" Apaaaa....Jadi istri muda ? kau masih waras 'kan ? " Teriakan Bu Dian terasa memecah gendang telinga Dinda.
" Gak ada salahnya 'kan " Sahut Dinda tanpa merasa bersalah.
" Dek, pikirkan baik baik, kamu tidak mengenal siapa pria itu dan bagaimana dengan anak dan istrinya, kau baru juga lulus SMU ,dek "
Kakaknya Agam mencoba mempengaruhi keputusan yang dibuat Dinda dengan terburu buru
" Dinda sudah mengenal mereka, istrinya yang meminta Dinda untuk menjadi madunya "
Keukeh dengan pendiriannya
" Kalau kami tidak setuju, apa yang ingin kamu lakukan ? "
Tantang Bapak angkat bicara yang sedari tadi hanya diam mendengarkan perdebatan Dinda, Agam putra sulungnya dan Dian istrinya.
" Dosa lho Pak, menghalang -halangi seseorang yang sudah mampu dan mau untuk menikah "
Dinda senyum penuh kemenangan.
Pak Dwi tersenyum kecil.
...****************...
" Pa, menikahlah lagi atau ceraikan aku ! "
Dewi menatap kasihan pada suaminya, selama tiga tahun terakhir, ia tidak bisa lagi menjalankan kewajibannya sebagai seorang istri karena sejak lima tahun yang lalu, dia menjalani operasi angkat rahim ( histerektomi) Karena menderita kanker rahim, akibat menstruasinya yang tidak lancar.
Setelah operasi itu, Dewi cenderung kurang bersemangat untuk melayani urusan ranjang pada suaminya bisa dikatakan dia menjadi prigid.
Ia merasa sudah tidak sempurna menjadi seorang perempuan, jadi terkesan rendah diri.
...****************...
" Tidak, kita sudah menikah selama hampir dua puluh tahun, tidak terlintas dipikiran-ku untuk menikah lagi "
Alfian menolak mentah mentah.
" Bagaimana dengan kebutuhan biologis-mu, Pa ? Kau masih muda dan sehat, kau pasti membutuhkan itu "
Alfian diam, sejujurnya dia memang tersiksa untuk urusan yang satu itu.
Selagi bisa dialihkan untuk berolah raga dan menyibukkan diri di kantornya, ia bisa bertahan tetapi jika sudah tidak tahan, terpaksa dia harus bermain solo.
Dia tipe pria yang anti berselingkuh atau jajan diluaran, dosa.
...****************...
" Din, maaf ! Aku hanya berteman dengannya, aku cuma numpang duduk di teras rumahnya sambil menunggumu pulang, percayalah padaku "
Saka menggenggam tangan Dinda memohon Dinda mau memaafkan perbuatannya.
Mereka berpacaran sudah dari kelas satu SMU, hingga lulus seminggu yang lalu
" Memang berteman pake acara kiss kiss segala gitu ? Kau kira aku bodoh ? "
Dinda menghempaskan tangannya agar lepas dari genggaman Saka.
...****************...
" Bu Dewi...." Teriakan cempreng Dinda membuat mantan wali kelasnya itu menoleh.
" Dinda, dari mana ? "
" Gak ada, muter muter saja, cari angin "
Dinda mengambil alih troly belanjaan yang semula di dorong oleh Dewi, Dinda melirik isi keranjang, yang semuanya kebutuhan rumah tangga.
" Lanjut pendidikan ke mana, Din ? "
Sembari melihat daftar belanjaan melalui gawai -nya.
" Belum Bu, sekarang masih sebahagian daring 'kan ? Dinda semakin gak ngerti, tahun depan mungkin "
Terus mengikuti langkah Bu Dewi.
" Kegiatan kamu sekarang apa Din ? "
" Gak ada Buk, menikah kalau ada yang mau "
Dinda tergelak.
Dewi hanya tersenyum sembari menggeleng pelan.
" Sudah punya calon "
" Belum Bu, kalau ibu mau mencarikan boleh "
Dinda cekikikan lagi.
Dewi sudah terbiasa melihat Dinda yang ngomong ceplas ceplos, setahun menjadi wali kelasnya, cukup untuk Dewi mengenal karakter satu demi satu murid muridnya.
" Tipe pria seperti apa yang kamu inginkan "
" Apa ya ? "
Dinda berhenti di rak bagian parfum cowok, sehingga Dewi ikut berhenti.
