NovelToon NovelToon

You Are Mine

Part 1

"Will you marry me"

Sebuah ungkapan terindah yang akan diucapkan oleh seorang pria kepada wanita yang ia cintai.

Seperti Banyu yang sangat ini tengah duduk berhadapan dengan gadisnya.

Gadis manis, yang ia pacari selama hampir empat tahun. Gadis cantik yang menghiasi hari-harinya. Gadis penurut dan pekerja keras. Seorang gadis yang sangat ia cintai.

Celin tersenyum melihat kotak cincin yang Banyu sodorkan kepadanya. Tapi kemudian ia mendorong kotak kecil itu kembali kepada pemiliknya, siapa lagi kalau bukan Banyu.

"Banyu, aku sudah bilang sama kamu aku belum siap untuk menikah. Kamu tahu kan, aku akan menikah jika aku sudah berhasil dalam karir ku, aku ingin membahagiakan orang tua ku dulu" tolak Celin dengan halus.

Dan untuk kesekian kalinya Banyu menutup kotak cincin yang ia beli beberapa bulan yang lalu.

Ya kesekian kali. Banyu sudah melamar Celin lebih dari empat kali. Dan Celin juga sudah menolaknya untuk kesekian kalinya juga.

"Maaf, aku pikir kamu akan menerimanya kali ini. Karena aku dengar kamu akan naik jabatan sebentar lagi" ucap Banyu kecewa.

"Celin, apa kamu benar-benar tidak ingin menikah dengan ku? Aku tidak akan melarangmu untuk berkarir. Aku berjanji" Banyu menatap manik mata gadisnya dengan sorot mata memelas. Ia genggam tangan halus itu dengan erat.

"Banyu kamu tahu bukan apa impianku, dan usia ku juga masih terlalu muda untuk me... "

"Tapi usia ku sudah cukup matang untuk membina rumah tangga Cel" tukas Banyu.

"Bukankah kamu tahu mendiang kakekku meminta diriku untuk menikah sebelum usia dua puluh enam, dan usiaku sekarang sudah dua puluh delapan tahun"

"Apa kau sungguh mencintaiku Celin?" tanya Banyu dengan perasaan sedikit kecewa.

"Maafkan aku, tapi sungguh aku sangat mencintaimu Banyu, aku harap kamu mau menungguku satu tahun lagi." Ujar Celin sembari menggenggam tangan Banyu.

"Aku harap kamu mengerti" ucapnya lagi.

Banyu mengangguk saja. Ia tahu betul gadisnya ini ingin membahagiakan orang tuanya yang sudah tidak bisa lagi bekerja karena faktor usia. Tapi dia juga ingin segera membawa hubungan mereka kejenjang yang lebih serius, ia takut penantiannya selama empat tahun harus kandas hanya karena gadisnya selalu meolak lamarannya. Ia takut gadis yang sangat ia cintai saat ini ternyata bukan takdirnya.

Dengan perasaan yang masih sangat kecewa Banyu melanjutkan makan malamnya yang sempat terhenti.

......................

Banyu mengantarkan Celin pulang ke rumah dengan mobilnya.

Celin masih diam di tempatnya, meskipun mereka sudah sampai di depan rumah sederhana yang Celin beli dengan hasil keringatnya sendiri.

"Nyu, kamu marah sama aku?" Celin memberanikan diri untuk bertanya.

"Tidak" jawab Banyu datar tanpa melihat ke arah Celin.

Pria itu sebenarnya sangat kecewa dengan penolakan Celin yang kesekian kali ini. Tapi ia tidak ingin memperlihatkan kekecewaannya pada gadis itu.

"Lalu kenapa dari tadi kamu diam saja?" Celin mencoba meraih tangan Banyu yang masih setia mencengkram stri mobilnya.

"Aku lelah Cel, aku ingin segera pulang dan tidur, kamu tahu bukan beberapa hari ini aku disibukkan dengan pembukaan cafeku yang baru" kilah Banyu.

Celin menghela napasnya pelan, ia tahu kekasihnya ini tengah kecewa dengan dirinya, tapi mau bagaimana lagi ia tidak ingin mengesampingkan kedua orang tuanya yang sudah susah payah merawat dirinya sejak kecil.

"Baiklah, pulanglah dan segera istirahat, jaga kesehatanmu, jangan mengebut." Celin melepaskan genggaman tangannya dari lengan Banyu. Kemudian ia mencondongkan wajahnya mengecup pipi Banyu sebelum keluar dari mobil kekasihnya itu.

"Aku mencintaimu" bisiknya sembari membuka pintu mobil itu.

