Living A Lie | KOOKU
P r o l o g u e
Di kehidupan sebelumnya, Jieun hidup sebagai Lee Jian. Setiap hari baginya adalah kesengsaraan.
Jian tumbuh bersama ibu dan adiknya di kota Busan. Mereka termasuk keluarga yang miskin tanpa adanya sosok tulang punggung sejak Jian lahir.
Ibunya sudah tua dan sering sakit-sakitan, sementara adiknya masih sangat kecil untuk mencari uang. Jian adalah satu-satunya harapan bagi keluarga kecilnya. Selama ini Jian selalu bekerja keras, ia tidak ingin membuat ibu dan adiknya menderita.
Suatu hari, Jian merasa sangat putus asa. Waktu itu ibunya harus dilarikan ke rumah sakit, Jian sangat cemas sampai lupa kalau dirinya juga harus bekerja. Jian dipecat dari pekerjaannya karena tidak datang tepat waktu.
Bagi Jian mencari pekerjaan itu sangat sulit karena ia hanya lulusan SMA dan punya keterbatasan. Tangan kirinya yang lumpuh membuat segala hal dalam hidupnya menjadi tidak mudah. Orang-orang sering kali menghina fisiknya dan memandangnya dengan pandangan jijik.
Tapi Jian tidak pernah menanggapi mereka. Jian tidak peduli apa yang dikatakan orang lain terhadap dirinya.
Jian berjalan tanpa arah, tidak tahu apa yang harus dilakukannya hari ini. Bagaimana ia bisa membayar rumah sakit jika pekerjaan saja sudah tidak punya. Kesana kemari mencari pekerjaan baru pun sia-sia saja. Sudah tidak terhitung berapa banyak yang menolaknya hari ini.
Disisi lain seorang gadis berdiri di tengah jalan. Gadis itu tidak menghiraukan lalu lalang kendaraan yang membunyikan klaksonnya agar ia menepi.
Namun gadis itu tampak tidak peduli. Jian melihat gadis itu hanya terdiam dengan wajah muram.
Sebuah mobil melaju kencang ke arah gadis itu dan ia tidak terlihat akan menghindarinya.
Jieun
Hey, apa yang kau lakukan disana? Cepat pergi dari situ!
Jian berteriak, dia khawatir gadis itu akan mati karena tertabrak.
Namun sepertinya gadis itu tidak mau mendengar, ia berniat untuk bunuh diri.
Hal itu membuat Jian semakin panik. Pada akhirnya Jian memberanikan diri untuk berlari ke arah gadis itu. Jian mendorongnya sehingga gadis itu terjatuh ke sisi jalan. Sedangkan dirinya sendiri tidak sempat menghindar saat mobil yang tengah melaju itu menabrak tubuhnya.
O n e
Jian menyadari ada yang aneh ketika ia terbangun. Butuh waktu beberapa menit sampai Jian menyadari bahwa dirinya berada di tempat asing.
Apakah Jian sedang bermimpi? Ini bukan kamarnya.
Jian masih ingat, sebelumnya ia sempat menyelamatkan seseorang yang akan bunuh diri. Mungkinkah sekarang Jian berada di surga?
Jika benar dirinya sudah mati, seharusnya sebuah cubitan tidak akan membuatnya sakit.
Jian mengaduh saat ia mencubit tangannya sendiri.
Ternyata ini bukan mimpi!
Lalu kenapa Jian ada di tempat ini? Paling tidak seharusnya Jian berada di rumah sakit.
Berniat untuk memastikan apa yang terjadi, Jian mencoba untuk bangkit dari tempat tidur. Jian sedikit meringis saat tangan kirinya tersentuh selimut.
Jieun
Sepertinya aku hanya terluka sedikit.
Jian menyentuh siku tangannya yang sedikit lecet. Lalu ia menyadari sesuatu saat melihat tangannya sendiri.
Jieun
Kenapa warna kulitku seputih ini?
Ada yang tidak beres. Bukan hanya tempat ini yang aneh, tetapi Jian juga merasakan sesuatu yang aneh pada dirinya.
Bergegas Jian turun dari tempat tidur dan berjalan menghampiri cermin besar di ruangan itu.
Saat Jian melihat dirinya sudah berdiri di depan cermin itu, Jian membelalakkan matanya.
Jian menyentuh wajahnya tidak percaya.
Jieun
Ada apa dengan wajahku? Kenapa aku seperti ini??
Jian kembali mencubit tangannya, dan ia tetap merasakan sakit.
