NovelToon NovelToon

Mencintai Suami Palsu

Permulaan

Matahari belum menampakan dirinya, hawa dingin pagi menusuk hingga ke tulang, membuat setiap orang ingin kembali menyelimuti dirinya dengan kain tebal. Namun, pagi ini Kirana harus mulai membersihkan setiap inci dari rumah yang kini ia tinggali, apa daya nya keterikatan kontrak yang di tanda tangani nya memaksa dia harus tunduk pada peraturan yang di buat sang Tuan penguasa, panggilan itu yang kini sering di ucapkan Kirana untuk mengumpat ketika dia sedang kesal.

Ya, kirana terikat kontrak pernikahan atau kerja, ah bukan yang sebenarnya adalah kontrak kerja sebagai pembantu berkedok pernikahan siri yang di lakukan nya dengan pria bernama Anggara Wijaya. Angga telah menyelamatkan Kirana dari Debt colector yang di kirim Rentenir yang di pinjami nya uang. Sebenarnya Kirana meminjam uangnya tidak terlalu besar namun, karena bunganya setiap hari semakin bertambah membuat jumlahnya semakin lama semakin membengkak membuat Kirana tak sanggup membayar semua itu.

Kirana berangkat dari kampung berniat mengadu nasib di Ibu kota, sambil mengenyam pendidikan di bangku kuliah, orang tuanya sungguh berharap Kirana akan menjadi orang sukses di masa depan. Mereka rela menjual satu-satunya aset yang mereka miliki yaitu sebidang tanah di desanya, mereka menjualnya demi uang Pendaptaran kuliah untuk Kirana, Kirana sungguh tak ingin jika harus mematahkan harapan kedua orang tuanya, mereka tlah banyak berkorban demi masa depannya. Bahkan adiknya Kirana, masih kecil-kecil mereka masih duduk di bangku sekolah dasar. Kania dan Kayla adalah nama adik kembar Kirana. Harapan kedua orang tua Kirana menyekolahkannya hingga ke bangku kuliah agar suatu hari dia bisa bekerja dengan layak dan bisa menyekolahkan adik-adiknya hingga ke bangku kuliah juga.

Kemelut kemiskinan yang di alami keluarganya di kampung halaman, membuatnya harus bekerja ekstra, untuk membiayai kuliahnya sendiri dengan bekerja paruh waktu di sebuah kedai kopi. Namun, karena terlalu besarnya biaya hidup di Jakarta membuat gaji yang di dapatnya tiap bulan tidak mencukupi untuk dia makan sehari-hari dan juga uang kuliah per-semester nya, membuatnya memberanikan diri meminjam uang pada Rentenir dan di sinilah ia saat ini, di rumah Minimalis milik sang Tuan penguasa. Rumah ini cukup besar bila hanya di tinggali sendiri, rumah ini memiliki tiga kamar dua di atas dan satu di bawah, Kirana tidur di bawah dan ya, kalian pasti sudah bisa menebak siapa yang tidur di atas, sang Tuan penguasa rumah ini tentunya.

Sebenarnya aku sangat berterima kasih padanya berkat dia aku terbebas dari Debt colector dan Rentenir itu, juga aku masih bisa kuliah dan mewujudkan mimipi ku menjadi orang sukses. Walau, imbalannya dengan jiwa dan raga ku ini. Meskipun aku sudah menikah siri dengannya tapi itu semua hanya sebuah tali jerat di leher ku agar aku tidak lari dari sini, walau aku juga tidak mungkin lari, untuk apa aku lari jika aku bisa tinggal dengan nyaman, makan gratis dan juga kuliah tentunya. Walau aku sering di buatnya kesal karena setumpuk peraturan yang dia buat, seperti harus bangun pagi, rumah harus bersih sebelum dia bangun, sarapan harus sudah siap di atas meja, harus mencuci peralatan dapur setelah memasak, jangan membiarkan piring kotor setelah makan dan masih banyak lagi peraturan-peraturan yang di buatnya. Padahal semua itu sudah tidak perlu di sebutkan lagi aku juga sudah mengerti. Tapi, ya anda tuannya terserah anda mau bilang apa aku hanya perlu mengangguk dan mengiakan perintahnya membuat diriku hidup lebih mudah di rumah ini.

