Dafa Artanegara adalah seorang pemuda yang tampan dengan tinggi seratus delapan puluh centimeter, hidung mancung, kulit putih, rambut gelap dan tubuh atletis ini memasuki gedung tinggi yang menjulang di daerah Ibu kota. Gedung tinggi nan megah itu adalah kantor pusat milik keluarga Artanegara. Semua karyawan menunduk memberikan hormat atas kedatangan Dafa yang di ikuti oleh asisten pribadi sekaligus sahabatnya, Ryo Mahesa.
"Daf, hari ini ada rapat jam sepuluh dengan PT Mitra Abadi Jaya. Membahas soal perkembangan resort yang ada di Kota S dan ini berkas-berkas yang kamu butuhkan nanti," kata Ryo sambil menyerahkan beberapa berkas padanya.
"Hm, oke," jawab Dafa singkat tanpa melihat ke arah Ryo.
"Oh ya Daf, apa kamu sudah putus dengan Agnes?" tanya Ryo ragu-ragu.
"Apa maksud kamu? Kenapa tiba-tiba tanya soal Agnes?" tanya Dafa sambil menghentikan aktifitasnya melihat berkas yang ada di hadapannya dan menatap Ryo tajam penuh dengan rasa penasaran.
"Bukan begitu, bukan maksudku mengusik masalah pribadimu," kata Ryo dengan rasa takut menyelimutinya karena tatapan Dafa yang tajam menusuk.
"Lantas?" tanya Dafa dengan tatapan tajam menusuk ke arah Ryo
"Kemarin aku melihat Agnes di mall, di sebuah tempat makan di sana bersama Steve," ucap Ryo dengan wajah santainya menjelaskan pada Dafa.
"APA!!!!" teriak Dafa terkejut.
"Iya Daf, bahkan mereka terlihat begitu mesra, sampai berciuman di sana di tempat umum seperti itu," jelas Ryo lagi dan itu membuat Dafa terlihat sangat emosi.
"Kamu cepat cari tahu soal kebenarannya, kalo terbukti dia mengkhianatiku, jangan harap aku akan mengampuninya," ucap Dafa dengan begitu emosi.
"Ok ok, kamu tenang saja akan aku buktikan semuanya dan menyerahkannya padamu," ucap Ryo.
"Tiga hari. Akan aku beri kamu waktu tiga hari," kata Dafa geram penuh amarah.
"Iya iya, kamu tenangkan dirimu, kalau begitu aku pergi dulu," kata Ryo sambil berjalan keluar.
Dafa yang masih geram dan masih penuh dengan amarah langsung mengambil ponsel dari saku jasnya dan dia pun menghubungi seseorang.
"Kamu di mana?" tanya Dafa.
"Aku ada pemotretan sayang, ada apa?" jawab orang itu.
"Tidak apa apa. Nanti siang aku ingin mengajakmu makan siang bersama kalau kamu ada waktu," ajak Dafa.
"Maaf sayang, sepertiya aku ga bisa, jadwalku hari ini padat sekali, maaf ya," jawab suara dari seberang ponsel tersebut.
"Oh ya sudah, lanjutkan saja aktifitasmu kalau begitu." Dafa langsung mematikan ponselnya.
Dan dia kembali menghubungi Ryo. Dan menyuruhnya untuk ke lokasi dimana Agnes melakukan pemotretan, Dafa menyuruh Ryo untuk melaporkan apa saja yang di lakukan oleh Agnes padanya.
Setelah melakukan panggilannya pada Ryo, kini Dafa berdiri dan berjalan menuju ruang rapat karena sekretarisnya sudah mengingatkan untuk bersiap ke ruang rapat. Dan benar saja seluruh peserta rapat sudah berkumpul di sana.
Tidak lama setelah kedatangan Dafa, rapat pun segera di mulai. Karena ini rapat pemegang saham, jadi orang-orang penting yang bekerja sama dengan Perusahaan A.J grup ikut dalam rapat itu.
A.J grup adalah nama Perusahaan milik keluarga Artanegara. Dan untuk perusahaan milik Dafa pribadi adalah D.A Grup. Walaupun Dafa mengelola dua perusahaan sekaligus itu tidak membuatnya kuwalahan, karena ada tangan kanan yang selalu siap untuk membantunya yaitu Ryo Mahesa.
Dalam beberapa tahun ini Ryo selain menjadi sahabat bagi Dafa, dia juga adalah orang kepercayaan Dafa, tangan kanan seorang Dafa Artanegara. Meskipun orangtua Dafa masih aktif di perusahaan, namun campur tangan dari Ryo sangatlah membantu.
Terbukti dengan tangan dingin Ryo, semua hambatan yang menghalangi Dafa dan perusahaan dengan mudah di singkirkan oleh Ryo Mahesa.
