NovelToon NovelToon

Pekatnya Malam

Bab 1

Laju kereta membawa aku bersama putra ku meninggalkan tempat yang penuh dengan kenangan... Ya masa-masa indah itu yang terasa amat singkat, dan kini harus ditinggalkan

Aku terpaksa meninggalkan semua kenangan indah, demi permata hatiku...

Ada rasa perih yang tak dapat ku keluarkan dari dalam jiwa ku, yang semakin hari semakin dalam menancap dihati ku...

Musim dingin ini seakan menambah keperihan dihati...Ku peluk erat Azzam yang telah tertidur dipangkuan ku

Akhir-akhir ini sangat jarang ku lihat senyuman itu di paras wajah putra ku. Paras wajah yang sangat ku rindukan disetiap malam ku...

Dia memiliki duplikat paras wajah ayahnya...Entah tak ada bagian yang tersisa dari ku melainkan lesung pipi yang melekat dikedua pipinya.

Hanya itu yang membuktikan bahwa ia putra ku, ketika seseorang melihat putraku tersenyum.

Namun saat ini, rintihan yang mengambarkan rasa sakit diwajah putra ku lebih banyak daripada senyum manis yang membingkai diparas wajah nan tampan.

"Kau penguat ku nak...Tak ku biarkan apapun terjadi pada mu". lirih Aiyla seraya mengusap lembut rambut kepala putranya.

Aiyla melepas pandangan mata kearah kaca jendela disamping kiri tempat duduk, seraya masih mengusap lembut kepala putranya.

Terlihat pohon pinus disepanjang jalan, dan udara dingin yang semakin terlihat dikaca. Bulir-bulir bening itu mengalir perlahan dikaca dan tak terasa bulir bening itu juga jatuh menetes dipipi.

Ya...Aiyla tak dapat menahan rasa pilu yang menyayat dihatinya dan menyeruak melalui bulir bening yang juga keluar tanpa terasa dikedua ujung matanya.

"Mengapa ujian ini terlalu berat untuk ku yaaa Tuhan, ku mohon jangan ambil dirinya dari ku". lirih Aiyla dalam hati.

Dret... Dret.. Dret..

Getaran ponsel didalam tas menghilangkan lamunan Aiyla. Terlihat panggilan masuk dari ponselnya. Aiyla menerima panggilan tersebut dan terdengar suara wanita langsung menyapa dari seberang sana.

"La...sudah sampai mana? Aku akan menjemput mu dipemberhentian kereta," ucap wanita didalam pangilan tersebut dengan nada antusias.

"Aku masih diperjalanan, tapi sekitar 25 menit lagi aku akan sampai dipemberhentian kereta, aku akan beri kabar pada mu, kalau aku sudah sampai disana". Jawab Aiyla seraya mengakhiri panggilan tersebut.

Ditengah beratnya beban hidup ini, Aiyla masih bersyukur memiliki sahabat yang mengerti akan dirinya.

Sahabat sedari kecil dan berpisah setelah sahabatnya tersebut memutuskan untuk merantau kekota untuk mengadu nasib.

Walaupun hubungan mereka berdua hanya melalui telpon setelah terpisah, tapi tak melunturkan ikatan persahabatan yang telah terjalin dengan kuat sedari masa kecil.

Sahabatnya itu masih nyaman dengan kesendirian diusianya yang tak muda lagi. Masih begitu menikmati masa lajang dan hidup dikota besar sendirian.

Untuk seorang wanita pekerja kantor diusia yang merambat 30 tahun tidak menjadi masalah. Berbeda kalau seorang wanita yang tinggal dikampung. Ini akan jadi bahan gunjingan para tetangga.

Gul lebih memilih berkarier daripada memilih cepat menikah, berbeda dengan dirinya yang bersedia menerima lamaran dari seorang pria pujaan hatinya yang menjadi ayah dari putranya.

