NovelToon NovelToon

Legenda Raja Abadi

Dataran Akhir

Seorang lelaki tua kurus berdiri di tengah kabut. Pakaiannya putih, rambut dan jenggotnya yang tumbuh panjang juga memutih.

Tampak terlihat sangat lemah dan ringkih akibat berjuang dengan usia.

Di tangan kanannya ada bola mungil hitam yang sangat kontras warnanya dengan penampilannya. Bola itu hitam sangat pekat, seperti terus menghisap cahaya di sekelilingnya.

Bola itu dimainkan dengan jari-jarinya yang kurus kering dengan pelan dan asal. Sepertinya bola itu bisa jatuh kapan saja.

Namun bola itu sepertinya menempel erat pada jari tidak mau bergulir jatuh dari tangan lelaki tua itu.

Dia berdiri dengan tegap sangat kharismatik dan berwibawa terlihat seperti pendeta tao. Sesekali matanya terpejam cukup lama hingga membuka kembali.

Dia tetap dalam keadaan diam dengan kondisi mirip dengan meditasi pikiran.

Ketika matanya terbuka pandangannya mengembara ke kejauhan seperti melihat era demi era. Jauh di masa lalu, sekarang dan akan datang.

Padang berkabut, siapa pun tentu saja pasti tak akan bisa melihat ke arah kejauhan.

Namun dalam cekung dan keriput matanya, mata kecoklatan lelaki tua itu seperti telah melihat hal-hal tidak dapat dilihat oleh orang lain.

Diliputi oleh rasa keengganan, matanya tertutup sekali lagi, “Apakah ini adalah akhirnya”.

Bola hitam itu digenggamnya dengan erat dan kuat hingga urat-urat di tangan dan jemarinya bergeliat.

Dari belakang lelaki tua itu muncul bayangan seorang berjubah ungu cerah, kedatangannya membawa desir angin dingin yang kuat. Udara dingin datang seperti badai.

Namun lelaki tua itu tetap berdiri dan tidak terpengaruh oleh apa pun. Bahkan rambut dan jubahnya tidak bergerak satu inchi pun.

Getaran kehadiran sosok berjubah ungu cerah itu menghempaskan pepohonan dan semak-semak.

Bersama aura dingin, seketika itu juga lapisan es terbentuk menutupi kulit-kulit pohon dan dedaunan.

Beberapa saat kemudian angin mereda. Udara menjadi tenang kembali. Kabut berubah menjadi salju yang beterbangan. Dengan langkah pelan sosok berjubah ungu berjalan mendekati lelaki tua.

Lelaki tua itu tidak menghiraukan apa yang terjadi, dia tetap menutup kembali matanya.

***

Di sebuah dataran yang luas.

Seorang jenderal menghempaskan hammer besarnya ke tanah. Seketika tanah itu bergetar keras dan terjadi gempa. Dia memakai baju besi hitam berat. Badannya besar dan tegap.

Suara gemerincing baju besinya terdengar saat dia menggerakkan tubuhnya. Tangan kanannya meraih helm yang dipakainya lalu perlahan melepasnya.

Pertempuran yang baru saja berlangsung ini sangat panjang dan sangat menguras vitalitasnya.

Dia sengaja menggigit lidahnya untuk menolak rasa lelah dan payah. Dia terlihat bisa pingsan kapan saja.

Wajahnya penuh keringat dan darah. Dengan helm kelas tertinggi yang dipakai tentu saja pertahanannya tidak usah diragukan lagi.

Walau begitu pun pelipisnya masih berdarah. Bisa dibayangkan senjata apa yang dapat melukainya.

Sang jenderal itu menatap rekannya dan musuh-musuhnya yang telah mati, matanya terkunci pada dataran yang penuh lubang dan terkoyak. Di sana bergelimang dengan jutaan mayat terbentang.

Bendera-bendera perang terkoyak dan berserakan. Senjata-senjata dan harta-harta bergelimpangan berbalut darah.

