NovelToon NovelToon

Secret In The Lot Empire

Prolog

Sebuah mercedes benz berwarna hitam berhenti tak jauh dari halaman depan Lot Empire High School. Seorang pria paruh baya tengah sibuk mengambil koper dan tas milik seorang gadis cantik yang terletak di bagasi mobil, ia segera menurunkannya.

Gadis cantik itu hanya tertegun memandangi asrama besar yang akan ditempatinya, ia tidak mengerti dan enggan bertanya mengapa ayahnya memindahkannya di tengah semester secara sepihak.

"Mari nona, saya antar." Ucap Tuan Lee.

"Tidak perlu paman, aku bisa masuk sendiri. Paman segera kembali!" Jawab gadis bermarga Kim itu sembari mengambil alih koper dan tasnya.

"Baiklah nona, kalau begitu saya permisi dulu." Ucap Tuan Lee  membungkukkan badan.

Selepas perginya Tuan Lee, Hyesun, gadis Kim itu segera menarik kopernya untuk memasuki area asrama.

***

Seorang pria tengah duduk di kursi kebesarannya memeriksa kertas–kertas yang ia pegang. Pria itu membaca beberapa data siswi-siswi baru yang akan masuk asrama. Namun gerakan membolak-balikan kertas itu berhenti ketika mendengar suara ketukan dari luar.

"Masuk!"

Seorang pria tampan berkulit putih masuk menemui kepala asrama. Pria yang mengenakan kemeja putih dan Jas hitam itu terlihat seperti bukan siswa. Benar, dia bukan seorang siswa melainkan salah satu guru pengajar di asrama.

"Apa anda memanggil saya?"

Tanpa mengucap sepatah kata, kepala asrama hanya memberikan beberapa kertas yang berisikan beberapa data kepada Kris Wu. Pria asal China-Kanada ini hanya mengernyit heran dengan apa yang dimaksudkan oleh kepala asrama.

"Nanti akan ada siswi-siswi baru yang akan datang kemari, aku harap kau bisa membimbing mereka." Jelasnya.

"Membimbing?"

"Maksudku jaga mereka, mereka sedikit berbeda dengan beberapa siswa-siswi lainnya." Kepala asrama tersenyum penuh arti.

***

Hyesun kini hanya mematung menatap bagaimana isi dalam asrama yang megah itu. Ia sedikit terkejut melihat asrama yang terlihat err.. memiliki gaya kastil pada jaman dahulu.

"Jangan mematung dengan mulut menganga seperti itu, nanti ada serangga masuk ke dalam mulutmu." Seorang gadis cantik yang tengah duduk manis di ruang tunggu menegurnya.

Tersadar akan lamunannya, Hyesun cepat-cepat mengubah reaksi wajahnya.

"Apa kau murid baru?" Tanyanya. Hyesun menganggukan kepala sebagai jawabannya. "Sepertinya aku tidak sendirian."

"Kau?"

"Perkenalkan, aku Park Hyemi. Murid baru sepertimu." Ucapnya sambil menjabat tangan Hyesun.

"Ah, aku Kim Hyesun. Cukup memanggilku Hyesun." Jawabnya sambil membalas jabatan tangan milik Hyemi.

"Apa menurutmu asrama ini cukup menyeramkan?" Tanya Hyesun sambil melirik beberapa ornamen tua.

"Di siang hari seperti ini?” Hyemi bertanya dengan nada tak yakin, ia tersenyum mendapati raut wajah Hyesun dengan dahi mengkerut. “Kau cukup penakut."

Hyesun menggeleng cepat, ia enggan mengakui bahwa dirinya memang penakut.

"Apa kau mencari ruangan kepala asrama?" Sambungnya.

"Bagaimana kau tahu?" Tanya Hyesun heran.

"Hanya insting, aku dari tadi menunggu kepala asrama di sini dan--"

"Bagaimana kalau kita langsung masuk saja. Ah, maksudku--" potongnya.

"Aku tahu maksudmu." Ujar Hyemi tersenyum geli. Gadis itu segera mengambil tasnya.

Hyemi kemudian mengetuk pintu itu dengan pelan hingga terbuka.  Awalnya Hyesun tak menyadari jika sebenarnya ia berdiri tepat di depan ruangan kepala asrama.

Di dalam ruangan menampakkan seorang laki-laki berwajah cerah dan rambut panjang yang diikat ekor kuda— ia juga mewarnai rambutnya hingga berwarna blonde. Laki-laki itu memperkenalkan dirinya sebagai kepala asrama.

