Bandara Internasional Los Angel, berdiri seorang wanita cantik dan anggun yang baru saja menginjakan kaki kembali di kota itu setelah tiga tahun lamanya menghilang untuk membentuk kekuasaanya.
Dia adalah Kerenza Alan, djia kembali ke Negara asalnnya karna harus mengahadiri pemakaman orang tuanya.
"Selamat datang nona" Sapa seseorang yang menjadi salah satu anggotanya.
"Kita berangkat sekarang" Titah Kerenza dengan wajah datar dan dinginnya.
Ya semenjak tiga tahun ini, Kerenza menjadi sosok yang bertolak belakang dengan sifat aslinya saat semuanya masih baik baik saja.
"Baik nona" Jawab miko dengan membungkuk hormat.
Mereka berlalu pergi meninggalkan bandara, dengan gaya angkuhnya berlalu pergi menuju Rumah yang menjadi tempat tinggalnya selama ini.
"Dimana Hiebert?" tanya alana, Dan jangan lupakan wajah datarnya.
"Masih dikediaman Tuan besar nona, untuk mengurus pemakaman mereka."
Tidak ada lagi pembincaraan yang melibatkan mereka karena memang sekarang Kerenza benar benar telah berubah seratus delapan puluh derajat.
Sampai dikediaman keluarga Briayan Wate, Alana di sambut oleh para anggotanya yang membantu proses pemakaman Dan juga Hiebert ada disana.
"Selama datang nona" sapa Hiebert.
"hmmm" itulah jawabannya.
"Mari nona."
Mereka berjalan menuju tampat letaknya jenazah Bryan dan istrinya Sharren.
Santi terdiam melihat jasad kedua orang tuanya, jujur ia sangat bersedih tapi entah kenapa air matanya tak bisa dia ajak kompromi, seolah air mata itu telah mengering selama tiga tahun ini.
Merek akhirnya melakukan prosesi pemakaman dengan nikmat dan selama prosesi itu tak sedikitpun Kerenza menangis.
Meski sebenarnya dibalik kaca mata hitam yang dikenakan tersorot pandangan terluka dan sakit, tapi ia tidak bisa lemah hanya karena sebuah kematian.
Dari kejauhan beberapa meter, sebuah mobil mewah berhenti dan tak lama, seorang lelaki paru baya namun masih terlihat gagah dan bugar serta wajah yang masih terlihat muda meski usia sudah tidak lagi.
"Daddy!" panggil Kerenza dan berjalan menuju kearah lelaki yang dipanggil ayah itu.
"Apa kabar nak? tanya lelaki itu.
"Aku baik deddy" jawab alana.
Lelaki itu adalah Robert Hans, seorang teman dari Bryan Wate dan juga pernah menjadi besannya.
"Kau tidak bersedih."
"Aku bersedih daddy, tidak mungkin aku tidak bersedih atas kematian orang tuaku."
"Jangan terlalu bersedih sayang" kata Robert.
"Baiklah dad."
"Good girl."
Mereka kembali diam menyaksikan peti itu tertimbun oleh gundukan tanah, hingga setelah selesai mereka pun memilih untuk pergi temasuk Kerenza dan para bawahannya yang menyamar sebagai para pelayat disana.
"Kau mau pulang girl?" tanya Robert.
"Yes dad" jawab Krenza.
"Baiklah! let's go daddy antar" tawar Robert.
"Tidak merepotkan daddy?"
"No baby! Kau adalah putriku, dan daddy tidak merasa repot."
"Baiklah dad, aku akan ikut denganmu" jawab Kerenza dengan senyum termanisnya.
Mereka pergi meningglkan pemakaman menuju kediaman Bryan Wate lagi, sedangkan anak buahnya pergi menuju markas yang sudah mereka buat sejak dua tahun yang lalu saat melakukan misi pencarian bukti yang diinginkan yang di perintahkan Kerenza.
Sampai di rumah, anak dan ayah itu masuk kedalam di temani asistennya Dani dan Alex xiau
Mereka duduk diruang tamu sedangkan Alex xiau dan Dani berdiri di belakang Robert Hans.
