Saraswati seorang anak pengacara ternama yang ada di negaranya yaitu Indonesia. Dia sering di panggil Saras, anak pak Wijaya kusuma, orangnya berwibawa tegas dan cuek.
Ia mempunyai tiga anak, mungkin Saraswati adalah anak ketiga dari saudara laki-lakinya.
Dia baru saja lulus kuliah, dan Papahnya berharap Saraswati bisa melanjutkan kariernya sebagai pengacara seperti dirinya.
Dia terkenal anak periang, namun bisa juga bersedih atau menjadi pendiam. Dia cantik banyak pria yang mau menjadi kekasihnya. Namun Saras tidak menerima sembarang pria, dia mencintai satu pria namun belum pasti mereka pacaran, bisa di bilang lagi pedekate.
"Saras, mau ke mana kamu? tanya mamah Widya.
"Saras ijin mau kerumah teman, karena dia sendirian di rumahnya, Saras janji pokoknya nanti sore langsung pulang setelah orangtua teman Saras pulang.
"Baiklah sayang, jangan telat nanti papahmu marah" teriak mamah Widya.
"Iya mah" balas Saras.
Saraswati pergi meninggalkan rumahnya, ia melajukan mobil merah miliknya.
🌾🌾🌾
Di rumah Frenkie
Mamahnya terus-terusan mendesak anaknya segera membawa calon istri agar dirinya tidak di gosipkan sebagai GAY.
Namun Frenkie tidak menghiraukan ucapan orangtuanya. Mungkin sudah menjadi makanan sehari-hari telinganya.
Gosip itu tersebar luas bahwa Frenkie suka sesama jenis, membuat semua wanita enggan untuk mendekatinya.
Wajah tampan, tubuh tegap tinggi dan badan kekar dan dingin. Namun dia selalu cuek kepada setiap wanita, dirinya bukan tidak tertarik kepada wanita melainkan dirinya malas karena semua wanita di matanya hanyalah menyukai harta bukan ketulusan hati mencintainya.
"Sayang, segeralah menikah biar semua gosip yang tersebar luas tidak terus-terus mengalir di telinga mamah" tegas mamah Aayushi.
"Hmmm, nanti juga Frenkie membawanya kerumah. Jangan terlalu percaya sama ucapan orang yang menyebarkan gosip mah" balas Frenkie cuek dan langsung keluar rumah.
"Anak itu susah banget di omongin, padahal mamah malu banget setiap keluar rumah selalu saja ada berita bahwa kamu seorang gay" desis mamah Aayushi. Sambil melihat anaknya pergi meninggalkan rumah membawa mobil hitam mewah miliknya.
Frenkie dua bersaudara, dia adalah anak kedua dari orangtuanya, Kakaknya perempuan yang kini sudah menikah dan baru saja pulang berbulan madu dari Singapura.
Usia frenkie memasuki 28 tahun, namun ia masih sibuk sendirian mengurus bisnisnya yang kini sedang melejit.
Frenkie frustasi ia kesal, harus kemana cari wanita yang mau dia jadikan istri untuk membuktikan kepada semua orang bahwa dirinya pria sejati pada umumnya.
"Ah sial" mobilnya berhenti di sisi jalan, ia memukul stirnya dan membuka pintu mobilnya.
Setelah itu dia turun dan duduk diam di depan mobil miliknya.
"Bagaimana membuktikan kepada semua orang bahwa gue bukanlah GAY, dalam waktu dekat ini, sial banget hidup gue" Frenkie berdecak kesal.
Dirinya merasa sangat pusing, orang kantor selalu menggosipkan dirinya di belakang bahwa bos besarnya seorang GAY.
🌾🌾🌾
Di dalam mobil Saraswati.
Saras mengemudi dengan sangat serius, ia menerima pesan dari sahabatnya, dia sedang menangis dan bilang ingin bunuh diri. Membuat dia langsung mendatangi rumah sahabatnya itu. Saras khawatir takut terjadi hal yang tidak di inginkan dengan sahabatnya.