" Gak pake tipe tipe-an Buk, yang penting sayang sama Dinda, dan jangan pernah selingkuh.
Yang brondong jagung oke, yang dewasa dan matang juga gak pa pa.
Soal wajah tidak jadi patokan, kalau cakep Alhamdulillah, kaya....Bungkus "
Lalu tawanya berderai.
" Mau gak menikah dengan suami ibuk ! "
Dinda terkejut, matanya membulat sempurna dan mulutnya melongo lucu.
" Ach ....Ibu bisa saja becanda "
Dinda salah tingkah.
...****************...
" Bagaimana Pa, kamu bersedia menikah dengannya 'kan ? "
Dewi menatap suaminya dalam dalam.
Alfian menghembuskan napasnya jengah, Pemilik sebuah perusahaan yang bergerak di bidang industri itu serba salah.
Laki laki mana sih yang menolak untuk di suruh menikah kembali ? Mana calon yang disodorkannya masih sangat muda, cantik.
Bohong kalau tidak tertarik.
Jangankan disodorkan, wong banyak kaum Adam yang diam diam buka cabang.
" Memang kamu gak sakit hati harus berbagi suami dengan perempuan lain ? "
" Kalau aku bilang tidak, pasti dusta, tetapi ini semua demi kamu Mas, dari pada kamu diam diam menikah di belakang aku, lebih baik aku yang mencarikan, walaupun sakit tetapi sakitnya tidak terlalu parah "
" Aku tidak bisa melayani kamu lagi Pa, aku kasihan melihat mu selalu berlama lama dikamar mandi "
Dewi tersenyum getir, Alfian hanya bisa mesem, namanya juga kebutuhan.
" Siapa gadis itu ? "
Tuh kan ? Kucing jangan ditawarin ikan ?
" Mantan murid ku "
" Tapi ada syaratnya, Pa "
" Apa ? "
" Kalian akan tetap tinggal di sini, Jadi kamu tidak perlu berbagi waktu kesana kemari, kami akan bersama sama melihatmu setiap hari "
" Kamu yakin, Wi ? kalian nanti akan terluka ? "
" Itu tugasmu, Pa ! Aku sudah membicarakan ini pada gadis itu, di setuju dan satu lagi syaratnya Pa "
Alfian diam menunggu Dewi meneruskan ucapannya.
" Jangan pernah mengumbar kemesraan di depan aku, cukup hanya berada di dalam kamar, setelah keluar, bersikap sewajarnya "
" Kenapa dia mau jadi istri ke dua ? "
Alfian penasaran, gadis yang akan disodorkan sebagai istri mudanya belum genap berusia dua puluh tahun.
" Dia patah hati, pacarnya berselingkuh dengan tetangganya sendiri "
Alfian hanya ber O saja.
...****************...
" Saka gak setuju Papa nikah lagi, apa'an sich ? " Saka membanting peralatan makan dengan keras sehingga menimbulkan suara yang nyaring ketika sendok dan garpu beradu dengan piring, menimbulkan suara yang berdenging.
Saka,
Putra tunggal pasangan Alfian dan Dewi itu menolak mentah-mentah ketika mengetahui jika ibunya i mencarikan madu untuk ayahnya.
Dan yang paling membuatnya jengkel, calon ibu tirinya seusia dengan dirinya yang notabene mantan murid di sekolah tempat ibunya mengajarkan mata pelajaran Fisika.
Saka sendiri bersekolah di sekolah yang lainnya.
" Sa, kau sudah cukup dewasa untuk mengetahui permasalahan rumah tangga orang tuamu, kenapa Papa harus menikah kembali, di dalam agama kita juga diperbolehkan "
Dewi mencoba memberikan pengertian kepada putranya.
" Pasal 4 ayat 2 di undang undang perkawinan yang berbunyi diperbolehkannya seorang suami untuk menikah lagi dengan syarat, istri tidak dapat memnjalankan kewajibannya sebagai isteri, istri mendapat cacat badan atau penyakit yang tidak dapat disembuhkan, istri tidak dapat melahirkan keturunan.
Dua dari tiga syarat itu ada pada Mama, kau mengerti ? "
" Tapi Ma, Papa harusnya menerima Mama apa adanya, ketika menikah dulu, Mama 'kan merupakan wanita yang sempurna di mata Papa, bukan ? "
Saka tetap keberatan.
" Bukan Papamu yang mau, tapi Mama yang mencarikan istri buat Papa, itu Mama lakukan agar Papa terhindar dari perbuatan Zina "
Saka hanya bisa diam, walaupun sebenarnya dia sangat keberatan, tetapi alasan Mamanya kuat.