Bagaimana mungkin Jian berada dalam tubuh gadis ini? Ini tidak masuk akal!
Jian menyentuh dadanya untuk memastikan, lalu ia menutup mulutnya sendiri.
Jieun
Dada gadis ini lebih besar dari punyaku.
Sekali lagi Jian memekik histeris.
Jimin
Nona Jieun, makan malam anda sudah siap.
Sontak Jian menoleh, ia melihat seorang pria berpakaian formal sedang berdiri di dekat pintu kamar.
Pria itu tersenyum menanggapi Jian yang memandangnya dengan terkejut.
Jimin
Jika anda tidak keberatan, saya akan menyuruh pelayanan untuk membawa makan malam anda ke sini.
Jian tidak menjawab, ia berjalan untuk duduk di tepi tempat tidur.
Jimin menyuruh beberapa pelayanan untuk membawa makanan ke dalam dan meletakkannya di depan Jian.
Jieun
Bisakah kau menjelaskan semua ini padaku?
Jimin
Nona Jieun, anda harus makan terlebih dahulu. Tubuh anda sedang dalam keadaan tidak fit.
Jieun
Namaku Jian, bukan Jieun!
Lagi-lagi Jimin tersenyum.
Jimin
Saya akan menjelaskannya nanti.
Jian tidak berkata-kata lagi. Ia mulai melahap makanan enak yang ada di hadapannya.
Matanya berkaca-kaca, seumur hidupnya, inilah pertama kalinya ia makan makanan enak. Makanan ini sangat luar biasa.
Sedang Jimin hanya memandang Jian dengan senang.
Rumah ini sangat luas dan mewah. Bagi Jian, rumah seperti ini sudah bisa disebut istana. Melihat lantainya saja sudah membuat Jian merinding.
Setelah membersihkan diri, Jian menuruni tangga untuk pergi ke ruang tengah. Jimin sudah berada di sana lebih dulu dan menundukkan tubuhnya ketika Jian datang.
Jieun
Ceritakan apa yang terjadi. Aku harus tahu mengapa aku bisa terbangun di tubuh orang ini.
Jian pikir Jimin adalah orang yang baik. Pria itu begitu murah senyum dan bertutur kata lembut. Setiap menanggapi ucapannya Jimin akan melengkungkan sudut bibirnya sampai matanya berubah menjadi sabit.
Jimin
Anda begitu penasaran?
Jieun
Tentu saja! Bagaimana mungkin aku akan diam saja ketika hal yang aneh terjadi padaku.
Jieun
Tolong katakan dengan jelas, Jimin.
Jimin
Baiklah. Mau bagaimana pun, anda memang harus mengetahui hal ini.
Jieun
Jadi, apa yang terjadi?
Jimin
Sejujurnya, yang mati bukanlah Nona Jieun, melainkan anda.
Jian tidak terlalu terkejut tentang hal ini. Sudah jelas bahwa ia telah mati karena tertabrak mobil menggantikan Jieun, gadis itu.
Tetapi, mengapa sekarang Jian malah masih hidup?
Sepertinya Jimin dapat mendengar apa yang dipikirkan Jian dalam kepalanya. Pria itu tidak pernah bosan menyunggingkan senyum.
Jimin
Anda telah mendapatkan berkat.
Jimin
Ya. Karena anda telah menolong Nona Jieun dari kematiannya.
Jimin
Seharusnya, Nona Jieun tidak selamat saat ia bunuh diri. Itu sudah takdirnya. Akan tetapi anda datang dan menggantikan takdirnya.
Jimin tahu Jian sangat mengerti apa yang ia ucapkan. Jadi, ia melanjutkan ucapannya.
Jimin
Nona Jian, anda sudah mendapatkan kembali hidup anda. Karena takdir antara anda dan nona Jieun tertukar, takdir itu akhirnya kembali pada tempat semula.
Jieun
Jadi, maksudmu Nona Jieun sudah mati?
Jieun
Tapi kenapa aku harus hidup dengan tubuh ini?
Jimin
Anda adalah yang terpilih.
Jimin menghela nafas sebelum menjawab.
Jimin
Nona Jieun terlahir tidak sempurna di kehidupannya. Anda telah membuat kebaikan dengan mengorbankan nyawa anda demi orang yang sudah ditakdirkan mati.
Jieun
Gadis ini tidak sempurna?!