Suara pluit menandakan pemberhentian kereta telah sampai, Aiyla berusaha membangunkan putranya yang juga masih tertidur dengan nyenyaknya.

"Nyonya apakah anda akan berhenti pada pemberhentian ini? Sapa seorang wanita paruh baya yang duduk disisi bangku sebelah kanan dirinya.

Aiyla menganggukan kepala seraya tersenyum pada wanita tersebut. Berusaha kembali membangunkan putranya yang masih tertidur.

"Zam... Bangun sayang... Kita sudah sampai". Ucap Aiyla dengan lembut ditelinga putranya seraya mengusap lembut pundak anak lelaki tersebut.

"Apa kita sudah sampai dirumah aunti Gul? sahut putranya seraya mengusap mata dengan punggung tangan sebelah kanan.

Aiyla kembali tersenyum, lensung pipinya terlihat sangat jelas dikedua pipinya yang juga sama dimiliki putranya.

Aiyla menggandeng putranya menyusuri lorong kereta seraya menjinjing sebuah koper ditangan kanannya. Melangkahkan kaki keluar dari gerbong kereta pada stasiun pemberhentian tersebut.

Mencari sebuah tempat yang nyaman agar putranya bisa duduk selagi menunggu sahabatnya menjemput. Dirinya tak ingin putranya lelah berdiri dikarenakan kondisi putranya yang tengah sakit.

Terlihat bangku panjang dibagian sudut dipemberhentian kereta tersebut. Aiyla melangkahkan kaki menuju kesana seraya merogoh ponselnya yang terdapat didalam saku mantelnya.

Ditekannya keypad yang ada pada layar ponsel, dan berusaha menghubungi sahabatnya. Terdengar sapaan diseberang sana dari panggilan telpon tersebut.

"Aiyla kamu dimana? Aku sudah ada distasiun nih, posisi mu dimana? " Sahut Gul seraya berjalan dengan mata melihat kesegala arah.

Aiyla melihat sahabatnya itu dari kejauhan dan melambaikan tangan untuk memberikan tanda dengan posisi ponsel masih melekat didaun telinganya.

Ternyata sahabatnya itu dapat melihat lambaian tangan Aiyla dari kejauhan karena posisi ponselnya yang masih hidup terdengar suara Aiyla memangil namanya.

Rasa rindu tak terbendung lagi, kedua wanita tersebut saling melepaskan rindu dengan cara berpelukan yang sangat erat sekali.

Ada raut kebahagian terpancar dengan jelas diwajah mereka berdua, tanpa memperdulikan orang disekitarnya yang memperhatikan tingkah mereka.

"Hay... Ganteng... Ini Azzam kan". Sapa Gul pada anak lelaki yang juga sedari tadi memperhatikan ibunya dengan wanita yang menyapanya itu.

Azzam menganggukan kepalanya dan masih dengan wajah terpaku melihat kebahagian ibu dan wanita yang disamping ibunya tersebut

"Ayo sayang kita kerumah Aunti, mau es krim? Aunti sudah belikan buat Azzam". Ucap Gul pada anak lelaki tersebut seraya memeluk hangat putra Aiyla.

Sekali lagi Azzam menganggukan kepalanya dengan senyum tipis membingkai diujung bibirnya yang mungil.

🌵🌵🌵

Mobil berhenti pada sebuah apartemant, Gul mengajak Aiyla dan putranya menuju pintu masuk dan membantu membawa koper yang dibawa Aiyla

Aiyla menatap apartemant tersebut sebelum masuk kedalam, tempat tinggal sahabatnya itu sangat bangus dan terkesan mewah.

Dirinya yakin pasti tidak akan sembarangan orang bisa hidup dan tinggal disini. Tempatnya yang strategis terletak dipusat kota.

"Teryata kau sudah sukse Gul...Aku ikut senang.. Tapi kedatangan ku bersama putraku pasti akan merepotkan mu dan menjadi beban untuk mu". Ucap Ayla dengan wajah sendu.

