Liam masih berusia 16 tahun, memang masih bersekolah setara dengan SMA jika di Indonesia. Sedangkan Tera kakaknya sudah kuliah di salah satu universitas di Jerman. Tera dan Liam adalah kakak adik pada umumnya, kadang akur, kadang bertengkar tapi yang pasti mereka saling menyayangi dan melindungi satu sama lain. Liam sering menjadi tameng Tera saat akan pergi bersama pacarnya dan Tera akan membayar Liam untuk itu.
Sebenarnya Liam melakukannya bukan semata-mata karena uang, tapi lebih karena dia sangat menyayangi Tera kakak saudara kandung satu-satunya yang Liam miliki.
Beberapa saat kemudian, mereka sudah berkumpul di meja makan berempat. Tampak Liam dan Tera saling kode. Tera mengkode Liam agar tutup mulut dengan kejadian dia pergi bersama pacarnya kemarin, karena Tera bohong dengan mengatakan bahwa dia pergi kuliah dan sialnya Liam memergokinya di kafe dan memotretnya, dia mengancam akan melapor pada orang tuanya jika Tera tidak mengabulkan permintaannya. Tera memasang wajah memelas agar Liam tutup mulut. Liam hanya tersenyum girang melihat Tera terpojokkan.
"Udaaahhh, Makan lagi!" seru ibunya segera menghentikan tingkah Liam dan Tera. Mereka pun lanjut makan bersama.
Sebelum Tera pergi, dia menghentikan Liam.
"Li, nih. Awas kalo kamu ember," ancam Tera seraya memberikan VCD yang Liam minta, VCD musik kesukaan Liam keluaran terbaru. Liam pun tersenyum senang seraya mencium VCD tersebut. Begitu lah hubungan kakak adik itu.
...***...
Sampai suatu hari terjadi sebuah skandal di keluarga itu. Ayahnya memiliki wanita simpanan yang ia sembunyikan selama bertahun-tahun. Itu awal kehancuran kebahagiaan keluarganya. Ayah dan ibunya selalu bertengkar semenjak itu.
"Ini alasan kamu tidak mau tinggal di Indonesia?! Karena kamu tidak mau berpisah dengan wanita itu?! Aku benar-benar tidak sanggup kalau kamu begini, Frans. Ceraikan Aku!" teriak ibu Liam. Liam dan Tera mendengarnya di balik dinding. Tera terpaku dan mulai menangis, dia takut akan pertengkaran orang tua mereka. Liam memeluk kakaknya.
"Aku janji akan memutuskannya. Aku mencintaimu dan anak-anak kita! Aku benar-benar sudah khilaf saat itu," bujuk Frans ayah Liam.
Anin ibunda Liam tetap tidak bergeming. Anin menatap nanar dengan mata yang basah karena air matanya. Sudah dia korbankan segalanya demi keutuhan rumah tangganya, tapi tidak setimpal dengan kenyataannya.
Memang sebelum ini rumah tangga mereka sempat bermasalah. Dan mereka sudah sepakat untuk memperbaiki diri satu sama lain. Tidak ia sangka ternyata diantara permasalahan mereka selama ini Frans sudah mengundang orang lain di pernikahan mereka.
"Aku ingin kita pisah. Aku akan kembali ke Indonesia, Tera dan Liam biarkan mereka selesaikan sekolah mereka di sini dulu. Aku akan jemput mereka nanti," gumam Anin lirih dan langsung pergi ke kamar menyusun barang-barangnya.
Tera menghampiri ibunya dan mencoba membujuk ibunya. Tapi Anin sedang tidak bisa di ajak bicara. Dia tetap bersikukuh akan pergi pulang ke Indonesia dan meninggalkan Liam dan Tera bersama ayahnya, karena mereka sekolah di sana.
"Jaga diri baik-baik di sini dan juga adikmu. Mungkin Mama salah sudah kasih papa kesempatan kedua, Mama butuh ketenangan sekarang," gumam Anin tertunduk.
