Zaky Alexander. Anak dari pasangan muda bernama Bagas Alexander dan Maulida. Memiliki nama asli Zaky Angkasa.
Setelah bertahun tahun menempuh pendidikan di Harvard Univercity, kini Zaky kembali ke Indonesia dengan membawa gelar predikat cumlaude dengan penuh bangga.
"Selamat nak! Papa bangga sama kamu," Bagas memeluk erat tubuh anaknya yang kini sudah tubuh dewasa. Meskipun umur mereka terpaut tak lebih dari 10 tahun, tapi bagi Bagas, memiliki anak seperti Zaky adalah sebuah keberuntungan.
"Makasih pah," membalas pelukan.
"Selamat ya sayang, semoga kamu bisa terus ngebanggain kami," Maulida yang saat itu sudah resmi menjadi ibu dari dua orang anak, tentu sangat bahagia saat melihat putranya tumbuh dengan baik dan tentunya memiliki segudang prestasi yang membanggakan.
"Makasih mah,"
"Kak Zaky hebat!" Kini pandangan Zaky beralih pada seorang anak berusia 5 tahun yang nampak sangat antusias menyambut sang kakak. Dia adalah Sucianna, putri kesayangan mereka.
"Eh princessnya kakak! Sini kakak gendong!" Suci yang saat itu berada di gendongan Maulida langsung meloncat memeluk Zaky kakak kesayangannya.
"Uhhh kok kamu gini gini aja sih? Gak gede gede. Masih kayak bayi yang waktu itu kakak gendong," goda Zaky mencubit gemas pipi cuby Suci.
"Ih kakak... Suci udah gede. Nih, aku udah rajin makan sampai bulat gini. Masa kak Zaky masih bilang Suci kecil sih?" Rengek Suci manyun manyun manja.
Bagas merangkul istrinya sambil tersenyum melihat keakrapan kedua putra putrinya. Meski sudah tidak bisa memiliki anak lagi, tapi kehadiran dua orang ini merupakan kebahagiaan dari tuhan di atas rasa sakit yang diberikan.
Keempatnya pun segera pulang ke Indonesia dan sampai sekitar pukul empat subuh. Karna memang, jam antara Amerika dan Indonesia terpaut cukup jauh.
"Ma, pah, kalian pulang dulu aja. Zaky masih harus pergi ngunjungin seseorang dulu," ucap Zaky di samping mobil yang menjemput mereka.
"Ya sudah, tapi hati hati ya." Zaky tersenyum mengangguk patuh. Setelah memastikan mobil kedua orangtuanya pergi, Zaky mencari taksi menuju pemakaman.
Tujuan utamanya adalah ingin berkunjung ke makam kedua orang tua dan juga adiknya.
"Assalamu'alaikum ya ahlil kubur." Salam Zaky sebelum masuk kedalam pemakaman umum itu. Tinggal serumah dengan Maulida bertahun tahun membuatnya mulai tahu akan kewajiban seorang umat muslim.
"Mama, papa, dek. Kakak datang. Coba tebak? Kakak dapat apa?" Cakap Zaky berusaha setegar mungkin menghadapi makam kedua orang tua dan adiknya.
"Hahaa penasaran ya? Zaky sekarang udah sarjana, dan mungkin akan segera ikut berkecimung di dunia bisnis seperti papa dulu. Gimana? Kalian semua pasti banggakan sama Zaky?" Lanjut Zaky tersenyum hambar.
Tapi, air mata yang sedari tadi dia tahan akhirnya lolos jatuh di atas tanah. Dia menggenggam kuat tanah di atas makam adiknya.
"Kalau uang bisa bikin kalian kembali. Semua harta yang aku miliki akan aku beri, bahkan jika nyawaku sekali pun." Tutur Zaky mencoba menahan gemuruh di dalam hatinya.