Melihat keadaan seperti ini Sang Jenderal dan pasukannya harusnya akan sangat kaya raya oleh rampasan ini.

Tetapi benda-benda itu dibiarkan begitu saja seolah tak memiliki nilai apa pun.

Pedang Pembelah Bumi

Tombak Seribu Iblis

Zirah Skala Naga Ungu

Pil Reinkarnasi

Cincin Spasial dengan ruangan seukuran dunia

Dan masih banyak hingga ribuan jumlahnya. Semua barang-barang itu kelas surgawi, jika satu saja jatuh pada sebuah sekte pasti dalam waktu dekat akan menjadi sekte utama penguasa dunia.

Menjadikannya sebagai pengendali hidup mati sekte-sekte lainnya.

Belum lagi harta kelas tinggi di bawah kelas surgawi. Siapa pun pasti membuat tergila-gila hingga rela merebutnya walau pun dengan taruhan nyawa.

Suara langkah mendekati sang jenderal.

“Apakah akan berakhir hari ini?” Seseorang berpakaian hijau mendatangi jenderal itu sambil berkata. Dia memegang sebuah vas giok kecil dengan cahaya hijau yang berpendar redup.

“Aku harap demikian.” Jawabnya

“Telah kulepaskan semua yang aku punya dan sekarang aku dalam keadaan kering, kuberkahi dengan racunku mereka saat mengambil langkah mundur."

"Kuharap hal ini akan melemahkan mereka dan mengulur sedikit waktu. Setelah ini aku sudah tidak berguna lagi.” Dia berkata sambil menepuk pundak jenderal itu.

“Bahkan taring tua mu masih berguna, kau masih bisa menghujani mereka dengan gigimu dan memutuskan leher mereka satu per satu sebelum kepalamu lepas dari lehermu. Ha.. Ha.. Ha... “ Jendral itu tertawa terbahak-bahak.

Keduanya tertawa. Kemudian pria berpakaian hijau itu menatap ke arah gerbang. Tanah di depan gerbang meleleh berwarna kehijauan menjadi rawa-rawa menggelegak dengan kepulan asap gas racun.

Semua jasad mayat musnah menjadi abu. Menguap bersama gas racun. Hanya beberapa prajurit kuat yang bisa mempertahankan jasad tulangnya dari korosi racun yang kuat.

Untuk melintasi kembali tanah beracun ini musuh harus berupaya keras untuk mencari solusinya.

Tak bisa sekedar dilangkahi. Asap gas racun ini seolah punya kehidupan sendiri. Menyambar siapa pun yang mendekatinya, mengubahnya menjadi abu seketika.

Ini bukan racun biasa. Ini adalah racun surgawi yang dilepaskan oleh kultivator racun level surgawi. Dengan mengekstrak seluruh kultivasinya dan dibantu oleh senjata tertingginya, Myriad Death Vass.

Di atas gerbang akhir yang sebelumnya langit suram kini menjadi hitam pekat lagi saat awan gelap mulai berkumpul dengan kilatan-kilatan petir merah.

Suara gemuruh guntur saling sahut menyahut.

Keduanya kembali diam.

“Kita telah bertempur dalam serangan pamungkas ini selama hampir dua ribu tahun, hingga akhirnya sampai di titik ini. Segalanya menjadi terasa singkat”.

"Aku jadi ingat ketika pertama kali bertemu denganmu. Kau yang waktu itu ingusan dan bandel"

"Dan hei jangan lupa saat itu hingga hari ini kamu berutang setengah potong roti dariku dan kau belum membayarnya... "

Pria berjubah hijau berujar setelah beberapa saat.

“Yu Qing, semoga setelah kehidupan ini aku tidak akan pernah bertemu dengan dirimu lagi. Aku benci orang yang banyak bicara.”

“Ha Ha Haa....” Dia meresponnya dengan tawa yang terbahak-bahak hingga rahangnya seperti mau lepas.

Kembali hening.

Sang Jenderal mendengus. Dalam pertempuran panjang ini, saudara, sahabat, orang tua, putra, guru dan murid telah gugur satu per satu.