Seperti pagi ini, Tuan penguasa meminta ku membuatkannya sarapan, dia meminta ku membuatkannya Omlet, makanan berbahan dasar telur ini memang sangat populer dan mudah di buat. Kirana mulai mengambil telur dan memecahkan nya di sebuah mangkuk kecil, memotong daun bawang dan sayuran, serta menambahkan sedikit garam karena, Tuan penguasa itu suka makanan sehat dia melarang memakai penyedap rasa di setiap makanan di rumah ini. Tapi, jika untukku sendiri jangan di tanya aku suka makanan yang serba memakai micin karena memang sangat enak hehe.

"Ini kan telur dadar, kenapa namanya jadi omlet coba, haah!" Kirana geleng-geleng sendiri menatap makanan bernama omlet itu.

Suara gemercik air terdengar pelan dari kamar Angga menandakan dia sudah bangun, "Aku harap dia menyukai makanan yang ku buat, ya bukan apa-apa sih, semua ini agar hidup ku lebih mudah di rumah ini dan hutang ku padanya akan segera lunas aku juga bisa mendapatkan gaji sebagai pembokat, di rumah ini, masa bodo dengan pikiran orang lain yang penting aku bisa tetap kuliah dan dapet duit. Semangat Kirana." Kirana mengepalkan tangan di udara memberikan kekuatan tak kasat mata untuk dirinya sendiri.

Setelah menata sarapan di atas meja, Kirana memilih untuk mandi terlebih dahulu agar badannya terasa segar, pekerjaan ini memang cukup melelahkan bagi dirinya yang belum terbiasa. Dulu Ibunya lah yang selalu melakukan semua pekerjaan ini, setelah Kirana kuliah dia tinggal sendiri di kos-kosan paling dia beli makanan dari luar gak pernah masak dan soal membersihkan rumah hehe, dia bukannya tidak bisa tapi malas kesibukannya bekerja dan membagi waktu dengan kuliah membuatnya tak sempat untuk hanya sekedar mengepel lantai. Jika datang hari libur dia akan menghabiskan waktu hanya untuk tidur dan nonton drama India favoritnya.

Kirana kembali ke dapur setelah menyelesaikan rutinitas paginya. Dia duduk bergabung di meja makan bersama Angga yang sudah lebih dulu duduk di sana. "Pagi Tuan!" Kirana tersenyum secerah sinar mentari pagi ini.

"Hem."

'Idih apa coba Hem itu?' gumam Kirana dalam hati. "Bagaimana masakan saya Tuan?" Kirana menunggu jawaban dari Angga, tapi pria itu tetap fokus pada koran di genggamannya.

"Cih, benar-benar dia ya," Angga mengumpat sendiri di balik koran yang tengah Ia baca.

"Apa masakan saya tidak enak tuan? sampai Anda marah-marah seperti itu?" tanya Kirana lagi.

"Kenapa sih kamu berisik banget?" Angga mulai kesal. "Habiskan sarapan mu sendiri, jangan banyak bicara, membuat kepala pusing saja," gerutu Angga.

Kirana mengerucutkan bibirnya sebal, sambil mengunyah makanannya sendiri, walau pun kesal dia tetap menahannya agar tidak mengumpat di depan Angga, walau bagaimana pun Angga adalah majikannya dia harus menuruti perkataannya dari pada terjadi masalah, begitu pikir Kirana. Angga telah menyelesaikan sarapannya dan kembali menaiki tangga, Kirana dengan cekatan membereskan dan mencuci peralatan makan yang telah mereka gunakan tadi.

"Ini kunci rumah, kau sudah harus ada di rumah sebelum aku pulang!" perintah Angga mutlak. Dia meletakan sebuah kunci di atas meja makan.