Banyu hanya diam tak membalas dan langsung melajukan mobilnya meninggalkan Celin yang masih mematung ditempatnya.

"Maafkan aku Nyu, aku memang belum siap menikah, karena jika aku menikah kamu pasti akan menuntut seorang anak kepadaku dan setelah itu pasti aku tidak boleh bekerja lagi." Gumam Celin setelah kepergian Banyu.

......................

Banyu memasuki apartemennya dengan langkah lesu. Ia merebahkan diri di atas sofa, ia memandang langit-langit ruang tamunya.

"Kenapa Celin masih saja menolak lamaran ku" gumam Banyu.

"Aku takut jika dia terus menolakku dia tidak akan menjadi takdirku"

"Aku sungguh mencintaimu Celin, tapi hari ini aku begitu kecewa dengan penolakanmu."

Banyu menarik napasnya dalam-dalam kemudian ia keluarkan secara perlahan untuk memenangkan dirinya yahg sedang dilanda kecewa.

Part 2

"Ji, lo dicariin babang ganteng noh" ucap seorang gadis kepada temannya.

"Mana?" gadis itu menaikan dagunya saat tidak menemukan seseorang yang katanya mencari dirinya.

"Ngibul lo ya" gadis itu mengangkat jari telunjuknya dan melebarkan matanya kepada sahabatnya.

Belum sampai sahabatnya itu menjawab tiba-tiba matanya terasa gelap karena ditutup oleh tangan besar.

Jingga tersenyum ia hafal betul aroma parfum yang tercium oleh indra penciumannya.

"Ayo tebak siapa?" ucap pria itu dengan nada manja.

"Alah paling abang ojol yang tadi aku pesen" jawab gadis itu santai.

Terdengar suara desahan kecewa dari pria itu, dan itu membuat Jingga tersenyum geli.

Kevin melepaskan tangannya yang menutup mata cantik dari kekasih hatinya itu. Ia mengitari kursi panjang yang sedang di duduki oleh kekasihnya dan duduk di sebelah wanita pujaannya itu.

"Yang, makan yuk, ada cafe baru loh deket sini" ajak Kevin pada kekasihnya, Jingga.

"Bentar lagi ya, aku capek banget ini" keluh Jingga pada Kevin.

Kevin mengiyakan permintaan Jingga, ia tahu kekasihnya ini baru saja keluar dari kelasnya, dan pasti dia masih lelah sekarang.

"Eh btw, Keyra sama Riana mana?" Jingga celingukan mencari dua sahabatnya yang tadi menemani dirinya.

"Aku usir" jawab Kevin tanpa dosa.

"Kok kamu usir sih Kev, kasihan mereka ih" Jingga memukuli lengan Kevin karena kesal.

"Aw... Aw... Jangan dipukulin dong akunya, nanti kalau pingsan gimana coba? Kamu mau ngasih aku napas buatan?" Kevin mencekal pergelangan tangan Jingga yang masih saja memukuli dirinya.

"Ihhhh, ogah" Jingga melepaskan tangannya dari Kevin.

"Udahlah enggak usah nyariin mereka, kan udah ada aku" ucap Kevin, ia kemudian berdiri dan mengulurkan tangannya.

"Mending kita ke cafe baru itu makan siang" ucap Kevin.

Dengan berat hati Jingga meraih uluran tangan Kevin kekasihnya, karena ia juga merasa lapar.

"Jangan cemberut gitu dong, kamu jadi keliatan tambah jelek tau gak" ucap Kevin seraya mengacak-acak rambut Jingga.

"Enak aja jelek, aku cantik ya!." Sungut Jingga.

"Iya deh iya, Jingga Senja pacarku memang paling cantik" puji Kevin sambil terkekeh.

Jingga tersenyum dengan pujian yang diberikan oleh Kevin, meskipun itu sudah biasa keluar dari mulut manis Kevin, tapi entah kenapa dia selalu senang jika mendengarnya.

Kevin segera mengajak Jingga menuju parkiran kampus untuk mengambil mobilnya dan segera menuju cafe baru yang tidak jauh dari kampusnya.

......................

Jingga dan Kevin masuk ke dalam cafe yang bernuansa klasik. Warna cat yang tidak mencolok membuat suasana cafe jadi semakin nyaman.

Mereka berdua duduk di pojok cafe, karena mereka lebih suka tempat yang jarang dilalui orang. Di sana terlihat ramai, mungkin karena cafe baru jadi banyak pengunjung yang datang, atau karena memang menu yang disediakan enak dilidah dan harganya pas dikantong para mahasiswa seperti mereka.