Menyeka air mata, Zaky menatap penuh yakin ketiga makam itu, "Zaky akan membalaskan dendam atas kematian kalian. Zaky janji, akan membuat orang orang itu mendapatkan ganjaran yang setimpal karna telah membunuh kalian,"
Setelah berkata seperti itu, Zaky segera pergi karna azan telah kemundang. Dengan cepat dia pergi mencari mesjid terdekat untuk menjalankan salat.
Beberapa tahun kemudian...
Tap tap tap
"Wahhh lihat! Dia 'kan tuan Zaky yang dikabarkan mampu membuat perusahaan Dyjun Company kita semakin berkembang pesat!"
"Iya. Ya ampunnn dia ganteng sekali. Lihat postur tubuhnya, benar benar berwibawa,"
"Uhh jodoh gue itu!"
"Ihh gak usah ngarep deh lo! Dia itu calon suami gue!"
"Ekhm!" Semua orang terdiam dan langsung menunduk takut saat asisten pribadi tuan mereka sudah menegur.
"Mohon perhatian semuanya! Perkenalkan ini adalah tuan muda dari keluarga Alexander! Mulai sekarang, beliau yang akan memimpin perusahaan ini," seru Haikal dengan lantang.
"Mulai sekarang, saya akan memimpin perusahaan ini. Jadi, harap kerja sama dan Profesionalis semuanya," tegas Zaky sekaligus menyindir para cabe cabean yang memang menatapnya genit.
"BAIK PAK!"
"Mari pak Haikal!" Zaky dan Haikal pun masuk kedalam lift khusus untuk orang orang penting.
"Zaky oh Zaky ku yang tersayang, tercinta and terlove love. Bisa gak lo jangan terlalu formal gitu sama gue? Gue manggil lo tuan muda, tetapi lo malah manggil gue bapak. Apa gue setua itu?" Celoteh Haikal panjang lebar.
"Sudah bicaranya?" Tanya Zaky melirik Haikal dengan tatapan tajam. "Hehe Udah." Jawab Haikal cengengesan.
"Baguslah, jika kamu masih banyak bicara. Aku memiliki seribu cara untuk membungkam mulut mu agar bisa diam," Haikal yang mendengar itu langsung bergidik ngeri. Dia menutup rapat mulutnya agar tidak banyak bicara.
Ting
Pintu lift terbuka, Zaky keluar dari dalam kotak besi itu, berjalan menuju ruangan barunya.
Beberapa tahun yang lalu, dia berhasil mengembangkan perusahaan Bagas yang ada di kota Jogja. Karna perusahaan yang ada di Jakarta terjadi sedikit masalah, Bagas mengirim Zaky karna percaya putranya pasti bisa mengatasi masalah tersebut.
Zaky membawa Haikal bersamanya ke Jakarta karna Haikal merupakan asisten pribadinya. Sedangkan untuk Harun? Dia sangat sibuk dengan kamp militernya. Yap! Harun merupakan anak seorang Jendral di sebuah perkumpulan TNI angkatan darat. Ayahnya memaksa Harun untuk ikut serta sebagai anggota TNI AD.
Duduk di kursi, Zaky nampak melamun menatap berkas berkas kantor, sedangkan Haikal nampak sedang asik mengunyah buah apel yang ada di meja depan sofa.
"Lo kenapa ky?" Tanya Haikal mengambil duduk di depan Zaky. "Huft. Aku ingin merekrut pengawal pribadi yang dapat menjagaku 24 jam non stop!" Usul Zaky tiba tiba, membuat Haikal yang mendengarnya langsung tersedak.
"What? Are you seriously? Pengen rekrut pengawal pribadi? Buat apa coba? Bukannya lo udah punya banyak pengawal di kantor? Kenapa mau nyari pengawal lagi?" Cecar Haikal.
Zaky menghela nafas menatap Haikal ragu ragu. Tapi karna dia merasa Haikal dapat di percaya, dia pun akhirnya menceritakan semua masa lalu kelamnya kepada Haikal, dan tujuannya untuk merekrut pengawal pribadi itu.