"Tapi, kenapa Tuan?"

"Tentu saja karena kau pembantu di rumah ini apa lagi," jawabnya ketus.

"Tapi tuan, saya kan harus mencari kerja," Kirana memasang wajah memelas.

"Mencari kerja? kau sudah ku kontrak untuk satu tahun ke depan. Kau tidak boleh bekerja pada orang lain," tegas Angga.

"Tapi tuan, saya bekerja disini kan tidak akan mendapatkan gaji selama dua bulan ke depan, lalu saya akan dapat uang dari mana untuk ongkos pulang pergi ke kampus?" Angga nampak diam berpikir sejenak.

'Benar juga yang di katakannya,' batin Angga.

"Baiklah! Aku akan memberikan mu separuh dari gaji mu, kau bisa memotong separuhnya untuk membayar hutang-hutang mu padaku. Tapi, waktu pembayaran hutang nya di perpanjang menjadi empat bulan dari sekarang."

"Ya, saya setuju tuan," Kirana nampak kegirangan.

"Baiklah! aku pergi dulu, ini uang untuk ongkos mu pulang pergi ke kampus selebihnya aku akan memberikannya nanti sepulang dari kantor. Dan jangan lupa pergi ke pasar beli bahan makanan." Angga menyerahkan beberapa lembar uang seratus ribuan pada Kirana. Kirana hanya mengangguk dan mengantar Angga sampai ke depan pintu.

Awal pertemuan

Beberapa hari sebelumnya. Seorang gadis tengah berlari dari kejaran dua orang pria bertubuh tegap, dia bersembunyi di balik mobil berwarna silver milik seseorang.

"Itu dia..!" teriak salah satu pria itu. Mereka kembali mengejar gadis itu, gadis itu terlihat panik dan blush...Ia masuk ke dalam mobil yang baru saja di hidupkan oleh pemiliknya.

"Hey, nona kau siapa?" tanya pria pemilik mobil itu tampak bingung.

"Sudah ayo jalan dulu nanti aku jelaskan," gadis itu nampak menyembunyikan wajah di balik tas selempang yang sengaja di angkat untuk menutupi wajahnya.

"Hey, katakan dulu siapa dirimu? atau kau orang jahat ya?" pria itu melebarkan matanya menatap waspada.

"Aku bukan orang jahat tuan, aku mohon tolong aku! mereka mengejar ku. Mereka lah yang jahat aku korbannya di sini." Kirana mencoba menarik simpati dari pria ini.

"Aku tidak percaya padamu!" pria itu menyipitkan matanya menatap Kirana dengan curiga.

"Tuan aku mohon! aku akan mengatakan segalanya padamu. Tapi, bawa aku pergi dari sini sekarang sebelum mereka melihat ku," Kirana mengatupkan kedua tangannya di hadapan pria itu.

"Baiklah!" pria itu menjalankan mobilnya meninggalkan tempat itu. Terlihat, kedua orang itu tengah kebingungan mencari-cari gadis yang mereka incar sedari tadi. Kirana menunduk di bawah dasboard mobil agar kedua pria Debt colector itu tidak melihat dirinya. Setelah di rasa cukup aman dia kembali mengangkat kepalanya dan duduk dengan tegak.

"Syukurlah! mereka sudah tidak terlihat lagi," Kirana mengelus dada, seketika perasaannya menjadi lega. "tuan terimakasih banyak, telah menolong saya!"

"Hem, ceritakan siapa mereka?"

"Hehe..tuan! boleh saya minta tolong satu kali lagi?" Kirana berucap dengan tidak tahu malunya. Masa bodo pikirnya, yang penting perutnya yang terasa perih akibat sejak pagi belum terisi makanan akan segera terisi lewat pria ini, meskipun memang dia sadar dia ini tidak tahu malu karena bertindak seberani ini pada orang yang bahkan tidak di kenalnya. Tapi, badan sudah kepalang basah mending nyebur sekalian pikirnya.