"Apa yang akan kau lakukan setelah ini girl?" tanya Robert.
"Entahlah dad, aku belum memikirkannya."
"Apa kau akan kembali ke paris?"
"Nothing! Saya akan disini saja dad. Mengurus rumah dan perusahaan yang daddy Bryan tinggalkan.
"Pilihan yang bagus nak, daddy sangat mendukung itu."
"Thanks dad" jawab Keren.
"Baikah daddy harus pergi. Kau jaga diri dan kalau butuh apa apa hubungi daddy." ucap Robert
"Dad tunggu" panggil Kerenza menghentikan langkah Robert.
"You want say something for me honey?" tanya Robert memandang Kerenza.
"Bagaiman Erland dad? apa daddy sudah mendapatkan sesuatu.
"Tidak. Daddy tidak mendapatkan apapun."
"Tiga tahun dad? tiga tahun daddy belum mendapatkan apapun" tanya Kerenza.
"Ya Dan daddy tidak ingin cari tau lagi."
"Why dad? you dont lovet her?" tanya Kerenza yang sudah mulai berkaca kaca.
"Tidak nak, Kamu salah berpikir. You know? I am very lovet him, But daddy tidak bisa berbuat apa apa."
"Daddy kan punya kekuasaan, dan punya banyak uang! lalu kenapa daddy tidak bisa menemukan itu!" teriak Kerenza.
"Kau benar Alana, daddy punya kekuasaan dan juga punya banyak Banyak uang, tapi apa yang bisa daddy perbuat jika daddy tidak mendapat petunjuk apapun" Kata Robert dengan sorot mata yang menyiratkan kesedihan.
"Yasudah dad, I am sorry" cicit Kerenza
"Baby! Can you promis?" tanya Robert.
"What?"
"Lupakan dia. Lupakan kenanganmu nak, dan mulailah hidup barumu! jangan bertanya tentang dia yang membuat kita terasa mati karna dia, Bisakah.?"
"Yes dad! I promise." jawab Kerenza mangalah.
"Well, daddy harus pergi dan kau istrahalah jangan banyak pikiran Ok!" kata Robert.
" Ok dan Hati hati."
"Ya" Setelah kepergian Robert Kekenza berjalan menuju kamar yang dulu ia tempati saat masih berada dirumah ini.
Saat melewati kamar mom and dad nya ia melihat bibi Caroline membersihkan kamar itu.
"Bibi Caroline!" panggil Kerenza.
"Ya nona Alana, ada yang bisa saya bantu?" tanya pembantu itu dengan membungkuk
Kau sedang apa?"
"Membersihkan kamar nyonya dan Tuan besar."
"Oh baiklah, lanjutkan!" kemudian pergi meninggalkan Caroline yang masih setia membungkuk.
Santi menuju kamarnya dan merebahkan sebentar tubunya di kasur miliknyandan taknlama setelah itu ia memgambil ponsel dan menelpon seseorang.
"Bagaiman penyelidikan kalian?" tanya Kerenza datar dan tanpa basa basi.
"Kami masih terus mencari tau nona, tapi kami mendapat informasi baru tentang kematian otang tua anda!"
"Apa maksudmu?" tanya Kerenza emosi.
"Kami mendapat informasi kalau orang tua anda meninggal karna sabotase nona."
"Cari tau keaslian beritanya dan segera hubungi aku jika sudah tau siapa pelakukanya."
"Baik nona"
Panggilan terputus dan Kerenza memilih untuk melangkah menuju lemari dan mengeluarkan pakaian disana yang tak lain adalah gaun pengantinya.
Mengenakan pakaian itu dan memoles wajahnya agar terlihat cantik, setelah itu menuju taman belakang yang ada di halaman belakang Rumah keluarganya.
Sampai dihalam itu, Kerenza menyusuri sebuah lorong yang menghubungkan dirinya menuju danau.
Di Danau itulah ia menggelar acara pernikahnnya dengar Erland dan di tempat itu juga ia berpisah.