Hyemi dan Hyesun sedikit terkejut, apakah benar jika pria yang mereka lihat itu adalah kepala asrama mereka nanti. Dengan cepat keduanya mengubah raut wajah mereka dan segera memasuki ruangan.

"Anggap saja rumah sendiri." Kata kepala asrama mempersilahkan mereka berdua memasuki ruangannya. Beberapa menit setelahnya mereka berdua duduk di kursi seperti yang diperintahkan oleh kepala asrama.

"Namaku Kim Heechul, kalian bisa memanggilku Heechul saja. Lalu, aku merupakan seorang ayah yang baik bagi kedua anakku. Oh ngomong-ngomong kau harus berkenalan dengan anakku, Suho. Dia memiliki tinggi segini, rambutnya cepak dan berwarna cokelat, begitu pun warna matanya. Dia itu sangat baik dan anakku yang lainnya—"

Kedua gadis itu kini tidak benar-benar mendengarkan ocehan si kepala asrama bernama Kim Heechul tersebut. Mereka tak habis pikir, sekolah bergengsi seperti Lot Empire High School memiliki kepala asrama dengan kepribadian 4D. Ugh, rasa-rasanya mereka tak sabar untuk segera keluar dari ruangan kepala asrama.

"Kalian mendengarkanku?"

Mereka tersadar dari lamunannya dan menemukan wajah kepala asrama yang menatap khawatir sekitar empat meter jaraknya dari tempat duduknya.

"Bisakah anda langsung pada intinya?" Pinta Hyemi dengan senyum canggungnya.

Hyemi membuat kepala asrama merasa malu. Sementara Hyesun hanya berusaha menahan tawa atas tanggapan yang diberikan oleh Hyemi. Ia hanya tak mau membuat kepala asrama mereka bertambah malu.

"Ehem.” Heechul berdeham,  “Baiklah. Aku hanya ingin memberikan seragam kalian dan kunci kamar ini. Oh, dan satu lagi, ini handbook, di dalamnya terdapat catatan tata tertib dan peta sekolah. Kuharap kalian membaca tata-tertibnya setelah sampai di kamar."

"Apakah kami akan satu kamar?" Tanya Hyesun penuh harap. Hyesun tidak ingin susah beradaptasi ketika ia terpaksa pindah di tengah-tengah semester.

Heechul mengangguk. "Karena seluruh kamar sudah penuh, kami menyiapkan satu kamar untuk kalian tinggali.”

"Terimakasih." Jawab keduanya.

"OK. Dan satu lagi. Jika kalian memerlukan sesuatu hal yang penting, tidak perlu ragu untuk mendatangi ruanganku."

"Kami mengerti, Heechul-ssi. Kalau begitu kami pamit." Hyemi membungkukkan badannya diikuti oleh Hyesun sebelum berbalik dan membuka pintu keluar.

Betapa terkejutnya mereka ketika melihat dua orang—laki- laki—berdiri di hadapannya. Si laki-laki agak pendek melemparkan senyuman ringan. Sedangkan si laki-laki yang agak tinggi tetap terdiam, tampak tak peduli.

"Kalian pasti Hyemi dan Hyesun. Aku Kim Suho. Senang bertemu dengan kalian." Suho menyapa mereka, ramah.

Kedua gadis itu hanya tersenyum ramah.

Pandangan mata Hyemi tanpa sengaja bertemu dengan tatapan tajam dan menusuk milik seorang lelaki di sebelah laki-laki bernama Suho. Buru-buru ia mengalihkan pandangannya ke arah lain. Beberapa detik setelahnya suara Kepala Sekolah terdengar dari dalam ruangan memanggil Suho dan seseorang di sebelah Suho untuk memasuki

ruangan. Kedua gadis itu menepi dan memberikan jalan untuk keduanya.

Sebelum memasuki ruangan, Suho mengeluarkan suaranya "Kalau kalian tidak keberatan. Aku akan memberikanmu tour mengelilingi Lot Empire High School untuk kalian berdua, dan perkenalkan dia adalah Oh Sehun. Maaf kalau dia membuatmu takut. Dia memang sedikit canggung pada orang baru."

"Baiklah kalau itu tidak mengganggumu, Suho-ssi." Jawab Hyesun. Kedua gadis itu lalu berjalan menjauhi ruangan kepala asrama, kakinya melangkah ragu sedikit bingung akan kemana.

"Sebaiknya kita segera mencari ruang kamar kita." Jelas Hyesun sembari membuka handbook.