"Minta tolong apa lagi?" pria itu balik bertanya.

"Tuan, saya belum makan sejak pagi, boleh tidak pinjami saya uang," Kirana membuang semua rasa malu di wajahnya.

"Apa?!" pria itu terlihat terkejut.

"Saya janji, secepatnya saya akan mengganti nya tuan," Kirana mengangkat kedua jarinya membentuk hurup V.

"Kau tidak tahu malu sekali ya! sudah aku tolong sekarang kau mau memeras ku. Aku bukan orang bodoh yang bisa kau tipu," pria itu tersenyum sinis.

"Terserah, apa yang Anda pikirkan tentang saya tuan. Hiks..saya hanya seorang gadis malang tuan, saya sudah di pecat dari pekerjaan, yang selama ini menjadi tumpuan hidup saya di kota ini dan sekarang Debt colector itu juga mengejar-ngejar saya. Hiks..saya tahu saya salah karena meminjam uang dari Rentenir. Tapi, apa daya saya tuan, saya seorang gadis kampung yang merantau di kota besar ini, saya sendirian tidak punya keluarga di sini, tuntutan hidup di kota sebesar ini sungguh membuat saya lelah tapi, saya tidak mahu mengecewakan harapan kedua orangtua saya, mereka telah mengeluarkan banyak uang untuk menyekolahkan saya sampai ke bangku kuliah." Kirana terisak menyembunyikan wajah di balik telapak tangannya. Entah mengapa Kirana menceritakan masalah pribadinya pada pria ini, tapi, dari pada dia di tuding wanita jahat lebih baik dia mengatakan segalanya pada pria ini.

"Sekali lagi, terimakasih tuan, turunkan saja saya di perempatan jalan di depan sana," Kirana menunjuk jalan di depannya.

Pria itu tak menggubrisnya dia tetap melajukan mobilnya melewati perempatan jalan yang di tunjuk Kirana, "Tuan kenapa anda tidak menurunkan saya di sana?" Kirana merasa heran dengan yang di lakukan pria di sampingnya ini.

'Apa dia Pria jahat?' batin Kirana dia mulai waspada.

Tiba-tiba mobil berhenti. "Hey, tuan kenapa kau berhenti?" Kirana mulai panik sendiri.

"Kau ini berisik sekali, bukannya tadi kau yang meminta ku berhenti dan menurunkan mu. Tapi, sekarang kau malah memelototi ku," pria itu mulai kesal.

"Hehe...maaf tuan!"

"Sudah ayo turun," ajaknya, lantas turun lebih dulu.

Kirana turun dari mobil seraya mengedarkan pandangan ke setiap penjuru tempat itu, "Kita dimana tuan? kau tidak akan berbuat macam-macam pada ku kan tuan?" tatapan mata Kirana penuh selidik, tangannya repleks menutupi bagian dadanya.

"Hey gadis mesum. Kau pikir aku laki-laki macam apa. Menatap mu pun aku tidak berselera bagaimana aku akan bertindak macam-macam padamu, dasar gadis bodoh," seketika hati kirana merasa lega dengan perkataan pria itu. Kirana berjalan mengekor di belakang pria itu.

'Wah, jadi ini yang namanya Restoran,' gumam kirana dalam hati, dia baru menyadari tempat yang kini ia datangi.

Kirana ikut duduk di hadapan pria itu, setelah mereka masuk ke dalam Restoran tersebut.

"Wah baru kali ini aku masuk ke dalam Restouran, ternyata sangat berbeda ya dengan warteg yang sering aku datangi," gumam Kirana pelan. Kirana celingak-celinguk menatap kesana kemari tersenyum pada setiap orang yang menatapnya.

"Hey, kau baru pertama kali datang ke Restoran ya?"

"Ko tahu sih!" Kirana antusias.

"Ya lah, kelihatan norak nya," cibir pria itu.