BERSAMBUNG
Risma anggraini adalah anak seorang pengusaha kebun teh di kota S, bapaknya bernama Wisnu Prasetya, sedangkan ibunya meninggal karena kecelakaan, Risma adalah anak kedua dari dua bersaudara. Kakaknya bernama Nando Prasetya, dia sudah menikah dengan Nadia yang kini sedang hamil muda anak pertamanya, Nando mengurus perkebunan membantu ayahnya yang kini sudah berusia lanjut, sedangkan Risma sendiri membuka toko kue kecil yang hampir mirip dengan Cafe.
Walaupun toko kuenya tidak seramai Morning Bakery, atau Hollad Bakery, yang sudah terkenal itu, namun Risma selalu bersyukur dengan hasil yang dia dapatkan dengan jerih payahnya sendiri. Risma di bantu salah seorang pegawai sekaligus sahabatnya bernama Chika.
"Ris, kalo Resort baru itu udah jadi pasti banyak pengunjung yang datang ke toko kita ini." Kata Chika dengan mata berbinar-binar.
"Yyaahhh, semoga saja Chik." Jawab Risma lesu tanpa semangat, mengingat toko kue miliknya sangatlah kecil dan jauh dari kata mewah.
"Dengar-dengar nih katanya pemilik Resort itu orang kaya dari Jakarta lho Ris." Kata Chika antusias.
"Terus kalau dia orang kaya dari Jakarta kenapa memangnya?" Tanya Risma heran.
"Ya kan dari berita yang aku dengar orangnya masih muda terus ganteng lagi, dan yang paling penting dia belum menikah." Kata Chika bersemangat dengan mata berbinar.
"Kamu tuh ya, kalau dengar orang ganteng aja semangat empat lima." Kekeh Risma.
"Hehehe, abisnya mau gimana lagi Ris, aku kan memang penggemar orang-orang ganteng." Kata Chika sambil nyengir kuda.
"Hhmmm, awas ya nanti aku bilangin ke Anwar lho." Goda Risma.
"Eeiitsss, ga bisa gitu dong Ris." Jawab Chika dengan nada kesal yang di bikin-bikin.
"Makanya jadi orang itu jangan kegenitan." Jawab Risma.
"Mbak kue yang ini ya dua di bungkus." Kata pelanggan yang tiba-tiba datang menyela obrolan mereka.
"Oh ok mas, apa ada lagi?" Tanya Risma memastikan.
"Sama capuccino cincaunya satu." Tambah pelanggan itu lagi.
"Ok baiklah, tunggu sebentar ya." Jawab Risma.
Chika yang mendengar pesanan pelanggan itu pun bergegas membuatkan capuccino cincau, sedangkan Risma menyiapkan kue yang di minta tadi untuk di bungkus. setelah selesai Risma menghitung total yang harus di bayar, Setelah pelanggan itu pergi mereka melanjutkan obrolan yang tadi sempat tertunda.
"Ris." Panggil Chika.
"Hhmmm." Jawab Risma sambil membaca koran harian.
"Besok kamu datang nggak ke acara nikahan Cantika?" Tanya Chika.
"Datang dong, kalau gak datang bisa di amuk nanti sama Cantika." Jawab Risma tanpa melihat Chika karena dia masih asyik membaca berita pagi.
"Terus toko gimna?" Tanya Chika seakan minta kompensasi untuk segera tutup toko cepat.
"Kan acaranya sore dodol, jadi masih bisa buka setengah hari." Jawab Risma sekenanya karena dia udah tahu modus Chika yang ingin libur.
"Hehehe, kirain mau tutup dari pagi." Kata Chika sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Hhmmm, itu sih maunya kamu." Kata Risma.
Mereka pun asyik bincang-bincang dan sesekali mereka sibuk melayani pelanggan, Risma dan Chika bergantian melakukan jam istirihatnya karena harus ada yang jaga toko, di sela-sela jam istirahatnya Risma gunakan untuk sholat Dzuhur dan makan siang, sama halnya dengan Chika.
Risma dan Chika memang bersahabat sejak lama, apa lagi Chika yang yatim piatu, jadi semua kebutuhan Chika akan menjadi tanggung jawab keluarga Risma, biaya sekolah pun dulu juga di tanggung oleh bapak Wisnu Prasetya sampai Chika lulus SMA.
Suasana toko semakin sore semakin ramai, dan mereka tampak semakin sibuk dengan para pelanggan toko yang rata rata masih sekolah ataupun kuliah.