"Damini kamu ini kenapa sih, ada saja masalah yang menimpamu" desis Saras.
Kini ia tiba di depan rumah sahabatnya, klakson ia langsung bunyikan supaya damini keluar rumah. Namun sudah beberapa menit tidak ada tanda-tanda keluar sahabatnya itu, membuat Saras sedikit cemas. Ia keluar dari mobil dan melangkah masuk ke dalam rumahnya.
Kebetulan pintunya tidak di kunci membuat Saras langsung menerobos masuk. Ia menuju ruang kamar Damini, terdengar isak tangis dari luar dan terlihat pintu kamarnya tidak di tutup rapat.
Saras kaget melihat kondisi Damini kusut yang sulit di artikan. Ia merasa heran ada apa? dan kenapa sahabatnya bisa seperti ini.
Saras langsung membuka pintu, Damini merangkul Saras yang kini sudah ada di rumahnya.
"Kamu kenapa?" tanya Saras hati-hati.
Damini masih tetap menangis dan tidak menjawab ucapan Saras.
🌾🌾🌾
Di kantor
Frenkie, kini sedang sibuk mondar-mandir di depan meja kerjanya. Dirinya bingung mamahnya terus menghubunginya mengingatkan bahwa dalam Minggu ini frenkie harus segera membuktikan bahwa dirinya bukanlah GAY.
"Kenapa coba harus dalam waktu sedekat ini!" desis Frenkie ia lalu kembali duduk membawa hati tidak tenang.
"Gue janji, bila ada seorang wanita yang ingin gue buktikan sebagai calon istri, gue akan menciumnya di hadapan media biar mereka puas" desis Frenkie sambil mengepalkan tangannya.
🌾🌾🌾
Rumah Damini.
Masih seperti tadi, Damini menangis meraung, Saraswati hanya bisa mengusap punggungnya sambil memeluk Damini secara halus.
Hingga akhirnya, Damini angkat bicara, ia mulai menatap Saras dan kemudian dia menangis lagi. Membuat Saras tidak mengerti dan langsung menanyakan kepadanya.
"Saras" ucap Damini bergetar.
"Iya Damini, bicaralah mungkin aku bisa membantumu" balas Saras.
"Lihatlah ini?" Damini memperlihatkan tespek yang ada di tangannya, terlihat dua garis merah di depan matanya jelas sekali dua garis itu.
Tangan Saras langsung mengambil tespek itu dengan mata melotot kaget. Ia masih tidak percaya dengan tespek yang kini di serahkan Damini kepadanya.
"Kamu ha...mil" gugup Saras.
Ucapannya di angguki Damini sambil mengeluarkan air mata yang sangat deras dari matanya. Lingkaran mata hitam di pelupuk are mata membuat Saras syok dan tidak menyangka.
"Kenapa ini bisa terjadi? siapa pria yang menghamili kamu?" tanya Saras tegas.
"Davin, dia yang telah menghamiliku" balas Damini.
"Da..vin! kenapa bisa dia? apa kamu mempunyai hubungan dengannya?" tanya Saras.
"Iya kami punya hubungan khusus, kami sudah menjalin hubungan ini sudah mau hampir setahun, tolong maafkan aku Saras" ucap Damini.
Sorot mata Saras menatap kosong kedepan, ia syok berat mendengar pengakuan sahabatnya karena telah hamil sama pria yang sudah lama Saras sukai. Dan sampai saat ini Saras masih dekat dengannya, ia berpikir Davin mencintainya hingga ia berjanji akan membuktikan cintanya itu sungguhan.Tapi setelah mendengar Davin punya hubungan sama sahabatnya dan sudah menjalin hubungan serius sampai dia menghamili sahabatnya, membuat isi hatinya hancur.
"Kamu tau? pria itu bilang bahwa dia sangat mencintai diriku dan akan segera membuktikan cintanya pada Papahku dalam waktu dekat ini.
