NovelToon NovelToon

Cerita Manis Di Musim Semi, Trouvaille

Pergi Tanpa Pamit

Suasana di ruang baca perpustakaan begitu hening. Joelin kembali mengangkat kepalanya, mengamati kembali lelaki yang duduk di hadapannya. Seulas senyum manis mengembang di bibirnya. Namun lelaki dengan kulit hitam manis itu masih sibuk dengan laptop dan headset nya.

"Fokus sekali kamu." bisik Joelin dalam hati, lalu memilih kembali fokus pada laptopnya dan menyelesaikan tugas dari Laoshi Chang, guru Mandarin Joelin.

"Ahh, akhirnya.. selesai juga." ujar Joelin dalam hati sambil melirik jam di pergelangan tangannya.

"Astaga!! aku hampir terlambat." ucapnya pelan lebih pada diri sendiri.

Setelah mematikan laptopnya, Joelin melangkah dengan terburu-buru. Dia berjalan dengan anggunnya menuju meja baca yang terletak sekitar 4 meter tepat diseberang meja baca yang dia pakai.

"Bang..." Joelin menyapa laki-laki yang mengenakan kemeja hitam itu.

"Bang Geodan..." panggil Joelin sekali lagi dengan volume yang sedikit meninggi karena pria itu masih mengacuhkannya.

"Ya?" Dia mengangkat wajahnya menatap Joelin.

Menyaksikan wajah tampan dihadapannya membuat Joelin tertunduk malu.

"Joelin pulang duluan ya, mau kerja." ucapnya pelan sambil berlalu untuk menutupi rasa gugupnya.

"Okay Joelin." jawab Goedan singkat tanpa menyadari kegugupan Joelin.

 

\*

 

Joelin melangkah terburu-buru, menuju gerbang perpustakaan daerah di kota ini. Dia harus segera mendapat angkutan umum agar tidak terlambat tiba di tempatnya bekerja. Kulitnya yang sawo matang tampak eksotis dengan balutan dress selutut berwarna cream, sementara rambut ikalnya dicepol ala ballerina. Begitulah Joelin, dia selalu tampil sederhana. Setelah mendapatkan angkutan umum, akhirnya Joelin meninggalkan area perpustakaan, tempat Joelin dan Goedan mengikuti private Les bahasa mandarin yang dibimbing oleh Chang Laoshi. Angkutan umum terus melaju dan akhirnya membawa Joelin tiba di cafe setia, tempat Joelin bekerja part time sebagai waiters.

"Terimakasih ya pak." Seru Joelin saat membayar ongkos pada supir angkot. Dengan setengah berlari Joelin memasuki cafe tersebut dan segera masuk ke ruang karyawan untuk mengganti dress yang dia pakai dengan dresscode waiters cafe setia.

"Hai Joe, lu udah datang?" laki-laki dengan perawakan kekar itu menyapa Joelin.

"Hai mas Dion. gue baru sampai nih."

"Semangat cantik. Mas cabut duluan ya."

"Mau gym ya? hati-hati lo mas, nanti benar-benar punya badan mirip roti sobek." canda Joelin.

"gpp lah Joe, kan cewe-cewe pada suka." ujar Dion sambil tersenyum.

"Joe kagak suka tuh." jawab Joelin sambil memutar bola matanya.

"Lha, kamu kan jeruk makan jeruk." ledek Dion.

"ih, Mas Diooooon." Joe berteriak sambil berlari kearah Dion yang melebarkan langkahnya karena sadar akan Joe yang sedang siaga menyerangnya.

"Sudah Joe, stttttt. Sana kamu temuin pelanggan aja." Tegur Lynda, wanita paruh baya pemilik cafe tempat Joe bekerja.

"Siap bos." Joe pun menurut, sambil meraih buku menu dari tangan Lynda dan berjalan kemeja pelanggan.

"Selamat siang mbak, mas. Ini saya mau berikan buku menu dari cafe kami. Silahkan dilihat-lihat ya." ucap Joelin menjelaskan.

"Dilihat-lihat aja mbak?" tanya lelaki yang duduk dimeja tersebut.

"hehehe... setelah dilihat-lihat, kalau tertarik boleh dipesan mas." jawab Joelin.

"Kalau nggak tertarik boleh langsung pergi, begitu?"

