NovelToon NovelToon

Breath Of Love

01. Pagi Dunia Tipu-Tipu

Seperti biasanya aku bangun tepat pukul 07.00 wib, hmmm tepat waktu begitulah karena setiap hari alarm jam sudah ku atur agar aku tidak terlambat ke kampus.

Kenalin nama aku Bianka Sundari ,panggil aja Bian. Aku suka dipanggil Bian karena ngingetin aku sama almarhum ayah, Ahmad Sundari itulah ayahku pembuat kopi hitam terenak di planet bumi ini. Aku anak tunggal yang artinya aku gak punya kakak ataupun adik, mungkin untuk sebagian orang memiliki saudara gak enak karena harus berbagi itu sih kata Pino.

Pino satu-satunya orang yang mau jadi temen aku, bukannya aku sombong atau pilih-pilih temen aku tidak terbiasa dengan banyak orang. Itu yang bikin orang-orang memandangku si aneh. Aku sudah terbiasa dengan kondisi ini, semua bermula ketika aku duduk di bangku kelas 11 SMA. Disinilah kisahku dimulai.

Hari itu semua berjalan seperti biasanya, ibu menyiapkan sarapan, ayah dimeja makan membaca koran sembari meminum kopi hitamnya.

" Selamat pagi ayah!". sapa Bianka sembari mencium pipi ayahnya.

"Selamat pagi putri kesayangan ayah".

"Selamat pagi ibu menteri keuangan ayah!". Begitulah panggilan sayang Bianka kepada ibunya.

"Selamat pagi sayang!". Balas ibu Bianka sembari menuangkan susu untuk putrinya.

"Terimakasih bu,".ucap Bianka

Setelah selesai sarapan, seperti biasa ayah Bianka mengantarkan putrinya kesekolah dengan mobil klasiknya.

Sebelum sampai ke sekolah mobil Bianka dan ayahnya mogok, hingga butuh waktu beberapa menit untuk memperbaikinya.

Jam sudah menunjukkan pukul 07.45 yang artinya kelas dimulai kurang 15 menit lagi. Bianka mulai panik karena hari ini ulangan Biologi bu Martha guru super killer dan tidak segan memberi nilai nol bagi siswanya.

"Yah, Bian telat nih yah, Bian ada ulangan yah?".

"Sebentar lagi ini, ayah coba lagi ya".

Setelah dicoba beberapa kali akhirnya mobilnya kembali menyala.

"Ayok yah ,buruan!". Bianka mulai menunjukkan kepanikannya kepada ayahnya.

"Iya nak, ini ayah udah ngebut".

"Lebih kenceng lagi yah, ayok yah, buruan?".

"Sabar Bian, ayah gak konsen ini".

"Tapi Bian udah terlambat yah, yahhhh ayahhhh awasss yahhhhh".

Gubrakkkkkkk mobil ayah Bianka menabrak pembatas jalan hingga depan mobilnya ringsek.

02. Kepergian Ayah

Saat aku tersadar nyeri mengerumuni seluruh tubuhku, persendianku begitu sakit untuk digerakkan, tanganku juga diinfuse.

DEEGGGG....Ayahhh ayahhhh ayah dimana. Teriakanku membuat suster datang menemuiku.

"Sus, ayah saya dimana?".

"Maaf, nona ayah nona sudah meninggal, akibat benturan yang sangat keras dikepalanya sehingga ayah nona kehilangan banyak darah ketika perjalanan ke rumah sakit".

"Ayah saya dimana sus,??" sambil berusaha turun dari ranjang rumah sakit, aku mencari keberadaan ayah.

Diujung lorong aku melihat ibu berdiri seraya menangis. Dengan segera aku menghampiri ibu.

"Bianka, kamu sudah sadar nak!". Seraya memeluk tubuhku.

"Bu, ayah bu ayah (ayahhhh)". aku berteriak tak kuasa ku tahan tangisku, tangisku dan ibu pecah kala itu.

"Sabar ya nak, ayah sudah pergi ninggalin kita".

"Ayahhhhh, ayahhhh".Ku panggil ayah berulang kali berharap ayah menjawab panggilanku.

Hari itu juga ayahku dimakamkan di pemakaman umum. Disaat aku dan ibu sedang meratapi kepergian ayah.Datang seorang laki-laki menghampiri aku dan ibu mengungkapkan ucapan bela sungkawanya atas kepergian ayahku.Aku tidak kenal siapa laki-laki itu, laki-laki itu begitu asing bagiku.Emmmm,mungkin saja rekan kerja ayah karena dari stylenya begitu rapih.