Bahkan istri dan satu-satunya putranya pun juga telah gugur di medan perang ini. Hampir semuanya merasakan seperti apa yang dia rasakan.

Namun hingga saat ini di dataran besar ini seakan hati mereka telah mati dan rasa kehilangan adalah hambar seperti tidak terjadi apa-apa.

Mereka semua seperti tidak perlu meratapi dan menangisi yang gugur. Semuanya sudah memahami alur dari perang ini dan bagaimana perang ini akan berakhir.

Mereka yang terjun ke dalamnya akan berakhir dengan kematian yang pasti. Hanya saja dalam waktu cepat atau lambat, tidak ada pilihan lagi.

Sang Jenderal meraih bendera yang jatuh kemudian menancapkan dan menegakkan kembali.

Bendera dengan simbol banteng yang kondisinya compang camping. Faksi banteng, satu diantara tujuh faksi dari pihak manusia yang mendukung perang.

***

Ini adalah dataran besar di ujung dunia.

Disebut Dataran Akhir. Dataran yang berseberangan langsung dengan gerbang Bangsa Yao.

Sejauh waktu berlalu pasukan besar ini telah berhasil memukul mundur musuhnya hingga ke kondisi ini.

Sejak seluruh dunia bersatu melawan pasukan Bangsa Yao. Semua sekte dan negara di dunia melupakan dan mengesampingkan permusuhannya.

Semua bersatu padu dalam tujuh panji besar menentang dan melawan pasukan Bangsa Yao.

Bangsa Yao masuk ke dunia Kabut Awan dan mengacaukan segalanya. Sifat dan keserakahan mereka telah menjadikan dunia mereka kering dan gersang.

Mereka perlu mencari dunia baru untuk ditambang segala-galanya hingga kering dan mencari dunia baru. Lalu menoleh dunia lain lagi untuk sasaran berikutnya.

Mereka tidak punya pilihan lagi. Mau tidak mau Bangsa Yao harus memangsa Dunia kabut Awan.

Karena dari dunia mereka sebelumnya hanya ada satu portal yang hanya mengarah ke Dunia Kabut Awan.

Mereka harus mati-matian masuk dan menguasai Dunia Kabut Awan baru kemudian bisa meloncat ke dunia lainnya.

Api hitam keluar dari Gerbang Akhir. Merayap membakar dan mulai mengeringkan kolam-kolam hijau racun. Racun di udara mendesis terbakar.

“Pemimpin Besar Bangsa Yao. Raja Abadi Yao Hu muncul” Yu Qing menyipitkan matanya.

Sosok gelap berwarna hitam muncul dari gerbang, ukurannya besar. Dia bertaring dan kepalanya memiliki delapan tanduk.

Dia menarik nafas hingga dadanya yang berotot mengembang besar kemudian menghembuskannya berupa api hitam ke arah kolam-kolam racun.

Itu adalah Api Gelap Abadi. Api yang dapat membakar segalanya.

“Raja Abadi Yao Hu telah terpancing keluar.” Yu Qing bergumam.

Bamm ...

Bamm ...

Bamm ...

Laskar Gagak menembakkan meriam artileri mereka ke arah Raja Abadi Yao Hu.

Meriam-meriam besar dengan formasi penguatan tertinggi ditembakkan bertubi-tubi. Suara ledakan sahut menyahut bergema. Ini adalah meriam-meriam dengan tembakan Bijih Es Abadi.

Laskar gagak telah mengantisipasi Raja Abadi Yao Hu mengeluarkan Api Gelap Abadinya.

Es ini juga bukan es biasa. Ini adalah Bijih Es Abadi. Laskar gagak memiliki 21 bijih dan menembakkannya sepuluh serangan secara langsung.

Gerbang Akhir sekarang membeku total. Bahkan ribuan prajurit kuat Bangsa Yao langsung membeku dan mati. Sebagian lagi langsung hancur menjadi serpihan kecil.