Tapi setelah kamu mengaku begini, kepercayaanku pada dirinya hilang dan syukurlah aku tidak jadi menerima cintanya.
"Apa maksudmu Saras" Damini menatap sendu pada sahabatnya itu.
Tidak perlu penjelasan Damini, semua sudah jelas bahwa pria itu brengsek, dia hanya ingin menghancurkan wanita saja.
"Aku, kecewa sama kamu Damini. Kamu tau aku mencintai Davin tapi nyatanya kamu yang telah menjalin hubungan dengannya tanpa aku tau?" desis Saras ia langsung keluar kamar sahabatnya.
Hatinya sangat hancur, sahabat yang ia percaya selama ini, tega menghancurkan kehidupannya. Padahal Damini tau, Saras lagi pedekate dengan Davin. Tapi kenapa Damini tidak jujur mengenai hubungannya dengan Davin. Namun di sisi lain ia merasa bersyukur bahwa tanpa tau hubungan gelapnya dengan Damini dia korban berikutnya.
Ia langsung meninggalkan Damini yang kini hanya mematung mencerna ucapan Saras dan melihat sahabatnya pergi dari rumahnya. Membuat ia merasa sangat bersalah, dan sekarang orang yang sangat dekat dengannya pergi dan sudah membencinya.
"Saras maafkan aku yang tidak jujur selama ini, aku mencintai Davin dan aku tau kamu mencintai Davin juga, hingga aku rela berhubungan intim dengannya supaya aku miliki dia seutuhnya. Namun sekarang Davin hilang entah kemana dia, dasar pria brengsek" desis Damini.
🌾🌾🌾
Saras membawa luka hati ke rumahnya, ia melihat jam tangannya waktu sudah sore dan dia harus segera pulang sebelum kena marah papahnya.
Kini Saras sudah sampai rumah, dan ternyata Papahnya sudah ada di rumah. Dia memasang wajah tajam ke arah anak wanitanya.
"Habis dari mana saja kamu haaah" tanya Pak Wijaya.
"Dari rumah teman Pah, dia lagi sakit dan ingin di jenguk Saras!" balas Saras pelan.
"Ya sudah kamu sekarang ke kamarmu, jangan pernah main keluyuran lagi tidak baik buat seorang wanita" desis Pak Wijaya.
"Baiklah Pah, Saras ke kamar dulu" ucap Saras.
Mamahnya yang melihat anaknya sudah pulang membawa wajah sedih langsung mengikutinya ke kamar.
Setelah beberapa menit Saras menangis diam di kamarnya. Ia meringkuk di kasur sambil terisak tangis. Mamah Widya langsung menghampirinya dan menanyakan ada apa dan kenapa? pada anaknya ini.
"Sayang, kamu kenapa menangis tidak seperti biasanya?" tanya mamah Widya lembut.
Tak lama ada suara ponsel Saras berdering di tasnya.
Melihat kondisi anaknya yang mendiamkan suara ponselnya, mamah Widya kemudian membuka tas kecil milik anaknya untuk melihat siapa yang menghubungi.
Setelah membuka tas kecil Saras, mata mamah Widya membulat dan melotot melihat tespek garis dua terlihat jelas ada di tas Saras.
"Kamu hamil" ucap mamah Widya membuat kaget Saras yang kini sedang terisak tangis. Mendengar ucapan mamahnya Saras langsung bangun dan melihat mamahnya memegang sebuah tespek garis dua di tangannya.
Saraswati terperajat sangat kaget. Matanya membulat melihat ada tespek di tas miliknya, Mamah Widya langsung menanyakan tespek itu.
"Saras, apa kamu hamil? Jawab Mamah sayang, apa kamu hamil?" tanya Mamah Widya bergetar sambil memegang tespek yang ada di tangannya.
"It-u, bukan punya Saras mah," jawab Saras gugup.
"Tapi ini ada di tas kamu! Mana mungkin tespek orang lain nyasar ke sini, Mamah tidak menyangka sama kamu," pekik Mamah Widya menangis.