Jieun
Jangan bercanda, Jimin. Nona Jieun sangat cantik dan tubuhnya super bagus! Gadis ini juga kaya raya. Apanya yang tidak sempurna? Dibandingkan diriku yang terlahir untuk mengalami penderitaan, aku adalah kebalikan dari gadis ini.
Jimin
Yang saya maksud adalah jiwanya. Fisik Nona Jieun memang sangat baik, tapi jiwanya cacat. Dia tidak hidup seperti kebanyakan orang normal. Seperti dia dilahirkan hanya untuk mati.
Jieun
Semua orang terlahir untuk mati, Jimin.
Jimin
Tapi orang lain cenderung memiliki rasa takut, mencoba untuk bertahan hidup walaupun mereka tahu mereka akan mati. Termasuk anda.
Jian terdiam sebentar sebelum berkata.
Jieun
Aku tidak tahu ada orang seperti itu.
Jimin
Itu sebabnya semua orang harus bersyukur.
Jieun
Lalu, apa yang harus aku lakukan setelah ini?
Jimin
Saya menantikan pertanyaan itu sejak tadi. ☺️
Jimin
Karena semua ini sudah terjadi, anda harus hidup sebagai Nona Jieun. Tinggal di rumah ini dan melupakan kehidupan anda sebelumnya.
Jieun
Kenapa aku harus melakukan itu?
Jimin
Saya tahu anda akan terkejut.
Jimin
Seperti yang saya katakan sebelumnya, takdir kalian yang tertukar dapat menciptakan takdir yang baru. Anda tidak dapat kembali lagi ke tubuh asli anda karena tubuh itu sudah tidak bisa menampung jiwa lamanya. Anda tidak bisa hidup sebagai Lee Jian walaupun anda menggunakan tubuh anda yang sekarang. Anda sudah melewati batas yang tidak sewajarnya orang normal ketahui.
Jimin
Lee Jian sudah mati, dan sekarang anda adalah Lee Jieun. Anda akan menjalani hidup anda yang baru.
Semua ini terlalu mendadak, Jian tidak siap menghadapinya sendiri. Apa yang Tuhan rencanakan terhadap hidupnya?
Jieun
Tunggu, tidak bisa seperti itu!
Jieun
Bagaimana mana dengan ibu dan adikku? Mereka akan sangat sedih jika aku dianggap sudah mati.
Jimin
Anda harus menerimanya, Nona. Tidak ada yang bisa anda lakukan selain menjalani ini.
Jieun
Ibuku sakit, adikku harus menyelesaikan sekolahnya. Jika tidak ada aku, apa yang akan terjadi pada mereka?
Jimin
Kenapa anda tidak berpikir lebih luas?
Jimin
Anda bisa membuat semua kejadian ini menjadi lebih masuk akal. Dari kecelakaan itu anda bisa memiliki alasan untuk mengunjungi keluarga anda.
Jieun
Ah, kau benar. Aku akan berdalih untuk membalas budi, dan mengunjungi mereka kapan pun.
Jimin
Anda tepat sekali, Nona.
Jieun
Tapi, apakah ini tidak terlalu jahat?
Jimin
Tidak sama sekali. Anda hanya menjalani takdir anda.
Jieun
Baiklah kalau begitu.
Jieun
Jimin, apa kau mau membantuku? Aku tidak bisa melakukan ini sendiri.
Jimin
Tentu saja, Nona. Aku disini untuk melayani anda.
Jieun
Bagus. Aku berterima kasih padamu.
Jimin
Anda tidak perlu mengucapkan terima kasih kepada saya.
Jika memang harus seperti ini, Jian tidak boleh egois. Nasib baik telah menimpanya, seharusnya ia bersyukur.
Jieun
Jimin, bisakah aku melihat jasadku?
Jimin
Tentu, Nona. Tubuh anda akan segera disemayamkan.
Jieun
Antarkan aku kesana.
Setelah menaruh bunga, Jian sedikit terdiam memandang fotonya sendiri. Tidak disangka, ia bisa mengunjungi kematiannya sendiri seperti ini.
Dareum
Ibu, tenanglah. Kau sedang tidak baik-baik saja.
Miseon
Lepaskan aku! Aku ingin bertemu putriku!
Jian tidak bisa menahan tangisnya. Ibunya datang tergopoh-gopoh sambil menangis, menganggap putrinya benar-benar sudah mati. Seandainya Jian bisa berlari untuk memeluk ibunya, ia akan melakukan itu tanpa berpikir panjang.
Jimin
Tahan dirimu, Nona. Ingat bahwa anda bukan lagi Lee Jian.