"Mah, jangan tinggalin kita, kasih papa kesempatan lagi. Ini pasti hanya kekhilafan Papa aja. Papa sayang sama mama, Papa juga udah berusaha buat memperbaiki semuanya," bujuk Tera yang memang menjadi saksi atas usaha ayahnya selama ini dalam membujuk ibunya.
Tapi Anin tetap tak bergeming. Dia tetap dengan keputusan nya yaitu pergi. Dia pergi dengan sebuah taksi yang di pesannya, sedangkan Frans sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi atas keputusan istrinya itu.
Baru saja Liam membangun mimpinya tentang keluarga yang bahagia, sekarang hancur sudah semua. Liam mulai membenci ayahnya, sekarang keluarga bahagia mereka hanya menjadi cerita dongeng di hidup mereka.
...***...
Sejak saat itu, semua berantakan Tera mulai tidak terkendali, dia sering pulang malam. Dan entah apa yang ia lakukan. Dia terlihat liar dan depresi semenjak kepergian ibu mereka yang sudah beberapa bulan ini tidak bersama mereka lagi. Di tambah lagi gosip yang terus berkembang liar tentang ibu mereka yang tiba-tiba menghilang.
Tera sebagai primadona di kampusnya menjadi bulan-bulanan karena kabar perselingkuhan ayahnya telah menyebar dan kabar ibunya meninggalkan mereka pun sudah menggema di kampusnya. Apa lagi bagi teman-teman Tera yang selama ini tidak menyukai Tera, mereka sangat suka dengan berita buruk keluarga Tera. Itu membuat Tera semakin tertekan.
Keadaan Liam pun sama buruknya. Sekolah Liam mulai berantakan, dia sering tidak masuk sekolah. Dan ayahnya beberapa kali di panggil ke sekolah. Karena Liam sering berkelahi dengan temannya akibat berita perselingkuhan ayahnya.
Satu orang wanita penggoda dapat menghancurkan sebuah rumah tangga bahagia.
Hanya karena vidio beberapa menit yang menyebar dapat menghancurkan hidup satu keluarga. Vidio yang menunjukkan ayahnya tengah bersama wanita lain di tempat hiburan malam, vidio yang seolah-olah ayahnya tengah di cumbui seorang wanita itu beredar dengan cepat melalui pesan pribadi. Karena sebagai arsitek yang cukup ternama, tentu bagi orang yang ingin menjatuhkan ayah Liam itu adalah momen yang tepat. Apa lagi selama ini ayah Liam terkenal dari kalangan baik-baik yang memiliki keluarga yang harmonis. Otomatis itu juga berpengaruh pada karir ayah Liam. Yang mulai menunjukkan kearah kehancuran.
Profesi Anin yang merupakan model yang cukup ternama pun ikut membuat isu skandal ini menjadi lebih buruk lagi. Banyak pihak yang ikut bermain di permasalahan ini.
...***...
Suatu malam, jam sudah menunjukkan pukul 2 dini hari, tapi Tera masih belum pulang, Liam sangat khawatir dengan kakaknya itu. Karena kakaknya memiliki gangguan skizofrenia yang memburuk akhir-akhir ini semenjak kejadian ayahnya.
Liam tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padanya. Tera seringkali mengalami halusinasi dan depresi yang bertambah parah akhir-akhir ini. Liam sangat takut Tera akan melakukan sesuatu yang bodoh.
Hingga Liam mendengar ada mobil yang datang, dia segera bangkit dan melihatnya. Ternyata itu Tera.
"Dari mana!? " cecar Liam pada kakaknya yang baru pulang itu.
"Apaan! Jangan ikut campur!" serunya kesal di tanya Liam dan pergi menaiki anak tangga menuju kamarnya, Liam hanya menatap langkah Tera menaiki anak tangga dengan tatapan yang ikutan kesal.
Perempuan itu benar-benar menghancurkan keluarga Liam. Wanita itu berusaha menguasai ayah Liam, saat dia gagal dia menyebarkan vidio tidak senonoh itu kepada Liam dan Tera, serta orang-orang terdekat mereka hingga menyebar dengan cepat kepada yang lainnya.
