Ini adalah episode sebelumnya..
Sudah 25 tahun berlalu dari meninggalnya Tika. Entah bagaimana sekarang kabarnya pak Lutfi. Karena setelah kejadian itu, pak lutfi memutuskan untuk pergi ke luar kota. Dan kini anak-anak kami pun sudah pada besar.
Anakku yang bernama Alvaro, sekarang mengikuti jejak ayahnya yaitu menjadi Dosen disalah satu perguruan Tinggi ternama di Kota A.
Sedangkan putriku, Diandra, sangat malas untuk meneruskan kuliah S2.
“Udahlah bun, ngapain juga sekolah tinggi tinggi. Nanti juga bakalan kerjanya didapur kaya’ bunda.” Celetuknya
“Oh.. Jadi itu mau kamu. Ya udah, klo kamu maunya begitu, akan bunda kabulkan. Akhir pekan ini, kamu bakalan bertemu dengan calon suamimu.” Ucapku kesal
“Bunda kok gitu sich?! Aku kan pingin kerja dulu.” Sahut Diandra
“Ngapain kamu kerja, toh kamu juga bakalan jadi kaya’ bunda, seorang ibu rumah Tangga yang kerjanya Cuma didapur.” Ucapku emosi
Sementara datang pak Chandra dari ruang tamu.
“Ada apa ini? Kok ribut ribut.” Ucap pak Chandra bingung
“Ini Ayah, si bunda masa’ mau jodohin aku akhir pekan ini?!” adu Diandra
“Oh masalah itu ya?! Emang benar kok seperti itu. Soalnya kamu itu selalu aja menggunakan alasan ‘dapur’ klo disuruh lanjutin kuliah.” Ucap pak Chandra yang mendukungku
“Ah ayah sama aja kaya’ bunda.” Ucap Diandra kesal dan langsung pergi begitu aja
“Kenapa yah sama Diandra?” tanya Alvaro yang baru saja tiba dari mengajar
“Eh kamu sudah pulang sayang. Sudah makan belum?” tanyaku
“Belum bun. Varo sengaja maunya makan dirumah aja.” Sahut Alvaro
“Oh ya udah klo begitu. Bunda sebentar lagi selesai masaknya. Kamu keluar dulu sana sama ayah. Jangan ganggu bunda masak.” Ucapku karena 10 tahun yang lalu, bi Ina sudah meninggal. Jadi akulah sekarang yang memasak setiap harinya.
***********************************
Beberpa hari kemudian tibalah hari pertunangan antara Diandra dan juga Azka, anak mba Alya
Tapi sebelumnya memang meraka pernah bertemu beberapa kali waktu mereka umur 2 tahun. Dikarenakan 20 tahun yang lalu, pak Rudi pindah kerja keluar kota. Jadi saat ini, bukan hal aneh jika mereka lupa satu dengan yang lainnya
‘tok.. tok.. tok..’ suara pintu rumah diketuk
“Hai Chan..” ucap pak Rudi seketika sambil memeluk pak Chandra
“Hai Rud, Al.” Sahut pak Chandra
“Pa kabar kalian sekarang?” tanya pak Chandra
“Baik Chan. Lo sendiri sekeluarga gimana?” tanya pak Rudi.
“Baik.” Sahutnya singkat
“oh.. Ini anak lo ya Rud, si Azka? Tampan sekali.” Ucap pak Chandra
“Iya donk.. Siapa dulu orang tuanya.” Sahut pak Rudi bangga
“Ayo masuk.” Ucap Pak Chandra
“Ai, tamu kita sudah datang nih.” Seru pak Chandra
“iya sebentar..” sahutku teriak
“Sekarang kegiatannya apa?” tanya pak Chandra ke Azka
“Saya dosen om di salah satu perguruan tinggi ternama di kota A.” Jawabnya sopan
“Berarti kamu kenal donk sama Alvaro. Dia juga dosen di sana.” Ucap pak Chandra
“Alvaro?!” ucap azka yang mencoba mengingat-ngingat kembali
“Hai Azka..!!” sapa Alvaro yang tiba-tiba muncul
“Hai. Oh jadi kamu anak om Chandra?” tanya Azka dan alvaro mengangguk
Tak selang berapa lama, Aipun datang dengan Diandra. Namun...