Gul menghentikan langkahnya setelah mendengarkan perkataan sahabatnya itu. Diraihnya tangan Aiyla dan menggenggamnya dengan erat serta menatap dalam wajah sahabatnya itu.

Tatapan mata Gul seakan memberikan keyakinan pada diri Aiyla bahwa apa yang dipikirkannya adalah sebuah kekeliruan

"Jangan berpikir demikian, kita adalah sahabat. Sudah selayaknya aku membantu mu disaat seperti ini, kau bukan hanya sahabat ku melainkan sudah ku anggap saudari ku Aiyla... Dan putra mu juga sudah ku anggap adalah anak ku sendiri". Ucap Gul dengan mata berkaca-kaca.

Aiyla tak dapat membendung rasa haru mendengar perkataan sahabatnya itu, dipeluknya erat kembali wanita yang ada dihadapanya itu.

"Terima kasih ya Tuhan...Kau kirimkan penguat didalam hidupku melalui wanita ini". Batin Aiyla didalam hati dan bulir bening itu kembali menetes dari ujung matanya.

Bab 2

Gimana....Apakah ingin dilanjutkan reader... 😉

Jom lanjut ngebaca...😀😀

Plizzz...😊 jangan lupa like, vote and comment yaaa...and ditunggu tanda hatinya kalau kalian menyukai tulisan Author.

Sangat dibutuhkan buat penyemangat Author untuk lebih konsisten up per bab nya..

🌿🌿🌿

Aiyla merebahkan tubuhnya diatas kasur, tepatnya berbaring disamping tubuh putranya yang tengah tertidur setelah makan malam dan memakan es krim yang dijanjikan sahabatnya itu.

Wajah nan tampan tetapi pucat terlihat jelas dipelupuk mata Aiyla. Pikirannya pun melayang satu tahun silam mengingat betapa periang putranya saat itu.

Dengan lesung pipi yang membingkai diparas wajahnya nan tampan dan seyuman yang memikat siapa saja yang melihat.

Namun kini perlahan senyuman itu seakan memudar seiring penyakit yang diderita Azzam.

Aiyla terpaksa sampai kekota ini, meninggalkan kampung halamannya demi mendapatkan pengobatan yang lebih intensif untuk permata hatinya dikota.

Berharap akan ada mujizat yang akan Tuhan berikan pada permata hatinya dan pelipur lara dikala dirinya begitu merindukan sosok yang telah meninggalkan dirinya bersama putranya 4 tahun yang silam.

Berbekal uang tabungan yang ada dan beberapa perhiasan pemberian suaminya yang terpaksa dijual, ia berangkat dengan tekad demi kesembuhan putranya.

Aiyla sosok wanita yang tegar dan tak mudah berpangku tangan dan terpuruk akan takdir yang telah Tuhan tentukan, dan harus mampu dilalui dalam kehidupannya.

Disaat dirinya tertatih-tatih membesarkan putra semata wayang seorang diri, setelah ditinggal suaminya, kini angin berhembus sangat kencang mengujinya kembali, menerpa dirinya dan putranya dengan sebuah penyakit.

Terasa beban hidup yang dirinya jalani amatlah berat, entah kapan terakhir kali Aiyla dapat tersenyum bahagia seperti pada saat sebuah cincin melingkar dijari manisnya dan seperti dihari pertama dirinya menggendong buah cinta bersama suaminya.

Aiyla tak memiliki siapapun lagi didunia ini, kerabat atau pun saudara. Hanya putranya lah yang membuat dirinya kuat.

Dan keluarga Gul yang telah mengganggap dirinya dan putranya adalah bagian dari keluarga mereka

Berusaha untuk bertahan dengan segala ujian yang menerpa dengan statusnya sebagai seorang single parent diusia 26 tahun.