Oh, benar, ia harusnya melihat peta yang tadi diberikan oleh kepala asrama. Dengan cepat, kedua gadis itu mengambil peta yang terselip dalam handbook. Diamatinya peta tersebut.

"Baiklah, kita hanya tinggal berjalan lurus kemudian berbelok ke kiri, lalu berjalan melewati taman dan berbelok ke kiri lagi dan lurus memasuki lorong pertama dan menaiki tangga."

"Setidaknya, kamar kita tidak terletak di lantai empat." Hyesun memberitahu gadis yang berdiri di sebelahnya, lalu melirik ke arah koper putihnya.

"Ini pasti melelahkan." Kata Hyemi.

Hyesun meraih kopernya dan berjalan pelan sesuai dengan perkataannya

beberapa saat lalu.

***

Kedua gadis itu kini sampai pada nomor 333. Kamar itu terletak pada lantai dua. Mereka berjuang mati-matian untuk mengangkut koper mereka masing-masing dengan meniti tangga tadi. Tak ayal, kini wajah manis kedua gadis itu tertutupi oleh keringat yang mengucur. Setelah menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya, Hyemi meraih kunci kamar dan memasukannya ke lubang kunci, memutarnya ke kiri satu kali. Kemudian, pintu itu terbuka.

Wangi mawar merah langsung merangsak kasar memasuki indra penciumannya. Kedua gadis itu mengedarkan pandangannya menatap keseluruhan bagian kamar. Mereka kagum dan mereka bersyukur karenanya. Kamar itu sangat nyaman dan cukup WOW untuk dikatakan sebagai kamar Asrama.

Kamarnya sendiri bercat putih tulang, berarsitektur gothic, dan cukup luas—sekitar 8×7 m—di tengah ruangan tergelar sebuah karpet berwarna emas dengan beberapa ornamen bunga mawar di depannya. Di atas karpet tersebut terdapat sebuah sofa kecil. Di sudut kanan kamar berdiri sebuah lemari kayu jati berwarna cokelat marun. Dan di sebelah kiri terlihat sebuah king bed. Ada sebuah lemari buku juga di sebelah lemari jati

Hyesun melangkah mendekati jendela besar tersebut, khas abad pertengahan.

Dari jendela itu, mereka dapat melihat sebuah asrama lain. Seperti yang tertulis di peta, itu adalah asrama untuk Night Class. Ia mengamati asrama itu dengan teliti. Tidak seperti asrama Day Class—asrama mereka berdua dan murid—murid Day Class lainnya. Asrama Night Class memiliki pagar keliling yang amat tinggi, mungkin sekitar 10 meter menjulang ke atas. Mengamati asrama Night Class membuat rasa penasarannya semakin menjadi-jadi. Hyesun sangat penasaran, mengapa harus ada dua asrama? kenapa tidak dibedakan menjadi asrama laki-laki dan asrama wanita seperti kebanyakan asrama lainnya.

Dan mengapa harus ada Day Class dan Night Class?

Tiba-tiba suara Hyemi memecah rasa penasaran Hyesun. "Apakah mereka tidak berlebihan memberi kita kamar seperti ini?" Hyemi yang berpendapat hanya mendapat anggukan setuju dari Hyesun.

"Kira-kira berapa yang orang tua kita bayar untuk ini?" Tanya Hyemi kepada Hyesun.

"Entahlah, bahkan ayahku tak mengatakan apapun tentang kepindahanku yang mendadak ini." jawab Hyesun sambil membuka koper miliknya.

"Terdengar rumit, tapi asrama ini memang... hebat." Punj Hyemi penuh kagum.

"Jadi karena apa orangtuamu memaksamu untuk pindah ke asrama ini?" Tanya Hyemi.

Hyesun hanya mengernyit bingung, pasalnya mereka baru beberapa waktu lalu bertemu dan Hyemi dapat menyimpulkannya secepat ini.

"Bukan, hanya ayahku yang melakukannya." Jawab Hyesun sambil meletakan tas dan isi kopernya.

"Lalu bagaimana dengan ibumu?"

"Ibuku sudah tiada." Mendengar jawaban Hyesun membuat Hyemi menoleh sesaat dan terhenti dari pekerjaannya yang menata pakaiannya dalam lemari.

"Ah maaf, aku tidak bermaksud--"

"Tidak apa-apa, itu bahkan sudah berlangsung lama. Bagaimana denganmu? Aku rasa kau memiliki alasan yang berbeda denganku. Tidak mungkin tiba-tiba pindah sekolah saat tengah semester seperti ini."

