NovelToon NovelToon

Move On

Part 1 a sight that hurts ( pemandangan yang membuat sakit hati)

Ini karya ke dua author, semoga para pembaca bisa menikmati 🙏

Selamat membaca 🤗🤗

________________________________________

Hani berlari kecil sambil menutupi bagian kepalanya menggunakan tas selempang warna putih miliknya dari guyuran hujan, dia merogoh saku kemeja dan mengambil kunci kamar kostnya. Setelah berhasil membuka kunci pintu, Hani memasuki kamar kost yang hanya berukuran 3 x 3 meter itu dengan keadaan pakaian yang basah kuyup.

Hani menggantungkan tasnya di samping lemari pakaian, dengan cepat Hani mengambil baju tidur dan pakaian dalamnya, dia tidak mau kamarnya basah yang disebabkan dari kucuran baju yang dikenakannya, Hani menarik handuk yang menggantung di sebuah paku besar yang menancap di belakang pintu kamar, kemudian berjalan menuju kamar mandi umum yang berada di ujung koridor. Ada lima kamar mandi yang berjejer di sana, kamar mandi khusus penghuni kost Kencana yang dikelola Nenek Sarmi.

Hani masuk ke dalam kamar mandi paling ujung, kamar mandi favoritnya, semua peralatan mandinya berada di kamar mandi itu, Hani sengaja menyalakan kran air meski bak kamar mandi sudah terisi penuh, agar suara isak tangisnya tidak terdengar dari luar.

Hani menangis sejadi-jadinya, meratapi nasibnya yang harus menahan rasa sakit dan perih di dalam hatinya.

***

Satu jam yang lalu....

Hani yang baru enam bulan bekerja di salah satu perusahaan garmen di Semarang, berniat untuk menghampiri salah satu rekan kerjanya Riri untuk pulang bersama, karena Riri juga ngekost di Kencana, kamar mereka bersebelahan, Riri sudah bekerja di perusahaan garmen satu tahun lebih lama dari Hani.

Tak sengaja Hani menghentikan langkahnya di balik tembok pembatas saat melihat Riri tengah berbicara dengan Geri di lorong yang menuju gudang, Geri adalah laki-laki yang sudah meluluhkan hati Hani dengan sikap perhatian dan tutur kata manisnya pada Hani.

Karena suasana sepi meski berada dengan jarak cukup jauh tapi Hani masih bisa mendengar percakapan mereka berdua.

" Kamu serius ger?, apa ngga ada yang marah kalau kita pulang bareng?", sayup-sayup terdengar suara Riri.

" Ngga ada yang bakalan marah, kamu tahu sendiri kan bagaimana perasaanku sama kamu sejak kita masih kuliah", Geri membicarakan masa lalu mereka berdua di bangku kuliah.

" Aku masih nungguin jawaban kamu loh Ri, sudah hampir 3 tahun ini aku masih menunggu jawabanmu", tatapan Geri begitu dalam menatap wajah Riri yang tengah tersipu.

" Aku kira perasaan kamu sudah berubah Ger, makanya aku tak pernah membahasnya lagi", ujar Riri menatap wajah Geri.

Saat ini wajah mereka berdua saling bertatapan, " Jadi apa jawaban kamu dari pertanyaanku 3 tahun yang lalu?", tanya Geri.

Riri tiba-tiba mencium pipi Geri dan tersenyum manis.

" Apa ini artinya kau menerimaku?", tanya Geri kembali. Riri menganggukan kepala mengiyakan.

Geri langsung mencium bibir Riri, mereka berdua saling memagut satu sama lain, tanpa mereka ketahui ada sepasang mata yang tengah menatap mereka berdua dengan tatapan nanar.

Hani langsung membalikkan badannya dan berlari begitu cepat keluar dari pintu gerbang perusahaan, menahan air matanya yang sudah menggenang di pelupuk mata.