Tubuh Raja Abadi Yao Hu sebagian tertutup es. Serangan itu hampir tidak berdampak padanya. Dia hanya menjadi sebal dan akhirnya meraung keras.

Para prajurit dengan kultivasi yang tidak cukup seketika telinga mereka berdarah dan memekik kesakitan.

Raja Abadi Yao Hu mengabaikan es yang ditembakkan Laskar Gagak. Dia tetap menarik nafas panjang dan melepaskan apinya. Dia tahu prioritasnya.

Dia fokus pada pemusnahan racun Yu Qing meskipun kali ini pembakarannya menjadi sangat lambat akibat pembekuan area dari Bijih Es Abadi.

Tentu saja laskar gagak menembakkannya tidak untuk Raja Abadi Yao Hu. Mereka tahu melakukan itu padanya seperti melempar ranting kering pada batu karang.

Mereka menembakkannya ke Gerbang Akhir untuk memperlambat laju pembakaran racun oleh Api Gelap Abadi.

Walaupun bonusnya menghancurkan beberapa ribu pasukan kuat Bangsa Yao. hasil yang masih terbilang sangat layak.

“Tak semudah itu.” Sosok berjubah ungu muncul dari langit menodongkan pedang tipis dan meneriaki Raja Abadi Yao Hu.

Raja Abadi Yao Hu menghentikan nafas apinya lalu menyipitkan matanya memandang gadis berjubah ungu di langit.

"Fairy Bing"

Fairy Bing

"Saatnya menemani putrimu di sungai kuning" Fairy Bing mencibir

Raja Abadi Yao Hu mengeram. Dia memegang dadanya yang terasa sesak mengingat putrinya disergap dan dibunuh oleh Fairy Bing.

Peristiwa di Tahun Perang 1.520, penyergapan Kastil Black oleh Fairy Bing. Serangan terlicik selama peperangan ini. Dan sejarah memalukan bagi Bangsa Yao.

Aib abadi yang cukup membuat malu hingga reinkarnasi ketujuh.

Tangan Raja Abadi Yao Hu mulai membara, berapi-api dan berasap. Naluri mulai mengalahkan akalnya.

Matanya memerah menatap Fairy Bing seolah ingin meremukkannya menjadi bubur.

Empat bayangan muncul di belakang Raja Abadi Yao Hu. Mereka adalah raja abadi yang tersisa dari Bangsa Yao. Sosoknya tidak jelas karena semuanya memakai kerudung hitam.

"Cih.. " Fairy Bing menyarungkan pedangnya kembali dan terbang mendarat di sisi Sang Jenderal.

"Siap mati?"

"Wanita selalu datang membawa masalah." Sang Jendral menggumam.

"Sampai jumpa di sungai kuning. he.. he.." Yu Qing mengambil langkah mundur. Terbang seperti kilat ke barisan belakang.

Suara gemuruh menggema memekakkan telinga. Raja Abadi Yao Hu berlari ke arah Fairy Bing dengan kemarahan yang meluap-luap.

Rawa beracun dengan gas mematikan dia lewati dan langkahi begitu saja. suara desis di kulitnya membuktikan betapa kuatnya racun ini.

Namun masih belum dapat melukainya. Hanya memperlambat gerakannya dan menekan sebagian kekuatannya saja.

"Yang Mulia !!!" Keempat bawahan Raja Abadi Yao Hu berteriak.

"Jaga Gerbang, Jangan lintasi rawa beracun!" Raja Abadi Yao Hu berteriak lantang.

Racun cukup melambatkan gerak dan menekan kekuatannya. Namun ditekan sedemikian rupa pun dia adalah yang terkuat dari Bangsa Yao. Dia masih lincah dan garang.

Setelah hampir menembus area rawa beracun. Raja Abadi Yao Hu menekan kakinya keras ke tanah dan meloncat dengan kecepatan yang luar biasa ke arah Fairy Bing.

"Temui ajalmu!" dalam sepersekian detik Raja Abadi Yao Hu muncul di depan Fairy Bing dengan kepalan berapi-api.

Bangg...