"Panjang ceritanya." Jelas Hyemi sedikit murung.

Suasana berubah menjadi canggung, untuk menghilangkan suasana canggung, Hyemi bersuara meminta agar segera menyelesaikan acara berkemas-kemas. Kemudian kedua gadis itu mengambil pakaian-pakaiannya baik itu kaus, kemeja, piyama, underwear, jeans, hot pants, dan celana training. Memasukan pakaian-pakaiannya ke lemari jati dengan rapi. Setelah yakin semuanya tertata rapi, mereka beralih ke papan busa yang menempel di dinding, mereka baru melihatnya. Mungkin ini tempat untuk meletakkan foto dan sejenisnya. Mereka melihat ada sebuah paku pin up warna-warni yang menusuk papan busa tersebut.

Beberapa saat terdengar suara ketukan pintu dari arah luar.

"Sebentar."

Hyemi melangkah menuju pintu dan membukanya. Iris mata cokelat milik Suho menyambutnya. Suho juga memberikan senyuman manisnya ke arah Hyemi.

"Ah, Suho-ssi, silahkan masuk." Seru Hyemi berbasa-basi. Ya, dalam keluarga Park, kesopanan adalah hal yang diprioritaskan, itulah mengapa Hyemi mempersilahkan Suho untuk masuk.

"Oh, tidak perlu, Hyemi-ssi. Aku kemari untuk mengantar kalian tour mengelilingi sekolah." Suho berkata pelan. Sekilas ia mengintip kamar milik kedua gadis cantik itu yang tertata rapi. "Kalian sedang merapikan kamar ya?" Tanya Suho.

Hyemi melirik ke dalam kamarnya, mengikuti arah pandang Suho. "Sudah selesai tadi."

"Benar, kami sudah selesai menyelesaikannya Suho-ssi." timpal Hyesun.

Suho mengangguk paham, "Kalau begitu, bisa kita mulai tournya?"

"Tentu saja," jawab kedua gadis itu.

"Omong-omong, kamarku terletak tiga kamar dari milik kalian. Dan satu lagi, panggil aku Suho saja. Kita kan teman." Kata Suho, ia tersenyum hingga dua matanya melengkung. Melihat ketulusan yang terpancar dari wajah Suho, mereka ikut tersenyum.

"Kami rasa, kau juga cukup memanggil nama panggilan kami saja." Kata Hyemi sembari mengedipkan sebelah matanya, membuat rona pipi Suho bersemu.

Inilah kebiasaan Hyemi yang baru diketahui oleh Hyesun. Kebiasaan Hyemi suka menggoda. Eits, jangan salah meskipun suka menggoda. Hyemi bukanlah wanita yang seperti itu. Hyemi melakukan itu hanya karena iseng. Sementara Hyesun yang melihatnya hanya terkikik geli.

Di lain tempat, tepatnya di ruangan kepala asrama, Heechul masih berkutat dengan beberapa berkas yang harus diurus. Tak lama, Kris masuk ke dalam ruangan tanpa mengetuk pintu.

"Kau ini, ketuk pintu dulu!" Seru Heechul tanpa melihat kearah Kris.

"Kenapa kau tidak bilang, jika kedua gadis itu--"

"Aku kira kau akan langsung mengerti tanpa perlu kujelaskan." Potong Heechul melepas kacamatanya.

"Apa kau yakin mereka akan aman di sini? Bagaimana jika para murid Night class menyadari kehadiran mereka?" Tanya Kris kalut.

"Tenang saja, Murid Night class tidak akan menyakitinya mereka. Aku yakin itu." Jawab Heechul mantap.

Who are you?

Suho dan kedua gadis itu berjalan berjejeran mengelilingi  Lot Empire High School. Suho telah mengenalkan beberapa ruang kelas kepada mereka berdua dan kini mereka duduk di sebuah bangku taman. Sekarang pukul lima sore, tersisa kurang lebih lima buah ruangan dan gedung yang belum Suho kenalkan kepada mereka .

"Tenyata melelahkan juga ya mengelilingi sekolah." Suho memulai percakapan.

Hyesun membalasnya dengan anggukan singkat.

"Aku benar-benar haus." Kata Hyemi sebagai pembuktian bahwa ia juga sama lelahnya seperti Suho.

Suho mengambil sesuatu dari tasnya, itu air mineral. Ia memberikannya kepada kedua gadis itu. Hyesun menggumamkan terimakasih sebelum meminumnya.