"Eh tuan, kenapa Anda membawa saya ke Restoran padahal cukup bawa saya ke warteg pinggir jalan saja, saya sudah sangat berterima kasih tuan," mata Kirana berbinar ketika melihat gambar makanan yang tertera di buku menu. Tanpa menghiraukan tatapan mengejek dari sang Pria tersebut.

"Tuan, makanan di sini kelihatannya enak-enak ya," Kirana berucap setengah berbisik.

"Hem..!"

"Tuan, saya bingung harus pilih yang mana, nama makanannya juga aneh-aneh, tuan saja yang pilihkan ya," Kirana meletakan buku menu yang di pegangnya memilih menyerahkan pada yang lebih ahli. Pria itu sudah menentukan makanan yang di pilihnya dan menunjukan pada sang pelayan wanita yang sedari tadi sabar menunggunya.

"Mbak, disini ada lowongan pekerjaan gak?" tanya Kirana pada pelayan yang nampak terkejut dengan pertanyaan yang di lontarkannya.

"Emh, maaf nona di sini sedang tidak ada lowongan!" pelayan itu menunduk hormat dan berlalu pergi.

"Malu-malu-in banget sih," gumam pria itu.

"Tuan, nama tuan siapa?" Kirana beralih kembali pada pria yang telah menolongnya.

"Anggara Wijaya, panggil saja aku Angga!" ucapnya.

"Wah, nama Anda bagus tuan, seperti nama konglomerat dan para pejabat, hehe!" Kirana cengengesan gak jelas. "Nama saya Kirana tuan, tuan bisa panggil saya Kiran," ucapnya sambil mengedipkan sebelah matanya.

"Gak nanya!" ucapnya pelan.

"Saya bisa dengar loh tuan, telinga saya ini masih tajam apa lagi sama gosip emak-emak tetangga depan kosan saya," Kirana tertawa terbahak-bahak merasa lucu dengan lawakannya sendiri, padahal muka Angga sudah memerah karena malu.

"Kenapa aku harus bertemu dengan manusia aneh semacam dia sih," Angga menutupi wajahnya karena malu dengan tatapan pengunjung lain.

"Hey, bisa diam tidak!" gertak Angga kesal.

"Tentu saja bisa tuan, saya ini anak yang patuh loh sama orangtua," Kirana terus cengengesan tak jelas.

"Ya kalau gitu kamu diem, malu di lihat orang," Angga berusaha mengisyaratkan dengan sudut matanya. Kirana yang mengerti langsung mengatupkan rahangnya diam tak bersuara.

Kontrak

Kirana yang mengerti langsung mengatupkan rahangnya diam, namun, semua itu hanya bersipat sementara, setelah itu dia kembali bicara gak jelas. Beberapa saat kemudian pelayan datang membawa makanan yang di pesan Angga. Mata Kirana berbinar senang. Air liurnya hampir menetes tanpa di sadarinya repleks tangannya mengelap sudut bibirnya, untung saja Angga tidak melihat, dia terlihat fokus pada ponsel di tangannya.

"Wah, tuan makanan ini nampak enak-enak, pasti harganya mahal," Kirana menatap takjub pada makanan di hadapannya, "tuan apa boleh saya poto dulu sebelum makan?" Angga hanya menjawab dengan gerak tangannya.

"Terimakasih tuan!" cekrek cekrek.

Kirana mengambil beberapa poto makanan dan juga dirinya, beberapa orang nampak menatapnya dengan tatapan mengejek tapi, Kirana tidak peduli dia tetap asik bersua poto dengan kamera ponselnya.

"Saatnya makan," Kirana membaca do'a sebelum menyuapkan makanan yang nampak menggiurkan itu ke mulutnya. Rasa makanan itu terasa meledak di mulutnya, baru kali ini Kirana merasakan makanan yang begitu enak seperti ini, Kirana makan dengan lahap begitu pun dengan Angga sepertinya dia juga kelaparan setelah menghadapi Kirana si gadis langka yang baru di temuinya.