Namun saat ini, yang menjadi kekuatannya itu untuk bertahan hidup, tak berdaya dengan sebuah penyakit yang mematikan.

"Sayaaang....Bertahanlah nak. Jangan tinggalkan ibu seorang diri didunia ini..ibu yakin, putra ibu kuat...ibu akan mencari obat untuk kesembuhan dirimu". Ucap lirih Aiyla dengan bulir bening telah jatuh diparas wajahnya yang sendu.

Tok... Tok... Tok...

Terdengar suara pintu diketuk dari luar, yang memecahkan kesedihan yang dirasakan Aiyla. Ternyata sahabatnya itu muncul dari balik pintu sedang memperlihatkan separuh tubuh yang menjorok kedalam kamar dengan tangan kanan sedang memegang handle pintu tersebut.

"Masuklah... Ternyata kau belum tidur?" Sapa Aiyla seraya berusaha menghapus bulir bening yang keluar diujung matanya.

Gul tersenyum dan melangkahkan kaki memasuki ruangan tersebut. Sahabatnya itu tahu bahwa Aiyla habis menangis.

"Belum...Semoga kamar ini nyaman buat kalian berdua, aku senang kau ada disini Aiyla. Walaupun tujuan mu kesini bukanlah untuk liburan melainkan buat kesembuhan putra mu". Ucap Gul seraya duduk di ujung tempat tidur dan membelai lembut ujung kaki Azzam

Aiyla telah bangkit dari posisi ia berbaring, disaat Gul melangkahkan kaki memasuki ruangan itu. Dan sekarang dalam posisinya sedang duduk dipinggir tempat tidur disamping putranya yang tengah tertidur.

"Ini sudah lebih dari cukup... Aku tak tahu lah, harus bagaimana jika tak ada kau dikota ini. Aku akan lebih kesulitan lagi untuk mencari tempat tinggal selama proses pengobatan putra ku ini". Balas Aiyla dengan mata berkaca-kaca

Gul meraih pundak Aiyla, lalu memeluk sahabatnya itu. Ada sebuah kehangatan dan kekuatan yang dirasakan Aiyla masuk menjalar keseluruh tubuhnya dari dekapan sahabatnya itu.

"Besok pagi aku akan mengantar mu kedokter spesialis sebelum berangkat kekantor dan maaf aku tak bisa menjemput mu karena aku harus keluar kota untuk pekerjaan ku. Tapi jangan khawatir karena aku akan pulang esoknya". Ujar Gul seraya memberikan kunci cadangan apartemantnya.

Aiylah menerima kunci tersebut dengan menatap dalam mata sahabatnya itu. Ada rasa yang tak dapat diungkapkan, untuk keluar melalui bibirnya atas perhatian Gul terhadap kesulitan yang sekarang dirasakannya.

"Terima kasih". Sepotong kata tersebut yang hanya mampu keluar dari bibir wanita itu dan mereka berduapun kembali berpelukan dan hanyut dalam perasaan masing-masing.

🍀🍀🍀

Deru mobil Gul melaju dengan kecepatan sedang dijalan yang tengah ramai dengan kendaraan yang berlalu lalang. Walaupun arloginya masih menunjukkan tepat pukul 06.30 pagi.

Ternyata diperkotaan jam segitu telah menujukkan aktivitas warganya yang sibuk dengan urusan mereka masing-masing.

Tak membutuhkan waktu lama sekitar 25 menit, mobil Gul telah parkir disebuah rumah sakit terbesar dikota itu.

Aiyla telah menyiapkan rekam medis putranya ditangan, yang didapat dari dokter dirumah sakit yang merawat Azzam dikampung.

Rekam medis tersebut akan diperlihatkannya pada dokter dirumah sakit itu. Agar segera diberikan bantuan penyembuhan bagi putranya.

Pergi kekota ini pun atas saran dari dokter yang ada dikampung, yang menyarankan agar putranya mendapatkan lebih pengobatan secara menyeluruh dikota.