" Terserah dech "
Saka meninggalkan meja makan, ia sudah tidak berselera untuk melanjutkan makannya.
...****************...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Alfian curi curi pandang saat diperkenalkan dengan calon istrinya-Dinda.
Entah bagaimana cara Dewi meyakinkan orang tua Dinda sehingga, Pak Dwi dan Bu Dian menerima dengan berat hati lamaran yang dilakukan mantan wali kelas anaknya untuk menjadi istri muda bagi suaminya sendiri.
Mirip sinetron ya ? Namanya juga dunia halu, sah sah saja dong ( Hohoho )
Dewi menjamin jika Dinda akan dinikahi secara sah sebagai istri kedua, walaupun Alfian dan Dewi harus mengurus perizinan yang tidak mudah, untuk segi materi Alfian juga bukan pria yang tidak mampu menafkahi dua Istrinya.
Perusahaan yang bergerak di bidang periklanan dan rumah industri, serta seorang anak laki-laki yang baru menamatkan pendidikan SMU-nya, tidaklah sulit bagi Alfian.
Ketika diperkenalkan dengan calon suaminya, Dinda terkesan acuh seakan tanpa minat.
Alfian sampai menautkan dua alisnya menyatu dan membentuk kerutan dahi yang dalam.
Gadis ini benar mau menjadi istriku apa tidak sih ? Apa dikira dia ini sebuah permainan ? Aku dan Dewi sudah mengurus semua sampai dengan tahap ini, jika bukan karena keinginan Dewi, aku bisa mencarinya sediri, yang lebih dewasa, bukan anak kecil gini.
Alfian jengkel sendiri tetapi Dewi yang keukeh, Alfian bisa apa ? Pura pura jual mahal padahal dihatinya sudah sangat tidak sabar, otaknya sudah traveling ke mana mana membayangkan malam pengantin bersama gadis yang seusia dengan putranya.
Lain dipikiran Alfian, lain lagi yang ada dalam benak Dinda, iming iming dari mantan wali kelasnya yang akan memberikannya sebuah mobil, ya .... Sekelas untuk gadis remaja serta mendapatkan jatah bulanan dan lain sebagainya dari suaminya, mendadak Dinda menjadi cewek matre.
Dalam bayangannya, punya uang, mengendarai mobil pribadi, ke salon merawat diri, lalu dia akan membuat mantan kekasih dan tetangganya akan menyesal telah berkhianat pada dirinya, dia lupa dibalik hal hal yang akan diterimanya ada sesuatu yang harus dibayarnya terutama melayani suaminya diatas ranjang, hal yang paling utama dari Dewi mencarikan suaminya seorang istri muda.
Dinda dinikahi hanya untuk memenuhi kebutuhan biologisnya, agar Alfian terhindar dari melakukan perburuan dosa.
" Dek, kenapa kau jadi matre ? Hanya sebuah Mobil gak sampai harga dua ratus juta, plus satu set perhiasan yang....Ah, harganya gak seberapa ini, Dek "
Agam berujar tidak sabar setelah Dewi dan Alfian sudah pergi meninggalkan rumah kediaman pak Dwi.
Agam terlihat putus asa dengan tekad Dinda.
Ibu dan Ayahnya tidak bisa lagi berkata kata kerena Dinda yang keukeh ingin menjadi istri ke dua.
" Kau lihat Pria itu Dek, usianya empat puluh lima tahun, hampir setua ayah.
Ayah saja lima puluh tahun, pria itu setua ibu, kau tidak bisa melihat dengan benar "
" Sudahlah Bang, yang mau menjalani-nya 'kan Dinda, buat apa yang seusia Dinda tapi nyakitin hati "
Dinda meng-amat amati, perhiasan yang ada di atas meja, dan mencoba dipakai di jari, ditelinga dan dilehernya.
" Ini pasti gara gara Saka 'kan ? Cara balas dendam-mu merusak masa depan dirimu sendiri, dek "
Agam masuk ke dalam kamarnya dengan sedikit marah karena Dinda yang tidak menggubris omongan-nya.
...*****...
Pernikahan dilaksanakan di kantor Urusan Agama, tidak dirumah pak Dwi, bagaimanapun, Pak Dwi yang hanya seorang pegawai negeri biasa masih belum kuat telinganya mendengar berbagai macam omongan negatif para tetangga yang mengatakan mereka menjual anak gadisnya demi harta yang tidak seberapa.