"hehehe... kok gitu mas?" tanya Joelin.

"Katanya tadi lihat-lihat doang. Kamu ini nggak konsisten mbak." lelaki itu menggerutu pada Joelin.

"Sam.." tegor wanita yang duduk disampingnya sembari mengangkat wajah memandang sang waiters.

"Kamu?? Kamu Joelin kan?" tanya wanita itu.

"iya mbak, kok mbak tahu nama saya? apa kita pernah bertemu?" tanya Joelin penasaran.

"oh, saya Renata teman satu kelas Geodan. Siapa sih yang nggak tahu kamu di fakultas kita Joelin. Mahasiswi peraih IPK tertinggi kampus kita."

"saya jadi merasa tersanjung." ujar Joelin.

"Ngomong-ngomong kok kamu ada di sini? cafe ini punya keluarga kamu ya?" tanya Renata penuh selidik.

"Bukan mbak, saya pekerja di sini. oh iya mbak, saya tinggal ke pelanggan lain dulu ya. Nanti kita lanjut lagi." ucap Joelin sambil menunjuk arah meja yang baru diduduki oleh pelanggan.

"Oke Joelin." jawab renata singkat.

Sambil berlalu Joelin sibuk dengan pikirannya. Sibuk dengan kenangan masa kuliahnya, saat dimana dia merasa sangat bahagia melakukan hal yang begitu menarik setiap harinya. Diwisuda sebagai lulusan terbaik tentu saja bukan satu-satunya hal yang menaikkan popularitas Joelin di kampus. Creativitas Joelin dan kecerdasannya membuat banyak orang mengenalnya. Bahkan hobby Joelin dalam photography juga mendatangkan banyak pujian. Hanya saja semua masa-masa kuliah itu sudah usai. Disinilah Joelin sekarang, bekerja banting tulang untuk membantu perekonomian keluarganya.

 

\*

 

Pukul 23.20, Joelin memasuki kamar kosnya yang sempit seperti maling yang sedang mengendap-endap khawatir dia akan membangunkan Aya adiknya yang sudah tertidur pulas. Setelah membersihkan diri, Joelin mengambil smartphone nya dan terkejut dengan sebuah notifikasi di account e-mailnya.

*Dear ms.Joelin Angelo,

On behalf of National ****** University (NSU), we are on honor to welcome you as you the new Master Student in Biotechnology Departement, for this fall semester.

For more information about re-registrasion for new student please check the attachment file below.

Best Wishes

Office Of International Affair NSU*

Joelin membaca e-mail tersebut berulang kali, untuk memastikan kalau dia tidak salah.

"Astaga, ini beneran hp ku kan?" tanyanya dalam hati sambil membolak balik smartphonenya.

"Gimana dong ini?" tanya Joelin sekali lagi, lebih kepada dirinya sendiri.

Waktu yang tidak mau berhenti walau sejenak kini sudah menunjukkan 01.00 dini hari, sementara Joelin masih sibuk menghitung sesuatu.

"ah... kurang 10 juta." ucap Joelin dalam hati. Sebelah menghitung semua uang tabungannya dan gajinya sampai bulan Agustus nanti, Joelin masih kekurangan dana untuk persiapan keberangkatan Joelin ke Korea.

"Haruskah aku kesana?" tanya Joelin lagi.

"Tapi kan selama ini aku sudah les bahasa Mandarin, supaya bisa pergi ke China dengan bang Geodan." ujarnya lagi.

"Joe, lampunya silau. Kamu ganggu tidur orang aja." omel Aya yang terbangun karena suara krasak krusuk yang dihasilkan Joe saat berhitung tadi.

"Tidur Joe, besok gua ada kelas pagi." tambah Aya.

"hmm..mm" Ucap Joelin sambil mematikan lampu utama dan menyalakan lampu tidur.

Sepanjang malam Joelin terus berselancar di google dengan smartphone-nya, akhirnya Joelin membuat sebuah blog dan menulis beberapa catatan mengenai pelajaran IPA disana. Berharap lewat blog ini dia dapat mengumpulkan pundi-pundi uang sebagai penghasilan tambahan.