Saras termangu, tidak mengerti kenapa tespek punya Damini ada di dalam tas miliknya. Setelah Saras berpikir agak lama, Saras tidak menyimpan tespek itu pada tasnya. Melainkan segera di menyimpannya di meja kamar Damini. Tapi kenapa tespek itu ada di dalam tasnya, Saras heran dan tidak mengerti.
"Apa Damini yang menyimpan tespek ini ke dalam tasku," batin Saras
Ini adalah bencana untuknya, bagaimana Saras harus menjelaskan kepada orangtuanya sendiri. Semua orang pasti tidak akan percaya tespek itu adalah bukanlah miliknya, ini adalah akhir kehidupan Saras dari segalanya, termasuk reputasi semua pasti akan di cabut oleh Papahnya.
Saras termangu, dia tidak bisa berkata apa-apa lagi mengenai hal ini, berusaha menjelaskan semuanya juga pasti tidak akan ada yang percaya kepada dirinya.
"Bodoh sekali kamu Saras, tespek Damini kamu bawa, sial banget" gumam Saras dalam hatinya.
"Mah, itu tespek punya Damini, bukan punya Saras," terang Saras sambil terperajat dari tempat tidurnya.
"Ada apa ini ribut-ribut," pekik Pak Wijaya datang ke kamar Saras.
Deg-deg-deg
Jantung Saras berdegup kencang, fia takut Papahnya murka dan sudah pasti semua orang yang ada di dalam rumahnya salah paham terhadapnya.
Pak Wijaya melihat tespek di tangan istrinya, dia segera menghampiri Saras matanya membulat melihat tespek di tangan istrinya garis dua.
"APA INI SARASWATI PARIHAR?" pekik Pak Wijaya berteriak.
"Itu, tespek Pah," jawab Saras.
"Kamu hamil di luar nikah! Sungguh memalukan," desis Pak Wijaya menghampiri Saras yang tengah bergetar di atas kasur.
"An-u Pah," pelan Saras.
"ANU ANU ANU APAAN? IYA KAMU SUDAH ANU ANUAN SAMA SEORANG LAKI-LAKI IYAKAN SARASWATI?" pekik Pak Wijaya kembali.
"Tidak, itu bukan punya Saras, itu punya Damini. Saras mungkin lupa telah membawa tespek itu dan memasukkannya ke dalam tas Saras," sahut Saras menundukan kepalanya.
"Tidak masuk akal sekali kamu Saras, Papah tidak mau tahu sebaiknya kamu keluar dari rumah ini sekarang juga, masukan ke dalam koper dan pergi dari rumah ini. Ingat semua pasilitas Papah sita! Papah tidak mau semua wartawan mengetahui bahwa anak perempuan seorang pengacara hamil di luar nikah. Jijik sekali Papah punya anak yang tidak bisa menjaga kehormatannya sendiri," seru Papah Wijaya.
"Tidak Pah, kasihan Saras," ucap Mamah Widya memohon kepada suaminya.
"Tidak ini keputusan yang sudah Papah buat, dan kamu Saras Papah coret dari daftar hak waris keluarga. Serta di coret dari kartu keluarga! KELUAR SEKARANG JUGA," hardik Pak Wijaya.
Saras tercengang kemudian dia menangis, Saras tidak percaya dengan semuanya. Hanya karena tespek yang tiba-tiba saja ada di dalam tas miliknya, semua orang salah paham, masalah tespek itu jadi seribet ini, sungguh malang nasib dirinya.
"Cepat sered dia keluar, aku sudah muak melihat wanita murahan seperti dia, untuk apa Papah memberi gelar padamu, dan hanya satu detik kamu menghancurkan kepercayaan Papah," hardik Pak Wijaya. Dia langsung keluar kamar Saras setelah menyuruh Saras pergi dari rumahnya.