Sekarang mereka berdua lah yang menjadi korban sebenarnya. Ibu Liam sangat shock dengan kejadian ini hingga pergi meninggalkan mereka. Alhasil mereka harus hadapi permasalahan ini sendiri sekarang dengan keadaan depresi Tera yang terlihat semakin memburuk. Dia sering mendadak histeris dan menangis tiba-tiba. Malam ini pun dia kelihatannya tidak begitu baik.
...***...
Pagi-pagi Liam di kagetkan oleh teriakan asisten rumah tangga mereka. Liam segera berlari ke sumber suara. Alangkah kagetnya Liam saat melihat pemandangan yang sangat menakutkan.
"TERAAA!!! " teriak Liam keras dengan wajah shock dan ketakutan. Dia melihat Tera tergantung dengan Tali yang mengikat lehernya.
Liam merasa semakin kacau sekarang, saudara satu-satunya meninggalkannya sendirian. Hal yang paling Liam takutkan terjadi. Setelah ibunya, sekarang kakaknya, dia tidak punya siapapun lagi sekarang. Kenapa terlalu banyak skandal di keluarganya.
...***...
Liam tampak terus menangis di pemakaman kakaknya tersebut. Dia masih merasa ini mimpi, dia masih melihat Tera semalam, tapi tiba-tiba sekarang Tera sudah di makamkan.
Ayah Liam tidak memberitahu tentang kematian Tera pada ibunya, itu dapat di ketahui dengan absennya ibunya di pemakaman Tera. Dan ayah Liam sengaja memakamkan Tera di Jerman karena menghindari rumor di kalangan keluarga. Hingga sedikit keluarga yang dapat datang di pemakaman Tera.
Rasa benci Liam pada ayahnya semakin tidak terbendung lagi, apa lagi sekarang wanita penggoda itu datang ke pemakaman Tera, seolah-olah sedang menertawakan mereka. Dia menyusup diantara para pelayat, Liam sangat geram dengan kedatangannya. Tapi Liam tidak dapat berbuat apa-apa sekarang.
Setelah acara pemakaman selesai, merekapun pulang.
"Aku muak denganmu, pah. papa hancurin kita semua demi perempuan yang bisa papa dapatkan kapan saja di pinggir jalan. papa membuat aku kehilangan saudara ku satu-satunya. Aku membencimu!" seru Liam emosional. "Aku tidak mau tinggal di sini lagi," teriak Liam lagi.
"Liam berhak benci papa. Tapi, papa mohon jangan pergi. papa hanya punya kamu sekarang. papa janji untuk tidak akan mengulangi kesalahan itu lagi. papa mohon, kasih papa kesempatan untuk memperbaikinya," ucap ayahnya.
"Kau tidak pernah peduli dengan kami. Kau hanya laki-laki egois yang hanya tau tentang dirimu sendiri," ucap Liam tajam dengan mata yang terlihat sangat emosional dan basah karena air mata. Dia segera mendorong ayahnya keluar kamarnya dan membanting pintu kamarnya dengan keras.
Ayahnya hanya bisa mematung di depan kamar Liam. Sedangkan Liam di kamar hanya bisa meluahkan semua seorang diri, tidak ada ibu tempat dia mengadu, tidak ada kakak yang biasanya selalu menggoda nya dengan curhatannya. Semua benar-benar hancur di hidupnya sekarang.
"Aku membencimu laki-laki egois," rutuk Liam muda.
***
Sejak saat itu Liam tidak pernah mau menyapa ayahnya lagi, ayahnya benar-benar di jadikannya musuh. Ayahnya sudah mendekatinya dengan berbagai cara, tapi selalu gagal. Bagi Liam ayahnya adalah penyebab semua kekacauan ini. Ibunya pergi, kakaknya bunuh diri.
BERSAMBUNG...
Renata Auristela
Pagi-pagi sekali Renata sudah bangun, bersiap-siap dengan rutinitasnya di pagi hari. Sebelum pergi ke sekolah biasanya Renata mengerjakan pekerjaan rumah. Di rumah ini ada 3 keluarga yang hidup bersama.
