NovelToon NovelToon

Terpaksa Menerima Perjodohan

Prolog

Maira seorang gadis berusia 20 tahun berkulit putih dengan rambut panjang lurus yang membutnya semakin cantik.

"Pagi Bunda," sapa Maira yang melihat bundanya sedang menata sarapan dimeja makan.

"Pagi sayang," jawab bunda dengan tersenyum.

"Ayah belum turun ya bun?" tanya Maira yang belom melihat ayahnya.

"Ada apa sayang nyari ayah? Kangen yaa," gumam ayah yang berjalan kemeja makan.

"Ihh ayah pede," ujar Maira sambil memonyongkan bibirnya.

"Ayah engga pede, tapikan emang kenyataanya ayah ngangenin. Iya engga Bun?" ujar ayah sambil memainkan alisnya menggoda Bunda.

"Ayaaaah,"

"Iya Bunda sayang kenapa?" goda ayah lagi yang membuat Mairah tertawa melihat tingkah Ayahnya yang masih sering menggoda Bundanya.

"Udah-udah ayo sarapan," perintah Bunda yang lalu mengambilkan makanan kepiring ayah. Merekapun akhirnya sarapan bersama.

"Oh iya sayang nanti pulangnya langsung pulang kerumah ya, jangan mampir-mampir," gumam bunda disela-sela makan.

"Iya bunda," jawab Maira. "Tapi kok tumben bunda nyuruh Maira langsung pulang?" tanya Maira yang penasaran.

"Iya nanti temen ayah akan makan malam disini,"

"Oh iya yah, temen kerja ayah?"

"Sahabat ayah dari kecil sayang, yang anaknya dijodohin sama kamu sayang,"

Mendangar perkataan ayahnya Maira langsung menghentikan makanya. Sebenarnya sejak SMA kelas 1 dia udah diberi tau tentang perjodohan itu. Saat itu Maira engga menanggapi dengan serius.

Karena dia pikir ayahnya nanti akan berubah pikiran tentang perjodohan itu. Tapi nyatanya ayahnya tetep kekeh tentang perjodohan itu.

"Kalau Maira nolak perjodohan itu gimana?" tanya Maira dengan ragu, ayahnya hanya diam mendengar pertanyaan Maira.

"Kalau ternyata Maira engga suka sama laki-laki itu gimana?"

"Ayah yakin kalau kamu bakal menyukainya,"

"Kenapa ayah bisa seyakin itu? Emang nya setelah dia dewasa ayah pernah ketemu dengan dia?"

"Pernah, sekali dan dia sangat sopan sama ayah,"

"Hmm,"

"Orang tuanya aja baik pastinya anaknya juga baik, Maira jangan khawatir ya," ujar Bunda dengan tersenyum untuk menyakinkan Maira.

"Hmm tapi Maira engga mau ya nikah muda, Maira masih kuliah dan mau ngejar cita-cita Maira,"

"Iya sayang, kamu nanti malem jangan kecewain ayah ya," ujar ayahnya sambil mengelus kepala Maira. Maira hanya tersenyum dengan terpaksa.

"Yaudah Maira berangkat sekarang yah bun," Maira bangun dari kursinya dan salim dengan ayah dan bundanya.

"Makanya engga diabisin sayang?" tanya bundanya.

"Udah kenyang bun,"

"Maira berangkat dulu," ujarnya lalu berjalan keluar rumah dengan muka yang masam.

Maira mengendarai mobilnya menuju perusahaan Leo, udah beberapa hari Maira magang diperusahaan tersebut.

Setelah memakirkan mobilnya dia langsung masuk kedalan gedung itu dan menuju mejanya.

"Hei anak magang," panggil Bella.

"Ini maklampir engga bisa apa buat hari ini aja engga ganggu aku" gerutu Maira dalam hati.

Maira akhirnya berjalan kearah Bella.

"Iya ada apa kak?" tanya Maira dengan sopan.

"Photo copy ini," perintah Bella dengan memberikan setumpuk dokumen.

Maira menerima tumpukan dokumen itu dengan malas, "Cepat jangan malas-malas!!!"

"Iya kak," ujar Maira dengan tersenyum manis.