Yang menambah suasana senja itu menjadi semakin menyedihkan karena tiba-tiba saja hujan turun dengan begitu deras mengguyur tubuh Hani yang sedang berlarian menuju tempat kostnya, Griya kost Kencana memang hanya berjarak 500 meter dari perusahaan garmen tempat Hani bekerja.

Nenek Sarmi memperhatikan Hani yang tengah berlarian menerobos derasnya hujan dari jendela rumahnya. Nenek Sarmi, pemilik Griya kost Kencana tinggal di rumah besar yang berada persis di depan kost Kencana, dia adalah wanita tua yang sehari-hari di rumahnya selalu menggunakan ciput rajut untuk menutupi rambutnya yang sudah memutih, usia Sarmi menginjak 65 tahun, tubuhnya memang masih sehat tapi keriput di wajahnya menandakan dirinya sudah tidak muda lagi.

Kost Kencana yang di dirikan Sarmi 25 tahun silam sebenarnya bukan sebagai lahan mencari penghasilan karena Sarmi janda tua yang hidup berkecukupan, dia memiliki kebun sawit peninggalan suaminya di daerah Sumatra Utara dan juga kebun teh yang sangat luas di daerah Jawa tengah.

Sarmi hanya ingin mencari kesibukan untuk dirinya, setelah kedua putrinya menikah dan tinggal dengan suami mereka, dan

sepeninggal suaminya 26 tahun silam karena serangan jantung, akhirnya membuat Sarmi mempunyai ide membangun kost-kostan.

Daerah tempat tinggalnya yang dekat dengan banyak pabrik dan perusahaan memang menjadi lahan yang menjanjikan untuk para pemilik kost atau kontrakan, karena sebagian besar karyawan yang bekerja di perusahaan dan pabrik adalah dari perantauan.

Sarmi keluar dari rumahnya menggunakan payung motif bunga-bunga, di tangan kirinya menenteng plastik hitam berisi sebungkus bubur kacang hijau hangat, kemudian memasuki halaman kost Kencana, total ada 10 kamar kost yang dimiliki Sarmi, ada yang tinggal dikamar sendirian dan ada juga yang sekamar di tinggali dua orang.

Semua kamar di Griya kost Kencana memang sudah terisi, total ada 13 anak gadis yang tinggal di sana. Tapi bisa dibilang Sarmi paling dekat dengan Hani, karena Hani yang paling sering berkunjung ke rumah Sarmi, entah sekedar mengantar kue jika Hani habis pulang kerumahnya atau hanya sekedar menanyakan kabar jika Hani lama tak berjumpa dengan si pemilik kost.

"Tok...tok...tok...Hani...!"

" Tok...tok...tok... "

" Tok...tok...tok... "

Sarmi mengetuk pintu kamar Hani berkali-kali tapi tidak ada jawaban,

" Hani apa kau ada di dalam?", seru Sarmi, tapi masih tidak ada jawaban.

Sarmi berjalan menuju dapur yang letaknya di sebelah kamar mandi, siapa tahu Hani berada disana. Tapi tak di jumpainya juga yang dicari, Sarmi mengecek kamar mandi, ada dua kamar mandi yang di tutup, mungkin Hani sedang mandi,

" aku akan menunggunya hingga selesai", ujar Sarmi yang memilih duduk di kursi plastik yang berada di dapur dan meletakkan plastik yang di pegangnya di meja, kemudian mengambil mangkok kosong dan menuangkan bubur itu ke mangkok.

30 menit sudah Sarmi duduk di dapur, beberapa anak kost yang hendak memasak mie instan menyapanya sopan. Terlihat Hani keluar dari kamar mandi dan berjalan menuju kamarnya. Sarmi beranjak dari duduknya dan membawa bubur yang sudah dituangkannya ke mangkok tadi.

" Hani...", panggil Sarmi cukup keras.

Hani menengok dan sedikit menarik bibirnya agar terlihat dirinya sedang tersenyum, tapi justru Sarmi melihat mata sembab Hani yang tadi habis menangis selama 30 menit didalam kamar mandi.