"Tempatnya enak ya, nyaman banget" ucap Jingga yang diangguki oleh Kevin.

"Permisi mas, mbak mau pesan apa?" tanya seorang pelayan yang menghampiri mereka.

Kevin membolak-balikan buku menu yang ia pegang.

"Pasta sama orange jus ya mbak," ucap Kevin, ia beralih pada kekasihnya, "kamu pesen apa yang?"

"Samain aja sama kamu" ucap Jingga yang sibuk dengan ponselnya.

"Ya udah mbak, pasta sama orange jusnya dua" Kevin mengembalikan buku menu itu pada pelayan.

"Baik, silahkan ditunggu!"

"Yang" Panggil Kevin yang sedari tadi dicueki oleh Jingga.

"Hmm" Jingga masih fokus pada ponselnya.

"Yang, jangan mainan ponsel terus dong!" seru Kevin.

"Bentar, aku lagi chatingan sama Key sama Riana nih, minta maaf ke mereka karena kamu usir tadi" ucap Jingga yang belum mengalihkan pandangannya dari benda kotak pipih itu.

Kevin mendengus kesal, ia merasa diabaikan jika seperti ini. Selalu saja sahabatnya itu nomer satu dan dia dinomor duakan.

"Udah dong yang... Kita itu ke sini buat makan berdua bukan numpang wifi buat chatingan" Kevin merebut ponsel Jingga karena kesal.

"Eh.. Eh.. Kev balikin dong ponsel aku... Kamu jangan gitulah" Jingga mulai kesal dengan kekasihnya ini, selalu saja seenaknya sendiri.

"Udah ya, aku gak mau kalau lagi berdua kamu malah mikirin sahabat kamu itu" Kevin memasukkan ponsel Jingga ke dalam tasnya.

"Kev, jangan gitu dong, mereka itu segalanya buat aku, aku nggak enak sama mereka" tutur Jingga memelaskan wajahnya berharap ponselnya dikembalikan.

"Kamu tu kenapa sih selalu aja mikirin mereka, kamu tu nggak pernah ngertiin aku, udahlah mereka faham kok dengan kita, mereka enggak akan marah" tutur Kevin sembari menatap lekat wajah cantik kekasihnya, Jingga.

"Terserah kamu aja lah, males aku debat sama kamu" ujar Jingga, kesal.

"Aku mau ke kamar mandi dulu" ucap Jingga sembari beranjak dari tempat duduknya dan mencari toilet yang ada di sana.

......................

Seorang laki-laki berbadan tinggi tegap, berwajah tampan membawa nampan kecil berisi minuman dan cake coklat. Dari dapur cafe ia membawa pesanan dari salah satu pengunjung yang duduk di meja bertuliskan angka delapan belas.

Pria tampan itu menjadi pusat perhatian setiap pengunjung yang ada di sana. Banyak yang berbisik jika dia lebih pantas menjadi pemilik cafe daripada melayani para pelanggan.

Ada juga yang menduga dia adalah si pemilik cafe, hanya saja sedang ikut melayani para pelanggan, karena banyaknya pengunjung hari ini.

Pria itu berjalan pelan menuju meja pelanggan yang ia cari.

"Banyu" teriak seorang gadis dari arah belakangnya dan mengharuskan dirinya untuk berbalik, tetapi...

Brukk

Saat ia berbalik tiba-tiba seorang gadis cantik berambut sepinggang menabrak dirinya dan seketika itu juga minuman dan cake ya ia bawa terjatuh dan menganai baju gadis cantik itu.

Part 3

"Maaf" ucap Banyu sembari membantu membersihkan baju gadis itu.

"Ah iya tidak apa-apa, saya yang salah tidak melihat kamu" jawab gadis itu.

Dari sudut cafe Kevin dapat melihat kekasihnya sedang berdiri berhadapan dengan seorang pria yang ia duga sebagai pelayan cafe.

Kevin menghampiri Jingga yang tampak sedang membersihkan bajunya.

"Ada apa ini?" tanya Kevin. Ia melihat ada gelas yang terjatuh di lantai dan ada tumpahan jus yang menggenang, lalu ia melihat baju gadisnya yang basah dan sedang dibersihkan oleh seorang laki-laki.

"Eh apa-apaan lo pegang-pegang pacar gue, modus lo ya!" Kevin mendorong pria itu menjauh dari kekasihnya.

"Kev jangan gitu dong, malu" ucap Jingga, ia mencekal tangan kekasihnya yang telah mendorong pria yang ia tabrak tadi.