 

\*

 

Sebulan sudah berlalu sejak Joelin menerima e-mail dari salah satu Universitas di Korea. Dan sebulan juga Joelin sudah tidak bertemu dengan Geodan. Lelaki itu bukan menghilang tanpa jejak, Geodan kembali ke kampung halamannya.

to: Bg Geodan

"Bang, apa kabar? Kapan jadinya abang berangkat?"

Joelin mengirim sebuah pesan whatsaap kepada Geodan namun tak kunjung direspon oleh nomor tujuan. Goedan selalu begitu, entah sengaja entah bukan tapi Joelin sungguh merasa Goedan mengabaikan hadirnya.

Joelin kembali fokus pada laptopnya.

"Ruang baca ini terasa berbeda tanpa kamu bang." bisik Joelin dalam hati.

"Joelin, maaf saya terlambat." ujar seorang pria paruh baya yang kini berdiri di sisi meja Joelin.

"It's Ok Laoshi." jawab Joelin.

Setelah 120 menit sesi private, akhirnya Pria itu undur diri.

"Laoshi, Joelin sudah transfer uang les bulan ini. Maaf Laoshi, sepertinya untuk beberapa bulan kedepan Joelin tidak les lagi. Ada sesuatu hal yang harus saya selesaikan. Terimakasih untuk bimbingan Laoshi selama ini" ujarnya.

"Baiklah Joelin. Terimakasih juga sudah mau menjadi murid saya." jawabnya sambil undur diri.

Sepeninggalan Chang Laoshi, Joelin berselancar di sosial media.

"What???" Joelin terbelalak dan sangat shock dengan sebuah kiriman diberandanya.

"Bang Geodan udah di China?" tanya Joelin dalam hati.

Tanpa sadar, air mata membasahi pipi Joelin. "Bang, kenapa pergi tanpa pamit sih? Setidaknya aku juga pengen ngucapin see you again saat kamu berangkat bang." batin Joelin. Ada rasa sakit yang menusuk di hatinya, menyadari bahwa dia hanya dianggap sebagai seorang kenalan kampus biasa oleh Geodan.

"Bangun Joelin, kamu sudah kelamaan bermimpi." tegasnya sambil menghapus air mata nya dan membereskan laptop beserta bukunya.

Joelin berlalu meninggalkan perpustakaan itu dengan langkah yang pasti.

"Setidaknya aku bisa berjuang keras untuk menyusulmu." ucapnya lirih.

Sekarang fokus Joelin adalah menemukan cara untuk diterima di Universitas yang sama dengan Geodan di China. Joelin lupa bahwa dia sudah diterima dikampus lain, di Negara lain, Korea.

Author : Reader, kasih tau Joelin dong buat give up sama Geodan yang gak nganggep dia. Toh kalau Joelin pergi ke Korea bakal ada kisah lain kan? Btw menurut reader akhirnya Joelin pergi kemana? Korea atau China?

komen bellow ya jawaban kalian..

Dia Pemilikku

Setelah 3 bulan meninggalkan Indonesia, tidak sekalipun Joelin menerima kabar dari Geodan. Sementara Joelin, diam-diam menyimpan rindu.

"Cinta ku memang bertepuk sebelah tangan." ucapnya lirih sebelum tertidur setiap harinya.

***

di salah satu international Airport Indonesia.

" Pak, Joelin berangkat ya. Bapak sehat-sehat." Joelin menyalam tangan lelaki paruh baya itu.

"Mak sehat-sehat ya." Ucap Joelin sambil memeluk wanita yang melahirkannya yang kini bercucuran airmata.

"Hati-hati ya nak." isak wanita itu.

Satu persatu Joelin juga mengalami kedua adiknya.

Sekali lagi Joelin melambaikan tangan pada keluarganya. Dia berjuang menahan air mata memandang wajah keempat orang yang paling dia sayang di dunia. Orang tua dan kedua adiknya, dengan penampilan yang sangat jauh dari kata mewah dan terlihat kontras dengan para pengunjung bandara. terlebih kedua orangtuanya yang hanya memakai sendal jepit dan pakaian lusuh. Mereka menghantar keberangkatan anak sulungnya ketempat yang jauh sambil berurai air mata.

"Pak, bagaimana kalau anak kita hilang?" isak Ibu Joelin.

"Kamu ini, bagaima? Joelin itu kesana buat sekolah. Jangan pikir yang macem-macem. Doakan yang baik-baik saja." Ucap Ayah Joelin menyembunyikan kesedihan dan rasa khawatirnya.