" Nenek Sarmi, bawa apa?, mau Hani bantu bawakan?", tanya Hani sopan.

Sarmi menyerahkan mangkok yang dibawanya pada Hani, Hani menerima mangkok itu.

" Makanlah mumpung masih hangat, nenek sengaja membuatnya tadi sore pas lagi mendung, sepertinya enak kalau hujan-hujan makan bubur kacang hijau hangat", Sarmi dan Hani berjalan di lorong kost beriringan.

Kamar kost memang di buat menjadi lima kamar yang saling berhadapan, lorong di depan kamar memiliki lebar sekitar 3 meter, digunakan sebagai jalan menuju kamar mandi ataupun dapur yang berada di ujung lorong, di teras kost terdapat satu set kursi kayu yang sengaja di siapkan jika ada tamu dari penghuni kost yang berkunjung.

" Terimakasih banyak Nek Sarmi, mari silahkan masuk Nek?", Hani membuka pintu kamar , meletakkan mangkok yang dibawanya di meja kecil dan mempersilahkan Sarmi masuk, tapi Sarmi menolaknya.

" Nenek hanya mengantar bubur saja, kalau nanti malam kau ada waktu mainlah ke rumah nenek ", ujar Sarmi, dalam hatinya sebenarnya sangat penasaran dengan apa yang terjadi pada Hani hari ini sampai membuatnya menangis hingga kelopak matanya bengkak.

Hani terdiam dan berpikir sejenak,

" baiklah, nanti Hani main kerumah Nenek, habis Maghrib ya nek".

" Jangan lupa dimakan buburnya", Sarmi berjalan keluar kost, Hani mengantarnya hingga teras depan.

Tapi sayang seribu sayang, pemandangan yang membuat hatinya remuk berkeping-keping kembali nampak di pelupuk matanya, Geri mengantar Riri pulang berboncengan motor, dengan posisi Riri yang nempel memeluk tubuh Geri dengan sangat erat.

Part 2 Lelaki misterius

Nenek Sarmi berjalan melewati Riri dan Geri saat mereka turun dari motornya, kemudian menatap mereka berdua tajam, Nenek Sarmi lewat begitu saja tanpa menyapa Riri, Nenek Sarmi langsung masuk ke dalam rumahnya melewati pintu samping, samar-samar mendengar suara Riri yang tengah menyuruh Geri untuk mampir.

Geri mengiyakan mengikuti langkah Riri berjalan menuju teras kost Kencana, tapi tiba-tiba langkahnya terhenti saat melihat Hani berdiri di pintu masuk kamar kost. Mereka saling menatap sekilas, kemudian Hani membuang pandangannya ke sembarang arah.

" Kenapa masih berdiri disitu?, ayo sini duduk dulu, aku ambilkan handuk buat mengeringkan badan kamu ya?", ucap Riri menyuruh Geri untuk duduk di kursi kayu yang berada di teras kos.

Geri tersentak mendengar suara Riri, kemudian tatapannya berpindah pada Riri yang tengah bertanya padanya.

Hani pun membalikkan badan dan masuk ke dalam kamarnya, kamar Hani terletak paling pinggir, di dekat pintu masuk, jadi tidak butuh waktu lama untuk Hani masuk ke dalam kamarnya itu.

" Aku langsung pulang saja ya Ri, karena masih hujan biar basah - basahan sekalian, nanti aku langsung mandi sesampainya di kos-kosan", Geri melambaikan tangan pada Riri dan meninggalkan Griya kos Kencana mengendarai motor bebeknya.

***

Hani sudah menghabiskan bubur kacang hijau pemberian nenek Sarmi dan hendak mencuci mangkuk kotor ke dapur, tapi tiba-tiba ponselnya bergetar, ternyata itu panggilan dari Geri yang ke empat .

Hani sedang malas berbicara dengan siapapun, dia menaruh ponselnya di bawah bantal dan mengacuhkan panggilan masuk di ponselnya.