Sebuah hammer besar menghantam tubuh sisi kanan Raja Abadi Yao Hu.

Raja Abadi Yao Hu tertunduk di tanah. Tangan kananya mencengkeram hammer dan menahan serangannya.

Sebuah tendangan dengan kecepatan hampir tak terlihat hampir mendarat di dagu Raja Abadi Yao Hu.

Namun tangan kirinya menahan kaki itu.

"Mengajak kakek ini bermain, huh?"

Hymne pedang bersinar terang saat Fary Bing mencabut pedangnya mengarahkan pada Raja Abadi Yao Hu. "Frost Counter!"

Aura dingin dilepaskan dari pedang Fairy Bing ke arah mata Raja Abadi Yao Hu.

Mulai dari Raja Abadi berlari hingga Fairy Bing melepaskan kekuatannya ini terlihat lama. Faktanya semua ini terjadi hanya dalam beberapa detik saja.

Csss...

Serangan Counter Frost Fairy Bing membawa dampak beku yang mematikan.

Seluruh Dataran Akhir menjadi beku. Suhu turun dan udara menjadi sangat dingin. Awan-awan mulai menurunkan hujan salju.

Raja Abadi Yao Hu memiliki fisik yang kekuatannya berada di tingkat mustahil untuk dilukai.

Kekuatan dan ketahanannya adalah nomor satu. Sejauh ini tidak ada satu pun senjata yang bisa melukainya.

Dengan raungan keras Raja Abadi Yao Hu melempar kuat Sang Jenderal.

Seketika gunung-gunung meledak sementara Sang Jenderal terguling-guling dan menciptakan lubang yang besar.

"Gila.."

Bammm...

Bammm...

Bammm...

Laskar Gagak kembali menembakkan lima Bijih Es Abadi ke arah kepala Raja Iblis Yao Hu. kelimanya mengenai tepat sasarannya.

Kekuatan dingin dari Fairy Bing membutakan sementara mata kiri ditambah aura dingin dari Bijih Es Abadi mulai melambatkan gerak dan menekan kekuatan Raja Abadi Yao Hu sekali lagi.

Fairy Bing mengangkat pedangnya. Sekali lagi hymne pedang muncul secara vertikal dengan sinar biru menembus langit.

Dari barisan belakang, pria jangkung berdiri di atas sebuah meriam mencabut sabernya.

"One slash to the death"

Tebasan api dengan derak petir melaju dengan cepat dan membesar sepanjang cakrawala.

Udara di belakang tebasan terbakar dengan kilat terbaut saat satu tebasan horizontal melaju dengan kecepatan kilat ke arah Raja Abadi Yao Hu.

"One slash for immortality" Fairy Bing berteriak lantang.

Tebasan Fairy Bing vertikal dengan cahaya biru seolah sinar abadi turun dari surga. Tebasan Fairy Bing adalah tebasan pamungkas dengan kekuatan dingin yang luar biasa.

Kedua tebasan itu terjalin menjadi satu menuju leher Raja Abadi Yao Hu.

Raja Abadi Yao Hu setelah terkena lima tembakan meriam Bijih Es Abadi menjadi lambat responnya.

Dalam waktu singkat dia tidak bisa memasang kendali kuda-kudanya dan memasang pertahanannya.

Satu-satunya hal yang bisa dia lakukan dengan waktu sependek itu adalah memiringkan kepalanya dan menerima tebasan terjalin itu dengan tanduknya.

Kemudian di saat yang hampir bersamaan satu anak panah melesat tak terlihat.

Crrkkkk....

Ssshtt....

Bamm....

Saat Tebasan terjalin jatuh di tanduk Raja Abadi Yao Hu dan sebuah anak panah melesat mengenai sasarannya.

Sebuah hammer besar turut menghantam menimpa kepala Raja Abadi Yao Hu.

Raja Abadi Yao Hu terhempas beberapa ratus meter dan terguling-guling.

"Fairy Bing ambil langkah mundur!" Sang Jenderal memberi isyarat.

"Bagaimana denganmu?"