Saras menangis, dia segera memasukan semua bajunya ke dalam tas. Saras mengusap air matanya kembali, dia pikir Papahnya tidak main-mian sama ancamannya itu. Dalam batin Saras dirinya tidak boleh rapuh, Saras sudah berjanji dirinya akan membuktikan bahwa semua ini hanya kesalah pahaman saja.
Menjelaskan dengan panjang lebar saja Papahnya tidak akan mudah percaya kepada dirinya. Ini semua gara-gara tespek Damini, hidup Saras jadi kacau dan tidak ada arah tujuan lagi.
Mamah Widya menangis, memohon untuk tidak mengusir Saras dari rumah megah miliknya. Namun, keputusan Pak Wijaya Sudah bulat dan tidak akan mengubah keputusannya begitu saja.
Saras pun pergi meninggalkan rumah miliknya yang penuh kenangan di masa kecil hingga sekarang. Saras melihat jam di pergelangan tangannya waktu menunjukan pukul sebelas malam. Di rumah Mamah Widya sangat khawatir kepada Saras, Pak Wijaya marah segera menyered istrinya ke dalam kamar untuk tidak mengejar Saras yang telah pergi di usir dari rumah.
Sipat Pak Wijaya memang kasar, jadi untuk apalagi Saras menjelaskan semuanya, Papahnya tidak anak mengubah keputusan yang telah dia buat sendiri dengan mudah.
Malam ini tidak tahu arah dan tujuannya ke mana. Saras pun menangis sambil berjalan di tepi jalan sendirian. Dia tidak tau arah tujuannya kemana sekarang, Saras sudah pasrah menjadi gelandangan.
Sekitar dua ratus meter dari jarak Saras berada. Dia melihat jembatan yang cukup tinggi nan panjang, Saras menatap jembatan itu sambil menangis dan berjalan ke arah jembatan.
"Baiklah, mungkin aku harus manjat jembatan ini. Lalu, aku akan terjun bebas ke bawah sana. Apalah daya di dunia ini sudah tidak ada lagi yang peduli sama aku," tangis Saras pun pecah di keheningan malam.
Di dalam mobil Frenkie melihat sosok wanita yang sedang berdiri di tepi jembatan. Kebetulan dirinya lewat jalan sana, mendapati Saras yang sudah naik ke atas jembatan. Mobilnya berhenti secara mendadak, seketika juga Frenkie keluar mobil. Saras berteriak sambil menangis membuat Frenkie heran.
"Malam-malam begini ada wanita berteriak, sudah gila itu orang," ujar Frenkie sembari menghampiri Saras yang tengah berteriak di jempatan.
"Tapi kalau aku bunuh diri, terus gak jadi matinya bagaimana! Siapa yang mau meolong aku nanti, ini sangat membingungkan," ujar Saras sembari bergetar melihat ke bawah jembatan.
"Hei kau, turunlah buat apa kamu tengah malam begini teriak-teriak seperti orang gila. Dan juga kamu manjat seperti monyet saja," celetuk Frenkie teriak.
Saras langsung melirik ke arah belakang dan terdapat Frenkie sedang bersandar di depan mobil mewah miliknya, tangannya melipat di depan dadanya.
"Apa kamu bilang! Sembarangan saja kamu ngatain aku monyet. Tuan muda tolong jaga ucapanmu," pekik Saras memincingkan matanya. Frenkie pun hanya tertawa melihat tingkah laku Saras.
"Turun, dasar wanita tidak punya pikiran, memangnya setelah kamu mati masalah hidupmu akan kelar," sahut Frenkie.
"Jangan so tahu, aku di sini mau bunuh diri, tapi aku takut juga melihat kebawah rasanya aahh sudahlah," ucap Saras dan segera turun dari atas jembatan.
"Cepat kamu masuk ke dalam mobil," ujar Frenkie seraya menarik pergelangan tangan Saras masuk ke dalam mobil.
"Apa-apaan kau ini, lepaskan aku, jangan-jangan kamu penculik! Hayo ngaku?" seru Saras.
Frenkie tidak banyak pikir, dia segera membawa saras ke dalam mobil dan segera menghidupkan mesin mobil.