"Apa kabar mu sayang?" lirih Kerenza, "apa kau merindukan aku? Aku sangat merindukanmu Erland, mku berjanji akan menangkap pelakunya untukmu Dan juga akan membunuhnya dengan tanganku sendiri!" kata Kerenza meremas kepalan tangannya hingga memutih.
Lama ia disana, sekedar melepas rindu, lelah dan pikiran Setelah itu ia kembali lagi menuju Rumahnya Karna harus memulai misi pencarian pelaku itu.
Sampai di sana didalam kamar, ia menukar pakainya dan bersiap untuk pergi kesuatu tempat, yang bisa digunakan sebagai tempat untuk dia leluasa mencari tau siapa dalang dari semua ini.
"Bibi caroline, aku akan pergi sebentar dan mungkin akan sedikit lama jadi jaga rumah" pamit Kerenza.
"Baik nona Alana" Jawab Caroline.
"Krenza pergi dengan menggunkan mobil milik keluarganya menuju tempat yang menjadi sasaranya.
TBC
KERENZA ALANA Dengan gaun pengantinnya
Sampai disana Kerenza di sambut oleh beberapa anak buahnya yang memang sudah berada di negara itu sejak tahun sebelumnya.
"Selamat datang nona" ucap mereka bersamaan.
"Dan terakhir Hiebert datang dan membungkuk hormat "Selamat datang nona."
Kerenza tidak menjawab, hanya anggukan kecil yang digunakan sebagai kawaban.
Masuk kedalam ruangan kerjanya dan di ikuti oleh Hirbert dan Miko kaki tangan Hiebert.
"Bagaimana?" tanya kerenza tanpa basa basi.
"Dugaan kami benar nona, ternyata mobil Tuan besar adalah hasil sabotase dan meneganai ibu anda, dia bunuh diri di kamar mandi setelah mendengar kabar kematian dari pihak rumah Sakit, itu terbukti dari ponsel yang berada di dekat jasat Nyonya Dan juga panggilan dari nomor asing yang diduga itu dari rumah sakit."
"Siapa dia?" tanya Kerenza.
"Kami sudah memangkap orang suruhanyan dan menginterogasi, dan kami mendapat informasi bahwa Davler adalah otak dari kecelakaan ini.
" Davler" gumam Kerenza. "sudah dapat informasi tentang dia."
"Sudah Nona, ternyata dia adalah salah satu gembong narkoba di Los Angel sejak empat tahun ini.
"Tangkap dan bawa dia hidup hidup padaku." titah Kerenza.
"Baik nona" Jawab Hiebert undur diri.
Setelah kepergian anak buahnya, Kerenza memasuki ruangan khusus yang hanya dirinya yang bisa keluar masuk disana.
Disana ternya ruangannya cukup luas dan lengkap semua peralatnya. Ada komputer, senjata, benda tajam lainnya. Bahkan terdapat ranjang tempat untuk istrahat disana.
Kerenza masuk lebih kedalam lagi dan berhenti tepat didinding putih yang berisikan bebera lembar foto yang menghiasi didinding itu.
Rupanya, mereka adalah orang orang yang akan menajdi target Kerenza mencari siapa dalang dari kematian Erland.
Ada seorang wanita dengan menggunakan topeng, dan dua lelaki yang sama kostumnya dan juga menggunakan topeng, dan satu lagi adalah Delbert, yang diketahui bekerja dikeluarga Hans sekaligus paman dari Erland Hans.
"Aku pasti akan menemukanmu paman. Kemanapun kau bersembunyi aku akan mendapatkkanmu" gumam Kerenza.
Sementara Hiebert dan anak buahnya sudah bergerak menuju tempat yang menjadi maraks persembunyian Davler selama empat tahun ini.
Markas yang luas dan tak kalah besarnya dengan milik Kerenza dan anak buahnya. Disana sedang diadakan pesta untuk para anggota yang ada disana.
Nampaknya itu adalah pesta keberhasilan bagi mereka, dan disana juga ada Davler yang sedang bersenag senang dengan wanita jalang, menunggangi kedua wanita itu didalan kamar milknya.