Selesai pemakaman ayah, laki-laki kembali datang kerumahku. Laki-laki itu berbincang cukup lama dengan ibu diruang tamu. Entah apa yang mereka bicarakan. Tapi dari bahasa tubuhnya aku begitu tidak suka, dia sungguh tidak sopan baru saja bertemu ibu dia sudah berani memegang pundak ibu, bahkan menggenggam tangan ibu.

Aku berusaha mengusirnya dari rumah karena keberadaannya membuatku tidak nyaman,mungkin ibu juga merasakan hal yang sama denganku hanya saja ibu sungkan untuk mengusirnya.

Hari-hari berlalu, tanpa ayah. Rasa bersalah setiap saat menghantui diriku,aku merasa akulah pembunuh ayahku aku yang menyebabkan kecelakaan itu terjadi. Jika saja aku tidak meminta ayah untuk ngebut hari itu,kecelakaan itu tidak akan pernah terjadi dan ayah saat ini tetap bersama aku dan ibu.

Ayah, aku rindu ayah apakah ayah juga merindukan aku yah, hidup ini begitu membosankan tanpa ayah, hari-hariku dan ibu begitu berat yah, tanpa ayah disini.

Sejak kepergian ayah aku mulai suka menyendiri,melamun menjadi hobby baruku.

Aku jadi enggan untuk bersosialisasi aku seperti mempunyai duniaku sendiri, sejak inilah teman-temanku di sekolah menganggapku aneh. Bahkan guru-guru mengenggapku aneh.

Sampai kepala sekolahku memanggil ibu untuk datang ke sekolah karena sikapku yang dianggap aneh, bukan hanya karna itu nilai akademikku juga memburuk. Bahkan aku tidak pernah melakukan apa-apa disekolah, aku hanya punya satu kegiatan yaitu menggambar karena itu membuatku sedikit lebih tenang.

Sesampainya dirumah ibu memarahiku, ini kali pertama ibu marah dan menamparku. Aku kecewa dengan sikap ibu yang kasar padaku. Aku pergi kekamarku tanpa mengucapkan sepatah katapun pada ibu. Ibu berteriak memanggilki,aku mengacuhkannya. Ku tutup pintuku rapat-rapat dan ku menangis sambil memeluk foto ayah.

Hingga malam aku tidak keluar kamar bahkan untuk makan sekalipun, ibu mulai panik dan mengetuk-ngetuk pintu kamar ku berharap mendapat jawaban dariku. Tapi aku enggan menjawabnya ,aku masih marah karena sikap ibu adaku tadi siang terlepas aku yang salah tak seharusnya ibu menamparku.

Ku coba memejamkan mata berharap dalam tidurku bisa bertemu dengan ayah. Ayah Bianka rindu ayah.

Alarm jamku berbunyi, tapi aku enggan beranjak dari tempat tidur. Aku gak mau datang kesekolah hari ini. Aku mendengar suara ibu mengetuk pintu kamarku.

"Tok...tok...tok..., Bianka bangun sayang. Ibu udah bikinin soup jagung kesukaanmu. Maafin sikap ibu semalam Bi, ibu gak bermaksud menyakiti anak ibu, ibu hanya ingin Bianka......"

Karena tak ingin mendengar perkataan ibu lagi akhirnya ku buka pintu kamarku.

"Bi, sarapan yuk temenin ibu nanti soupnya keburu dingin".

Antara tak tega dengan sikap ibu, dan aku gak bisa bohong jika perutku ini sungguh lapar. Jika ku lanjutkan marahku pada ibu yang ada aku mati kelaparan.

"Bi, kamu gak berangkat sekolah?".

"Malas".

"Yaudah hari ini ibu ijinin kamu buat gak masuk sekolah, tapi Bianka harus janji sama ibu kalo besok dan seterusnya Bianka harus masuk sekolah".

"Iya".

"Sebentar lagi kan kamu UN kamu harus banyak belajar, biar bisa masuk di UNISULA".

Dulu memang aku ingin sekali melanjutkan pendidikan di UNISULA, ngambil jurusan kedokteran. Tapi sekarang mimpi itu minat itu udah gak ada lagi dibenakku.

"Bu, Bianka udah selesai makannya Bianka balik kekamar lagi ya".

"Iya, nak".

Tiba-tiba terdengar suara ketukan dari luar. Siapa orang yang datang pagi-pagi buta begini.

Ketika ibu membukakan pintu, berdiri seorang laki-laki. Emmm bukankah laki-laki itu laki-laki yang ku usir tempo hari".

03.Lulus

Hari demi hari, waktu demi waktu, tahun demi tahun berlalu. Hari kelulusanpun tiba aku khawatir namaku di papan pengumuman tidak ada, aku berjalan dan berdoa mendekati papan pengumuman ku cari namaku Bianka Sundari dari atas sampe bawah.

Kenapa namaku tidak ada?