"Kau siap sekali." Puji Hyemi dan kemudian meneguk kandas minuman yang dipegangnya.

"Masih ada lima gedung dan ruangan yang tersisa untuk dikenalkan. Mungkin kita lanjut besok saja?" Tanya Suho, kali ini pria ceria itu memeriksa jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya.

Hyesun mengendikkan bahunya. "Terserah saja, tapi jujur aku penasaran dengan Asrama Bulan."

"Dan kenapa kalian menyebut asrama bulan sebagai Night class?" Tanya Hyemi  yang ikut penasaran.

Sementara Suho hanya diam, ia nampak berpikir. "Itu tidak boleh. Murid Day Class tidak boleh memasuki Asrama Night Class!" Seru Suho.

Hyemi memberikan Suho tatapan tidak mengerti. Hyesun hanya mengatakan penasaran bukan berarti ia ingin memasuki asrama tersebut. Hyemi rasa Suho terlalu membesar-besarkannya. Lagipula, tadi ia mendengar salah satu siswa Day Class membicarakan peraturan yang sama persis seperti kata-kata Suho.

"Itu tertulis dalam handbook kan?" Tanya Suho, kini mata gadis itu tidak lagi memicing curiga. Hyesun mengangguk mengiyakan. Sejujurnya, ia belum membaca tata-tertib itu. Tapi tidak ada gunanya mengatakan hal itu pada Suho?

Hyemi mengamati Suho yang duduk sambil menatap langit. Ia melihat sebuah kain dengan symbol mawar mencuat dari saku seragam milik Suho. Terdorong rasa penasaran, Hyemi bertanya mengenai hal tersebut.

"Suho, itu apa?" Suho mengalihkan pandangannya ke sesuatu yang ditunjuk oleh Hyemi. Ia tersenyum kecil.

"Ini merupakan tanda bahwa aku salah satu guardian yang bertugas berpatroli malam, untuk memastikan bahwa murid Day Class tidak keluar asrama dan mengganggu jalannya pembelajaran murid Night Class." Suho menjelaskan.

"Oh jadi begitu. Jadi kau dan laki-laki bernama Oh Sehun itu merupakan guardian ya?"

Suho mengangguk mengiyakan. "Yah, terkadang menjadi guardian membuatku lelah. Aku sering kehilangan jam tidurku. Belum lagi mengurusi gadis-gadis Day Class yang selalu ingin masuk ke dalam asrama Night Class."

Apa? Memasuki asrama Night Class? Hyesun berbicara dalam hati.

Hyesun jadi membayangkan bahwa gadis-gadis Day Class sama bar-bar-nya seperti para sasaeng fan yang terobsesi mengejar-ngejar idolanya. Itu terlihat menyeramkan.

"Mereka terdengar seperti gadis bar-bar." Seru Hyesun membuat Suho terkekeh geli mendengarnya.

Suho mengendikkan bahu "Mereka dapat dikatakan seperti itu."

"Gadis-gadis itu mungkin terlihat sedikit mengerikan sama halnya pria yang berdiri denganmu tadi." Jelas Hyemi asal bicara mengingat pertemuan mereka yang kurang menyenangkan. Pandangan tak bersahabat dari Sehun membuatnya kesal.

"Kau benar. Sehun memang terlihat menakutkan, hampir seluruh gadis-gadis Day Class membencinya. Aku khawatir ia akan menjadi bujang lapuk." Jelas Suho.

"Kenapa tidak mengajaknya melakukan kencan buta?" Tanya Hyemi, memberikan solusi.

Suho memandang Hyemi sebentar. "Sangat mustahil jika ia mau melakukannya tanpa mendapat satu atau dua pukulan dariku, sementara aku sedang tidak mood meletuskan perang dunia selanjutnya."

Kedua gadis itu dan Suho terkekeh pelan. Kemudian mereka melihat gadis-gadis Day Class berbondong-bondong

berlari menuju asrama Night Class.

"Girls, maaf, gadis-gadis bar-bar itu memulai aksi mereka." Suho melambaikan tangannya. Kedua gadis itu pun membalas lambaian tangannya.

"Hati-hati!" teriak Hyemi, yang dibalas senyuman oleh Suho. Dari kejauhan ia dapat melihat Suho dengan susah payah memperingatkan gadis-gadis Day Class untuk minggir dan memberikan jalan untuk murid Night Class yang sebentar lagi keluar dari pintu gerbang.