“Lo? Ngapain lo dirumah gue?” celetuk Diandra tiba-tiba dengan tidak bersabat
“Lha lo sendiri ngapain ada disini?” tanya Azka yang ga kalah sewot
“Gue tinggal di sini tau!” ucap Diandra sewot juga
“Apa?!” sahut Azka
“Ehm.. Ehmm.. Sepertinya kalian sudah saling mengenal satu sama lain. Baiklah klo begitu kita mulai saja acara pertunangannya.” Ucap pak Rudo selaku pihak laki-laki
“Apa Ayah? Maksudnya aku harus menikahi dia?” tanya Azka memastikan
“Iya Azka dan Diandra, hari ini kalian akan bertunangan.” Ucap pak Chandra.
“Apa? Ga mau.” Sahut mereka berdua bebarengan sambil buang muka
Sementara itu para orang tua..
“Apa kita benar-benar bisa berhasil menjodohkan mereka berdua?!” bisik pak Rudi kepadaku dan pak Chandra.
Sementara mba Alya hanya bisa tepok jidat dan Alvaro..
“Sebenarnya ini ada apa sih?!” gumam alvaro yang ga paham dengan situasi yang sedang terjadi
Demikianlah cerita ini berakhir dengan kehobohan 2 kubu.
lanjut...👇
Tentu para pembaca sekalian masih ingatkan dengan episode sebelumnya.
Nah, para pembaca pasti bingungkan kenapa bisa-bisa Azka dan juga Diandra itu seperti musuh bebuyutan?
Baiklah.. Author akan flashback ke lima tahun yang lalu.
Sekaligus author juga akan menceritakan kisah cintanya Alvaro dan pasangannya..
Baiklah.. Kita mulai baca kisahnya...😙
****
Kisah ini berawal dari lima tahun yang lalu, dimana dua insan ini (Azka dan Diandra) sedang meneruskan kuliah S1 nya dengan jurusan yang berbeda. Azka mengambil jurusan matematika dan Diandra mengambil jurusan ekonomi
Suatu hari, mereka tanpa sengaja saling bertemu. Namun dengan situasi yang berbeda.
Saat itu, hujan sangatlah deras. Diandra yang diajarkan hidup sederhana oleh ayahnya (Pak Chandra) dan bundanya (Ai) agar tetap menjalankan hidup sederhana, lebih memilih tinggal di kos-kosan yang kecil yang tidak jauh dari kampusnya. Kala itu, dia hampir saja di tabrak oleh Azka yang sudah dibiasakan hidup serba ada dari ayahnya (Pak Rudi) dan bundanya (Alya) dengan mobilnya
Dalam sekejap, baju Diandra menjadi basah dan kotor. Namun hal ini tak dihiraukan oleh Azka. Dia terus saja melajukan mobilnya tanpa mengurangi kecepatannya.
“Hai.. Dasar kurang ajar. Habis buat baju orang kotor, malah tidak tanggungjawab. Main pergi begitu saja.” Ucap Diandra sambil berteriak kesal
“Awas kamu kalau sampai ketemu lagi.” Ancam Diandra.