Untuk menjelaskan pada keluarga terdekat saja Bu Dian dan pak Dwi sudah harus menahan hati, tapi Pak Dwi bisa buat apa ? Kalau tidak disetujui, Dinda mengancam akan menikah secara siri.
Berbeda dengan putra semata wayang Dewi dan Alfian, ia tidak mau ikut hadir ketika Papanya mengucapkan ijab Kabul pada istri ke duanya, ia lebih memilih nongkrong bareng temannya dari pada ikut menyaksikan acara itu.
Dinda langsung di boyong ke rumah Dewi dan Alfian tentunya, kamar untuk Dinda sudah disiapkan oleh Dewi, berada di lantai dua, satu lantai dengan kamar putra mereka yang di batasi oleh ruangan kerja Alfian.
Dinda terus mengawasi rumah yang akan ditinggalinya, walaupun Dewi pernah menjadi wali kelasnya di sekolah, tetapi semua muridnya tanpa terkecuali tidak ada yang boleh datang kerumahnya.
Urusan sekolah, diselesaikan di sekolah.
Dinda tidak menyadari jika ada sepasang mata yang menatapnya dengan tidak percaya kalau gadis yang pernah menjadi kekasihnya itu adalah Istri muda yang baru dua jam tadi menjadi ibu tirinya, andai bukan karena kebaya pengantin yang masih melekat di tubuhnya, Saka akan mengira Dinda datang berkunjung ke rumahnya, minta balikan mungkin.
Memang tahu dari mana Dinda rumah Saka ? Selama ini 'kan mereka pacaran backstreet.
" Sa, sini ! Ini kenalkan Dinda, istri Papa kamu "
Dewi melambaikan tangannya kearah Saka yang sedang menuruni anak tangga.
Refleks Dinda membalikkan badannya.
...******...
Aaarrggg, kenapa aku tidak kenalan dulu dengan anak Bu Dewi ? Kalau sudah begini bagaimana aku bisa membalas dendam ?
Dinda berjalan mondar mandir di dalam kamarnya, kebaya yang dikenakan tadi sudah teronggok tidak berdaya di lantai.
Saat ini dia hanya mengenakan tank top dan celana legging.
Setelah perkenalan dengan Saka ( Keduanya sama sama berpura pura tidak saling mengenal ) saat Dewi memperkenalkan keduanya.
Dinda cepat minta tunjukkan kamarnya pada Dewi dengan alasan mau mandi karena gerah dengan kebaya berbahan brokat yang presbody itu, padahal ia sedang menghindar dari tatapan permusuhan dari Saka.
Dinda menatap ranjang yang penuh bunga melati, Dinda tergidik ngeri.
" Pak Alfian menyukai bunga melati, jadi jangan heran kalau nanti ranjang mu akan banyak bunga melati di atasnya, dan akan seterusnya begitu, itu permintaannya tadi, segalanya ia suka aroma melati, parfum-nya juga beraroma melati, mulai sekarang kamu juga harus mengikuti seleranya "
Ucap Dewi sebelum Dinda memutar handle pintu.
Seperti untuk sesajen saja, apa tidak ada bunga yang lain ? Bunga Deposito misalnya.
Dengan sedikit takut, Dinda mengumpulkan semua putik bunga melati dari atas kasur yang akan di tempatinya dan membuangnya di tempat sampah.
Siapa juga yang mau tidur dengan bandot tua itu, tampan sih tampan, tapi 'kan tua,
Saka..... Kenapa kau jadi anak Bu Dewi....
Dinda menangis tanpa suara, ia menyesal telah menikah.
Kalau boleh dibatalkan, dia akan memilih menikah dengan Saka saja, biarlah walaupun Saka pernah mengkhianati dirinya, tetapi Saka 'kan lebih imut, ganteng dan masih muda.
Dinda meraung di bawah nguyuran air shower, ia tidak mau menyerahkan dirinya pada bandot tua yang sudah menjadi suaminya secara sah itu.
Sudah capek menangis, perut Dinda mendadak lapar, ketika akan memakai baju, timbul ide di benak Dinda untuk menghindari bandot tua menjamah dirinya.
...******...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Saka terus melihat wajah Dinda yang menunduk, Dewi makan dengan tenang.
malam ini, suami yang tidak pernah lagi menyentuhnya, tepatnya Dewi yang sudah tidak lagi merespon setiap kali Alfian mulai mencoba mencumbu, hingga Alfian tidak lagi mendekati dirinya di tempat tidur, juga makan sama tenangnya.