"Alhamdulilah," Kirana menyandarkan punggungnya karena kekenyangan, Angga memilihkan makan porsi yang lumayan banyak tapi, kirana yang kelaparan sanggup menghabiskan semua dalam sekejap mata, Angga hanya menggelng-gelengkan kepalnya tidak percaya bagaimana gadis dengan tubuh kurus kerempeng seperti itu sanggup menghabiskan makanan yang sebenarnya adalah dua porsi di jadikan satu porsi atas permintaannya.

"Wah, sepertinya kau kekenyangan sekali ya, apa makanannya enak?"

"Ini benar-benar enak tuan, baru kali ini saya merasakan makanan se-lejat ini, pokonya top deh tuan," Kirana mengacungkan dua jari jempolnya ke udara.

"Tentu saja, ini kan makanan mahal, uang di kantong mu mana cukup untuk membayarnya."

"Anda memang benar tuan, jiwa misquin saya menjerit, terimakasih ya tuan, Anda telah membuat saya merasakan makanan se-lejat ini" hihi Kirana ketawa-ketiwi tanpa sadar apa yang akan terjadi selanjutnya.

"Sama-sama, tapi ini tidak gratis loh!" bagaikan ada tali yang mencekik lehernya, Kirana nampak pias seketika.

"Jadi saya harus membayarnya tuan?" Kirana memasang wajah memelas nya, "tuan kan tahu, saya mana ada uang tuan, hiks...," Kirana terisak, jika dia tahu dia harus membayar semuanya setelah kekenyangan lebih baik dia kelaparan.

"Tentu saja, di dunia ini tidak ada yang gratis."

"Tapi tuan, saya tidak punya uang saat ini, bagaimana kalau saya ngutang dulu sama tuan, saya mohon tuan."

"Hem..," Angga nampak berpikir sejenak. "baiklah!" seketika Kirana bernafas lega setidaknya untuk saat ini dia tidak harus membayar makanan yang telah ia makan tadi. Makan di tempat seperti ini sungguh membuatnya merinding sekarang, menerka-nerka berapa harga seporsi makanan di tempat itu saja, membuat bulu kuduk nya berdiri bukan karena takut hantu, melainkan takut gaji sebulannya mengering dalam sehari.

"Terimakasih tuan Anda memang baik!" Kirana tersenyum manis.

"Kau masih bekerja?"

"Tidak tuan," Kirana menggeleng, pertanyaan Angga membuatnya mengingat kembali betapa sulit hidupnya saat ini.

"Lalu, kau mau mengganti uang ku dengan apa?" Angga menaik turunkan alisnya.

"Saya janji tuan saya akan menggantinya tapi tidak sekarang. Nanti, setelah saya menemukan pekerjaan."

"Kapan?"

"Saya tidak bisa memastikannya tuan," Kirana menunduk.

"Bagaimana, kalau kau menikah dengan ku."

"Apa?!" pekik Kirana kencang.

"Hey, pelan kan suara mu," Angga mengisyarat kan dengan tangannya.

"Apa anda sudah gila tuan, ini hanya hutang makanan kenapa aku harus membayarnya dengan diri ku, aku akan mencari uang secepatnya dan mengganti uang mu" Kirana nampak kesal.

"Oh ya, tapi aku akan menggaji mu untuk itu. Sebenarnya ini bukan pernikahan yang sesungguhnya, intinya kau hanya perlu berpura-pura menjadi istri ku di depan Ibu ku."

"Apa kau akan menjebak ku tuan? karena aku terlihat polos begitu!" Kirana menatap Angga penuh selidik.

"Tidak! aku hanya ingin menawarkan kesepakatan pada mu, aku akan membiayai kuliah mu hingga lulus dan meminjam kan uang untuk membayar hutang mu pada Rentenir itu, kau hanya perlu bekerja di rumah ku sebagai pembantu, aku juga akan tetap menggaji mu setiap bulannya," Kirana melongo, tentu saja tawaran ini sungguh menggiurkan. Tapi, dia tidak boleh percaya begitu saja pada orang asing.