Mereka terus memandangi punggung Joelin sampai menghilang. Sementara Joelin tak kuasa lagi menahan air matanya, alasan yang memaksanya tidak sekalipun menoleh kebelakang pada keluarga yang dikasihinya.

Joelin POV

"Tenanglah Mak, Pak. aku akan mengejar mimpiku dan mematahkan garis kemiskinan yang menghimpit keluarga kita." ujar Joelin dalam hati.

Hari ini Joelin meninggalkan rumahnya, negaranya, untuk sebuah mimpi. Pergi ke tempat baru, arah yang memisahkannya dengan Geodan.

"Kalau kita memang ditakdirkan untuk bersatu, pasti kita bersatu." ucap Joelin lirih ketika bayangan Geodan melintas di benaknya.

Setelah penerbangan sekian jam akhirnya Joelin tiba di sebuah bandara di Korea. Guide dari Universitas yang menjemput Joelin di bandara membawa Joelin langsung ke Asrama Kampus. Setelah check in dikantor asrama akhirnya Joelin memasuki kamarnya dan berbenah di sana. Joelin tidak ingin menangis terlalu lama karena terpisah dari keluarganya.

"Aku harus belajar keras dan lulus dari tempat ini secepatnya." batin Joelin.

\*\*\*

Geodani POV

Setelah seharian berkutat dengan rumus matematika di ruang research akhirnya aku memutuskan untuk kembali ke apartemen.

17.30 waktu yang ditunjukkan arloji yang melingkar di tangan ku ketika sepasang kaki ini melangkah gontai meninggalkan pinta ruang research. Alih-alih memakai lift aku malah berlari kecil kearah tangga dan mulai menuruninya dari lantai 5 ke lantai 1 gedung ini, tempat para mahasiswa memarkirkan kendaraan masing-masing.

18.00 aku tiba di apartemen, setelah membersihkan diri, aku memainkan ponselku sembari bersantai menunggu paket makan malam ku diantar oleh layanan pesan antar.

tiba-tiba muncul satu chat di whatsaap.

from: Renata

Geodan, loe apa kabar? dengar-dengar, Joelin udah nggak di Indo lagi. Ini benar gak sih Dan?

replay

Tau dari mana Ta? Kemana dia? China?

From: Renata

Gue gak tau makanya nanya ke elo.

"huuuft.." Geodan menghela nafas panjang.

"Kamu kemana sih gadis nakal? kenapa nggak diam dirumah aja bantu orang tua?" Geodani mengomel sendiri.

Lalu dia mencoba stalking di laman media sosial Joelin, namun tidak menemukan petunjuk apapun.

"Joelin, ntar juga ketahuan kamu dimana." ucap Geodan sekali lagi sambil meletakkan ponselnya di meja. Lalu memilih menyalakan Laptopnya dan mulai streaming beberapa saluran Televisi Indonesia untuk mengikuti beberapa informasi terkina dari negara tercinta.

Namun tiba-tiba pikirannya melayang pada Joelin. Gadis yang dikenalnya sejak 5 Tahun lalu.

"Kalau kamu di Negara ini aku pasti nemuin kamu." sebuah senyum mengembang di bibirnya.

Geodan yang dikejutkan oleh bunyi bel apartemen segera tersadar dari pikirannya, dan berlari kearah pintu. Makan malamnya telah tiba. Setelah selesai melahap makanan itu Geodan kembali membolak balik catatan researchnya hari ini, sampai alarmnya berbunyi menandakan waktu sudah menunjukkan pukul 23.00, saatnya untuk istirahat dari kesibukan hariannya.

Joelin POV

Seminggu lebih 4 hari telah kuhabiskan di tempat ini, semua urusan registrasi ulang sudah beres. Bahkan satu hari yang lalu aku sudah menemukan dosen pembimbing ku. Hari ini adalah kelas pertama yang ku ikuti. Aku memasuki kelas dan duduk di barisan ke dua. Ada beberapa siswa di kelas saat aku tiba. Setelah sekian menit berdiam diri disana seorang profesor masuk. Dia adalah pembimbing ku, namanya Prof. Park Ha Deul.