Akan menikmati malam pengantin bersama istri muda, bukan hanya muda dalam sebutan, tetapi juga muda dalam usia.
Membayangkan bagaimana Alfian akan mencumbu Dinda, dada Dewi terasa nyeri, tetapi semua Dewi yang menghendaki.
Alfian tidak terlalu memperlihatkan ketertarikan-nya pada Dinda, ekor matanya melirik sekilas kearah Saka yang terus menatap Dinda, seolah hendak menerkam bulat bulat tubuh Dinda.
Alfian tertawa dalam hati.
Dia memang cocoknya untuk Saka, bukan untuk ku.
Saka mengetik sesuatu pada ponselnya.
^^^✉️ Saka^^^
^^^Aku mau bicara padamu, 5 menit^^^
Alfian melirik ke arah putranya dan istri barunya, walaupun Saka menggunakan ponsel dibawah meja, Alfian tahu, apa lagi tidak lama setelahnya, dilihatnya Dinda melihat ponselnya karena ada notifikasi tanda pesan masuk.
" Ekhem "
Deheman Alfian membuat Dinda terkejut.
Saka cuma mencebikkan bibirnya.
Dinda tetap menundukkan kepalanya, tetapi matanya melirik ke arah Alfian sekilas.
Alfian merasa lucu dengan tingkah Dinda.
Setelah makan, Dinda ingin membantu beres beres, karena sudah terbiasa begitu di rumah kedua orang tuanya.
" Gak usah Din, ada mbak Nana yang akan membereskannya, kamu naiklah ke kamar, atau kamu bisa minta temani Saka untuk mengenal rumah ini "
Dewi melarang Dinda yang sudah membereskan piring piring kotor dan bermaksud mengangkatnya ke dapur.
Mendapat mandat dari Mamanya untuk mengantar Dinda mengelilingi rumah yang tidak terlalu besar bagi Saka yang sudah sejak lahir sudah tinggal di rumah ini, paling juga ada beberapa renovasi, bukanlah hal yang merepotkan, apa lagi dia perlu bicara dengan Dinda untuk membahas kesalah fahaman yang terjadi antara mereka.
" Dinda Kembali ke kamar saja ya,Bu "
Dinda menolak secara halus, dia malas berbicara dengan Saka.
" Nanti kamu kesasar, mau ke kamarmu tetapi kamu justru masuk ke kamar Mbak Nana "
Ujar Saka terus menatap Dinda, Saka melupakan kalau tadi keduanya pura pura tidak saling mengenal.
Dinda memutar bola matanya jengah.
" Saka, gak sopan berkamu kamu dengan Dinda, dia istri Papa, walaupun usianya sama denganmu tetapi tetap harus kamu hormati "
Tegur Dewi menatap tajam pada Saka.
" Baik Mama kecil, nanti aku antar berkeliling rumah ini, begitu 'kan Ma " Sarkas Saka.
Saka memang pandai bersandiwara.
Alfian menyipitkan matanya menatap Dinda dan Saka dengan pandangan menyelidik, dia curiga jika putra dan gadis yang baru dinikahinya sudah saling mengenal, terlihat Saka yang sudah merasa akrab dan Dinda yang berusaha menghindari kontak mata dengan Saka.
Agar tidak menertibkan kecurigaan pada Dewi dan Alfian, Dinda bangkit dari duduknya, cepat meninggalkan meja makan, baru beberapa langkah menghilang dari ruang makan, Saka sudah menarik tangan Dinda.
" Kenapa kamu menikah dengan Papaku ? Apa maksudmu ? "
Tatapan Saka antara benci dan kesal.
" Mana aku tahu dia Papamu "
" Aku tidak menyangka jika selera-mu pria tua, dan yang paling membuat aku tidak mengerti, kenapa kamu mau menjadi istri kedua, Din ? "
Saka menggelengkan kepalanya tidak percaya.
" Apa karena aku, kamu menjadi frustasi ? "
Bibir Saka membentuk cibiran.
" Bukan urusanmu ! "
Dinda mendorong bahu Saka hingga menabrak dinding.
Dinda segera berlari menuju ke lantai dua, dimana kamarnya berada, Saka tersenyum getir melihat bayangan sosok Dinda yang menghilang menaiki tangga.
Alfian hanya duduk diam di kursi makan, dari tadi tidak bergerak.