Brak
"Brengsek! Benar benar brengsek tuh orang! Gue setuju banget sama rencana lo! Tenang bro, Gue selalu ada di belakang lo kalo lo butuh bantuan. Besok gue bakalan bawa calon calon pengawal pribadi itu kekantor lo!"
Haikal turut prihatin atas apa yang menimpa keluarga sahabatnya itu. Ditinggal kedua orang tua saat dia masih berumur 4 tahun, lalu adik yang merupakan satu satunya keluarga Zaky juga meninggal akibat bunuh diri. Sungguh, betapa mirisnya hidup seorang Zaky.
***
Keesokan harinya, Haikal menepati ucapannya. Dia telah menghadap Zaky dengan beberapa orang di belakangnya yang sudah berhasil lolos.
"Sesuai permintaan anda tuan muda. Ada empat orang yang berhasil lolos dari seleksi pertama. Silahkan, anda bisa memilih salah satu di antara mereka untuk anda jadi 'kan pengawal pribadi," tutur Haikal berjalan menghampiri tuannya agar sang tuan dapat melihat dengan leluasa para calon kandidat pengawal pribadinya.
"Nama?" Tunjuk Zaky pada calon pertama.
"Zakrim Husna tuan," jawab pria itu lantang.
"Bisa apa saja kamu?" Tanya Zaky nampak ragu dengan performa bakat orang itu.
"Saya bisa berkuda, berkelahi, bahkan menembak hati anda juga bisa tuan," kelakar orang itu. Dia tidak tahu saja, ada dua manusia yang salah mengartikan kata 'menembak hati anda' itu.
"Keluar!" Jawab Zaky dan Haikal serempak. Rasanya mereka ingin muntah mendengarnya.
"Selanjutnya!"
"Perkenalkan Tuan. Nama saya Gempa Petir. Saya pandai berkelahi, bisa mengendarai mobil, dan bisa menembak." Zaky menatap orang itu dari atas sampai bawah. Cukup rapi, dan mungkin cocok untuknya.
"Baiklah----" belum sempat ingin menerima, hal yang tak terduga terjadi. Di mana Zaky yang teramat menyukai kebersihan merasa jijik. Orang itu benar benar tidak tahu malu, tiba tiba mengupil di hadapan orang yang akan menjadi bosnya.
"Keluar!" Teriak Zaky tak tahan.
"Huft. Selanjutnya!"
"Awan Biru. Pandai menembak, mendengendarai mobil, dan jago teakwondo!" Jawab pinalis nomor 3 yang nampak sangat berwibawa.
"Gimana?" Bisik Zaky pada Haikal.
"Oke bos!" Jawab Haikal cengengesan. Zaky membenarkan jasnya menatap serius orang itu.
"Selamat! Kamu lulus seleksi kedua," tutur Zaky merasa senang, apalagi wajah orang itu cukup tampan, setidaknya tidak bikin enek kalo dilihat setiap hari.
Tok tok tok
"Masuk!" Seru Zaky saat seseorang mengetuk pintu.
"Maaf mengganggu," Zaky mengeryit bingung saat tim medis datang masuk.
"Kamu sakit kal?" Tanya Zaky menatap Haikal cengo. "Lah gue malah ngira elo yang manggil," celutuk Haikal. Keduanyapun menatap kedepan bersamaan.
"Arrrrrgggghhh!!" Zaky dan Haikal yang sama sama kaget tanpa sadar bangun dan berpelukan saat tiba tiba pengawal yang terpilih berteriak ketakutan dan bersembunyi di balik sofa.
"Awan mari kita pulang..." ajak salah satu perawat itu baik baik. "Gak mau! Awan mau main tembak tembakan di sini. Dur dur durr!"
Zaky dan Haikal saling pandang dengan raut bingung. "Lo bawa orang gila buat jadi pengawal gue?" Tanya Zaky tak percaya.