Bella adalah orang yang tidak suka dengan Maira. Itu karena Bella menyukai laki-laki yang bernama Adit tetapi Adit selalu menyuekinya.

Dan dari awal Maira magang diperusahaan itu Adit menunjukan perhatianya terhadap Maira. Tetapi Maira tidak tertarik dengan Adit.

Sebenarnya bukan cuma Adit yang tertarik dengan Maira tapi ada beberapa karyawan lain yang menunjukan ketertarikanya dengan Maira. Sebenarnya hal itu sudah biasa Maira hadapi, karena dia memang sosok wanita yang cantik baik dan ramah terhadap siapapun.

Engga salah kalau banyak laki-laki yang tertarik denganya.

"Ra, udah sarapan?" tanya Adit yang menghentikan langkahnya.

"Eh udah Pak," jawab Maira dengan tersenyum.

"Oh iyaa, nanti makan siang bareng mau?"

"Maaf Pak engga bisa," tolak Maira

"Kalau nanti malem bisa jalan bareng engga?"

"Maaf engga bisa juga Pak,"

"Kenapa? Ada acara ya?" tanya Adit penasaran.

"Iya saya mau makan malam dengan calon suami saya," Adit terdiam mendengar jawaban dari Maira. Maira memang sengaja mengatakan itu karena sejujurnya dia agak keganggu dengan Adit.

"Yaudah saya permisi dulu Pak, mau photo copy," Maira berjalan meninggalkan Adit.

Dari kejauhan Bella kesal karena melihat Maira dengan Adit yang mengobrol.

"Udah dibilangin jangan deketin Pak Adit juga!!!"

50 Foto

Setelah selesai photo copy Maira langsung menyerahkanya ke Bella.

"Ini kak," ujarnya sambil menyerahkan dokumen tersebut.

"Bisa engga sih kamu jangan ganggu Pak Adit!!!"

"Maaf kak tapi saya tidak suka dengan Pak Adit, dia sendiri yang selalu ganggu saya,"

"Sok kecantikan banget sih!!! Pak Adit itu punyaku, jangan deketin dia lagi!! paham engga hah!!!" ujar Bella dengan ketus.

"Kak, kakak itu cantik kakak juga sebenere baik dan setauku juga banyak laki-laki lain yang tertarik dengan kakak. Terus kenapa kakak sangat menyukai Pak Adit yang sama sekali tidak menghargai perjuangan kakak?"

"Bukan urusanmu!!!"

"Dan satu lagi kak, aku pikir Pak Adit tidak sebaik yang kakak pikir," Bella hanya diam mendengar perkataan Maira.

"Maaf, saya tidak bermaksud lancang dengan kakak,"

Maira lalu berjalanan meninggalkan Bella yang masih diam.

Sebenernya apa yang dikatakan Maira semuanya benar, Bella adalah sosok gadis yang cantik bahkan juga banyak laki-laki yang tertarik denganya.

"Andai kamu tau Ra,"

~

"Mi Rafael berangkat dulu," ujar Rafael yang mencium punggung tangan maminya.

"Engga sarapan dulu?"

"Nanti aja dikantor, hari ini ada meeting soalnya mi,"

"Yaudah ati-ati ya, eh ingat nanti malam ada makan malem sama calon istri kamu," Rafael hanya diam mendengar perkataan maminya.

"Rafael awas ya kalau kamu engga dateng,"

"Hm iya, yaudah Rafael berangkat dulu mi,"

"Nanti alamatnya mami kirimin ya," ujar mami sebelum Rafael berjalan keluar rumah.

Rafael Raveno adalah presdir perusahaan Leo, dia putra tunggal dari Barra Raveno. Dia sosok laki-laki yang keras kepala dan cuek.

Sosoknya yang ganteng dan kaya menjadikanya incaran para gadis. Meskipun demikian Rafael tidak menghiraukan para gadis itu.

Hari-hari Rafael hanya disibukan dengan kerja kerja dan kerja.

Sesungguhnya Barra pernah berniat membatalkan perjodohan itu jika memang Rafael mempunyai calon sendiri. Tapi sampe diumurnya yang kini 25 tahun Rafael masih belom mempunyai calon.