"Bi,kamu nyari namamu?" ejek lila padaku

"Mana ada namamu disitu bi, hahahaha". saut putri.

Aku hanya diam mendengar mereka mengejekku,bukannya aku takut tapi aku malas meladeni mereka.

Kuulangi sekali lagi mencari namaku, dan hmmmm aku Bianka Sundari ada diurutan 14 dari bawah, gak apa-apa yang penting aku lulus, dan gak harus mengulang lagi di sekolah membosankan ini.

Disaat anak-anak yang lain bergembira tertawa mencoret-coret seragam mereka ,berfoto ria saling berpelukan aku enggan melakukannya. Lagipula siapa yg mau melakukan itu denganku.

Lebih baik aku pulang kerumah.

Setelah ayah meninggal aku haru pulang pergi sendiri. Tiba-tiba seseorang menarikku dari belakang.

"Siapa kamu, apa maumu???".

"Tenanglah, nona".

"Lepaskan tanganku,atau aku teriak!".

"Baiklah, tapi janji kamu takkan lari?".

"Ya". "Bukankah anda laki-laki yang datang dipemakaman ayahku waktu itu?".

"Iya nona, perkenalkan aku Husein kamu boleh memanggilku Om Husein". (sambil mengulurkan tangannya).

"Sebenarnya apa maumu?".

"Tenanglah nona, aku tidak berniat jahat padamu apalagi berniat untuk menculikmu".(sambil memegang pundakku).

"Tolong,jangan kurang ajar ya pak!" Saya tidak segan-segan berteriak jika anda berani menyentuh saya".

"HAKHAKHAK,.....?"

"Mengapa anda tertawa?".

"Kamu seperti ibumu,galak!".

"Anda mengenal ibuku?".

"Emmmm,belum saatnya kamu tau nona".

"Apa maksudmu, biarkan aku pergi aku tidak menyukaimu dan aku juga tidak suka mengobrol denganmu".

"Baiklah nona cantik".(Sambil mencolek daguku)

"Dasar tua bangka menyebalkan".

(aku mendorongnya dan langsung lari).

Akhirnya aku sampai dirumah, dan untung saja pria tua bangka itu tidak mengejarku. Apa maunya kenapa dia mengikutiku?. Sungguh menyebalkan.

"Bi, kamu kenapa lari-lari siapa yang mengejarmu?".(ibu terheran denganku sambil mengecek sekeliling berharap menemukan sesuatu yang membuatku berlari).

"Dikejar anjing".(Jawabku singkat).

"Anjing?".(Ibu masih terheran, tapi aku mengacuhkannya).

Malamnya aku menerima telfon dari nomor tak dikenal, aku enggan mengangkatnya. Tapi lama-lama telfon itu mengganggu telingaku.

"Hallo, siapa ini?".

"Nona Bianka,HAKHAKHAK".(Tawa pria tua bangka itu).

"Anda?"."Dari mana anda bisa tau no telfon saya?".

"Itu hal mudah nona, tapi bukan itu maksud saya menelfon anda".

"Bukankah sudah saya katakan,jika saya tidak suka mengobrol dengan anda".(Bentak aku padanya).

"Lama-lama anda akan terbiasa dengan keberadaan saya di sekitar anda,nona".

"Jangan ganggu hidupku".(Kuberteriak sambil menutup telfonnya).

Ternyata teriakannku terdengar samapai keluar dan ibu mendengarnya.

"Tok...tok...tokk...,Bi Bianka".

"iya bu".(sambilku buka pintu).

"Kamu sedang bicara dengan siapa nak, kenapa berteriak-teriak seperti itu?".

"Enggak,gakk ada bu".(aku berbohong pada ibu, apa aku harus bertanya soal tua bangka itu le ibu?)

"Bu, bolehkah Bianka bicara sesuatu sama ibu?".

"Boleh nak, kamu mau bicara apa?"."Kita bicara diruang tv saja ya".(Ibu mengajakku ke ruang tv,aku pun mengiyakan dan mengikuti langkah ibu).

"Apa yang ingin kamu tanyakan nak?".

"Ada apa cerita sama ibu".

"Bu, apa ibu kenal dengan laki-laki yang datang ke pemakaman ayah?, yang waktu itu Bianka usir bu?".

"Kenapa kamu tiba-tiba bertanya itu?".(ibu terheran)

"Tadi siang dia menemui Bianka,bu".

"Apa ibu kenal dengan dia?".

Ibu tidak menjawab pertanyaanku, ibu malah diam dalam diamnya tiba-tiba ibu menangis sembari menatapku. Ibu memegang erat tanganku lalu pergi meninggalkanku.Ada apa sebenarnya kenapa ibu tidak menjawab pertanyaanku.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!