Hani keluar kamar dan berpapasan dengan Riri yang baru saja selesai mandi. Dia berusaha memasang wajah sumringah saat Riri menyapanya, meski hatinya masih sakit dan matanya masih terlihat sembab.

" Hai Han, kamu sibuk nggak?, wah sudah makan ya?", Riri menatap mangkok kotor yang di bawa Hani.

" Kau bertanya seperti itu memangnya kenapa?", tanya Hani.

" Rencananya aku pengin traktir kamu makan malam, tapi kayaknya kamu habis makan", ucap Riri.

" Makasih Ri, tapi aku sudah kenyang", jawab Hani singkat, kemudian kembali berjalan menuju dapur.

" Han ! ", panggil Riri saat Hani melewatinya.

" Kamu sakit?, atau kenapa?, aku perhatikan dari tadi kau sangat sedikit bicara, tidak seperti biasanya", Riri merasa sikap Hani sedikit aneh hari ini, lebih pendiam dari biasanya.

" Nggak papa kok, hanya sedikit pusing karena tadi pulang kerja aku kehujanan", Hani membuat alasan agar Riri tidak terus bertanya.

Setelah selesai mencuci mangkok dan mengisi botol minumnya dengan penuh, Hani mengambil air wudhu dan kembali masuk ke kamarnya untuk sholat maghrib.

Sepuluh menit kemudian Hani keluar kamar mengenakan sweater rajut warna krem pemberian ibunya saat Hani ulang tahun yang ke 17. Hani sangat sering memakai sweater dari ibunya itu, selain membuatnya lebih hangat, juga membuat hatinya lebih tenang karena merasa sedang dalam dekapan ibunya.

Hujan memang sudah tak selebat tadi sore, tapi masih menyisakan gerimis yang tak kunjung reda.

Hani mengunci pintu kamarnya, berjalan keluar dan membuka payung lipat miliknya di teras kost. Hani berjalan menuju rumah pemilik kost dan langsung dibukakan pintu oleh Nenek Sarmi.

Hani meletakan payung di samping teras rumah Nenek Sarmi, " Apa nenek menungguku?, belum saja Hani mengetuk pintu, nenek sudah lebih dulu membukanya", Hani tersenyum dan menggenggam tangan Nenek Sarmi.

" Ayo cepat masuk, diluar sangat dingin, apalagi tadi pulang kerja kau hujan-hujanan pasti kau sedang kedinginan", nenek Sarmi balas menggenggam tangan Hani.

" Nenek sudah sholat?", tanya Hani sambil duduk di sofa panjang yang berada di ruang tamu.

" Sudah, Nenek juga sudah membuat wedang jahe buat kamu, ayo diminum, itu juga ada kue kering sebagai teman wedang jahe", Sarmi mempersilahkan Hani untuk menikmati jamuan yang ada di meja.

" Nenek itu apa-apa nya cepet banget, kalau tiba-tiba tadi Hani ngga jadi kesini gimana nek?, wah pasti sayang wedang jahe sama kue kering yang sudah nenek siapkan", Hani sedikit menggoda nenek Sarmi dengan gurauannya.

" Ya nenek bawa saja ke kamar kamu, kan deket", jawab nenek Sarmi enteng.

Mereka berdua tertawa bersama.

" Nenek mau malam ini kita ngapain?, mau nonton sinetron kesukaan nenek bareng, atau mau cerita masa lalu nenek dengan kakek?, Hani pasti akan jadi pendengar yang baik seperti biasanya", ujar Hani.

" Nenek justru pengin dengar cerita tentang kamu Han, selama ini sepertinya nenek terus yang cerita tentang masa lalu nenek bersama kakek, tentang kedua putri nenek, tentang sinetron favorit nenek, apa kamu nggak bosen dengerinnya?", tanya nenek Sarmi.