Jian hanya bisa menutup mulutnya mencoba untuk meredam Isak tangisnya sendiri.
Tiba-tiba wanita paruh baya itu tumbang, membuat orang-orang seisi ruangan panik dan berkerumun.
T w o
Jieun
Bagaimana keadaannya?
Sihye
Dia seharusnya tidak beranjak dari kamar rawatnya karena kondisinya masih sangat lemah. Selain penyakit yang dimilikinya sebelum ini, saya rasa dia baik-baik saja.
Jieun
Apa kami bisa melihatnya?
Sihye
Tentu, sebentar lagi dia akan segera sadar.
Jimin
Nona, saya minta maaf. Tapi anda harus pulang sekarang.
Jieun
Kenapa? Aku kan ingin melihat ibu-
Jimin
Nona, anda memiliki urusan yang sangat mendesak.
Dareum
Kakak, terima kasih sudah membantu kami mengantar ibu ke sini. Ibuku tidak apa-apa, aku yang akan menjaganya.
Jieun tampak tidak senang, namun ia memang harus pulang sekarang.
Jieun
Maafkan aku, lain kali aku akan berkunjung kesini.
Dareum
Kau sudah berbaik hati, sekali lagi aku berterima kasih.
Jimin dan Jieun akhirnya pergi meninggalkan rumah sakit. Walaupun Jieun tidak ingin, tapi Jimin benar, ia harus bisa menahan dirinya. Ibunya akan baik-baik saja disana.
Setelah mereka sampai di rumah, Jieun langsung bertanya pada Jimin tentang urusan yang katanya mendesak itu.
Jieun
Ada masalah apa, Jim?
Jimin
Saya mohon maaf, saya belum memberitahu anda lebih banyak lagi.
Jieun
Kau tidak melakukan kesalahan, tidak perlu meminta maaf. Katakan saja padaku.
Jimin
Anda mendapat undangan khusus dari Tuan Kim. Malam ini adalah hari ulang tahunnya. Jika anda tidak ingin pergi, saya akan berusaha untuk mengatakannya pada mereka.
Jieun
Tuan Kim? Siapa dia?
Jimin
Dia adalah rekan bisnis anda, Nona. Dia selalu mengundang anda setiap kali dia mengadakan acara.
Jieun
Aku harus kesana? Tapi aku tidak tahu apa-apa, Jim.
Jimin
Nona tenang saja. Saya bisa membantu anda. Yang terpenting adalah anda harus menghadiri undangan itu malam ini.
Jimin
Sejujurnya, Nona Jieun dari dulu tidak pernah ingin pergi kesana. Sehingga Tuan Kim terus menerus mengundangnya dan mengancam akan memutuskan kontrak dengan perusahaan kita.
Jieun
Dia sepertinya sangat tertarik dengan Nona Jieun.
Jimin
Saya pikir dia hanya penasaran. Seumur hidupnya, Nona Jieun tidak pernah mengurusi perusahaan secara langsung. Dia tidak pernah muncul di hadapan orang-orang di perusahaan dan saya yang selalu menggantikannya.
Jieun
Baiklah, kalau begitu. Aku akan pergi.
Jimin
Saya akan menyiapkan gaun untuk anda.
Jieun
Ini pesta ulang tahun? 😲
Jimin
Anda tidak datang ke tempat yang salah. ☺️
Jieun
Sangat megah, lebih terlihat seperti pesta pernikahan.
Jimin
Apakah anda juga ingin membuat pesta seperti ini?
Jieun bergidik, membayangkannya saja sudah tidak sanggup.
Jieun
Tidak tidak. Aku tidak suka menghambur-hamburkan uang.
Jimin
Anda sangat rendah hati. ☺️
Saat Jieun dan Jimin tiba, semua orang tampak penasaran dengan keduanya. Tidak sedikit dari mereka yang terang-terangan mengalihkan perhatiannya, terutama kepada Jieun.
Jieun
Ke-kenapa semua orang menatapku? 😳
Jieun tersipu malu dan keheranan.
Jimin
Tentu saja karena anda sangat cantik. 😆
Jimin tidak bisa mengontrol kekehannya melihat Jieun merona.
Jimin
Anda sangat lucu. Tapi saya tidak berbohong, nona sangat cantik malam ini.
Jieun
Tentu sangat cantik, ini kan bukan tubuhku.
Taehyung
Oh, aku tidak menyangka kalian akan datang!