Gairah sedang menggebu menguasai diri Davler dan sekarang sedang berusaha untuk melepaskannya dengan dua wanita sekaligus sehingga ia tidak mendengar suara keributan dalam markasanya.
Bagaimana Davlert bisa mendengar kalau rupa rupanya pasukan Hiebert menyerang diam dian dan menggunkan taktik.
Bukan karna Hiebert dan anggotanya takut, namum mereka tidak mau kalau Davler lari dari jangkauan mereka apalagi bisa sampai Davler melarikan diri, itu akan membuat mereka kesuahan lagi mencarinya.
Para anggota Hiebert masih berperang dengan anggota Davler sedangkan Hiebert menyusuri ruangan markas itu untuk mencari keberadaan targetnya
Setiap kamar sudah ia periksa dengan teliti namun Hiebert tidak menenukan tanda tanda keberadaan Davler.
Hingga dikamar terkhir, Hiebert mendengar dengan sangat jelas suaran pria dan wanita saling bersauhatan merasakan kenikmatan dan minta dipuaskan segera sedangkan pria masih asyik memacu dirinya.
Brakkk.....
Tanpa membuang waktu, Hieber menendang pintu kamar tersebut menarik pelatuknya dan meloloskan satu peluru di plafon kamar itu sehingga membuat mereka yang berada disana menoleh ke sumber suara
Kedua wanita itu hanya berteriak histeris, Mereka sangat ketakutan melihat senjata api yang di bawa oleh lelaki yang tidak dikenal itu.
"Sialan! Siapa kau!" umpat Davler.
"Ck. Dasar sampah!" decak Hiebert
"Apa kau bilang.! Sampah.! Dasar brengsek!" maki Davler menggunakan pakaiannya kembali.
"Kau tidak perlu menghabiskan waktuku. Cepat serahkan dirimu. Dan kalian pergilah dari sini!" perintah Hiebert pada kedua jalan itu.
Kedua wanita itu langsung beranjak mengenakan pakaian mereka dan kemudain pergi meninggalkan ruangan itu
"Dasar sialan! beraninya kau mengganggu kesenganku" bentak Davler hendak mengambil senjatanya.
Dorrr...
Satu tembakan melesat mengenai pergelangan Davler yang membuat dia merintih kesakitan.
"Akhhhhh sialan...!" teriak Davler.
Seketika semua pasukan Hiebert datang memasuki kamar itu dan mengunci pergerakan Davler.
" Hei... Sialan! siapa kalian sebenarnya" teriak Davler tapi itu tidak direspon oleh Hiebert.
"Bawa ke markas" perintah Davler.
***
Saat ini Kerenza sedang menyibukkan dirinya diruang sang daddy bekerja yang dulu, untuk memeriksa semua berkas aset keluarganya karna besok ia berencana untuk mengambi alih kekuasaan perusahaan milik daddy.
kring....Kring....
Ponsel Kerenza berbunyi pertanda ada panggilan masuk.
"Katakan" pinta Kerenza.
"Target sudah ditangan bos. Harus diapakan" tanya dari sebrang sana.
"Apa motifnya?"
"Kami belum mendapatkannya nona, karna dia tidak mengakuinya" jawab Hiebert.
"Aku akan kesana! aku ingin melihat siapa yang berani bermain main denganku" ucap Kerenza dengan senyum devilnya.
Tiba disana semua sudah menyambut dengan membungkuk hormat, Seketika aura mencekam memenuhi ruangan itu, bahaln para anggota yang sudah mengabdi padanya sejak tiga tahun masih merasa sangt takut dan gemetar melihat sisi iblisnya.
pernah suatu ketika saat masih berada di Paris, anak buahnya di bunuh dengan cara membabi buta oleh musuh, dan besoknya Kerenza pun melakukan hal yang lebih mengerikan dari yang dirasakan anggotanya, Keren menyiksanya perlahan, menyayat setiap kulit tubuh musuh, bahkan mengulitinya sampai lawannya menghembuskan nafas terakhirnya
Dan sekarang mereka tidak tau apa yang akan dilakukan oleh jelmaan iblis itu, mengingat yang menjadi korbanya adalah kedua orang tuanya.
kerenza duduk di bangku yang sudah disediakan oleh anggotanya, dengan kakli bersila dan tangan terlipat didepan dada, wajah angkuhnya dan mata tajamnya menatap musuh yang ada didepannya, ditambah pakaiannya yang saat ini sudah berubah dari biasanya.