Setelah sampai di ruang kelas, ternyata mereka bertemu lagi, karena kebetulan mata pelajaran mereka sama
“Hai kamu.. Tanggungjawab nih. Gara-gara ulahmu yang sok kaya itu, bajuku jadi kotor dan basah seperti ini.” Ucap Diandra
“Tanggungjawab ?? Kamu nya saja kali yang jalan tidak pakai mata. Sudah tahu mobil mau lewat bukannya minggir, eh malah tetap jalan saja.” Sahut Azka
“Eh dasar kamu ya. Cowok payah. Tidak punya rasa tanggungjawab. Sudah tahu kamu yang salah tapi malah balik menyalahkan orang.” Ucap Diandra
“Apa kamu bilang?” sahut Azka
“Sudah.. Sudah.. Kalian ini ketemu langsung berantem. Kalian ini akrab banget ya?! Memang kalian sudah kenal ya? berapa lama?” tanya Satria, sahabat Azka
“Tidak.. Tidak kenal..!!” sahut Azka dan juga Diandra bebarengan
“Buju buset. Woi.. Nyantai saja kali jawabnya.” Ucap Satria terkejut dengan suara mereka berdua
“Diam, kamu!!” ucap Azka
“Ok.. Ok.. Aku diam. Ya sudah sana lanjutkan.” Sahut Satria
Tak selang berapa lama, ketika suasana antara Azka dan Diandra menegang, datang Lisna, sahabat Diandra
“Hadeuh ni bocah satu. Pagi-pagi sudah ribut.” Gumam Lisna sambil mendekat ke arah Diandra
“Woi An, kamu pagi buta begini sudah buat rusuh. Tidak malu apa sama ayam?” celetuk Lisna
“Hei.. Perumpamaan macam apa tuh?! Malu sama ayam? Memang ayam itu kalau lagi heboh, kaya mereka berdua ya?!” Celetuk Satria
“Ah kamu tidak tahu saja. Itu ayamnya tetangga anak dari bibi dari temen deket dari iparnya tetangga aku, kalau lagi ribut ya kaya mereka berdua.” Jelas Lisna dan Satria pun melongo mendengar penjelasannya sementara Diandra dan Azka masih berwajah tegang
“Buset.. Tuh ayam sebenarnya punya siapa sih?” gumam Satria
“Woi, kalian berdua dengar tidak sih aku ngomong..?!” ucap Lisna emosi
‘pletak.. pletak..’ kepala Diandra dan juga Azka seketika di pukul pakai buku oleh Lisna
“Aw..” jerit mereka berdua bersamaan
“Waduh.. Ni perempuan satu seram sekali. Belum kenal belum apa juga sudah berani pukul-pukul segala.” Gumam Satria
“Woi, sakit tahu.” Celetuk Azka
“Oh.. Sudah sadar? Sakit ya?” celetuk Lisna
“Lis, kamu ngapain sih pakai pukul kepala segala. Sakit tahu.” Protes Diandra
“Habisnya kamu pada sih. Di ajak ngomong tetap saja serius saling ribut.” Jelas Lisna
“Memang kamu berdua lagi pada meributkan apa sih?” tanya Lisna
.
.
.
.
.
Lanjut....👇
“Ini nih... Kamu tidak lihat apa bajuku basah plus kotor kaya gini?!” ucap Diandra
“Ya ampun An, kok bisa sampai kaya gini sih?” tanya Lisna heran
“Noh.. Gara-gara tuh orang satu tuh. Yang sok kaya. Nyetir mobil seenak perutnya sendiri saja. Dikiranya tuh jalan punya nenek moyangnya apa?” celetuk Diandra
“Hadeuh...” ucap Lisna tepok jidat
“Hai.. Sini sebentar.” Panggil satria
“Apa?” tanya Lisna
“Hai, mending kita tidak usah ikut campur deh. Kamu tidak tahu sih gimana galaknya si Azka itu.” Ucap Satria berbisik tapi bisa di dengar oleh Diandra
“Oh.. Jadi kamu namanya Azka?! Kamu minta maaf ga?” ucap Diandra
“Apa? Minta maaf? Hah.. Mimpi saja kamu. Sampai mati pun aku tidak akan minta maaf sama kamu. Orang aku tidak salah kok.” Ucap kekeh Azka
“Oh begitu?!” ucap Diandra lalu tiba-tiba...