"Seorang banteng akan selalu berada di barisan depan." Jawabnya dengan tanpa ekspresi.

"Bertahanlah sebentar lagi" Fairy Bing terbang melesat ke barisan belakang. Dia disambut oleh pria paruh baya tambun dengan simbol kura-kura di bajunya.

"Cepat minum pil ini. Pulihkan tenagamu untuk babak akhir!"

Tanpa basa basi Fairy Bing menelan beberapa pil kemudian dia duduk bersila mengatur sirkulasi obat, mengedarkannya ke seluruh tubuhnya.

Dari pihak Dunia Kabut Awan, hingga saat ini menyisakan delapan Raja Abadi sedangkan Bangsa Yao tinggal lima orang Raja Abadi saja.

Peperangan selama hampir dua milenium lamanya ini bisa dikatakan berhasil memukul Bangsa Yao hingga ke Gerbang Akhir.

Tentu saja selama proses panjang ini berapa banyaknya Raja Abadi, Prajurit Tier Heaven dan prajurit di bawahnya yang gugur tak terhitung dari kedua belah pihak.

Pria paruh baya menuangkan teh herbal dari pocinya. lalu dia duduk di kursi dan menyeruputnya dengan pelan.

Matanya mengunci dengan erat ke arah Raja Iblis Yao Hu.

"Hmmm... Akhirnya." Gumamnya.

Harrumph dingin terdengar dari kepulan debu. Raja Iblis Yao Hu menggeleng-gelengkan kepalanya.

Cukup pening rasanya diledakkan Oleh Bijih Es Abadi, tebasan vertikal horizontal dengan elemen panas dan dingin serta hantaman hammer Sang Jenderal.

Kepulan debu memudar. Raja Abadi Yao Hu berdiri dengan tegap. Namun ada sesuatu yang berbeda dari penampakannya.

Tangan kanan Raja Abadi Yao Hu memegang anak panah yang menancap di dada kirinya dan mata panahnya hanya berjarak setengah inchi dari jantungnya.

Jika dia terlambat memegang anak panah itu sudah bisa dipastikan jantungnya telah tertembus.

Kabar gembira bagi seluruh umat manusia. Tahun Perang 1921 Bulan Keempat Hari Ketigabelas.

Raja Abadi Yao Hu, pemimpin besar Bangsa Yao terkena panah menancap hampir menembus jantung serta kehilangan tiga tanduk. Manusia menyaksikan darahnya berwarna ungu tua mengalir dari lukanya.

Dicatat dalam sejarah perang kemanusiaan. Raja Abadi Yao Hu ditebas dan dilukai oleh empat raja abadi umat manusia.

Pemimpin Laskar Gagak

Pemimpin Laskar Banteng

Pemimpin Laskar Harimau

Pemimpin Laskar Ular - Fairy Bing

Serangan horizontal pria jangkung, Pemimpin Laskar Harimau mengiris tanduk hingga dahinya.

Serangan vertikal Pemimpin Laskar Ular, Fairy Bing mengiris tanduk dan dadanya.

Serangan Sang Jenderal, Pemimpin Laskar Banteng menghantam tanduk dan kepalanya.

Panah Pemimpin Laskar Gagak hampir menembus jantungnya.

Moral dan semangat prajurit dari pihak manusia menjadi terangkat sekali lagi.

Jutaan prajurit dari pihak manusia bersorak gembira. Ledakan soraknya bergema menembus langit.

URRRAAAA.....

URRRAAAA.....

URRRAAAA....

Menggema hingga terdengar ke seluruh penjuru Dunia Kabut Awan.

"Yang Mulia !" Raja Abadi Bangsa Yao dari gerbang berteriak.

"Tetap di sana! Jangan tinggalkan gerbang!" Raja Abadi Yao Hu berbicara dengan jiwanya ke pada empat raja abadi bawahannya.

"Sejauh ini aku benar-benar diperangkap seperti ini. Manusia memang tidak bisa dianggap remeh." Dia menggumam.