"Siram wajahnya!" titah Kerenza.
Anak buahnya dengan sigap melaksanakan perintah kerenza. Menyiram dengan air hingga membuaa lawanya kelabakan bernafas saat aie mengenai wajahnya.
"Hei kau sudah gila! bagaimana kalau aku mati. Kau pasti akan menyesal!" teriak Davler yang belum mengetahui wanita yang tersbunyi di balik punggung pengawal itu.
"Menyesal katamu? ck." kata Kerenza berdecak kecil dengan senyum sinis terbit di sudut bibirnya.
Davler mengalihkan perhatiannya menatap tajam ke arah Kerenza, namun sedetik berikutnya ia terkejut tat kala malihat wajah wanita yang didepannya.
Wanita yang tiga tahun yang lalau telah ia habisi suami itu, tapi ada yang berbeda. Ya, penampilannya dan sorot mata itu sekarang sudah berbeda.
Tak lama setelah itu Davler tertawa keras melihat ternyata siapa dalang dari penculikan dirinya.
" Hahahahaha... Alana" sebut Davler di sela tawanya. Namum seketika mereda "Apa kabar Alana manis?" tanya Davler dengan tatapan matanya yang genit. Dan itu membuat Hebert murka dan langsung menendangnya.
" Akkhh...Sialan kau! kenapa kau mendangku sialan!" teriak Davler.
"Jaga sikapmu atau kau akan mati!" peringat Hiebert dengan wajah menegrikannya.
"Siapa kau?" bagaimana kau tau namaku" tanya Kerenza berusaha menekan keterkejutanya.
"Hahahaaha tentu saja aku tau, bahkan aku tau suamimu yang telah tiada itu."
Kerenza langsung mencekram kerah baju Davler.
"Katakan siapa kau!" bentak Kerenza
"Apa kau tidak mengingatku Alana" katanya masih bermain main." tidak ingat suaraku?"
Kerenza mundur setelah bisa mengingat suara itu. YA itu suara pria tiga tahun yang lalu bersama yang lainya menghabisi Erlandnya.
" mHiebert beriksa punggungnya!" titahnya
"Ada tato kalajengking merah Nona."
"Jadi kau orangnya?" dengan senyum devilnya ia mendekati Davler, dan Davler yang melihatnya menelan ludahnya kasar.
"Hiebert! aku butuh silet sekarang!" pinta Kerenza.
"Kau mau apa ha! kau jangan berani macam macam padaku" gertak Davler di tengah ketakutannya.
"Aku hanya ingin bermain main saja" jawab Keren dengan tawa iblisnya yang membuat siapa saja yang mendengarnya ketakutan bahkan tak terkecuali Hiebert yang merasa sangat takut.
TBC
"Jangan bermain main denganku Alana! kau akan menyesal nanti" teriak Davler.
"Menyesal" ulang Kerenza dengan sebelah alis terangkat ke atas pertanda bahwa ia sedang memeprtanyakan keyakinan Davler.
"Ya. Kau akan menyesal telah berhadapan denganku." ucak Davler percaya diri.
"Dan kukatakan padamu! kau yang akan menyesal karna telah berani mengusik keluargaku" ucapnya penuh penekanan dan aura gelap sudah sangat kental terlihat di wajah jelmaan iblis itu.
"Katakan kenapa kau menyabotasi mobil Beyan Wate."
"Siapa Bryan Wate? aku tidak tau siapa dia" ucap Davler.
"Kau yakin tidak mengenalnya?" tanya Kerenza seraya berjalan mendekat kearah Davler dan menancapkan mulut pisau cukurnya di punggung tangan Davler.
"Akhhhhhhh....Wanita sialan...! teriak Davler dengan teriakan kesakitan yang keluar dari mulutnya .