"Lah anda saja kaget apalagi saya. Mana saya tau kalo dia orang gila. Saya 'kan ikan," celoteh Haikal.
Setelah pengawal ketiga dibawa pergi, pihak rumah sakit meminta maaf atas ketidak nyamanan yang terjadi akibat pasein mereka yang kabur.
"Huft. Sudah tiga yang keluar. Sssttt selanjutnya---- tunggu! Dari mana bocil ini datang?" Zaky menatap intens Haikal saat peserta terakhir adalah seorang gadis mungil.
"Eh iya ya? Gue mana sadar kalo udah bawa bocil kesini?" Haikal menatap kearah bocah itu yang masih berdiri tegap menunggu.
"Udahlah. Bawa dia keluar! Gue pusing, pengen istirahat!" Titah Zaky membaringkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil memejamkan mata.
Brukh
Bug
Zaky membuka matanya saat mendengar suara yang familiar di telinga. Seketika itu juga matanya membulat sempurna.
"Mmmppp mmmpp mmmpp!!" Haikal meronta ronta minta dilepaskan. Dia tidak menyangka, saat dia memegang tangan bocah itu, tiba tiba saja dirinya terjatuhkan ke lantai, mulutnya dibekap, dan sebuah pistol menempal di atas kepalanya.
Sama dengan Haikal, Zaky membuka mulut lebar tak percaya. Gadis yang dia kira bocah ternyata sehebat itu?
"Maaf. Saya hanya ingin membuktikan bahwa saya pantas untuk mendapatkan pekerjaan ini," gadis itu turun dari tubuh Haikal menunduk hormat di depan Zaky.
Zaky menggelengkan kepalanya mengembalikan citra wajahnya yang sudah tercemar. "Duduklah!"
"Nama?" Tanya Zaky dengan gaya arogannya. Gadis berwajah polos itu menatap kanan dan kiri. "Saya Pak?" Tunjuknya pada dirinya sendiri.
"Kalo bukan kamu siapa lagi?!" Dingin Zaky saat sikap wanita di hadapannya ini sok polos.
"Oh saya kira bapak bisa lihat makhluk halus. Bisa ajakan bapak nanya orang itu bukan saya?" Celoteh gadis itu.
Zaky menghela nafas kasar memandang tajam calon pengawalnya. Menghadapi seorang bocah sepertinya memang harus memiliki kesabaran extra.
"Saya bukan supra natural. Katakan siapa namamu!" Tekan Zaky penuh aura dingin yang mengintimisadi
"Milea pak,"
"Kamu Milea?" Tanya Haikal sok sokan akrap. "Iya saya Milea, kok bapak tau?" Gadis itu balik bertanya.
Tentu saja dia tau. Kamu baru saja memperkenalkan diri! Ingin rasanya Zaky berteriak dan menjambak rambut sebahu gadis itu. Kenapa dia terlihat sangat bodoh?
"Benarkah? Nampaknya rindu begitu berat untukmu sampai datang menemui ku di sini." Kelakar Haikal mampu membuat tawa gadis itu ikut pecah.
Mereka tidak tahu saja, ada yang terbakar tapi bukan kayu. Zaky menatap datar keduanya, dia merasa tidak dianggap di sini. Bukannya dia cemburu atau istilah apalah itu, dia hanya kesal karna terabaikan, sedang 'kan di sini dirinya adalah bosnya.
"Ekhm!" Dehaman keras itu mampu mengheningkan ruangan dalam sekejap. Zaky melirik Haikal sebentar, dan beralih pada Milea gadis di hadapannya saat ini.
"Sudah puas tertawa?"
"SUDAH PAK," jawab keduanya serempak, saling melirik dalam diam. Tak ada yang berani membuka suara, dirasa aura di sekeliling mereka terasa dingin dan mencekam.