Dalam sekejap kabut turun dari langit. Raja Abadi Yao Hu segera menutup kelima inderanya. Kesiagaannya ditingkatkan sekali lagi.

Dalam kabut ini semua indra tak lagi berguna. Arah tak lagi ada. Gerbang Akhir tidak terlihat lagi.

Mungkin pikiran masih bisa berprasangka ke arah kiri untuk ke Gerbang Akhir. Namun, itu semua akan sia-sia. Semakin jauh melangkah akan semakin tersesat.

"Iblis Rubah ini, dan dia pasti di belakangnya..."

Raja Abadi Yao Hu membuka matanya. Di depannya berdiri seorang lelaki tua berpakaian putih.

Raja Abadi Yao Hu menggigit lidahnya hingga berdarah kemudian ambruk dan berjongkok memuntahkan darah ungu gelap.

Lelaki tua itu menyerang jiwa Kaisar Abadi Yao Hu. Lelaki tua itu menyeretnya ke dalam labirin besar.

Dalam dunia itu Raja Iblis Yao Hu terjebak dalam waktu 1.000 tahun dan mengalami segala macam siksaan pedih sebelum akhirnya dia bisa menemukan cahaya kebebasan dan meloloskan diri.

Meskipun di dunia yang sebenarnya hanya terjadi beberapa detik berlalu.

Lelaki tua itu berdarah dari sudut bibirnya dan telinganya. Darahnya menodai citra putih jubahnya. Dia terkena knock back dari serangan jiwa yang dia lancarkan.

Lelaki tua itu hendak jatuh. Namun kecantikan muncul di belakangnya mendukungnya.

"Anda baik-baik saja Leluhur?"

"Hanya tulang yang rapuh karena umur." Jawabnya dengan sedikit senyum.

Raja Abadi Yao Hu berdiri kembali. Dia tidak berkata-kata. Kekuatannya menurun drastis setelah serangan jiwa ini hingga menyisakan 20% nya saja.

Ditambah lagi dia masih terjebak dalam domain kabut ilusi. Dia tidak berfikir konyol untuk bergerak membuang-buang tenaga dalam domain ini karena hasilnya adalah sia sia.

Raja Abadi Yao Hu hanya berdiri menatap lelaki tua itu dan kecantikan di belakangnya dengan tatapan membunuh yang kuat.

"Raja Iblis Yao Hu, kamu tahu benda apa ini?"

Raja iblis Yao Hu terbelalak dan seakan tubuhnya meloncat karena kaget. Jiwanya serasa meninggalkan tubuhnya. Seketika kepalanya kesemutan dan mati rasa.

Bola hitam dimainkan di sela-sela jari lelaki tua itu.

"World Seed" Raja Iblis Yao Hu memejamkan matanya sambil menghela nafas panjang.

"Apakah bisa diakhiri?" Lelaki tua itu tersenyum.

"Sesuai kehendakmu, pemenang berhak mengambil segalanya." Raja Abadi Yao Hu membuka matanya dan menatap lelaki tua dengan tajam.

Tatapannya penuh kemarahan, kebencian dan menolak kekalahan.

"Maka terjadilah."

Bola itu melesat maju dengan kecepatan tak terlihat ke arah Raja Abadi Yao Hu.

Pencari Jamur Kayu

Seorang pemuda bersandar di bawah pohon rindang dengan santai. Pakaiannya sudah hilang warnanya hingga terlihat serat-seratnya karena begitu lamanya dipakai dan sering dicuci.

Namun tidaklah lusuh, melainkan masih terlihat baik dikenakan karena sangat terawat. Lebih terkesan sebagai pemuda yang sederhana, namun lebih tepat dia dikatakan sebagai pemuda miskin.

Di sampingnya ada keranjang besar berisi penuh jamur kayu yang beraneka ragam jenis.

Pemuda itu menguap, sedikit meregangkan badannya. Menjawab lelahnya bekerja keras mencari jamur herbal dari pagi sampai sore hari.

Dengan sebuah nafas panjang dia berganti pose dari mode duduk bersandar menjadi mode rebahan.