" Hani seneng kok dengerin nenek bercerita, itu bisa menjadi inspirasi buat Hani, saat nenek mengatakan dimana pertama kali bertemu dengan kakek, apa yang nenek katakan pertama kali pada kakek, dan semua masa lalu nenek itu kalau Hani berbakat jadi penulis, pasti sudah Hani jadikan novel kisah cinta nenek Sarmi", Hani tersenyum tulus.

" Kamu ini ada-ada saja Han, apa semenarik itukah cerita nenek dan kakek, sampai kau ingin menjadikannya cerita novel?", tanya nenek Sarmi penasaran.

" Tentu saja, tinggal bagaimana menuangkannya, harus memilih kalimat dan kata-kata yang tepat dan di tambah sedikit bumbu dan sedikit konflik, pasti akan menjadi cerita yang sangat apik", Hani begitu yakin dengan ucapannya.

Hani dan nenek Sarmi terus mengobrol hingga jam 9 malam, mereka tadi juga melakukan sholat Isa berjama'ah, Hani yang menjadi imam sholat, karena itu permintaan nenek Sarmi, karena sudah merasa mengantuk dan besok harus berangkat pagi-pagi, Hani pamit pada nenek Sarmi untuk kembali ke kost-kostan.

Saat Hani keluar dari rumah nenek Sarmi Hani berjalan hendak masuk ke dalam kost-kostan, tapi suara seorang laki-laki memanggilnya dari balik pohon mahoni yang ada di pinggir jalan raya, pohon itu berada di depan rumah nenek Sarmi.

Sebenarnya Hani takut dan ingin berlari karena yang Hani dengar itu adalah suara seorang lelaki, dan terlihat ada bayangan laki-laki tengah berdiri di balik pohon itu.

" Siapa disana?", ucap Hani dari posisinya, tanpa mendekat sedikitpun ke arah pohon mahoni.

" Ini aku, apa kau tidak paham dengan suaraku?", seru suara laki-laki itu.

" Sebutkan nama, atau aku tidak akan menemuimu", ucap Hani sambil melipat payungnya, Hani pikir jika laki-laki itu adalah orang jahat, Hani hendak menghajarnya menggunakan payung yang ada di genggamnya.

Lelaki itu tetap diam dia hanya menggeser badannya agar terlihat dari posisi Hani berdiri saat ini.

_____________________________

Bantu dan dukung author dengan memberi Like 👍, vote dan komentar ya....

Terimakasih banyak 🙏🙏🙏🤗🤗

Part 3 Buaya darat VS Kadal buntung

" Dasar kurang kerjaan, salah siapa nggak mau sebut nama, maka rasakan akibatnya",

Hani berjalan pelan agar langkahnya tidak terdengar oleh laki-laki itu, saat sudah dekat Hani memukul tubuh laki-laki itu dengan payung miliknya begitu keras .

Hani menoleh dan melihat sosok yang dikenalnya, wajahnya tampak jelas saat terkena sorot lampu dari kendaraan yang lewat. Hani memutuskan untuk menghentikan pukulannya.

" Kak Geri ?!", Hani begitu terkejut saat dia sudah berada di dekat laki-laki itu yang ternyata adalah Geri.

" Maaf Kak, Hani tidak tahu kalau ini kakak, lagian nggak mau sebut nama dan ngumpet di balik pohon kaya orang jahat, jadi Hani pakai payung ini buat jaga-jaga", ucap Hani, padahal hatinya bahagia sudah memberi pelajaran pada Geri.

" Rasain aku pukuli pakai payung, seharusnya tadi lebih keras biar memar-memar itu badan", batin Hani.

" Ada apa malam-malam begini datang kemari?", tanya Hani basa-basi, padahal dalam pikirannya menyangka jika Geri datang karena akan bertemu dengan Riri, pacarnya.

" Aku ke sini untuk mencarimu Han", ucap Geri sambil menatap Hani lekat.

" Ini kan sudah malam Kak, jika ada yang perlu di bicarakan besok saja", ucap Hani seraya pergi meninggalkan Geri merasa malas melihat wajahnya.