Dia mulai menyampaikan perkenalan singkat dan juga mengenalkan ku secara singkat pada seisi kelas. yah, mungkin karena aku satu-satunya mahasiswa asing dijurusan ini. Dan berhubung kelas yang kuambil bukan kelas internasional, maka beliau pun mengajar dalam bahasa korea. Kemampuan berbahasa korea ku sangat pas-pasan, karena aku tidak pernah les bahasa korea.

Akhirnya kelas berakhir seiring dengan Prof.Park yang meninggalkan kelas, mahasiswa lain pun beranjak meninggalkan kursi masing-masing. Dengan sangat canggung saat kelas sudah kosong akupun berdiri dan berjalan menuju pintu. Namun ternyata aku salah, ruangan ini belum kosong. 3 pria sedang berdiri di pintu kelas.

"Mau makan siang bersama?" Tanya pria yang mengenakan kaos casual berwarna biru muda. Dia terlihat tampan dibanding lelaki gemuk yang berdiri disebelahnya.

"Thank you, ayok." jawabku singkat.

Lalu aku berjalan mengikuti mereka yang sibuk berdiskusi dalam bahasa Korea. Aku memilih berdiam diri, mengingat kemampuan berbahasa korea ku yang paspasan. Pria gemuk dan Pria yang mengundangku makan bersama tadi berjalan memimpin di depan, sementara seorang lelaki dengan tinggi 170 cm menyusul dibelakang mereka. Dia terus berdiam diri, aku bahkan belum melihat wajahnya karena dia membelakangiku dari tadi, dan entah mengapa aku memilih mengekor dibelakangnya. Sambil berjalan dengan kepala tertundunk aku sibuk dengan pikiranku.

Duk..

tiba-tiba aku menabrak seseorang. Aku mengangkat wajahku dan menemukan sebuah senyum di hadapanku.

Deg...deg...deg..

"apa aku kena serangan jantung?" batinku.

seketika aku menunduk kembali, namun senyum lelaki itu tersimpan dalam memori ku. Setelah yakin dia kembali berjalan aku mengekor lagi.

"Duk.." sekali lagi aku menabraknya, tapi kali ini aku menabrak punggungnya.

pria itu memutar badannya dan memandangku sekali lagi.

"Lift nya penuh, kita tunggu sebentar lagi." jelasnya.

aku hanya menjawab dengan senyuman dan seketika aku sadar teman-teman yang lain sudah lebih dahulu meninggalkan kami.

Akhirnya kami memasuki lift berikutnya dan sibuk dalam kebisuan.

"Kamu milikku." bisiknya pelan yang seketika membuatku merinding. Tubuhku tiba-tiba menjadi kaku. dan jantungku berdebar sangat kencang. hawa panas menyelimuti pipiku yang kuyakini sudah memerah seperti kepiting rebus.

Ting.. pintu lift terbuka dan betapa leganya aku ketika melihat dua lelaki yang mengundangku makan siang bersama tadi ada diluar. aku bernapas lega karena tidak perlu terlalu lama berduaan dengan lelaki tampan salah maksudku lelaki asing (meskipun dia memang tampan) yang sudah membuatku terkena serangan jantung ringan hari ini.

Pemeran Drama Korea

Joelin dan lelaki itu keluar dari lift, kemudian bergabung bersama dua lelaki tampan lainnya. Mereka berjalan menuju taman kampus. Area yang hijau dan teduh. Disana terdapat beberapa pepohonan rimbun yang menaungi kursi dan meja. Sungguh sangat teduh. Mereka berempat, tepatnya Joelin mengikuti ketiga pria tampan itu, dan memilih duduk di sana.

"Joelin, mau makan apa?" tanya lelaki tampan yang mengundangku untuk makan siang (aku belum tau namanya, tapi dia yang paling tampan)

"sayuran." jawabku singkat.

"kamu vegetarian?" tanya lelaki gemuk yang aku juga belum tau namanya.

"Bukan. Aku hanya sangat menyukai sayuran." jawabku lagi.

"kita mau pesan McD, bagaimana dengan hamburger tanpa daging?" tanya si tampan itu kembali.

"call." jawabku singkat.

"tanpa telur juga?" tanya si gemuk lagi

"aku mau telur." jawabku manja, aku bahkan belum berkenalan dengan mereka, bagaimana kemanjaan ini mengalir begitu saja? menjijikkan.