Papinya pun akhirnya mengurungkan niatnya itu, dan melanjutkan perjodohan tersebut.

Rafael masuk kedalam mobilnya dengan muka yang kesal.

"Ngga, kau sudah cari tahu tentang Maira?" tanya Rafael kepada Angga asistenya.

"Sudah Tuan, nama lengkapnya Almaira Nadhira dia anak kedua Tuan Rizky Alfarezi dan memang benar bahwa anda memang sejak kecil dijodohkan dengan nona Maira,"

"Hmm,"

"Tuan Barra dan Tuan Rizky sendiri sudah bersahabat sejak SMA,"

"Apalagi yang kau tau tentang Maira?"

"Nona Maira sangat cantik Tuan, jadi banyak laki-laki yang tertarik denganya. Tapi menurut informasi yang saya dapatkan Nona Maira tidak mempunyai pacar Tuan," jelas Angga

"Oh,"

"Dan..."

"Kenapa?" tanya Rafael.

"Nona Maira sekarang magang di Perusahaan Anda Tuan,"

"Sudah berapa lama?"

"Kurang lebih satu minggu, Saya juga sudah mengirimkan foto nona Maira ke ponsel anda Tuan,"

Rafael langsung membuka ponselnya dia terkejut karena Angga mengirimkan 50 foto Maira.

"Hei kau mau mati hah!!!"

"Ada apa Tuan?" tanya Angga dengan polosnya.

"Kau masih nanya hah??!!" Angga menahan tawanya melihat ekspresi Rafael.

"Kenapa kau mengirim 50 foto!!!"

"Tuan kan yang menyuruh saya mengirim foto Nona Maira, jadi saya kirimkan,"

"Tapi engga 50 juga!!!" ujar Rafael sambil menendang kursi pengemudi.

"Nona Maira kan calon istri anda, jadi saya kirimkan yang banyak agar anda jatuh cinta kepada Nona Maira," ujarnya sambil tertawa.

"Kau mau dipecat hah!!" ancam Rafael.

"Silakan aja Tuan, saya dengan senang hati menunggunya,"

"Kau benar-benar kurang aja!!!" Angga tambah tertawa melihat Rafael yang marah.

"Tapi Tuan, Nona Maira itu cantik dan banyak juga laki-laki yang mendekatinya," mengingatkanya lagi.

"Aku engga nanya dan engga perduli!" gumamnya dengan ketus.

"Memangnya anda tidak cemburu?" tanya Rangga dengam santai.

"Kenapa juga harus cemburu,"

"Nona Maira kan calon istri anda,"

"Masih calon!"

"Memangnya yakin Tuan tidak akan jatuh cinta dengan nona Maira?" goda Rangga.

"Kau memang cari mati ya!!!"

"Saya sedang cari uang Tuan bukan cari mati, kalau tidak karena uang juga saya tidak mau punya atasan seperti Anda Tuan," canda Angga dengan menahan tawanya yang membuat Rafael semakin emosi.

"Kurang ajar kamu!!"

"Saya boleh tanya sesuatu Tuan?" tanya Angga.

"Dari tadi kamu udah berbicara seenak jidatmu dan sekarang ngapain sok-sokan minta izin bertanya?!"

"Kali ini yang saya tanyakan hal yang penting Tuan,"

"Memangnya kamu mau tanya apa hah?!"

"Anda tidak jatuh cinta dengan saya kan Tuan?" tanya Rangga dengan muka yang sedikit khawatir.

"Kau kira aku doyan hah dengan laki-laki seperti kamu hah, pertanyaan itu yang menurutmu penting hah,"

"Itu sangat penting bagi saya Tuan, karena Tuan sama sekali bukan tipe saya,"

"Kurang ajar, kau kira kamu itu tipe saya,"

"Tapi syukurlah kalau Anda normal Tuan, saya lega jadinya,"

"Kau memang asisten paling kurang ajar ya,"

"Hehehehe, tapi kalau Anda tidak suka dengan Nona Maira, bagaimana kalau buat saya aja Tuan," godanya lagi.

"Ambil sana," ujar Rafael singkat.