"Yang, dia itu modus, aku yakin dia tu sengaja nabrak kamu biar baju kamu basah terus dia bisa bantu bersihin baju kamu" ucap Kevin dengan segala asumsinya.

"Kev, yang nabrak itu aku bukan dia" jelas Jingga, ia tidak mau kekasihnya ini membuat masalah dengan menuduh yang tidak-tidak pada pria itu.

"Maaf mas, sebenarnya bukan saya yang nabrak mbak ini, tapi saya juga minta maaf karena minuman yang saya bawa tadi menumpahi baju mbak ini" pria itu berusaha untuk tetap tenang meskipun dituduh oleh Kevin. Sebenarnya ia juga sangat geram dengan laki-laki baru dewasa ini, dia sudah dituduh yang tidak-tidak dan membuat keributan, hingga semua mata para pengunjung melihat ke arah mereka.

"Eh lo diem aja ya, gue tau lo tu cuma alesan aja kan" ucap Kevin dengan tidak sopannya.

"Udah ih Kev, dia gak salah" Jingga berusaha untuk menenangkan kekasihnya, karena jika sudah seperti ini sifat tempramen Kevin pasti akan keluar.

"Kok kamu malah belain dia sih" Kevin menatap kekasihnya dengan kesal.

"Heh, mana bos lo suruh keluar gue mau ketemu sama dia" ucap Kevin kepada pria itu.

"Kev udah, jangan dibesar-besarin dong, ini tuh salah aku." Ujar Jingga, ia tidak mau terjadi keributan di sini.

"Udah deh kamu diem aja" Kevin menepis tangan Jingga yang berusaha mencekal lengannya.

"Mana bos lo suruh keluar gue mau ketemu! " seru Kevin lagi.

Seorang gadis yang tadi memanggil nama pria itu menghampiri mereka.

"Ada apa kamu mencari bos kami?" tanya gadis itu sembari melirik temannya.

"Gue mau temen lo ini dipecat, karena dia udah kurang ajar sama cewek gue" ujar Kevin membuat Jingga terkejut.

Jingga tidak pernah berpikir Kevin akan bertindak sejauh itu untuk kesalahan yang tidak diperbuat oleh pria yang membuat bajunya basah.

Gadis berambut ikal itu tersenyum miring, ia berjalan lebih mendekat ke arah mereka. Gadis itu memegang bahu temannya.

"Anda mau teman saya ini dipecat? Asal anda tahu dia ini..."

"Maaf, tapi bos kami sedang tidak ada" tukas pria itu sebelum gadis itu menyelesaikan ucapannya.

"Banyu" Gadis itu menatap ke arah Banyu dengan tatapan tidak percaya dan hanya dibalas kedipan oleh Banyu.

"Di mana dia? Lo jangan bohong, lo takut dipecat kan? jadi lo bilang bos kalau lo lagi keluar" seru Kevin, dengan nada meremehkan.

Jingga hanya bisa geleng kepala melihat kelakuan kekasihnya. Gadis itu melirik ke arah Banyu yang berdiri di sampingnya.

"Iya dia sedang keluar, dia jarang kemari, jadi anda tidak bisa menemui bos kami" tutur gadis itu.

"Alah alesan aja lo... "

Belum sempat Kevin melayangkan makian pada dua orang itu Jingga sudah menarik lengan Kevin menuju meja yang tadi ia duduki. Jingga mengambil tasnya dan tas Kevin yang tergeletak di atas kursi. Tanpa banyak bicara Jingga menarik Kevin untuk keluar dari cafe itu, tapi sebelumnya ia meminta maaf atas kekacauan yang ia dan kekasihnya buat tadi.

"Kamu tu apaan sih Kev, marah-marah gak jelas. Aku kan udah bilang tadi tu yang nabrak aku bukan dia" seru Jingga saat mereka sudah berada di parkiran cafe.

"Aku tu belain kamu yang, kok kamu malah marah sih" jawab Kevin.

"Aku gak suka ya kalau kamu belain aku sampek mau mecat karyawan itu" Jingga mengutarakan semua kekesalannya.

"Kamu kenapa sih belain dia terus, kamu kenal sama dia? atau kamu suka sama dia?" tuduh Kevin pada Jingga.

"Kamu kok makin ngaco sih, sebel aku jadinya"

Kevin mencekal pergelangan tangan Jingga.

"Ji... "

"Aku males debat sama kamu, aku pulang aja, kamu gak usah anterin aku" Jingga melepaskan tangannya, kemudian berlari ke arah jalan raya untuk mencegat taksi.

Kevin menatap kepergian Jingga dengan kesal. Ia segera pergi dari cafe itu dengan mobilnya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!