"Ingat rute bus yang telah ku jelaskan pada mu semalam La, agar kau tak tersesat atau salah menaikin bus menuju apartemant". Ungkap Gul mengingatkan kembali akan bus yang harus dinaiki Aiyla setelah selesai konsultasi dirumah sakit ini.

Aiyla menganggukkan kepala pertanda mengerti akan apa yang telah dikatakan sahabatnya itu.

Kemudian Gul mencium pipi Azzam seraya melambaikan tangan dan pergi berlalu dari hadapan mereka berdua.

"Yang semangat ya sayaang... Azzam anak yang kuat". Teriak Gul seraya membuka pintu mobil dan menghidupkan mesin mobilnya.

Azzam membalas lambaian tangan dan begitu juga Aiyla yang memandang mobil sahabatnya sampai menghilang dari pandangan matanya.

Kaki Aiyla melangkah memasuki bagian depan rumah sakit tersebut dan diiringi langkah kaki putranya menyusuri koridor.

Dirinya berhenti pada sebuah tempat pendaftaran untuk bertanya akan alur dirumah sakit tersebut yang harus dilalui agar bisa bertemu dengan salah satu dokter spesialis yang ada disana

Bagian pendaftaran memberikan alur kepadanya untuk sampai pada dokter spesialis yang dimaksud Aiyla. Kini dirinya tengah duduk dikursi tunggu dan disamping putranya.

Memegang nomer antrian yang diberikan perawat sebelum dia duduk dikursi tunggu, dan hanya tinggal menunggu untuk masuk kedalam ruangan yang tepat dihadapannya.

"Azzam penat nak? Tanya Aiyla setelah melihat bulir keringat dibagian dahi putranya.

Azzam menganggukan kepalanya pertanda merasakan lelah ditubuh nya yang tak sehat. Sudah satu tahun ini tubuh Azzam terlihat semakin melemah.

Hanya berjalan tak berapa jauh saja telah membuatnya tubuhnya bercucuran keringat dengan wajah yang pucat.

Aiyla mengambil sapu tangan yang ada didalam tas, lalu mengusap lembut peluh yang ada didahi putranya. Memberikan air minum pada Azzam yang sengaja dibawanya dari rumah.

Memberikan sedikit kesegaran dikerongkongan putranya dengan balasan sebuah senyum tipis terukir diujung bibir Azzam setelah meminum air yng diberikan ibunya.

Bab 3

Lanjut...😉

Plizzz like, vote and comment...

Clik tanda ❤ biar tambah mesraaah 😍😍

Don't be silent reader yaaa 😣

Jadilah reader yang aktif dan memberikan dukungan...😎😘**

🐚🐚🐚

"Antrian nomor 9A". Terdengar suara wanita dari speker diruang itu, tepat dihadapan dimana Aiyla dan Azzam menunggu.

Aiyla mengajak putranya untuk masuk kedalam ruangan, degub jantungnya bergemuruh ketika memasuki ruangan dokter spesialis tersebut.

Semua perasaan yang dirasakannya bercampur baur menjadi satu. Rasa gelisah, takut dan sebuah harapan bergejolak didalam batinnya.

Pada saat memasuki ruangan itu terlihat lelaki berkisar diusia 50 tahun dengan gurat-gurat tanda penuaan terlihat jelas diwajahnya.

Sebuah senyuman menyambut hangat mereka berdua memasuki ruangan dokter tersebut

Dengan ramah dokter itu mempersilahkan Aiyla dan putranya untuk duduk dikursi tepat dihadapan meja dokter itu

Dokter mempersilahkan Aiyla untuk bercerita tentang riwayat pengobatan dan rasa sakit yang diderita putranya.

Sekitar satu tahun lalu Azzam sering deman dan mengeluh merasakan sakit yang hebat dibagian pinggangnya

Dokter menyimak dan mendengarkan dengan seksama setiap untaian kata yang keluar dari mulut Aiyla dengan beberapa kali menganggukan kepala.