Ia juga melihat Oh Sehun yang datang beberapa menit setelahnya dan mampu membuat takluk gadis-gadis Day Class untuk berbaris rapi memberikan jalan bagi murid-murid Night Class yang sebentar lagi keluar.

"Apa kau tidak merasa penasaran? Bahkan dari tadi aku merasa penasaran." Kata Hyesun tiba-tiba.

"Sudah, itu bukan urusan kita." Hyemi menimpali Hyesun.

"Ah, kau tidak seru." Ucap Hyesun memanyunkan bibirnya. Akhirnya Hyemi menerima ajakan Hyesun untuk sekedar melihat apa yang dilakukan oleh Suho.

Kedua gadis itupun berjalan mendekat ke arah Suho. Mereka terdorong kesana-kemari oleh gadis-gadis Day Class- yang masih meluruskan barisan mereka. Semuanya terdiam ketika terdengar bunyi 'krek'  keras dan gerbang pun akhirnya terbuka.

Terlihat sekitar beberapa siswa-siswi berdiri dengan anggun setelah gerbang tersebut terbuka. Mereka mengenakan seragam berwarna putih yang modelnya sama dengan seragam Day Class, yang membedakan hanyalah warnanya saja. Wajah mereka seolah bersinar ketika disirami cahaya redup matahari yang tinggal selangkah lagi kembali ke peraduannya.

Kedua gadis itu seolah sedang melihat idol-idol Hallayu yang melakukan fan meeting. Pasalnya mereka memiliki paras yang rupawan. Selain itu teriakkan gadis-gadis Day Class menambah riuh suasana seperti fan meeting.

Murid Night Class memiliki kulit yang lebih pucat daripada orang Korea kebanyakan. Mereka jadi berpikir, seberapa besar uang orangtua mereka semua yang dihabiskan untuk melakukan operasi plastic dan suntik putih. Ugh...pasti sangat besar. Beruntung kedua gadis itu tidak pernah melakukan operasi plastik. Selain karena harganya mahal. Ia juga sudah bersyukur memiliki wajah yang tidak jelek-jelek amat, bisa dibilang imut.

"Apa yang kalian lakukan di sini?" itu suara Suho yang sedang kebingungan. Ia tidak menyangka kedua gadis tadi akan ikut berdesak-desakan dengan gadis-gadis Day Class yang lainnya.

"Aku penasaran saja, ingin melihat Night Class. Dan juga, ingin melihatmu menjalankan tugasmu." jelas Hyemi.

"Kalau begitu, kalian kembali ke kamar. Hari hampir malam." Suho mengatakannya dengan lembut sehingga kedua gadis itu menangkapnya bukan sebagai perintah tetapi lebih terdengar seperti sebuah permohonan.

"Baiklah, kami kembali ke asrama dulu." pamit Hyemi. Tapi, kedua gadis itu kurang beruntung. Salah satu gadis Day Class tidak sengaja menabrak mereka dan akhirnya membuat Hyesun terjerembab ke arah depan. Hyesun sudah pasrah jika nantinya ia jatuh dan kepalanya terbentur batu dan mengeluarkan banyak darah. Lalu ia akan hilang ingatan.

"Hyesun!" Teriak Hyemi.

Ia sudah pasrah akan itu. Tetapi, ia tidak merasakan semuanya. Ia tidak merasakan bahwa ia jatuh, kemudian kepalanya menubruk batu dan ia akan berdarah-darah seperti yang ia lihat di drama-drama tv. Penasaran, gadis itu membuka matanya.

Manik mata hitam miliknya beradu dengan manik mata biru seorang laki-laki dengan setelan seragam berwarna putih. Hyesun seperti tersihir, ia tidak mampu menggerakkan tubuhnya pun untuk mengalihkan pandangannya dari manik mata laki-laki tersebut. Rambut blonde laki-laki itu bergerak-gerak nakal disapu angin sore. Itu membuatnya terlihat berkali-kali lipat lebih tampan di mata Hyesun.

"Kau, baik-baik saja?" Tanya laki-laki bermata biru sebiru laut samudra, suci, dan tidak pernah tersentuh. Terlihat tulus.

Hyesun menggelengkan kepalanya, ia tersadar dari lamunannya dan buru-buru menjauhkan dirinya dari tubuh laki-laki bermata biru tersebut. Ia menatap ngeri gadis-gadis Day Class yang menatapnya tak suka. Oh, Hyesun tidak suka ini. Ia tidak suka menjadi center-of-attention. Yang lebih parah, ia sudah dibenci oleh sebagian besar siswi-siswi Day Class bahkan sebelum ia mengikuti kegiatan belajar di Lot Empire High School!