Mereka hidup satu atap di rumah nenek Renata yang memang sekarang sudah menjanda sejak kakek Renata meninggal 10 tahun lalu. Jadi rumahnya sekarang ramai oleh anak bungsunya Ayu yang juga sudah menikah dan punya anak, serta Renata dan adiknya yang tinggal bersama nenek juga.
Karena hanya Renata yang sudah cukup besar dan mampu untuk bekerja, jadi pekerjaan rumah pun biasanya Renata lah yang banyak mengerjakannya, apalagi Renata dan adiknya di sana hanya menumpang semenjak di tinggal ibu nya yang entah kemana.
ya, semenjak ayah Renata meninggal karena gagal jantung, akibat shock atas kebangkrutan perusahaannya dan ibunya pun meninggalkan mereka bersama neneknya, demi mengejar kesenangannya sendiri.
Renata hidup bersama adiknya di rumah neneknya. Hidup Renata di tanggung neneknya dari hasil kebun dan jualan ketringan nya. karena itu, terkadang untuk mencukupi kebutuhan rumah ini, Ayu yang sudah bekerja lah yang menutupi kekurangannya, karena itu Ayu menjadi sangat vokal di rumah, dia dan suaminya seolah adalah pemilik rumah itu.
Renata kadang kesal selalu di suruh-suruh, sudah seperti babu mereka saja. Tapi Renata tidak punya pilihan lagi, ibu yang ia harapkan sudah terlalu sibuk dengan urusan dan dunia Nya. Mereka sudah tidak dianggapnya ada lagi, hanya nenek lah sekarang yang menjadi harapan mereka. Juga Ayu yang bekerja sebagai PNS dan suaminya yang seorang kontraktor.
Ayu juga sering kesal, melihat ibu Renata yang tidak memperdulikannya dan adiknya. Untuk melampiaskan kekesalannya dia sering kali mengomeli Renata dan marah-marah.
Seperti pagi ini, dia datang menemui Renata di dapur.
"Lihat nih vidio mami kamu sama suami orang. Gila ya dia, berani nyebar vidio dia sendiri kayak gini!" seru Ayu kesal.
Renata mengambil handphone Ayu itu dan melihat vidio itu. Terlihat di Vidio itu ibu nya sedang bermesraan bersama seorang laki-laki dengan sangat fulgar. Seketika jantung Renata rasanya berhenti berdetak, tak habis-habisnya ibunya membuat ulah. 'Ya tuhan, apa lagi ini. Aku sudah tidak sanggup lagi,' batin Renata. Renata segera berlari ke kamar, tidak ia pedulikan nenek nya yang baru datang dengan membawa adonan kue menyapanya.
Renata berlari ke kamar, di kamar Renata meluapkan semua, tangis nya pecah. Renata tidak punya siapa-siapa lagi selain ibunya tempat ia mengadu.
Dan sekarang itu yang di lakukan ibunya. 'Apa tidak bisa dia tidak membuat ulah, setidaknya biarkan aku memandang dia sebagai wanita terhormat karena ia ibuku, tapi itu pun tidak bisa ia lakukan,' batin Renata.
"Renata capek, Ma. Rere capek kayak gini terus. Kenapa Rere nggak punya mama kayak yang lain?" isak Rere sangat kecewa.
Sedangkan di dapur nenek dan tante Ayu nya masih mengobrol.
"Itu kenapa si Rere, Yu?" tanya nenek bingung.
"Ini, Buk. Mbak Lidya bikin ulah lagi, dia nyebar vidio mesumnya di group alumni dia. Ini untung cepet di hapus. Katanya di Jerman udah heboh, loh, buk," terang Ayu yang membuat nenek Renata mengelus dada.
Nenek segera menghampiri Renata di kamar yang memang dekat dapur dan kebetulan pintu kamar Renata pun terbuka, dia dapat melihat gadis itu tengah menangis kecewa. Dia menghampiri Renata yang terbaring dalam keadaan menangis.