Mengerti dengan apa yang dijelaskan wanita dihadapanya, kemudian dokter menanyakan rekam medis dari rumah sakit sebelumnya.

Guna memperkuat dugaan yang telah didapat, dari mendengarkan cerita yang telah disampaikan oleh Aiyla dengan sangat runtun.

Dokter tersebut melihat dan membaca dengan seksama rekam medis putranya yang sedari tadi dipegang Aiyla

Dengan ekspresi wajah yang berubah menjadi lebih serius, setelah membaca catatan rekam medis Azzam dan sesekali menatap wajah putra Aiyla dan dirinya.

"Harus segera dirawat". Ucap dokter tersebut dengan tatapan mata penuh kesungguhan

Sebelumnya Aiyla telah memprediksi akan jawaban dokter tersebut sebelum keluar dari mulut dokter itu sendiri. Cuma berusaha menepis apa yang menjadi prediksinya dan berharap putranya bisa dengan rawat jalan saja.

Melihat kondisi tubuh putranya yang semakin hari semakin melemah. Aiyla berusaha tegar atas apa yang telah disampaikan oleh dokter Ahmed dengan detail.

Air matanya sedari tadi hendak keluar dari ujung mata, namun dirinya berusaha untuk menahan agar tak jatuh menetes dipipi.

Aiyla tak ingin air mata itu terlihat oleh Azzam, seakan terlihat betapa rapuh ibunya saat ini.

"Jagoan malam ini langsung tidur disini ya...Biar cepat sembuh". Ucap dokter Ahmed kembali dengan senyum disudut bibirnya.

Azzam memandang wajah ibunya seakan memastikan kebenaran perkataan yang telah disampaikan oleh lelaki dihadapannya itu.

Sebuah senyuman dicoba untuk terlihat dihadapan putranya. Menganggukkan kepala pertanda Aiyla Setuju dengan apa yang dikatakan dokter Ahmed.

"Azzam mau sembuh dok, Azzam mau tidur disini". Jawab putranya dengan polos.

Digenggam erat kedua tangan putranya seraya menatap bola mata yang sangat dirindukannya itu. Sosok anak lelaki yang memang tak pernah membuat Aiyla bersedih.

Azzam adalah sosok anak yang periang dan pemberani, sebelum dirinya mengalami sakit seperti ini, bahkan dirinya mampu mengisi hari-hari Aiyla menjadi lebih berarti.

Selalu membuat Aiyla menjadi kuat menghadapi beban yang harus ditanggungnya seorang diri dengan status single parent

Lamunan Aiyla terhenti setelah dokter Ahmed memerintahkan pada perawat yang menjadi asisten kerjanya itu.

Meminta untuk mempersiapkan semuanya untuk pemeriksaan secara menyeluruh pada Azzam

"Baik lah dok". Terdengar suara balasan dari seorang perawat bertubuh tinggi dan langsing itu

Perawat yang telah berdiri dibelakang mereka berdua sedari tadi, telah siap menerima segala perintah yang diberikan dokter kepadanya.

Aiyla dan putranya mengikuti setiap perintah yang diberikan dokter dan perawat tersebut

Kini Azzam telah berganti dengan pakaian pasien yang ada dirumah sakit dan telah berada pada sebuah ruangan. Putranya bakal akan lama berada dirumah sakit ini.

Akhirnya, Azzam tertidur setelah melakukan pengecekan secara menyeluruh terhadap dirinya. Aiyla bersyukur bahwa rumah sakit tersebut sangat cekatan dan cepat tanggap.

Mereka bekerja sesuai prosedur dan tindakan mereka selalu dipantau oleh dokter yang menangani Azzam.

Rasa penat juga menyelimuti disekujur tubuh Aiyla, keluar masuk dan kesana kemari guna menyiapkan segala administrasi putranya yang diperlukan dirumah sakit tersebut.