"Ah.. gawat, sepertinya Hyesun menjadi pusat perhatian." Kata Hyemi. Sementara Suho hanya menghela napas, setidaknya Hyesun tidak terluka atau terinjak oleh gadis-gadis Day Class yang beringas itu.

Ini awal yang buruk. Batin Hyesun.

"O-okage samade genki desu . Sumimasen..." Tanpa sadar Hyesun malah berbicara dengan bahasa Jepang. Buru-buru ia menutup mulutnya. Ia lupa jika ini bukan di Jepang. Mengingat jika Hyesun pernah tinggal di Jepang bersama ibunya dulu.

"Maaf." Hyesun mengulang kata-katanya yang memiliki arti sama persis seperti kata-kata berbahasa Jepang yang beberapa saat lalu meluncur dari bibir tipis merah muda miliknya.

Laki-laki itu menatapnya takjub. "Kau bisa berbahasa Jepang?"

Sarkastik memang. Laki-laki itu tadi sudah mendengarnya mengucapkan bahasa Jepang dengan fasih. Jadi, apa ia perlu menjawab pertanyaan laki-laki bermata biru itu? Demi formalitas dan adat kesopanan keluarga Kim, ia terpaksa mengangguk

Ia menatap ke sekelilingnya, semua orang—baik itu Night Class maupun Day Class—menatapnya mengintimidasi. Suho menatapnya khawatir sedangkan Sehun di sebelah Suho terlihat menggertakkan giginya.

"Itu hebat! Omong-omong apa kau salah satu fansku? Aku belum pernah melihatmu sebelumnya." Laki-laki bermata biru itu menatap Hyesun lama.

Hyesun mengelak. "Aku murid baru."

Laki-laki bermata biru itu mengangguk-angguk, mengerti. "Kalau begitu perkenalkan—"

"Chan.." Seorang laki-laki Jakung berdiri di sebelah laki-laki bermata biru tersebut. Rambut laki-laki itu berwarna Coklat tua , ia memiliki wajah emotionless, tipe orang seperti Oh Sehun.

"Ya aku tahu, Kai. Berhenti mengkhawatirkanku." kata laki-laki bermata biru terlihat tak suka atas kehadiran laki-laki berambut Coklat tua.

"Namaku Park Chanyeol, dan kau?"

Tanpa diduga-duga Oh Sehun mencengkeram lengan Chanyeol yang hampir menyentuh pundak Hyesun. Tatapan laki-laki Oh itu mengintimidasi Park Chanyeol.

Suho berdiri di sebelah Hyesun, menarik gadis itu sedikit menjauh dari Chanyeol. Suho hanya khawatir Hyesun akan terjatuh dalam lubang bahaya. Apalagi jika yang membuat lubang itu berbahaya adalah Park Chanyeol, seseorang yang belum bisa menstabilkan emosinya sendiri.

"Chanyeol, ini sudah kelewat batas. Sebaiknya segera pergi ke kelas." Kata Suho. Tatapannya berkilat saat mengatakan hal tersebut.

"Ya Tuhan, bagaimana dia bisa ceroboh seperti ini," Seru Hyemi khawatir. "Hyesun, lebih baik kita segera kembali. Sebelum--" Ucap Hyemi akan pamit, Namun itu sia-sia saat Chanyeol duluan yang menghampiri Hyesun kembali.

Chanyeol tersenyum kecil, ketika melihat seseorang melangkah keluar dari gerbang. "Baiklah, Kim Suho. Omong-omong, tuan putrimu baru saja datang."

Suho mengikuti arah pandang Chanyeol dan menemukan Angela. Pipi Suho tiba-tiba bersemu merah. Baik Hyemi, Hyesun, Sehun, Chanyeol, maupun mereka semua dapat melihatnya.

"Namamu?" Tanya Chanyeol masih pada pendiriannya, walaupun ia tahu sebentar lagi ia akan ada dalam bahaya.

Hyesun menyerah, toh tak akan bermasalah jika Hyesun memperkenalkan dirinya pada Chanyeol. Dalam peraturan tidak ada tata-tertib yang tertulis bahwa murid Day Class tidak boleh berkenalan dengan murid Night Class, kan? Sungguh konyol jika ada suatu peraturan seperti itu.

Memangnya siapa murid Night Class itu?

Artis?

Anak pejabat?

Anak presiden?