"Lulusan apa?" Tanya Zaky mulai fokus pada tujuannya. "Sarjana." Jawab Milea singkat padat dan jelas.
"Bidang?"
Milea menatap kearah lain dengan keringat dingin. "Sarjana keperawatan," jawab Milea jujur.
Zaky mengeryit bingung. Jika dia lulusan sarjana keperawatan, lalu kenapa dia berganti bidang sebagai pengawal pribadi?
"Lalu kenapa kamu ingin menjadi pengawal pribadi ku? Kau tidak memiliki tujuan lain 'kan?" Tanya Zaky menatap Milea menyelidik.
Milea mengatur pernafasannya lalu menatap Zaky dengan tatapan sendu. "Sebenarnya, saya sangat membutuhkan uang untuk biaya pengobatan Nenek saya, sedangkan bekerja sebagai perawat gajinya tidak seberapa. Jadi saya memilih menjadi pengawal pribadi anda saat melihat gajinya cukup besar." Jelas Milea.
Meskipun tujuan utamanya bukan itu, tapi itu juga merupakan salah satu tujuannya untuk menjadi pengawal pribadi Zaky.
Zaky melirik sahabatnya, meminta pendapat pria tersebut. "Terima saja ky. Dari pada lo sibuk nyari pengawal lain, kenapa gak yang di depan mata aja diambil? Lagi pula dia juga jago bela diri, jadi gue jamin dia pasti bisa jagain lo," bisik Haikal, sesekali melirik kearah Milea yang masih berwajah sendu.
"Lo yakin 'kan dia aman? Bukan mata mata seseorang?" Balas Zaky nampak ragu.
"Ya ilah, kita 'kan bisa selidikin nih cewek. Tapi sebelum itu, lo terima dulu dia. Kasihan, masa cantik cantik bawaannya mewek,"
Zaky memutar bola matanya malas, beralih menatap Milea dengan seksama. Ada sedikit keraguan di hatinya menerima gadis di hadapannya ini. Entahlah, ada rasa aneh yang meliputi hatinya, dan dia tidak tahu rasa apakah itu.
"Huft. Baiklah, kamu saya terima. Mulai hari ini kamu akan mengawal saya selama 24 jam non stop! Dan kamu harus bersumpah setia tidak akan mengkhianati saya apapun yang terjadi." Tegas Zaky.
"Kayak istri aja disuruh setia," entah keceplosan atau apa, yang pasti Zaky sudah menatapnya dengan tatapan teramat tajam.
"Kamu mau kerja atau tidak?!" Bentak Zaky.
"Hehee mau tuan. Tapi... kalo saya jaga tuan 24 jam non stop, trus saya harus tidur di mana tuan?" Tanya Milea menggaruk garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kamu akan tinggal bersama saya di apartemen. Jadi, tanda tangani surat perjanjian kontrak ini. Kamu akan bekerja bersama saya minimal selama satu atau dua tahun, sampai saya menyelesaikan masalah saya di sini dan kembali ke Jogja,"
Sebuah map terulur kehadapan Milea. Gadis itu tanpa berniat membaca langsung menanda tanganinya. Baginya itu tidak penting, yang penting langkah pertama sudah berhasil ia lalui. Tinggal beberapa langkah lagi untuk menemukan akhir dari segalanya.
"Selamat nona Milea, kamu resmi menjadi pengawal pribadi saya!" Zaky bangun begitu pula dengan Milea. Mereka saling menjabat tangan satu sama lain, membuat Haikal yang jomblo abadi merasa iri.
"Terima kasih pak!"
Milea menatap takjub yang ada di hadapannya saat ini. Sebuah apartemen yang sangat luas dengan nuansa Eropa yang begitu elegan. Terlihat sederhana, tapi harganya tidak sesederhana itu.
"Hei! Kenapa masih bengong? Ayo masuk!" Milea sedikit tersentak saat mendengar seruan Zaky yang sedari tadi menunggu untuk menutup pintu.