"Udah, Re. Jangan terlalu di pikirkan tingkah mama mu itu. Kamu harus sekolah yang bener biar bisa mandiri cari kerja, kalau kalian mengharapkan ibu kalian, ya kayak gitu tingkahnya. Jadi kamu sekarang harus semangat sekolahnya dan cari kerja biar adikmu ndak jadi korban," nasehat nenek.
"Rere malu, Nek. Apa yang bisa Rere banggain dari diri Rere, semuanya Rere nggak punya. Miskin iya, Keluarga berantakan iya, terus mama sekarang kayak gitu pula ulahnya. Apa yang bisa bikin Rere berani menegakkan kepala di hadapan orang-orang, Nek. Semua Rere nggak punya," isak Rere sangat terpukul.
"Udah, Re. Sekolah aja yang bener, mungkin nanti masa depan kamu bisa bagus, kalo kamu punya pendidikan yang bagus," celetuk tante Ayu yang tengah berdiri didepan pintu kamar Renata.
Renata menatapnya. Walau dia bossy, tapi kadang masih bisa di jadikan keluarga, memang pada kenyataannya, hanya tante Ayu dan nenek lah yang ia miliki sekarang sebagai keluarga yang dapat ia andalkan.
***
Di lain sisi, di Jerman di kediaman Liam, tampak Liam yang terus mengurung diri di kamar. Bahkan saat makan malam pun Liam tidak turun, ayahnya pun mengantar makanannya ke kamar. Liam tengah tertidur di kamar. Tepatnya dia pura-pura tidur saat ayahnya datang. Dia sedang ingin sendirian dan tidak mau di ganggu dulu.
"Makan dulu walau sedikit," ucap ayahnya lalu beranjak akan pergi. Liam bangkit.
"Aku mau pulang, aku tidak bisa di sini lagi. Aku mau sama mama," ucap Liam tiba-tiba, hingga ayahnya menghentikan langkahnya sesaat dan setelah Liam selesai bicara, diapun kembali menutup pintu kamar Liam.
Frans bersandar di pintu kamar Liam, yang baru di tutupnya dengan memejamkan matanya. Dia tidak bisa mengendalikan Liam tanpa istrinya, tapi apa Anin mau kembali? Sekarang dia benar-benar tidak punya pilihan lain. Dia harus membujuk istrinya untuk kembali, dia tidak bisa menghancurkan Liam juga.
Dia segera mengambil handphone nya, dan akan menelpon Anin. Dia harus lakukan itu demi Liam. Liam sekarang anak tunggalnya, setelah dia kehilangan anaknya Tera. Hanya Liam harapannya sekarang.
Frans berjalan berlahan ke kamarnya, dia bersiap akan menelpon Anin sekarang. Dia menarik nafas panjang sebelum menelpon, Anin pasti akan marah besar padanya. Karena dia terlambat memberitahu kematian Tera, tapi dia harus hadapi itu. Dia sudah tidak punya pilihan lain lagi sekarang. Liam hanya menginginkan ibunya sekarang.
"Anin ... Tera sudah meninggal. Maaf aku tidak memberitahumu, karena aku tidak sanggup. Anin. Pulang lah, aku tidak bisa tanpamu. Kita akan kehilangan Liam juga jika terus begini. Anin aku mohon. Akan aku lakukan apapun, asalkan kau mau bersama kita disini. Aku tidak bisa tanpamu, semua berantakan. Aku mohon Anin," isak Frans dengan tangisnya yang pecah.
Sebagai seorang pria ini adalah titik terendahnya. Dia tidak pernah menangis tapi kali ini dia benar-benar sudah kehilangan arah.
Tidak ada jawaban dari seberang, antara istrinya sangat shock, marah dan tidak mau menemuinya. Atau tengah berpikir. Sudah lah tidak ada yang bisa dia lakukan, dia tidak mungkin menjemput istrinya ke Indonesia dalam keadaan Liam seperti ini. Mungkin sedikit waktu lagi akan dapat memperbaikinya.
BERSAMBUNG...
Ayah Liam terus berusaha menghubungi istrinya, hingga akhirnya diangkat.