"Kau sudah gila, tolong berhenti aku mau keluar," pekik Saras di dalam mobil.
"Silahkan keluar, jika kamu memaksa untuk keluar! Mobil ini semakin ngebut kencang," desis Frenkie.
"Pria gila, kau penculik, akan aku melaporkan kamu ke polisi," ancam Saras sambil menunjuk tangannya ke arah Frenkie.
"Wanita miskin kayak kamu mana mungkin di percaya," ucap Frenkie.
"Apa-apaan kau ini, orangtuaku kaya raya, dia seorang pengacara, asal kamu tau kamu bisa saja di hukum atas penculikan ini," desis Saras.
"Lupakan tingkah khayalan mu itu, terlalu tinggi, mana ada anak pengacara bisa berkeliaran malam-malam begini, sambil membawa tas kumel kayak begitu," seru Frenkie mengejek.
"Dasar pria gila, kau bilang ini tas kumel, dan aku cuma menghayal! Akan aku buktikan ini photo keluargaku, sebentar ponselku ada di dalam tas. Setelah kamu tau bahwa aku adalah anak pengacara ternama siap-siap saja kamu akan aku gantung," ujar Saras emosi.
Tangannya membuka tas yang ada di pelukannya. Namun, tidak ada sama sekali ponsel, Saras terdiam dan baru saja ingat ponsel miliknya tidak dia masukan ke dalam tas, melainkan ada di atas kasur.
"Sial banget malam ini, mana bisa aku memberi bukti" gumam Saras.
"Mana ponselmu, ponsel saja kamu tidak punya apalagi keluarga kaya, sekarang kamu ikut aku, kita akan pergi menuju apartemen milikku.
Saras hanya bisa terdiam dan sudah pasrah, entah apa yang akan terjadi selanjutnya pada diri Saras. Pria itu membawa Saras pergi ke apartemen. Entah apa yang akan di lakukan pria itu pada Saras.
Saras yang masih terdiam sambil memeluk tas yang di bawa dalam dekapannya. Frenkie tersenyum kecut sambil terus menyetir mobil dengan sangat serius menatap ke arah depan.
Sepuluh menit telah berlalu, akhirnya mereka telah tiba di parkiran apartemen miliknya. Frenkie sengaja tidak pulang ke rumahnya karena akan menimbulkan masalah rumit untuk Saras yang dia bawa.
"Ayo turun, kita sudah sampai," ucap Frenkie dengan nada dingin, Saras masih termangu memeluk tas di dalam dekapannya.
Frenkie membuka pintu mobil, lalu dia berlari kecil membukakan pintu mobil untuk Saras.
"Ayo keluar, ini sudah malam apa kamu tidak mau keluar dan memilih tidur di dalam mobil," ucap Frenkie membujuk.
"Tidak mau, kau penculik," seru Saras melirik sinis ke arah Frenkie. Frenkie pun menghembuskan nafas pelan.
"Kau ini banyak alasan saja," Frenkie segera menggendong Saras menuju apartemen. Kebetulan ada satpam penjaga, dia melihat Frenkie menggendong seorang wanita cantik turun dari mobil. Satpam itu memasang wajah kaget.
"Apa yang aku lihat itu benar, Pak Frenkie membawa seorang wanita ke sini," ujar Pak Satpam, sambil mengucek-ngucek matanya mengedarkan pandangannya ke arah Frenkie yang sedang menggendong Saras. Tidak lama, Pak Satpam itu menghampiri Frenkie dan segera menanyakan perihal Saras.
"Pak, ini pacar Anda bukan?" Tanya Pak Satpam. Saras yang mendengar pertanyaan itu merasa kaget, tapi tidak dengan Frenkie dia malah tersenyum dingin.
"Ini adalah pacar saya, sebagai bukti kalau saya masih waras dan normal. Ini bukti kuat buat kalian semua kamu tahu! Sebentar lagi kita akan segera menikah," sahut Frenkie enteng, dia segera pergi meninggalkan Pak Satpam yang sedang tercengang atas ucapan Frenkie.