Dilirik arlogi ditangan kanannya, terlihat tepat angka 20.08 malam. Perutnya baru terasa perih karena belum terisi sedari tadi siang.

Dilihatnya Azzam tertidur dengan wajah pucat serta selang infus terpasang ditangan kanannya.

Aiyla memutuskan untuk berjalan keluar ruangan tersebut dan mencari sesuatu yang dapat mengisi perutnya yang terasa perih itu.

Secangkir kopi dan sepotong roti telah ada di kedua tangannya. Duduk dikursi tepat didepan ruangan Azzam yang sedang tertidur didalam sana.

Diseruputnya kopi hangat yang ada digengaman tangan kiri dan menggigit sepotong roti. Terasa teramat serat air kopi dan roti yang masuk melalui kerongkongannya.

Akhirnya bulir bening yang sedari tadi dicoba untuk tak keluar dari ujung matanya, kini tak terbendung lagi.

Belum lagi habis, Aiyla meminum kopi dan memakan roti yang ada digengamannya itu, namun tangisan pun pecah.

Terdengar sungguh menyayat hati bagi yang mendengarkannya. Aiyla tak dapat lagi mengendalikan emosi pada dirinya.

Beruntung tangisan nan pilu itu tak terdengar oleh pengunjung atau keluarga pasien ataupun petugas jaga yang ada disana.

Aiyla larut dalam derita seorang diri yang sangat menyiksa dan menyesakkan dadanya. Terlintas kembali perkataan dokter Ahmed dipikirannya.

"Nyonya perbanyaklah berdoa dan memohon, semoga ada harapan untuk putra anda, kedua ginjalnya tidak berfungsi dengan baik jika ini semakin buruk maka berkemungkinan gagal ginjal".

Aiyla menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya, air mata deras mengalir dan dibiarkannya saja telah membasahi wajah cantiknya.

Wajar saja putranya sering mengeluh, rasa nyeri dibagian pinggang dan merasakan sakit yang teramat hebat sehingga tubuhnya gemetar dan wajahnya sampai pucat menahan rasa sakit.

"Azzaaam.....Oh, Tuhan berikan pertolongan Mu". Lirih Aiyla pilu

Dret... Dret... Dret...

Getar ponsel disaku mantel menyadarkan dirinya. Ponselnya bergetar dan terlihat dilayar ponsel nama sahabatnya itu.

Berusaha mengendalikan perasan dan emosi yang ada pada dirinya, ditekannya tanda berwarna hijau pada layar posel tersebut.

"Aiyla... Gimana? Apa kata dokter? Apakah Azzam bisa disembuhkan?". Rentetan pertanyaan keluar dari mulut sahabatnya itu tak berjeda.

Terlihat sekali sahabatnya itu turut prihatin dan merasa kekhawatir yang sama dengan apa yang dihadapi Aiyla.

"Azzam dirawat Gul... Aku sekarang ada diruang inap. Aku tak sempat pulang kerumah dan dokter menyarankan putra ku untuk segera dirawat disini". Ungkap Aiyla dengan terbata-bata dan dengan suara serak setelah habis menangis

Seperti biasa sahabatnya itu mengetahui bahwa Aiyla telah habis menangis, terdengar dari suara diponselnya .

Setelah mendengar penjelasan dari Aiyla, Gul langsung memberikan kata-kata penyemangat walaupun raganya tak berada disamping Ayla.

Melalui suara Gul menenangkan Aiyla dan memberikan kekuatan serta harapan. Hanya itu yang bisa dilakukan Gul saat ini.

Sepercik harapan tercipta dari perkataan sahabatnya itu, sedikit menenangkan dirinya saat ini.

Akhirnya panggilan masuk itupun terputus setelah Gul memastikan akan langsung kerumah sakit setibanya pulang dari luar kota.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!