"Oh i-iya pak." Milea segera menyingkir dengan salah tingkah. Zaky melirik sinis gadis itu lalu menutup pintu, berjalan masuk dengan Milea yang mengekor di belakangnya.
"Baiklah, mulai sekarang kamu akan tinggal disini. Itu kamar kamu, dan kamar saya ada di depan kamar kamu jika sesuatu terjadi pada saya." Milea sama sekali tidak menggubris ucapan Zaky, karna sedari tadi matanya terus menjelajah seisi rumah.
Zaky memejamkan matanya sejenak, mendekatkan wajahnya tepat di depan telinga gadis itu. Namun, gadis itu seolah olah menganggap Zaky tak kasat mata. Buktinya, gadis itu sama sekali tidak menyadari saat Zaky menatapnya lekat.
"Fuuuuuu..." karna merasa geram, Zaky meniup pelan wajah Milea, membuat sang pemilik merasakan bulu kuduknya merinding seketika.
Milea menoleh pelan dengan perasaan takut, "Sudah sadar?" Tanya Zaky dengan pandangan dingin.
"Wuaaahhh!!" Milea yang kaget langsung mundur hingga tak sengaja membentur meja dan refleks, dia menarik dasi Zaky sebagai pertahanan agar tidak jatuh.
Naasnya, Zaky yang belum siap juga ikut terjatuh seiring tarikan dari dasi yang membuatnya kesulitan bernafas.
Brukh
Zaky menatap datar gadis yang kini berada di bawahnya. Dia sempat menahan tubuh dengan tangan agar tidak jatuh menimpa Milea. Tapi tetap saja, posisi mereka terlalu intim untuk seorang perjaka dan seorang gadis yang masih suci, belum dibeli atau membeli.
Milea membuka matanya perlahan, dan seketika merasakan gugup saat melihat wajah Zaky yang begitu dekat. Rasanya... ada sesuatu yang menggelitik di ulu hatinya, membuat sang jantung ikut memeriahkan dengan letupan letupan petasan yang mampu membuat sang empu meradang radang.
"Sudah puas melihatnya?"
"Ah?" Zaky menghembuskan nafas pelan lalu bangkit dari posisi tak mengenakkan itu. Lama lama seperti itu sangat bahaya, apalagi mereka sedang berdua saja di apartemen itu. Membuat makhluk bertanduk dua namun bukan kerbau tertawa jahat dengan seringai liciknya.
"Masuklah kekamar dan bersihkan diri. Beberapa jam lagi kau harus ikut aku kesuatu tempat!"
Bammm
Pintu terkunci, Milea yang saat itu masih mematung di posisi segera bangun dan masuk kedalam kamarnya. Menaruh koper, membongkar isinya untuk mencari handuk dan baju ganti. Setelahnya dia masuk kedalam kamar mandi, membersihkan diri yang sudah merasa gerah.
" Hmm...? Kenapa ada produk untuk wanita disini? Apa jangan jangan dia sering membawa wanita keapartemennya? Au ah bodo. Bukan urusanku juga. "
Milea segera menyalakan shower untuk mengguyur tubuhnya. Setelahnya dia segera menggosok tubuhnya dengan sabun dengan harumnya stroberry yang menyegarkan. Tak lupa dia juga menyampo rambutnya. Setelah selesai mandi dan berganti baju, dia keluar dan berjalan kemeja rias untuk mengeringkan rambut.
Jika di kamar sebelah Milea tengah mengeringkan rambut, Zaky justru sudah selesai mandi dan berjalan kedapur mengambil sebuah apel dan mengupasnya sembari menunggu pengawal pribadinya keluar.
Tak butuh waktu lama, Milea sudah keluar menggunakan celana jains, dengan baju t-shirt berpadukan jaket kulit berwarna coklat. Tak lupa sepatu kets berwarna hitam. Menampilkan kesan yang tidak terlalu mencolok untuk menjadi seorang pengawal pribadi.