"Anin, Pulanglah. Tera sudah meninggal. Aku tidak bisa mengatasi Liam tanpamu. Aku mohon kembali lah demi Liam," ucap Frans penuh harap.
Anin terduduk mendengar Tera telah meninggal. Dia memejamkan matanya dengan air mata yang terus membanjiri wajahnya. Dia tidak sanggup bicara lagi, ia segera mematikan sambungan telfonnya.
Anin ibunda Liam segera pergi berkemas untuk menemui Liam, dia lupa akan amarahnya pada Frans suaminya. Yang ada di pikirannya sekarang hanya Liam. Anak yang satu-satunya dia miliki sekarang. Sepanjang perjalanan air matanya tidak berhenti berderai, hancur hatinya tidak terkira.
"Tega kamu Frans tidak memberitahu aku tentang Tera," gumam Anin di pesawat sendirian seraya menyeka air matanya, untung penumpang di sampingnya sedang sibuk dengan headphone nya hingga tidak menyadari tangis Anin.
Di bandara Anin di sambut Frans, Anin dengan langkah terburu-buru segera masuk mobil tanpa sepatah katapun pada Frans dan wajah nya pun dingin. Frans paham dengan kemarahan istrinya. Dia pun membiarkan Anin dengan kemarahannya, sepanjang perjalanan mereka tidak terlibat percakapan sama sekali.
Saat sampai di rumah Anin segera berlari mencari keberadaan Liam di lantai atas kamar Liam. Di sana dia mendapati Liam tengah terbaring di ranjangnya, dia berhamburan ke arah Liam dan mendekap putranya itu. Seketika tangisnya pun pecah.
Anin tak henti-hentinya mencium wajah putranya itu, Liam yang baru bangun masih merasa kedatangan ibunya seperti mimpi. Dia segera tersadar bahwa itu bukan lah mimpi, ibunya benar-benar datang menemui Nya. Liam segera memeluk ibunya. Dan tangisnya pun pecah, banyak hal yang terjadi selama ibunya pergi, dia senang sekarang ibunya kembali.
"Mah, Liam takut. Kak Tera bunuh diri. Kak Tera udah nggak ada. Liam takut, Mah. Kak Tera tergantung di kamarnya, Mah," isak Liam di hadapan ibunya. Ibunya pun kembali mendekap putra nya itu.
Dia tidak menyangka Liam menyaksikan hal menakutkan itu sendiri dengan mata kepalanya. Dia paham dengan ketakutan Liam remaja itu. Tentu tidak mudah baginya melihat saudara meregang nyawa di hadapannya.
Mereka pun terisak bersama. Ayah Liam menyaksikan itu dari pintu kamar Liam, tanpa berani mendekat. Lalu beberapa saat, dia pun pergi meninggalkan Liam bersama Anin.
Ada rasa sesal di hatinya karena terlambat memberi tahu keadaan yang sebenarnya. Dia tidak menyangka jika Liam setakut itu ternyata.
Dia terus berjalan lunglai menuju ruang kerjanya. Frans berdiam diri di ruang kerjanya itu. Tampak ia tengah duduk di kursinya yang langsung menghadap keluar jendela kaca tersebut, tampak pemandangan yang memutih di luar sana, karena memang sekarang tengah musim salju.
...(Musim salju di Jerman)...
Pikirannya mulai menerawang jauh, ada penyesalan terdalam dalam dirinya atas semua yang telah terjadi. Tapi apa boleh dikata, semua sudah terlanjur terjadi. Dia harus kehilangan putrinya dan sekarang mungkin ia juga akan kehilangan putra dan istrinya.
"Aku akan benar-benar sendirian di usia senjaku, karirku berantakan, dan mungkin Liam dan Anin pun tidak akan mau menerimaku lagi," gumam Frans seorang diri. Matanya tampak nanar menatap. Dia benar-benar menyesali atas apa yang telah terjadi.
"Semua salah ku," sesalnya. Tanpa ia sadari ada buliran bening mengalir lembut dari matanya yang segera ia seka dengan cepat.
...(Frans ayah Liam)...