Kehidupan seperti apa seperti ini, istri sendiri yang menyediakan madu untukku.
Dan gadis itu, seenaknya saja ngeloyor pergi masuk ke dalam kamarnya, dianggapnya aku ini siapa ? Apa dia lupa aku bukan hanya suami dari mantan gurunya di sekolah tetapi suaminya juga.
Alfian hanya bisa menggerutu di dalam hati.
" Pa, susul'lah dia ke kamarnya "
Ucap Dewi tanpa melihat ke wajah Alfian.
Ketika ia menyiapkan istri muda untuk suaminya, Dewi merasa perasaannya datar datar saja, memberi janji bahwa akan memperlakukan Dinda seperti adik atau anak sendiri pada orang tua Dinda, Dewi juga masih merasa biasa saja, perasaannya saat itu tak ubahnya seperti melamar Dinda untuk Saka bukan untuk Alfian- suaminya, tetapi kenapa malam ini berbeda ?
Membayangkan Alfian akan, ah.....
Hati Dewi terasa nyeri.
" Wi...."
" Aku tidak apa apa, ngobrol-lah dengannya, belum pernah berbicara berdua dengannya 'kan ? "
Dewi mencoba tersenyum setenang biasa, mau menyesal juga tidak lagi bisa, semuanya sudah terjadi.
Dewi memilih untuk masuk ke dalam kamarnya dengan Alfian selama ini.
Alfian sendiri ingin mencegah, tetapi lidahnya berat untuk digerakkan.
Sebelum Dewi menghilang di balik pintu, dia berbalik
" Jangan terburu buru, dia masih belum mengenalmu-Pa "
Setelah mengatakan itu, Dewi menghilang di balik pintu.
Dewi menyandarkan tubuhnya.pada daun pintu, akhirnya badannya merosot jatuh ke lantai.
Memejamkan matanya sesaat, cairan bening itu lolos dari bulu mata yang bergerak-gerak gemetar.
Alfian masih duduk diam menatap pintu kamar yang sudah tertutup rapat, ia belum bergerak dari posisinya selama sepuluh menit.
Saka sendiri juga berdiri diam di sudut balkon atas, kedua matanya mengawasi pintu kamar dimana Dinda dan Papanya aarrgghh....Saka mengusap wajahnya kasar.
Saka sebenarnya tidak keberatan kalau Papanya menikah lagi, karena Papanya juga masih gagah dan sehat, Saka juga tahu setelah operasi pengangkatan rahim, hubungan kedua orang tuanya tidak sehangat dulu, walaupun Saka baru tamat SMU, Saka 'kan juga tahu untuk hal hal semacam itu dan dia juga laki laki.
Tapi bukan Dinda yang menjadi istri Paparnya.
Kenapa bukan perempuan lain sih ? Yang sama usianya seperti Mamanya.
Saka mungkin masih bisa mengerti apa yang dilakukan Mamanya agar Papa tetap berada dalam satu atap, dan tidak akan menceraikan Mama, Pasti Mamanya juga sakit hati saat ini, tapi kenapa Dinda ?
Dinda dan Saka sama sama jatuh cinta untuk pertama kali, cinta monyet atau apalah namanya Saka tidak perduli.
Dari kelas satu SMU mereka berpacaran selama tiga tahun, Saka tidak memberitahukan Dinda jika Mamanya-Dewi mengajar di sekolah tempat Dinda bersekolah, karena bagi Saka itu tidak ada hubungannya, andai saja Saka memberitahukan pada Mamanya atau Dinda tentang hubungan mereka.
Andai saja Saka bisa menolak rayuan Nonik tetangga Dinda yang kecentilan, andai saja....
Masih banyak andai yang berputar dalam kepala Saka.
Saka melihat Papanya menaiki anak tangga satu demi satu, jantung Saka serasa mulai memanas, ia tahu Papanya mau ke kamar siapa, yang pasti bukan kamarnya.
Membayangkan apa yang akan Papanya lakukan terhadap Dinda, gadis yang namanya masih terpatri kuat di dalam hatinya. Saka tidak terima, ia sendiri belum mengapa ngapain Dinda, paling jauh cuma memegang tangannya, itu juga karena tidak sengaja.
Saka terus berpikir, bagaimana caranya agar Papanya tidak melakukan hal itu pada Dinda untuk malam ini, malam selanjutnya Saka akan memikirkannya kembali.
...******...
...🍀🍀🍀🍀🍀🍀...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!