"Kau sudah gila, aku bukan pacar kamu Tuan muda, dan siapa juga yang mau menikah dengan Anda," seru Saras.
"Diamlah, kamu berisik sekali," ujar Frenkie.
"Lepaskan aku, aku juga bisa jalan sendiri," pekik Saras sambil memukul bidang dada Frenkie. Tak berselang lama, Saras di jatuhkan ke bawah lantai oleh Frenkie dengan sengaja.
Buugh ...
Saras terjatuh ke lantai, membuat bokongnya kesakitan.
"Kau gila! Maksud aku itu, kau turunkan aku dengan cara baik-baik. Bukan malah menjatuhkan aku dengan cara kasar seperti ini," pekik Saras sambil menahan rasa sakit di area bokongnya. Frenkie berjalan dengan cuek, melanjutkan jalan menuju lift. Saras pun segera bangun berusaha mengejar Frenkie.
"Ini apartemen atau kuburan sih, jangan-jangan dia hantu yang menyamar menjadi manusia! Pasti apartemen ini bekas kuburan," gumam Saras begiding ngeri. Frenkie yang melihat tingkah laku Saras membuat dirinya merasa heran sendiri.
"Ayo keluar, kita sudah sampai," titah Frenkie melangkah keluar lift. Saras berlari kecil membuntuti Frenkie yang ada di depannya. Setelah itu mereka berhenti karena sudah tiba di depan pintu apartemen. Frenkie menggesek kartu apartemen dan membukakan pintu untuk Saras. Akhirnya mereka pun masuk secara bebarengan, terdapat banyak barang antik di dalam apartemen, barang antik itu serba mewah, Saras yang terlihatnya terasa nyaman dan takjub.
"Wah ini luar biasa, punyaku saja apartemen tidak semewah ini," ujar Saras.
"Jangan mengkhayal terus, kamu ini cuma gelandangan di sisi jalana," ucap Frenkie sambil duduk di sofa empuk miliknya. Saras pun ikut duduk di sebelah Frenkie sambil terus memeluk tas miliknya.
"Jangan sembarangan, suatu saat kau akan tau siapa aku yang sebenarnya," jawab Saras sinis.
"Terserah kamu saja sana pergi tidur kamu di kamar kedua sebelah kiri, dan yang kanan itu kamar punyaku, jangan berani masuk ke kamar rahasiaku" ujar Frenkie dingin.
"Baiklah aku akan segera tidur dan ingat aku juga tidak mau masuk ke kamar kamu jadi jangan ge'er terlebih dahulu," seru Saras melangkah pergi dari hadapan Frenkie. Baru dua langkah Saras terhenti, dia merasa perutnya lapar. Rasanya Saras pengen makan sesuatu, dia membalikan badannya ke arah Frenkie.
"Aku sangat lapar" ujar Saras.
"Kau ini, sana pergi di dapur ada roti, kamu makan roti saja, sudah aku tampung merepotkan lagi," desis Frenkie. Saras yang mendengar ucapan Frenkie merasa sangat kesal dan gemas.
"Apa-apaan kau ini, aku ini di culik sama kamu jadi ya kamu harus tau resikonya menculik wanita cantik sepertiku, jadi kau harus beri aku makan di sini," seru Saras segera melangkah pergi menuju dapur.
Frenkie terdiam sejenak, dia merasa heran, seumur hidupnya baru kali ini dia menemukan wanita yang berani pada dirinya. Kebanyakan wanita selalu lebay merayu-rayu kepadanya. Dan setelah beredarnya gosip dia sebagai gay, membuat semua wanita tidak mau mendekatinya lagi.
Saras sedang asyik makan roti yang di olesi selai choklat, Saras juga membuat susu choklat kesukaannya. Tidak lupa juga Saras membuatkan satu gelas susu coklat buat Frenkie dan juga roti tawar sudah Saras olesi selai choklat buatnya.