"No. telur bisa membuatmu gemuk." ujar si tampan lagi.

"oke! aku tidak ingin jadi gemuk." jawabku singkat.

Setelah selesai memesan makanan, mereka kembali sibuk dengan ponsel masing-masing. Ketiga pria itu sepertinya sedang bermain game, sementara Joelin sibuk dengan instagramnya. Setelah bosan membaca feed beberapa akun yang difollownya, Joelin memilih meninggalkan aplikasi itu, kemudian memutuskan merekam beberapa photo menggunakan kamera ponselnya.

"Joelin, kamu sedang apa?" tanya si gendut tiba-tiba.

Joelin yang sedang asik sendiri akhirnya tersadar, bukannya menjawab dia malah balik bertanya, "Nama kamu siapa?"

"Aku Si An, jawabnya."

"hi Si An." jawab Joelin sambil tersenyum lalu kembali bertanya "Nama kamu siapa, dan kamu siapa?" kepada dua lelaki tampan lainnya.

"Aku Mark." jawab lelaki tertampan disana.

"Kamu?" tanya Joelin ragu-ragu pada lelaki yang dari tadi memilih mendiamkannya.

"Eum Son. panggil aku Mickey." dia menjawab sambil terus sibuk dengan ponselnya tanpa memandang Joelin.

"Mark and Mickey, senang bertemu dengan kalian."

"Joelin, bagaimana denganku? kamu tidak senang bertemu denganku?" tanya Si An.

"gimana ya?" jawab Joelin sambil tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Joelin, aku bukan temanmu." Si An berteriak kesal.

"Ya sudah." jawab Joelin santai.

Akhirnya Joelin, Si An dan Mark tertawa lepas. Hanya Mickey yang masih terlena dengan dunianya sendiri.

"Mark, kenapa namamu berbeda? seperti nama orang barat." tanya Joelin akhirnya.

"Ayahku dari Amerika, tapi Ibuku orang Korea." jawab Mark.

Jawaban yang membuat Joelin paham asal dari ketampanan Mark yang luar biasa.

"Apakah rumah kalian dekat dengan sekolah? Apakah kalian tinggal bersama keluarga kalian?" Joelin tiba-tiba jadi banyak tanya.

"Orang tuaku tinggal di Seoul, disini aku menempati apartementku sendirian. Kecuali weekend. Karena biasanya pacarku datang." Jelas Mark.

Tiba-tiba Joelin bergidik mendengar penjelasan Mark.

"Tampan sih tampan, tapi kok pacar dibawa nginap?" omel Joelin dalam hati.

"Bagaimana denganmu Si An?" tanya Joelin.

"Ayahku orang Korea dan Ibu ku juga Korea." jawab Si An.

"Ya..!! Siapapun tau itu. Bukan itu, pertanyaan ku bukan itu." Omel Joelin.

"Lalu apa?" Tanya Si An

"Kamu menyebalkan." jawab Joelin sebelun akhirnya terpaksa diam karena makanan mereka sudah tiba.

mereka berempat akhirnya sibuk menikmati makanan masing-masing.

"Joelin, kamu lelet banget makannya." Serang Si An.

"Apaan sih. Berisik." jawab Joelin.

"Buruan dong. Kamu nggak lihat semua orang sudah selesai makan?" tanya Si An lagi.

"ih... sabar atuh pak." Jawab Joelin dalam bahasa indonesia.

"Joelin, don't speak in alien language." Si An tiba-tiba menggunakan bahasa inggris.

"Wah. Daebak... Si An, ayok kita komunikasi dengan bahasa inggris. jangan pakai bahasa korea, aku kaku banget ngobrol pakai bahasa korea." mohon Joelin dengan bahasa korea nya yang patah-patah.

"kamu harus belajar Joelin. Ngapain datang ke korea kalau mau pakai bahasa inggris? Ke Inggris aja sekalian." Jawab Si An kesal.

"ih.. apaan sih anak ini? nyebelin banget" batin Joelin.

"Hurry up Joelin. Better you continue eating your lunch and don't move your eyes like that. it isn't cute." omel Si An.

"Yaudah sih, pakai inggris aja yok ngomongnya." mohon Joelin.

"No." jawab Si An singkat.