" Aku kesini karena tadi aku menelponmu tapi tidak kamu angkat?", ucap Geri.

" Kenapa tidak kau angkat Han?, biasanya kamu cepet banget ngangkat telepon dariku.

" Oh iya, aku tadi sedang sholat waktu kakak telepon, terus habis sholat disuruh ke rumah pemilik kos, jadi lupa nggak telpon balik", Hani beralasan, padahal memang dia sengaja tidak mengangkat telpon darinya.

Tiba-tiba Geri menarik tangan Hani dengan cepat, membuat Hani kaget,

" aku harus memberitahumu sesuatu yang cukup penting", Geri berkata dengan nada serius dan ekspresi memohon.

" Baik ngomong saja sekarang, akan aku dengarkan", jawab Hani sambil menarik tangannya, sebenarnya Hani merasa sangat malas.

" Naiklah ke motorku, aku ajak kau ngobrol di tempat yang lebih nyaman, please sebentar saja", Geri memohon.

Hani akhirnya membonceng motor Geri, tapi dia duduk sengaja agak jauh, biar mereka berdua tidak bersentuhan. Meski sebelumnya Hani naksir sama Geri, tapi Hani paling anti untuk menyukai pria yang sudah menjadi kekasih orang lain, Hani tidak ingin menyakiti hati perempuan yang menjadi kekasih pria itu.

Saat tadi Hani menangis sejadi-jadinya di kamar mandi, Hani juga sudah bertekad untuk melupakan Geri, Hani harus segera move on dari laki-laki yang sudah memberi harapan palsu padanya.

Tidak jauh Geri melajukan motornya, dia membelokan motor ke area lapangan dekat dengan tempat mereka bekerja. Geri mematikan mesin motor dan turun dari motornya, mereka duduk diatas rumput lapangan beralas sandal yang mereka kenakan.

" Apa ini devinisi ' tempat yang lebih nyaman ', menurutnya, di tengah lapangan dan duduk di atas rumput, benar-benar orang yang aneh", cibir Hani dalam hatinya.

" Langsung pada intinya saja", ucap Hani to the point.

" Kenapa kamu berubah menjadi sangat dingin padaku?, apa karena tadi sore kamu melihatku memboncengkan Riri sampai ke kost kalian?" , tanya Geri menyelidik.

" Kalau iya kenapa?, lagian aku nggak mau dekat dengan pria yang sudah mempunyai kekasih, takut dikira perempuan penggoda", ucap Hani tegas.

" Kekasih apa maksud kamu Han, aku tidak mencintai Riri, dulu aku membuat taruhan dengan teman-temanku saat masih kuliah, mereka memintaku untuk menyatakan cinta sama Riri dan aku melakukannya. Dulu dia pergi begitu saja setelah aku mengatakan ingin jadi pacarnya, kukira dia sudah melupakan kejadian itu, hingga tadi siang tiba-tiba dia menemuiku dan menanyakan hal yang sudah sangat lama itu", Geri mencoba menjelaskan.

" Buat apa kamu ceritakan itu semua padaku?, kita kan hanya rekan kerja", ucap Hani mengingatkan.

" Karena aku tidak mau kamu salah paham Han, aku menyukaimu".

Duar......

Hani menahan emosi dalam dirinya yang semakin memuncak mendengar pengakuan Geri tentang perasaannya terhadap Hani,

" Bagaimana bisa dia menyatakan cinta pada dua orang gadis sekaligus dalam waktu sehari" batin Hani benar-benar merasa emosi.

" Untung saja aku melihat kejadian tadi sore saat dia dan Riri saling melahap b*bir satu sama lain, kalau tidak pasti aku sudah masuk ke lubang buaya kemakan kata-kata manisnya", ucap Hani dalam hati.

" Kenapa kamu terus diam Han?", tanya Geri membuyarkan lamunan Hani.