"Tuan saya sudah siap. Apa kita akan berangkat sekarang?" Zaky yang saat itu tengah duduk di meja bar seketika menoleh ke belakang.
Milea mengembangkan senyum polosnya. Namun, itu tetaplah tidak mempan. Menatap sebentar, dia kembali mengalihkan pandangan mengunyah apelnya.
Merasa terabaikan, gadis itu menghampiri Zaky dan duduk di sampingnya. "Tuan, kita tidak berangkat sekarang?" Tanya Milea menyaut satu potong apel yang ada di piring Zaky tanpa rasa malu.
Zaky melirik sekilas. "Kau tidak dengar apa yang aku katakan tadi? Atau aku harus mengulangnya kembali? Beberapa jam lagi kita akan pergi kesuatu tempat!" Katanya sedikit menekan kata.
"Oke." Tanpa membantah atau apa, Milea duduk anteng di sebelahnya sambil mengayun ayunkan kakinya. Jika dilihat lihat, Milea mungkin hanya memiliki tinggi sekitar 158 cm saja. Sedangkan Zaky memiliki tubuh yang atletis dan begitu memikat, tinggi tubuhnya adalah 185 cm. Kebayangkan bagaimana perbedaanya?
Ibarat anak Jerapah bersanding dengan anak Gajah. "Tuan, anda sudah makan siang?" Tanya Milea memecahkan keheningan.
"Kenapa? Kamu ingin masak?" Tepat sasaran. Itulah yang ingin Milea katakan, jika pria itu belum makan siang maka dia akan memasak.
"Hehee tuan seperti memiliki telepati saja. Iya tuan, jika tuan belum makan, saya bisa memasak untuk tuan. Itung itung tugas pertama pengawal menjadi pribadi anda." Jawab Milea.
"Silahkan."
Merasa disetujui, Milea membuka kulkas dan menemukan beberapa daging dan juga sayuran yang masih segar. Mungkin bosnya baru membeli bahan makanan.
Milea mengeluarkan beberapa potong daging ayam dan juga sayur. Dengan cekatan dia melumuri ayam dengan bumbu yang sudah ia haluskan dan dibiarkan beberapa menit agar meresap sempurna.
Jika Milea sibuk memasak, Zaky sibuk memperhatikan. Iyah memperhatikan. Memperhatikan setiap permainan tangan mungil gadis itu yang begitu lincah memotong sana, potong sini, seolah olah dia sudah sangat terbiasa memasak.
Tring
Sibuk memperhatikan, konsentrasinya terpecah saat sebuah notif pesan masuk dari ponselnya. Dengan cepat dia membuka pesan yang dikirim Haikal beserta sebuah file.
^^^Haikal Brod^^^
^^^Bro. Itu data data pribadi tentang Milea yang lo minta. Dan yang satunya lagi adalah data data pribadi keluarga Rahardian. Semoga lo puas.^^^
Sembari menunggu, Zaky membuka data pribadi pengawalnya terlebih dahulu. Di sana di katakan bahwa Milea memiliki nama kepanjangan Milea Gunawan. Ibunya meninggal saat dia masih berumur 7 tahun. Memiliki dua orang kakak tiri yang selalu membullynya. Sehingga di umur 19 tahun dia melarikan diri ke Jogja dan tinggal bersama neneknya. Dikabarkan sekarang neneknya sedang sakit keras dan harus cuci darah selama sekali dua minggu.
"Ternyata dia tidak berbohong," gumam Zaky melirik sekilas Milea yang sibuk memasak. Merasa tidak ada yang mencurigakan, Zaky beralih membaca file file pribadi keluarga Rahardian.
Zaky menyeringai saat tau dari mana dia harus memulai balas dendamnya. "Kakak janji dek, kakak akan membuat mereka semua membayar atas apa yang telah mereka perbuat terhadapmu. Pasti."
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!