainkan handphone miliknya
Hana menggerutu kesal lalu menyelesaikan makan nya dengan cepat ia tidak mau berlama-lama dengan orang yang sudah membuatnya kesal.
"Hey apa kau makan tidak bisa pelan? Tidak seperti gadis yang terlihat feminim"ucap Kris sambil meringis melihat cara makan Hana yang terlihat sembrono.
"Kau bicara padaku?"tanya Hana datar.
Fadhel tertawa kecil"luar biasa"ucapnya sambil bertepuk tangan dengan pelan.
Kris mencibir ke arah Hana karena hanya gadis itu yang berani memojokkan nya dan membuatnya bungkam.
Hana membersihkan mulutnya dengan tissue lalu pergi dari hadapan Alvaro dan teman-teman nya.
Belum pergi jauh dari mereka ,Hana menghentikan langkahnya.
"Dia kasar sekali melebihi gadis yang lain"celetuk Kris dengan pelan namun masih terdengar di telinga Hana.
"Tidak buruk wajahnya juga lumayan,benar kan Alvaro?"tanya Fadhel.
Alvaro hanya mengangguk saja dan lebih memilih diam.
"Ya dia cukup--"
Takk~
Sebuah sendok mendarat di wajah mereka masing-masing. Membuat seisi kantin menatap terkejut ke arah mereka.
Alvaro dan temannya meringis sambil menatap ke arah pelaku yang melempar sendok ke arah mereka.
Hana menatap garang ke arah Alvaro dan teman-teman nya. Alvaro mengusap dahinya yang memerah mungkin sebentar lagi akan membengkak.
"Sekali lagi kalian membicarakan ku di belakang,bukan hanya sendok yang akan aku lempar ke arah kalian, dasar menyebalkan!!"
∆∆∆
"Menyebalkan!!"Hana menendang kursi di sampingnya.
"Gila!"
"Sinting!"
Hana terus mengumpat di sepanjang koridor sekolah membuat sekelilingnya menatap Hana aneh.
"Apa yang kalian lihat?!"tanya Hana galak membuat semua orang langsung mengalihkan pandangan nya dari Hana.
Hana memakan coklatnya dengan raut wajah kesal.
"Kau kenapa?!"tanya Jeni.
Hana menggeleng"tidak."ucapnya.
"Kau yakin?"tanya Jeni.
Hana mengangguk lalu terdengar suara bell sekolah menandakan sekolah telah usai.
Ia dan Jeni berjalan menuju kelasnya namun langkahnya terhenti karena orang yang ingin di jauhinya malah berdiri di depan kelasnya.
"Ada apa ini Hana? Apa mungkin dia ingin kau minta maaf padanya?!"tanya Jeni panik.
"Aku? Minta maaf padanya?! Tidak akan pernah"ucap Hana ketus,ia memilih pura-pura tidak melihat Alvaro.
Namun Alvaro lebih dulu menahan Hana dengan kakinya yang ia taruh di pintu.
Hana menatap garang ke arah Alvaro"apa mau mu?"tanya nya kesal.
"Kau harus tanggung jawab"ucap Alvaro datar.
Hana menaikan alisnya"untuk apa? Tidak penting sekali."ucap nya ketus.
Alvaro menatap dingin kearah Hana.
"Kenapa masing-masing wajah mereka memerah seperti terkena bekas lemparan benda"bisik Jeni.
Hana meringis dalam hati "aku yang melempar mereka dengan sendok tadi"ucap nya santai.
Jeni menatap tak percaya"apa kau gila?"tanya nya.
Hana mengangkat bahunya tidak peduli.
"Ekhem"Fadhel berdeham.
Hana menatap tajam"apa? Mau aku lempar kau dengan sepatu ku?!"tanya nya.
Fadhel meringis"kau galak sekali"ucapnya pelan.
"Obati aku"ucap Alvaro membuat semua temannya menatap terkejut.
w-what seorang Alvaro meminta di obati dari seorang gadis, luar biasa sekali.
"Aku? Mengobatimu,kalau aku tidak mau?"tantang Hana.
Alvaro mengeluarkan smirknya menatap Hana,ia perlahan mendekatkan wajahnya dengan Hana.
Hana yang menatap panik lalu mendaratkan kepalanya di kening Alvaro membuat Alvaro mundur beberapa langkah dengan ringisan di wajahnya.
"Shh..."ringis Alvaro
"aduh sakit"ucap Hana pelan.
Hana mengusap keningnya teryata sakit juga,ia lebih memilih mengambil tas nya lalu keluar sembari berlari dan tak lupa menendang tulang kering Alvaro.
"Mengobati mu? Mimpi saja sana"ketus Hana sambil menenteng tas nya dan keluar bersama Jeni.
Alvaro meringis sembari mengusap tulang keringnya yang menjadi sasaran maut Hana.
"Woahh.."decak kagum Rio menatap Hana.
Alvaro memasukkan tangannya kedalam saku jaket nya sambil mengusap keningnya yang masih memerah lalu menatap Hana yang berdiri jauh dari hadapannya.
"Obati aku atau aku akan melakukan sesuatu padamu!"ancam Alvaro.
Hana memeletkan lidahnya lalu melempar botol kosong di dekatnya dan mendarat kembali di kepala Alvaro.
Kris menepuk keningnya ini kesekian kalinya ia melihat Alvaro di tindas oleh seorang gadis.
"Ancaman mu tidak berpengaruh untuk ku,tuan sombong."
"Bye."
∆∆∆
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!