"Tuan yakin anda tidak akan menyesal nantinya??"

"Kau ini cerewet sekali ya, udah nyetir yang bener,"

"Anda yakin setelah melihat Nona Maira Anda tidak akan tertarik kepadanya Tuan?" tanya Angga lagi.

"Kamu ini berisik sekali, fokus nyetir aja sana," perintah Rafael.

"Siap Tuan," Angga yang sudah puas menggoda Rafaelpun kembali fokus menyetir

~

Suasana kantor sangat sibuk, apalagi dengan para anak magang. Mereka pada hilir mudik membantu para karyawan, begitupula dengan Maira.

"Maira antar kan ini ke manager pemasaran," ujar Bella sambil memberikan beberapa dokumen. "Sekalian berikan ini kepada sekertaris Presdir,"

"Baik kak,"

Maira berjalan menuju keruang manajer pemesaran terlebih dahulu. Setelah memberikan dokumen kepada manager pemasaran Maira menaiki lift menuju laintai paling atas.

Maira keluar dari lift dan menuju kemeja sekertaris.

"Permisi mbak Lisa, ini dari kak Bella bagian pemasaran mbak," ujar Maira dengan tersenyum dan menyerahkan dokumen tersebut.

"Oh iya," Lisa menerima dokumen tersebut.

Setelah memberikan dokumen itu Maria kembali ke lantai 5 tempat dia ditempatkan. Ketika akan kembali dia berpapasan dengan Rafael.

Maira yang tau kalau Rafael itu adalah Presdir, dia menyapanya.

" Pagi Pak," sapa Maira sambil menundukan kepalanya.

Rafael berhenti ketika melihat Maira menundukan kepanya.

"Tunggu," perintah Rafael.

Maira pun menghentikan langkahnya.

"Jangan pernah tundukan kepalamu kepada siapapun diperusahaan ini kecuali dengan saya," ujar Rafael yang membuat Maira bingung.

"Hm iya Pak," jawab Maira dengan bingung.

Rafael kembali berjalan meninggalkan Maira. Angga nundukan kepalanya kepada Maira sebelum melewatinya.

Maira memicingkan matanya karena bingung dengan kata-kata Rafael dan sikap Angga.

"Kenapa Pak Rafael ngomong kek gitu ya? Terus kenapa asistenya menundukan kepalanya ke aku? Kek memberikan hormat gitu? Aneh,"

Berkelahi

Hari ini Rafael sangat sibuk, banyak jadwal meetingnya. Jam telah menunjukan pukul 17.00 Rafael baru saja selesai meeting. Dia duduk dikursinya dan dia baru ingat kalau belum bertemu lagi dengan Angga.

"Angga dimana ya tumben engga keliatan," Rafael lalu menelpon sekertarisnya untuk menanyakan keberadaan Angga.

"Selamat sore pak, ada yang bisa saya bantu?" tanya Lisa diseberang sana.

"Angga dimana?"

"Asisten Angga baru saja berangkat ke Jerman Pak,"

"Jerman? Kenapa kesana?"

"Ada sedikit masalah dikantor cabang Jerman, makanya asisten Angga langsung kesana Pak. Beliau juga sudah mengirim pesan keponsel Anda Pak,"

Rafael lalu menutup teleponya dia langsung mengecek ponselnya. Dan benar ada beberapa pesan dari Angga.

Angga: "Tuan ada sedikit masalah dikantor cabang Jerman. "

Angga: "Tuan tenang aja biar saya yang ngurus. "

Angga: "Pertemuan dengan Tuan Andra dimajukin jadi nanti malam jam 18.30 Tuan. "

Angga: "Semuanya sudah saya siapkan dimeja Anda Tuan "

Rafael menghela nafasnya setelah membaca pesan dari Angga, dia langsung memikirkan cara agar tidak diomeli orang tuanya karena tidak bisa ikut makan malam.

Rafael lalu langsung mengirim pesan ke Maira. Dia mendapatkan nomer Maira dari Angga.

Rafael : "Ke ruangan saya sekarang. "

Disatu sisi Maira sedang bersiap-siap untuk pulang. Maira mendengar ponselnya berbunyi, dia langsung membuka ponselnya. Terlihat ada satu pesan masuk dari nomer yang tidak dikenal.