"Mark.. Please, let's use english." mohon Joelin.

"Joelin. Please, let's use Korean." ejek Mark.

"Apa kalian masih lama? Aku ingin kembali ke Lab." Tiba-Tiba Mickey angkat suara.

"Joelin, selesaikan makanamu." Kali ini Si An bicara dengan sangat tegas.

Joelin pun memilih menikmati makanannya dalam diam.

"Dasar lelaki-lelaki aneh." omel Joelin dalam hatinya.

"Guys, sedang apa kalian di sini?" seorang lelaki dalam balutan baju berwarna putih yang terlihat kasual dan sangat tampan menghampiri Joelin dan 3 pria tampan lainnya.

"Nih, nungguin cewe sebijik." jawab Si An

"siapa dia?" tanya pria itu lagi.

"anak baru." jawab Mark.

"Gue juga tau ****. maksud gue, info lengkap tentang dia."

"Tanya aja sendiri." jawab Mark lagi.

"Hi, cewek. kenalan yuk. aku Bill. nama kamu siapa?" tanyanya langsung pada Joelin.

"eh. hi, aku Joelin." jawab Joelin sambil tersenyum malu.

"Gila, tempat ini dipenuhi lelaki tampan. ya ampun, mimpi apa aku semalam? kom bisa masuk drama korea gini sih.." curhat Joelin dalam hati.

"kamu cantik" ujar Bill tiba-tiba.

"Makasih." jawab Joelin yang tersipu malu.

"Gue duluan." tiba-tiba Mickey angkat suara sambil berlalu meninggalkan mereka.

"Mike tunggu dong." Si An setengah berteriak sambil mengekor Mickey.

"Joelin ayok" ajak Mark.

Joelin pun mengikuti mereka sambil mengunyah makanannya yang dari tadi belum habis.

"Guys, tungguin gue belum makan siang." ucap Bill. Namun sia-sia karena keempat orang tadi sudah berlalu.

"Joelin, kamu lucu banget." teriak Bill yang tersenyum sendiri menyaksikan Joelin kewalahan mengikuti langkah kaki ketiga lelaki itu.

"Guys. tungguin." panggil Joelin.

"Panjangin dong kaki kamu. Pendek banget a kayak anak SMP" Si An kembali meledek Joelin.

"dasar gemuk, body shamming aja bisanya." batin Joelin. Dia sungguh kewalahan mengikuti langkah kaki ketiga lelaki itu. Memang Joelin hanya memiliki tinggi badan sekitar 157 cm. Rambutnya yang hitam, matanya yang biru dan kulitnya yang menurut dia sawo matang (padahal orang bilang kulitnya putih loh), rasanya memiliki darah Jerman dan Indonesia tidak serta merta membuat Joelin secantik model. Dia memang sering dikira anak SMP karena tubuhnya yang mungil dan wajahnya yang awet muda. Mereka terus berjalan sampai akhirnya tiba di sebuah Gedung bertuliskan Departement Biotechonogy. Ke empat orang itu kemudian memasuki gedung tersebut dan dengan bantuan lift tiba di lantai 11, menuju sebuah ruangan yang sehari sebelumnya dikunjungi oleh Joelin bersama dosen pembimbing nya.

"Makasih teman-teman udah nemenin aku sampai ke Lab." ucap Joelin tulus.

Mickey, hanya diam dan langsung masuk ke dalam ruangan itu.

"Joelin, kita ini labmates. Bukannya kemarin kamu sudah datang kemari dan bertemu dengan kami?" tanya Si An.

"Astaga. Gue lupa nih, ternyata udah ketemu mereka sejak semalam." batin Joelin.

"Jangan bilang kamu lupa. yuk masuk." ujar Mark santai.

"Ini kursi kamu. masih ingat kan?" Goda Si An.

"ya." jawab Joelin menahan malu.

"Joe, ikut aku yok." ajak Mickey.

deg..deg..deg.. jantung Joelin berdegup kencang.

"Ya Tuhan, mau apa lagi dia? aku sudah nyaman dengan dia yang diam dan sibuk sendiri." Joelin menggerutu dalam hati.

"JOE..!" panggil Mike sekali lagi.

"ok!" Joelin segera berlari ke arah Mickey bersama jantungnya yang terus berdetak makin liar.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!