"Katakan yang sebenarnya atau kau akan mati dengan cara yang sangat mengerikan." ancam Kerenza Yang mulai mendekatkan pisaunya di tubuh Davler yang lain.
"Baik baik aku akan mengatakannya." kata Davler.
"Katakan!" titah Kerenza.
"Aku memang mengenal Brayan Wate pemilik perusahaan Wate Corp, tapi aku tidak membunuhnya dan bukan aku pelakunya." ucap Davler.
Kembali lagi alana menyayat tubuh Davler yang lagi lagi membuat teriakan terdengar dari lelaki itu.
"Akkhhhh....Sakit.....! aku sudah bilang bukan aku pelakunya! aku berani bersumpah Alana." teriak Davler ditengah teriakannya.
"Kau mau menipuku ha!" bentak Kerenza yang sudah mulai tidak dapat mengontrol dirnya.
"Aku tidak berbohong padamu, AKu berani bersumpah" ucap Davler di tengah irisannya menahan sakit, peluh sudah membasahi tubuhnya menandakan bahwa lelaki itu tengah menahan sakit ditubuhnya .
"Hiebert." panggil Kerenza.
Dengan sigap Hiebert datang mendekat merogoh saku jasnya mengelurkan ponsel miliknya dan menyodorkannya kewajah Davler
"Ini anak buahmu bukan" kata Davler.
"Bukan. Ini bukan anak buahku."
Bugh...
Satu pukulan mendarat di wajah Davler yang semakin membuat wajah lelaki itu bertambah membiru.
"Jangan menipu kami!" bentak Hiebert dengan wajah memerah menahan amaranhnya yang sudah mulai menguasai dirinya.
"Aku tidak menipumu! dia bukan anak buahku." teriak Davler tak kalah kencangnya.
"Kalau bukan lalu kenapa dia mengaku bahwa kau yang menyurunya dan dia adalah anak buahmu!" kata Hiebert.
"Dia menipumu, di ingin menjebakku" kata Davler
"Siapa yang ingin menjebak mu? dan keuntungan apa untuk mereka! tanya Hiebert lagi.
"Dia itu anak buah Keiji dan pasti dialah yang menyuruh anak buahnya untuk mengakui hal itu" jelas Davler
"Keiji." ulang Kerenza yang mendengar nama itu
"Ya dia adalah Ben Han Keiji" Jawab Davler yang berniat untuk membongkar semuanya dan akan menyeret Keiki ikut mati bersamanya.
"Apa dia yang memiliki tato Sakura di dadanya?" tanya Kerenza ingin memastikan sesuatu.
Davler tidak langsung menjawab karna ia bisa menagkap rasa penasaran di wajah Kerenza tentang Keiji yang tak lain adalah rekannya saat membunuh Erland dulu. Dan Otak licik pun terlintas di benak Davler, dia ingin membuat kesepakatan dengan Kerenza.
"Jawab " Bentak Hiebert.
"Hahahaha apa kau butuh informasi ini Alana?" tanya Davler dengan senyum liciknya.
"Jangan bermain main denganku Davler, jika tidal kau akan menyesal! ucap Kerenza penuh penekanan.
Davler masih dengan senyum liciknya kemudian berkata. " Bagaimana kalau kita membuat kesepakatan Alana" tawar Davler
"Kesepakatan" ulang Kerenza dengan alis yanag sudab terangkat dan suduk bibir yang menampilkan senyum smirknya dan hal itu membuat Davler sedikit merasa takut
"Ya, kesepakatan denganmu." jawab Davler memberanikan diri
"Kau yakin?" tanya Kerenza .
"Kku yakin " Jawab Davler penuh keyakinan.
"Baiklah." jawab Kerenza
"Nona!" Hiebert ingin keberatan dengan jawabn Kerenza namun kembali terhenti saat melihat ekpresi wajah Kerenza yang menampilkan senyum misteriusnya..
"Benarkah?" tanya Davler berbinar bahagia.
"Tentu saja, jika kau bisa membuat satu gorensan di tubuhku." jawab Kerenza dengan senyum liciknya
"Baiklah kita sepakat."