"Nomernya siapa ini?" tanyanya sendiri. Maira lalu membaca pesan tersebut.

"Ini siapa sih, aneh banget," ujarnya bingung. Maira lalu membalas pesan tersebut.

Maira : "Maaf ini siapa?"

Tak lama pesanpun terbalas .

Rafael: "Ini saya Rafael. "

Maira yang membaca pesan itu jadi bingung, "Rafael siapa? Engga mungkin kan ini Pak Rafael?" tanyanya sendiri.

Maira : "Rafael siapa?"

Rafael langsung menelpon Maira dan Mairapun langsung mengangkatnya.

"Iya hallo ini siapa ya?" tanya Maira.

"Ini saya Rafael, cepat keruangan saya sekarang," perintah Rafael.

"Pak Rafael Raveno?"

"Iyalah emang kamu pikir Rafael yang mana lagi hah?"

"Eh iya Pak saya keruangan Bapak seka...,"

Belum selesai Maira berbicara Rafael langsung menutup teleponya.

"Astaga ini orang seenaknya sendiri," gerutu Maira.

Maira yang berniat untuk pulang akhirnya mengurungkan niatnya. Dia langsung menuju keruangan Presdir.

"Ada apasih udah jamnya pulang juga, lagian dari mana coba bisa dapet nomer ku? Jangan sampe aja aku disuruh lembur, engga tau apa capek seharian," gerutu Maira dalam hati.

Setelah sampe didepan ruangan Presdir Maira langsung mengetuk pintunya.

Tok tok tok

"Masuk,"

Maira lalu membuka pintu itu dan masuk kedalam.

"Permisi Pak," ujarnya dengan tersenyum ramah. "Ada apa Bapak memanggil saya kemari?" tanya Maira.

"Sebentar lagi saya ada pertemuan dengan Tuan Andra, kamu temenin saya,"

"Hah," Maira kaget mendengar perkataan Rafael.

"Apa kamu tuli?"

"Eh tidak Pak, tapi kenapa saya harus ikut Pak?"

"Karena saya ingin kamu ikut,"

"Tapi kan Pak sekarang sudah jam pulang dan saya juga cuman anak magang disini,"

"Lalu kenapa?"

"Kalaupun saya ikut saya belum mengerti Pak,"

"Makanya belajar,"

"Tapi Pak..."

"Kenapa lagi? Kamu mau ikut saya atau nilaimu saya kasih C" Rafael sengaja mengancam Maira agar Maira tidak bisa menolaknya.

"Baik Pak saya ikut Bapak, jam berapa nanti Pak?"

"Setengah tujuh, kamu duduk aja dulu disana saya mau menyelesaikan pekerjaan saya dulu,"

"Baik Pak,"

Maira lalu duduk disofa yang ada diruangan itu. Dia lalu membuka ponselnya ingin mengabari orang tuanya bahwa dia akan telat pulang. Tapi ternyata ponselmya sudah mati.

"Aduh apes banget sih aku, sampe rumah pasti nanti kena omel," gumam Maira dalam hati

Maira menunggu Rafael yang sedang bekerja, karena dia bosan akhirnya dia pun mengantuk dan tertidur disofa.

Rafael masih fokus dengan laptopnya sampe-sampe dia tidak tau kalau Maira ketiduran sudah setengah jam lamanya. Rafael melihat jam tanganya ternyata sudah menunjukan pukul 18.00 dia lalu membereskan mejanya dan akan berangkat untuk bertemu Tuan Andra.

"Ayok kita berang..." kata-katanya terpotong karena melihat Maira yang tertidur disofa.

Rafael lalu mendekati Maira dan menepuk pelan pundak Maira untuk membangunkanya.

"Ra bangun,"

Maira yang merasa ada yang menepuk pundaknya diapun terbangun, Maira mengerjap-ngerjapkan matanya ala orang bangun tidur.

Maira langsung kaget saat sadar bahwa dia ketiduran diruang Presdir.

"Maaf Pak maaf saya ketiduran," ujarnya meminta maaf kepada Rafael.