"Apa sebenarnya motif mu tuan?" Kirana masih belum percaya.

Angga menghela nafas. "Sebenarnya, Ibuku akan menikahkan ku dengan wanita pilihannya, dia memberi ku waktu satu bulan untuk mencari wanita pilihan ku sendiri dan menikah di hadapannya," tutur Angga.

"Lalu, apa masalahnya?"

"Masalahnya? aku tidak percaya pada sebuah pernikahan atau pada ikatan dan bahkan wanita, aku tidak percaya semua itu."

"Jadi, kau tidak suka wanita tuan!" Kirana memandang aneh wajah Angga.

"Hey, apa yang kau pikirkan, aku laki-laki normal tahu," Angga tidak terima, dia tahu arti tatapan itu. "Aku hanya tidak percaya pada wanita dan juga cinta, kebanyakan wanita hanya melihat harta saja bukan ketulusan."

"Tapi, tidak semua wanita seperti itu tuan."

"Aku tahu, maka dari itu sebelum aku menemukan wanita seperti itu aku harus menunda pernikahan ku lebih dulu, aku tidak ingin memilih wanita yang salah, tolong bantu aku."

"Kita hanya akan pura-pura kan tuan?"

"Tentu saja! kita hanya pura-pura, tapi, hukum di negara kita mengharamkan dua orang berbeda jenis tinggal bersama, itu adalah dosa."

"Lalu?!"

"Kita akan menikah siri. Tapi, semua akan kita sepakati bersama, kita akan menulis kontrak tertulis dimana kita bisa mengajukan syarat-syarat kontrak pernikahan di dalamnya, kau boleh mengajukan syarat mu begitupun aku, bagaimana?"

Kirana nampak berpikir. "Baiklah, tapi anda akan membayar hutang-hutang ku kan tuan dan membayar biaya kuliah ku hingga lulus?" tanya Kirana memastikan semua sebelum menyetujui kontrak ini.

"Ya, aku akan membiayai kuliah mu hingga kau lulus, mengenai uang untuk membayar hutang mu pada Rentenir aku hanya meminjamkan nya pada mu, yang harus kau bayar dari uang gaji mu selama dua bulan."

"Apa? ini tidak adil untuk ku."

"Kau akan mendapat gaji dua kali lipat di banding gaji mu di tempat kerja mu dulu, dan mungkin aku juga akan membebaskan mu dari hutang mu jika aku puas dengan hasil kerja mu nanti."

Kirana kembali berpikir. "Disini kita hanya berpura-pura kan tuan, bukan pernikahan sesungguhnya? aku tidak ingin ada kontak fisik di antara kita, dan tidak akan mencampuri urusan pribadi masing-masing."

"Ya, kau boleh mengajukan syarat-syarat mu dan aku akan menyetujuinya. Aku juga tidak akan menyentuh mu juga kali, kau bukan tipe ku," Angga memberi tatpan mengejek.

"Hey, tuan awas kalu kau sampai jatuh cinta pada ku nanti."

"Percaya diri sekali kamu ya."

"Haha, aku hanya mengingatkan saja tuan," Kirana cengengesan.

'Aku juga tidak sepercaya diri itu tuan, aku hanya berpikir bagaimana kedepannya ke hidupan ku, tapi, untuk sekarang aku tidak perduli yang penting aku bisa menyelesaikan masalah yang ku hadapi dan masih tetap bisa kuliah dan tidak mengecewakan orang tuaku, toh ini semua hanya pura-pura kan,' batin Kirana.

"Baiklah, temui aku lagi di sini besok, berikan nomor ponselmu," Kirana menyebutkan angka nomor ponselnya yang langsung di ketik oleh Angga di ponselnya.

"Kau pikirkan saja sekali lagi, jika kau yakin kau hubungi aku dan aku akan membawa surat kontrak tertulis ke hadapanmu," ucap Angga.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!