Toko kue Risma memang tidak begitu besar, tapi dengan desain yang mirip dengan cafe membuat nyaman para pelanggan yang rata rata masih anak muda di tambah lagi ada layanan wifi gratis, membuat para anak anak sekolah senang nongkrong di situ berlama lama.
☆☆ Bersambung ☆☆
Jangan lupa like komennya biar tambah semangat authornya.
Happy reading.
Terima kasih sebelumnya.
Waktu tiga hari yang di berikan oleh Dafa, di gunakan dengan baik oleh Ryo. Dan ternyata dugaan Ryo tidak meleset, wanita itu benar-benar selingkuh di belakang sahabatnya. Bahkan Ryo merekam semua bukti-bukti untuk di serahkan kepada bossnya sekaligus sahabatnya yaitu Dafa Artanegara
"Kamu sudah dapatkan bukti yang aku mau?" Tanya Dafa dengan ekspresi wajah datar penuh amarah pada Ryo yang baru saja memasuki ruangannya, bahkan Ryo belum juga duduk di sofa.
"Iya sudah, kamu bisa melihatnya di sini, karena semua bukti ada di dalamnya." Jawab Ryo sambil menyerahkan sebuah flashdisk pada Dafa.
"Apa ini sudah smuanya?" Tanya Dafa tetap dengan ekspresi dinginnya.
"Kamu lihat saja, nanti kamu juga akan tahu itu cukup bukti atau tidak." Kata Ryo lalu beranjak melangkah ke sofa di ruangan tersebut.
"Ok." Kata Dafa singkat.
Dia pun mulai melihat isi dari flashdisk dari Ryo, Dafa mengepalkan tangannya, matanya penuh dengan emosi melihat apa isi flashdisk itu. Bahkan sesekali dia mengumpat kasar, Ryo yang melihat hal itu merasa sangat wajar jika Dafa marah dan meluapkan emosinya.
Tok... tok... tok...
Sekretarisnya pun masuk untuk mengantarkan dua gelas kopi.
"Makasih Sin." Kata Ryo pada Sinta sekretaris Dafa.
"Sama-sama pak Ryo." Kata Sinta lalu keluar ruangan.
"Jadi apa yang akan kamu lakukan pada Agnes sekarang." Kata Ryo memecahkan keheningan, karena dia yakin kalau Dafa tidak akan tinggal diam dengan perbuatan Agnes yang sudah menghianatinya.
"Kamu simpan bukti-bukti itu, untuk sementara aku akan diam dan berpura-pura tidak tahu, kita lihat saja sampai kapan dia akan terus membohongiku." Jawab Dafa dingin, namun sikap dingin Dafa justru akan berakibat fatal bagi siapa pun yang mengenal sifat aslinya.
"Tapi Daf, apa nggak sebaiknya kamu putus kan saja, wanita seperti Agnes hanya akan membuat ulah di kemudian hari." Kata Ryo mengingatkan Dafa.
"Tunggu saat yang tepat, aku ingin buat dia menyesal melakukan ini padaku." Tegas Dafa.
"Hhmm, Yoo, aku ingin dia tidak dapat lagi menampakkan wajahnya di semua majalah, bahkan iklan atau sinetron sekalipun." Tambah Dafa.
"Ok baiklah, aku akan laksanakan sesuai keinginanmu." Jawab Ryo paham maksud ucapan Dafa itu, yang tidak lain adalah membuat Agnes kehilangan semua jobnya, atau lebih tepatnya membuat karir Agnes hancur tanpa sisa, dan inilah salah satu sifat Dafa, dia tidak akan membiarkan siapa pun yang menghianatinya lolos dari hukuman yang ia berikan.
Bagi Dafa Artanegara membuat karir Agnes hancur bukanlah masalah yang besar. Karena posisi Dafa yang cukup di segani di dunia bisnis kalau dia bilang hancurkan maka akan hancur detik itu juga. Kalo dia bilang pertahankan maka akan bertahan detik itu juga, itulah kuasa seorang Dafa Artanegara tidak ada yang berani menentangnya atau pun membantahnya.
Dafa yang masih begitu emosi hanya diam di ruangannya, dia pun memanggil Sinta untuk masuk ke ruangannya.
"Sinta, batalkan semua rapat hari ini." Kata Dafa datar.
"Eh, ba-baik pak." Jawab Sinta gagap karena terkejut dengan keputusan bossnya itu.
Sinta dapat melihat ekspresi bossnya yang penuh dengan emosi, dia pun tidak berani membantahnya, membantah perkataan Dafa sama saha dengan bunuh diri buat Sinta karena bisa-bisa nanti dia di pecat dari pekerjaannya.
☆☆ Bersambung dulu ya ☆☆
Jangan lupa Like, komen, tip dan Vote bintang 5 nya biar makin semangat menulis nya..
Happy reading...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!