‘byur..’ Diandra menuangkan air yang ada di botol ke atas kepala Azka
“Kamu..!!” ucap Azka yang juga jadi basah kuyup. Cuma bedanya bajunya tidak kotor.
“Kenapa? Waduh.. Baju kamu basah juga ya?! Kasiman.. Eh salah... Kasihan..” celetuk Diandra
Sementara Lisna dan juga Satria sama-sama tepok jidat.
“Hadeuh..” ucap lisna dan satria bebarengan
“Benar-benar mereka berdua tidak bisa diselamatkan.” Ucap Lisna
“Iya. Mereka berdua sudah pada masuk jurang. Tidak bisa diselamatkan lagi.” Sahut Satria
“Eits.. Masuk jurang?” tanya Lisna bingung
“Iya.. Jurang permusuhan.” Sahut satria
“Oh...” ucap Lisna
Disaat yang bersamaan, datang dosen yang akan mengajar mata kuliah saat itu. Dan betapa terkejutnya dosen itu, mendapati bahwa ada mahasiswanya yang sedang bertengkar seperti anak SD
“Hai kalian berdua! Kalian di sini tuh mau belajar atau mau pacaran? Hah?” ucap dosen itu
“Pak, salah pak. Mereka berdua bukan pacar.” Ucap Lisna memberitahukan dan Satria pun mengangguk
“Oh begitu. Ya sudah. Kalau begitu, mulai hari ini kalian resmi pacaran. Dan sebagai hukuman buat kalian berdua, Kalian di beri tugas untuk membersihkan seluruh toilet kampus selama satu minggu.” Ucap dosen itu
“Apa?” ucap Diandra dan Azka bebarengan
“Tapi pak..” ucap Azka yang terpotong
“Tidak ada tapi-tapian. Jika sampai ada salah satu saja toilet yang tidak bersih, maka kalian berdua tidak akan lulus dalam mata kuliah saya.” Lanjut dosen itu
“Dan yang bertugas melaporkan kegiatan kalian adalah kamu dan kamu.” Ucap dosen itu sambil menunjuk ke arah Lisna dan Satria
“Kami?” ucap Lisna dan Satria bebarengan sambil menunjuk ke arah diri mereka sendiri
“Iya. Kalian! Nah hukuman ini akan berlaku mulai hari ini.” Ucap dosen itu dan setelah itu pergi tanpa jadi mengajar terlebih dahulu.
Ketika dosen itu keluar, akhirnya Diandra dan juga Azka syok mendengar hukuman yang harus mereka kerjakan
“Gara-gara kamu tuh.” Ucap Azka
“Apa? Gara-gara kamu duluan kali. Coba kalau kamu langsung minta maaf tadi. Kan tidak akan jadi kaya gini.” Ucap Diandra yang menyalahkan Azka
“Gara-gara aku?! Sudah jelas-jelas salah kamu kok. Pakai siram air ke kepalaku. Malah balik menyalahkan aku.” Sahut Azka
“Ya tapi kan ini semua awalnya salah kamu.” Ucap Diandra yang ga mau kalah
“Sudah.. Sudah.. Kalian berdua ribut terus. Kalian mau kalau hukuman kalian di tambah lagi?” ucap Lisna
“Betul itu.” Ucap Satria
“Tidak mau.” Sahut Diandra dan juga Azka bebarengan
“Nah.. Kalau tidak mau hukumannya ditambah, ya kalian kerjasama kali. Biar semua cepat beres. Ingat. Satu minggu ini kalian itu pacaran. Jadi kalian harus kompak.” Ucap Lisna
“Tidak sudi aku pacaran sama ni cowo satu.” Ucap Diandra
“Siapa juga yang mau jadi pacar kamu.” Sahut Azka
“Sudah.. Sudah..” ucap Satria
“Hadeuh...” ucap Lisna tepok jidat
.
.
.
.
.
Lanjut...👇
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!