" Oh iya, oke kalau kau menyukaiku, apa jika aku bilang aku juga mencintaimu setelah itu berarti kita pacaran?", tanya Hani mulai menjalankan rencana yang tiba-tiba muncul di otaknya.

" Sungguh ?, apa kau juga menyukaiku?, jika iya malam ini juga kita resmi jadian", Geri tersenyum lebar mendengar pernyataan Hani.

" Dasar laki-laki buaya darat, awas saja aku kerjain kamu, bodohnya aku bisa menyukai laki-laki macam kadal buntung seperti ini! ", geram Hani dalam hatinya.

" Jadi sebutan apa yang cocok buat laki-laki br*ngs*k macam ini, kadal buntung atau buaya darat?", batin Hani.

" Oke kita jadian, sekarang antarkan aku pulang ke kost-kostan", ucap Hani sengaja meminta Geri untuk mengantarkannya, biar Riri melihat seperti apa kelakuan pacarnya itu.

" Baiklah, kita pulang ke kost-kostan kamu, aku antar, tapi sampai depan saja ya, sudah malam nggak enak kalau aku mampir", Geri mulai beralasan.

Hani mengangguk setuju, padahal dia mengirim pesan pada Riri agar segera keluar dari kamarnya, karena ada Geri di luar, dan meminta ketemuan.

Awalnya Riri bingung karena Hani yang menyuruhnya, kenapa tidak Geri yang langsung mengirim pesan agar dia keluar dari kamar. Tapi Riri tetap keluar dan menunggu di teras.

Hani sampai di depan kost-kostan melihat Riri tengah duduk menunggu, Hani langsung memanggil Riri dengan suara kencang.

" Ri, sini buruan !", teriak Hani.

Riri melihat Hani turun dari boncengan motor Geri, dan melambaikan tangan padanya. Riri menghampiri mereka berdua dengan ekspresi wajah kesal.

Geri kaget ketika ternyata Hani memanggil Riri yang sedang duduk di depan teras kost- kostan.

" Ger, kok Hani turun dari motor kamu?", tanya Riri curiga.

" Eh iya tadi nggak sengaja ketemu di jalan", jawab Geri sambil meringis ke arah Hani.

" Dia tadi kesini nungguin kamu disini Ri, terus manggil-manggil pas aku keluar dari rumah nenek Sarmi. Jadi aku menghampirinya, dan aku kirim pesan deh sama kamu", Hani mencoba menjelaskan.

" Jadi Hani yang menyuruh Riri keluar, apa maksudnya?", batin Geri.

" Owh gitu Han, makasih ya, Han kamu orang pertama yang mau aku kasih tau, kalau aku dan Geri tadi baru saja jadian", ucap Riri sumringah.

" Wah benarkah?, sama dong kalau begitu!", seru Hani sambil melirik ke arah Geri yang sudah ber ekspresi tidak menentu dan wajahnya berubah pucat pasi.

" Sama gimana maksudnya?", tanya Riri penasaran.

" Aku juga baru saja jadian sama cowok yang menyukaiku, dan aku juga dulu sempat menyukainya" ucap Hani menyindir.

" Benarkah?, wah siapa cowok itu?, seharusnya kita rayakan bersama-sama karena hari jadian kita sama", usul Riri bersemangat.

" Tentu saja aku setuju, nanti aku tanyakan dulu sama pacarku, dia mau apa nggak merayakan sama kalian, tapi sepertinya pacarku nggak mau deh, soalnya dia itu nggak bisa membelah diri seperti amoeba " , sindir Hani sambil melirik Geri.

" Ya sudah aku masuk kedalam kamar dulu ya, oh iya aku kasih saran sama kalian, kalau mau pacaran dan bermesraan itu jangan di pinggir jalan, biar nggak ada orang yang lihat", sindir Hani ketus sambil berlalu menuju kamarnya.

Hani langsung menelepon nomer Geri saat sedang berjalan menjauhi mereka, Geri gelagapan mendapat telepon dari Hani.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!