"Yaudah ayok,"

Rafael melangkahkan kakinya keluar ruangan diikuti Maira.

"Ambil tas kamu dulu," ujar Rafael

Mereka lalu kelantai 5 terlebih dahulu untuk mengambil tas Maira. Suasana dilantai 5 sendiri sudah sepi karena memang sudah jamnya pulang. Jadi merekapum sudah pada pulang.

Setelah mengambil tas Maira, mereka lalu keparkiran. Mereka manaiki mobil Rafael, didalam mobil mereka tidak berbica satu sama lain. Yang satu fokus nyetir dan yang satu sibuk ngomel-ngomel dalam hati.

Karena dia sudah menebak kalau dia nanti pasti bakal habis diomeli orang tuanya. Apalagi Bundanya pasti omelanya akan panjang kek kereta.

"Kau kenapa? Tidak suka saya suruh kamu ikut meeting,"

"Eh suka kok Pak,"

"Suka apanya Anda engga tau aja nanti pulangnya aku bakal habis diomeli Bunda"

"Lagian kenapa harus hari ini sih, ngapain juga ngajak aku kan ada sekertaris sama asistenya yang lebih tau, ini orang aneh,"

"Apa kamu sedang ngatain saya?" tanya Rafael tiba-tiba.

"Eh engga Pak," jawab Maira.

"Ini orang tau aja sih,"

Mereka telah sampai direstoran tersebut, Rafael langsung menuju ke ruangan VIP yang telah dipesan. Maira mengikutinya dari belakang.

"Pak maaf, nanti saya harus ngapain ya?" tanya Maira yang engga tau apa tugas dia nanti.

"Kamu hanya perlu duduk saja,"

"Hah???" Maira kaget mendengar itu.

"Apa kamu tuli,"

"Eh tidak Pak,"

"Ngapain aku harus ikut kalau cuman disuruh duduk doang, kalau bukan hari ini sih engga papa, tapi kenapa harus hari ini sih???? Mati aku sampe rumah, ponsen mati lagi," gerutu Maira dalam hati.

Mereka duduk diruang VIP, engga lama kemudian Tuan Andra datang bersama asistenya.

"Selamat malam Tuan Rafael," ujar Andra dengan menjulurkan tanganya.

"Malam Tuan Andra," ujar Rafael sambil menjabat tangan Andra.

"Asisten Anda dimana Tuan, tumben tidak bersama dia?"

"Asisten saya kebetulan sedang mengurus kantor cabang di Jerman,"

"Lalu dia siapa?"

"Dia Maira anak magang dikantor saya,"

"Selamat malam Tuan Andra," sapa Maira dengan tersenyum ramah.

"Malam," jawab Andra dengan tersenyum.

Merekapun memulai rapatnya, mereka membahas tentang kerja sama antar perusahaan. Selama meeting Maira hanya duduk mendengarkan.

Karena meeting yang lama membuat Maira kebelet buang air kecil. Tapi Maira menahanya dan berharap mereka cepat selesai.

Rafael yang melihat Maira yang mulai gelisa lalu meliriknya. Maira yang tau Rafael meliriknya akhirnya dia mendekatkan wajahnya ketelinga Rafael.

"Kebelet Pak," bisik Maira.

Rafael lalu mengisyaratkan agar Maira kekamar mandi. Maira yang mengerti isyarat dari Rafael, dia langsung pamit keluar.

Mairapun menuju kamar mandi, setelah selesai dia langsung kembali keruangan itu. Tetapi dilihatnya Rafael yang sedang memukul Andra.

"Itukan Pak Rafael sama Pak Andra, kok mereka berantem,"

Pegawai yang melihat Rafael dan Andra berkelahi mereka memisahkanya. Maira langsung berlari mendekati Rafael.

"Pak ada apa?" tanya Maira kepada Rafael.

Rafael langsung menggenggam tangan Maira dan mengambil tas Maira lalu berjalan meninggalkan Andra.

Maira yang bingungpun hanya mengikuti Rafael. Rafael membukakan pintu mobil untuk Maira.

"Masuk," perintah Rafael.

Wajah Rafael yang terlihat sangat marah membuat Maira ketakutan dan hanya menurut saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!