"Hai kau, cepat ke sini, aku sudah membuatkan satu gelas susu choklat untukmu dan juga roti tawar sudah aku olesi selai buat kamu," ujar Saras. Namun, Frenkie hanya diam membisu hanya mendengarkan ucapan Saras.
Saras merasa kenyang, dia segera pergi meninggalkan meja makan sambil membawa kembali tas kesayangannya itu. Bagaimana tidak Saras di bilang orang miskin, tas yang dia bawa memang terlihat kumel. Tas itu kesayangan saras sejak masih duduk di bangku SMA. Sudah lama sekali Saras merawatnya dengan sangat baik, walaupun banyak yang bilang tas itu kumel dan jelek tapi Saras masih suka memakainya.
Frenkie melihat Saras pergi ke kamarnya, dia berpikir wanita itu terlihat baik dan polos. Ide gilanya muncul, seketika juga Frenkie menyeringai.
"Lihat saja, apa yang akan aku lakukan padamu wanita bodoh," ujar Frenkie menyeringai.
Kebetulan besok adalah hari trakhir Frenkie di beri waktu oleh Mamah Aayushi untuk membawa calon istri Frenkie dan harus segera di perkenalkan kepada kedua orangtuanya. Tapi di satu sisi Frenkie harus membujuk Saras terlebih dahulu supaya Saras mau di ajak bekerja sama.
Di kamar.
Saras menghempaskan badannya ke kasur empuk, dia merasa kenyang juga merasa lega wajahnya tersenyum lalu dia bangun kembali.
"Ini penculikan yang aku suka, di rumah di usir dan sekarang aku di culik sama orang kaya, wah enaknya. Aku akan menfaatkan situasi ini, sudah lama aku tidak memanjakan badanku ke salon spa. Penculik itu harus mau menanggung resiko kebutuhanku semua hehehe," ujar Saras sambil memeluk guling yang ada di pinggirnya.
Tidak berselang lama Saras terlelap tidur dengan sangat pulas. Saras kekenyangan karena sudah makan roti dan segelas susu. Saras merasa cape dan akhirnya tertidur pulas. Kesedihan yang menimpa Saras sudah terlupakan, karena memang sipat Saras selalu ceria. Saras tipe orang yang tidak terlalu memikirkan hal yang membuatnya bisa bikin stres. Saras pun berpikir suatu saat nanti dia akan membuktikan bahwa dirinya tidaklah hamil, dan tespek itu adalah milik Damini bukan miliknya.
Saras sudah tertidur sangat pulas, pintu kamarnya terbuka, terlihat badan tegap tubuh tinggi berada di ambang pintu. Frenkie melangkah maju mendekati Saras yang sedang terlelap dalam tidurnya. Frenkie segera duduk di pinggir tempat tidur Saras, dia melihat wajah Saras yang begitu cantik saat tertidur.
"Dia sangat cantik, lumayan juga buat aku manfaatkan dia. Tapi apakah dia mau! Ah sudahlah biar nanti saja aku membujuknya, mau tidak mau, dia harus mau," seru Frenkie dia segera pergi meninggalkan kamar Saras.
Pintu kamar miliknya dia buka terdapat majalah dewasa berserakan di atas kasurnya. Frenkie lupa dua hari lalu dia tidur di sini dan tidak membereskannya kembali. Frenkie malah asyik membaca majalah dewasa, sampai dia lupa segalanya. Alasannya dia harus sering belajar sebelum menikah nantinya. Tidak ada serorang pun yang boleh masuk ke dalam kamar Frenkie, bisa-bisa rahasia mesumnya terbongkar.
Frenkie pun membereskan majalah itu dan langsung menghempaskan badannya ke atas kasur lalu menghembuskan nafasnya kasar.
Frenkie baru ingat, Saras sudah menyiapkan roti dan juga susu untuknya, Frenkie bangun kembali segera menuju dapur untuk memakan roti yang sudah di sediakan oleh Saras.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!