Sebuah buku tua yang hanya beberapa lembar tersisa ditengkurapkannya ke wajahnya, bermaksud mengurangi terik cahaya saat matanya mau dipejamkan.

Dia mencoba mengistirahatkan total badannya. Dia terlelap.

Jika sekilas dilihat, sampul buku tua itu berjudul “Awal Era Baru”. Dilihat dari kualitas dan cetakan buku ini sangat tua.

Pemuda ini membelinya di pasar setelah menjual jamur-jamurnya. Dia pada mulanya berpikir dan penuh keyakinan bahwa harga buku ini masih bisa dia jangkau.

Namun jika dipikir-pikir kembali setelah buku dia pegang kemudian berjalan langkah demi langkah barulah sedikit sadar.

Harganya sebenarnya termasuk sangat mahal untuk sebuah buku tua dengan halaman yang sangat tidak lengkap. Yang hanya menyisakan beberapa lembar saja.

Namun akhirnya dia membelinya, selain dia tertarik dengan buku-buku karena dia punya hobi membaca.

Alasan dia mau beli sebenarnya dia karena tergerak hatinya. Pemuda berhati lembut yang tidak tegaan.

Penjualnya waktu itu adalah seorang nenek tua dengan cucu kecilnya. Dia hanya tak sanggup membayangkan kehidupan miskin nenek tua itu. Karena dia sendiri sangat merasakan kesusahan rasanya seperti apa.

Perkataan nenek tua penjual buku kembali terngiang di kepalanya.

“Nak, ini peninggalan dari kakek buyutku. Pada mulanya buku ini utuh, sekarang hanya menyisakan beberapa lembar saja.

Sebenarnya buku ini berharga karena seperti menjadi warisan dari keluarga kami. Namun memberi makan cucu kecilku ini saat ini lebih penting. Tolong bantu nenek ya anak manis!”

Maka tak menunggu waktu lama dan basa basi terbelilah buku itu.

Sekian waktu berlalu, pemuda itu terbangun dan menyingkirkan buku yang menutup wajahnya. Dia bergumam.

“Awal era yang baru?.. Hmm... “

“Buku ini terlihat seperti cerita pengantar tidur. Seperti sajak-sajak dan rasa-rasanya ceritanya terlalu berlebih-lebihan.”

Tentang umat manusia yang memerangi iblis, pertempuran beratus-ratus tahun, heroik dari tokoh-tokoh pahlawan. Hingga kebaikan mengalahkan kejahatan.

Ah, seperti cerita pada umumnya. Kemudian dia memegang dahinya sendiri.

“Hahaha.... “

“Walah walah... Aku menghabiskan hampir separo tabunganku untuk hal ini.” Matanya berlinang dan air matanya mulai mengucur.

Impian dia bekerja keras,menghasilkan uang, hidup super hemat dan menabung adalah dia ingin sekali pergi ke desa sebelah.

Desa yang lebih besar untuk mendaftar pada salah satu sekte di sana. Dia berharap diterima dan dari sana dia memulai kehidupannya.

Dia tidak berharap banyak menjadi tokoh besar di sana nanti. Dia sangat menyadari keterbatasannya.

Baginya menjadi anggota terluar sekte tidak masalah. Asalkan bisa mendapatkan kehidupan yang lebih baik.

Itu saja harapannya, bagi seorang pemuda miskin tanpa latar belakang apa-apa baginya itu sudah sangat realistis.

“Yossh... Waktunya pulang”

Dia dengan sigap berdiri, dilemparkan buku tua ke keranjang. Dengan sebuah sambaran cekatan keranjang sudah hinggap di punggungnya.

Matanya menatap ke arah jalan pulang, sayu namun gemilang tekad kuat terlihat dari warna cahaya matanya.

Dia melangkahkan kaki dan pulang, kembali ke rumahnya.

Dia adalah Mao Yu, usia 16 tahun. Pemuda miskin dari sebuah desa kecil yang hanya terdiri dari tidak lebih 20 rumah saja.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!