Jimin dan Jieun menoleh ke arah seorang pria yang tengah menghampiri mereka. Pria itu tampak senang melihat keberadaan Jieun.
Jimin
Selamat malam, Tuan Kim.
Jimin
Apakah anda sudah lama menunggu Nona?
Taehyung
Lumayan. Tapi tidak masalah, kalian sudah datang.
Taehyung
Jadi inilah Lee Jieun? 😀
Jieun
Selamat ulang tahun, tuan. 😅
Taehyung
Ah, terima kasih.
Taehyung
Aku Kim Taehyung, jika kau lupa namaku.
Taehyung dan Jieun berjabat tangan, saling melempar senyum satu sama lain. Jieun terlihat agak canggung dan kikuk.
Taehyung
Kau sangat menawan.
Jimin
Kami mohon maaf karena baru bisa datang malam ini, Tuan.
Taehyung
Tidak apa-apa, tidak perlu meminta maaf. Kau sering bilang kalau Nona-mu ini sangat sibuk.
Taehyung
Karena kalian sudah datang, aku harap kalian menikmati pestanya.
Taehyung
Oh, aku minta maaf. Sepertinya aku tidak bisa lama-lama mengobrol dengan kalian. Aku akan kembali nanti.
Taehyung
Bersenang-senang lah.
Taehyung berlalu meninggalkan keduanya di tengah-tengah pesta.
Jimin
Sudah kubilang, dia hanya penasaran padamu.
Jieun
Bolehkah aku mengambil beberapa kue?
Jimin
Tentu saja. Ambil sesuka anda.
Jieun
Baiklah. Terima kasih.
Jimin
Anda berterima kasih lagi. 😌
Jieun
Minuman disini semuanya alkohol ya?
Jieun
Aku ingin minum air putih, bisakah kau membawanya untukku?
Jimin
Tentu, akan saya ambilkan.
Jieun pergi melihat-lihat makanan yang terhidang disana, sedangkan Jimin pergi untuk mengambil segelas air putih atas permintaan Jieun.
Menghadiri pesta seperti ini sejujurnya Jieun tidak terbiasa. Jieun berjalan menuju tepi kolam renang untuk menghindari keramaian dan mendudukkan dirinya di sebuah kursi seraya mencicipi cupcake di tangannya.
Sangat menyenangkan. Suasana di tempat ini jauh lebih hangat dibandingkan di kerumunan sana.
Lagi pula, tidak ada yang Jieun kenal di tempat ini selain Jimin yang datang bersamanya.
Jungkook
Aku menyuruhnya pulang.
Jungkook
Dia sangat merepotkan, Bu. Dari awal aku memang ingin datang sendiri.
Seseorang datang dan duduk di sebelah Jieun, mungkin dia tidak menyadari ada Jieun disana. Terlebih di tempat ini suasananya cukup gelap, Jieun saja hanya bisa melihat siluet orang itu.
Awalnya Jieun tidak ingin peduli, dia hanya memperdulikan makanan di pangkuannya.
Jungkook
Kenapa aku harus menuruti semua keinginan ibu?! Aku bukan anak kecilmu lagi!
Jieun dapat mendengar orang di sebelahnya ini sedang marah. Apa Jieun harus pergi ke tempat lain? Ia tidak mau mengganggu.
Sepertinya Jieun tidak asing dengan orang ini. Jieun agak kenal dengan suaranya.
Oh, aroma tubuh orang ini juga sepertinya...
Jungkook
Ibu, aku tidak bisa bisa. Selamat malam.
Orang itu memutuskan sambungan teleponnya seraya menyesap minuman di tangannya, sedangkan Jieun tiba-tiba tersedak.
Orang itu menoleh, cahaya layar ponselnya menyinari wajahnya sehingga Jieun dapat melihat dengan jelas.
Jungkook
Kau baik-baik saja?
Jungkook
Minumlah ini, kau baru saja tersedak.
Orang itu menyodorkan gelas minuman di tangannya ke arah Jieun. Tanpa berpikir panjang Jieun langsung menenggak habis sampai tak bersisa.
Jieun
Kenapa rasanya seperti ini? Apa yang kau berikan padaku?
Orang itu mengangguk mengiyakan.
Jieun
Aku tidak bisa minum alkohol. 😰
Jungkook
Maafkan aku, aku tidak bermaksud melukaimu.
Jungkook
Kau baik-baik saja kan?
Jieun terjatuh saat ia berusaha untuk bangkit dan pergi dari sana.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!