"Sekarang katakan." titah Kerenza.
"Ben Han Keiji, Seorang Yang sangat berpengaruh di dunia hitam dan ilegal dia norang nomor dua setelah Han keitaro si nomor satu. Dan kau benar dia memiliki tato sakura di dada bagian kirinya yang pasti kau tau apa maksud dari ucapanku buka." kata Davler dengan senyum tipis di bibirnya.
"Jangan bilang dia dalah rekanmu." tebak Kerenza.
"Yaps..Tepat sekali dia adalah rekanku, ah tidak lebih tepatnya dia adalah pimpinanku dalam mengahabisi Erland."
Seketika Kerenza dikuasai emosinya, saat mendengar ternyata pelaku pembunuhan suaminya ada didepan mata, dan hal itu tentu saja tidak ingin disia sialan oleh Kerenza.
"Kenapa kalian menghabisinya!" Tanya Kerenza dengan wajah yang sudah dipenuhi aura gelap itu,
"Aku tidak tau apa motifnya tapi aku hanya mejalankan tugas, dan dia bilang kalau dia juga mendapat tugas dari seseorang dengan bayaran yang sangat fantastis.
"Dan kau menerima tawaranya." kata Kerenza.
"Iya aku menerimanya, karena ia sudah berjanji dai akan membantuku untuk membuat bisnisku berjalan dan dia akan mengawasi nya dari polisi." ungkap Davler.
"Kalian benar benar tidak memilik persaan!" teriak Kerenza yang ingin pergi meninggalkan ruangan itu.
"Hei Alana! lepaskan aku, Bukankah kau sudah berjanji padaku."
"Ya, aku sudah berjanji dan aku akan mengabulkannya.
Saat ini mereka sudah berada di dalam ruan latihan yang selama ini dingunakan oleh anghota Angle Of Death untuk berlatih, mereka adalah tak lain dari anggota Kerenza yang dia bentuk hampir tiga tahun ini.
Saat ini baik Kerenza maupun Davler sedang berdiri dan saling berhadapan, memasang ancang ancang untuk menyerang lawan, dan sebaik mungkin melindungi diri sendiri
teng teng teng.
Bunyi pedang yang saling bersentuhan memenuhi ruangan itu, saling menyerang dan saling bertahan untuk tidak tersentuh oleh mata pedang yang sedang mengintai mereka
sertttt
"Akhhh...Sialan!" unpat Davler saat satu sobekan mengenai dan mengoyak punggungnya, darah segar mulai mengali membasahi tubuh korban itu
"Bagaiman." tanya Kerenza dengan wajah puasnya.
"Sialan kau! akan kuberi kau pelajaran." teriak Davler yang kembali mengayunkan pedangnya
Lagi lagi pedang itu saling beradu berusaha menembus pertahanan lawan, agar mampu di lumpuhkan dan.
serttt....
"Akhhhhh tanganku...!" teriak Davler yang berteriak saat tanga kirinya terjatuh kelantai karna terpotong oleh mata pedang Kerwnza.
"Hahahahaha....tawa Kerenza menggema memenuhi ruangan itu, tawa penuh kepuasan bagi Kerenza tapi itu tawa maut bagi yang mendengarnya.
"Apa kau mengingat bagaimana caramu membunuh suamiku di hari pernikahan kami." kata Kerenza.
Davler masih memengan lenganya yang sudah terputus dengan tangan lainnya, ia sangat takut melihat Kerenza yang saperit iblis itu.
"Aku akan membuatmu merasakan hal yang sama bahkan lebih mengerikan dari itu." kata Kerenza.
"Jangan...Jangan Alana...Alana...! teriak Davler saat diseret oleh anak buah Kerenza menuju tempat eksekusi.
Dan terdengarlah suara teriakan dari Davler berkali kali, teriakan yang sangat menyayat hati bagi siapa yang akan mendengarnya.
"Hiebert! Tarik Catline dan Kiasar kemari. Kita akan mulai berpetualang" ucap Kerenza sebelum benar benar meninggalkan tempat itu.
TBC
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!