***
Di sisi lain, Mauren tampak sedang menikmati anggur merahnya dengan senyum puas.
"itu hukuman untuk mu, Frans. Aku tidak mau kau campakkan aku begitu saja. Kau harus membayarnya dengan harga yang pantas!" gumam Mauren dengan senyuman puas yang mengembang, seraya meneguk minuman Anggur merahnya, sekali lagi senyuman puas itu terukir.
"Aku bukan tisu bekas yang bisa kau campakkan begitu saja, Frans," gumamnya lagi dengan tatapan yang penuh dendam di matanya.
Dia sangat menikmati malamnya di kamar hotel bintang 5 tersebut, dari lantai 10 dengan view pemandangan kota Berlin yang tampak indah di malam hari itu.
...(Kota Berlin)...
***
Frans mencoba mendekati Anin yang tampak sibuk di kamar tamu. Anin tengah menyusun barang-barangnya dari dalam koper ke dalam almari. Frans dengan langkah ragu dan berlahan melangkah duduk di bibir ranjang dengan dengan tatapan ragu. Dia menatap Anin yang masih tampak sibuk dan berusaha mengabaikan keberadaan nya di kamar itu.
"Aku tidak punya hubungan apa-apa lagi dengannya. Vidio itu terjadi beberapa tahun lalu, saat hubungan kita memburuk waktu itu. Aku hanya tengah tertekan, dan dia datang di waktu yang tepat saat itu Anin. Setelah kita berbaikan, aku terus mencoba menjauhinya. Tapi dia ... tidak ingin melepaskan aku," terang Frans dengan tatapan nanar, "Dia meminta bertemu untuk terakhir kali. Aku ke sana karena aku pikir setelah itu kami akan sepakat untuk berpisah baik-baik. Aku tidak menyangka dia akan gunakan itu menjebak aku, Anin," terang Frans lagi. Tapi tidak ada reaksi apapun dari Anin. Anin tidak akan mau mendengarkan penjelasannya. Itu tampak dari Anin yang tetap beres-beres di kamar tanpa mau menggubrisnya sama sekali.
Frans merasa ini percuma. Ia merasa putus asa. Tidak ada yang bisa ia katakan lagi jika Anin tidak mau mendengarkan nya, ia pun bersiap beranjak pergi, tapi belum lagi ia melangkah keluar kamar, Anin sudah memanggilnya.
"Frans ... Kenapa kamu sembunyikan tentang Tera dari ku?" ucap Anin tiba-tiba dengan tatapan berusaha keras menahan air matanya.
Frans pun segera menghentikan langkah kakinya, dan menoleh pada Anin.
"Karena ... Aku terlalu banyak mengacau, aku hanya berharap ini mimpi buruk saja. Karir ku berantakan, aku di permalukan, dan kau ... Kau akan meninggalkan ku. Jika aku beritahu tentang Tera, aku takut kau akan membawa Liam pergi. Aku ... Aku kehilangan semuanya, demi satu momen yang sampah," gumam Frans yang tanpa sadar menitikkan air matanya. Anin tidak tahan melihatnya, ia pun berlari ke pelukan suaminya itu. Frans kaget dengan reaksi Anin.
Seburuk apapun dia, Anin tetap tidak bisa pungkiri jika perasaan nya pada Frans terlalu kuat untuk ia abaikan begitu saja.
"Kamu tidak sendirian, Frans. Aku akan bersamamu. Aku tidak akan meninggalkan mu lagi. Kita mulai dari awal lagi," bisik Anin. Frans tidak percaya ini. Dia mendapatkan kesempatan lagi setelah semuanya. Ia pun mempererat pelukannya dan memejamkan matanya di pelukan Anin.
"Terimakasih, sayang," bisik Frans pula.
Kali ini Anin kembali memberi Frans kesempatan. Frans berjanji di dalam hatinya untuk tidak mengecewakan Anin lagi. Kali ini ia benar-benar akan menepatinya.
Dia sudah cukup banyak kehilangan, kali ini ia akan mempertahankannya. Dia tidak akan mengacau lagi.
BERSAMBUNG...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!