Bisa jadi, pasalnya ia melihat Kim Seok Jin si model berdiri di sana dengan angkuhnya. Dan ia juga melihat Do Kyungsoo, salah satu penyanyi yang sedang naik daun beberapa bulan belakangan.

"Namaku Kim Hyesun, Chanyeol-sunbaenim."

Chanyeol tersenyum. "Baik, Hyesun. Senang bertemu denganmu."

Sementara di dalam asrama terjadi keributan besar, di depan halaman Empire high school berdiri seorang gadis yang ditemani oleh pria baruh baya. Wanita bermata sipit itu memicingkan matanya untuk melihat sekitar.

"Cih... aku tidak menyangka, aku akan menginjak kakiku di sini." Ucap wanita itu dengan kesalnya.

"Mohon maaf nona, ini adalah perintah dari Tuan Kim Heechul. Tuan Heechul mengatakan bila nona ditugaskan untuk menjaganya." Ucapan dari si pengawal itu membuat dia tersenyum sinis.

"Jadi apakah aku diperbolehkan membunuh mereka?" Tanyanya senang.

"Tidak nona Ahreum, anda dilarang melakukannya."

"Sayang sekali, padahal aku ingin bermain-main dengan murid Night class."

Interested

Di tengah sepinya malam dalam sebuah ruangan remang-remang yang tertimpa sinar rembulan. Angela menatap berang Park Chanyeol. Ia tidak pernah mengijinkan salah satu murid Night Class untuk berkenalan dengan murid Day Class, apalagi tadi ia mendapat laporan jika Chanyeol juga memegang pinggang gadis Day Class. Itu di luar batas, dan menyalahi aturan yang telah mereka disepakati.

"Kau pikir kau bisa seenaknya bertingkah, Park Chanyeol?" suara lembut Angela memecah hening yang mencekam beberapa saat lalu. Chanyeol menundukkan kepalanya. Dari balik pintu Kai, Jimin, Baekhyun, Seokjin, V, dan Jungkook menguping percakapan yang terjadi di antara Angela dan Chanyeol.

Seokjin menggeleng-gelengkan kepalanya. "Park Chanyeol itu terlalu banyak bertingkah, tapi omong-omong, darah

gadis yang tadi itu, baunya manis."

Kai memandang Seokjin tanpa ekspresi. Pria itu kemudian mengambil pocky yang berada di saku seragamnya. "Lebih baik kau memakan ini, bodoh. Kau harus banyak makan makanan yang manis." Sindir Kai.

Jungkook menatap Kai dan Seokjin, tapi kemudian mengalihkan pandangannya ke arah Baekhyun.

"Saudara sepupumu itu sudah mulai gila ya? Berani-beraninya ia melakukan pelanggaran di depan kepala asrama Angela." Seru Jungkook kepada V.

Baekhyun menatap Jungkook, "Ia pun sepupumu, Kookie."

Jungkook mengibas-ngibaskan tangannya, mengelak, memainkan rambutnya yang cepak ikut bergoyang-goyang ringan. "Aku tidak pernah menganggapnya sepupuku."

"Dan V, kau seharusnya mengurus sepupumu." Lanjut Jungkook.

V memberikan tatapan tajam ke arah Jungkook. Tapi pria itu tidak peduli, toh yang ia katakan memang benar. V terlihat jarang memperdulikan Chanyeol dibandingkan lainnya. Bahkan Jungkook tidak peduli ketika Chanyeol di detensi beberapa hari dikarenakan meminum darah dari tangan salah siswi Day Class.

"Dia bisa mengurus dirinya sendiri." Kata Taehyung (V) dengan wajah tanpa ekspresi dan suara yang datar. Baekhyun sudah membangkitkan emosinya. Jungkook sangat tidak suka ketika seseorang mengatur-ngatur hidupnya. Meskipun itu Baekhyun—sepupunya—sekalipun.

Sementara Kai, jin dan Jimin merasa terjebak di dalam masalah keluarga yang begitu rumit. Seokjin memandang Kai. Memberi kode untuk menghentikan argumen mereka.

"Sudah, kalian jangan berisik." pinta Kai, membuatnya mendapat tatapan tajam dari Baekhyun, V dan jungkook.  "Ah, maaf! " Nyali Kai langsung ciut saat ingin menegur mereka.

Jimin memerintahkan semua orang untuk tutup mulut. Ia ingin mendengar apa yang dibicarakan oleh Angela dengan Park Chanyeol. "Maaf, kepala asrama Kim." Suara Chanyeol terdengar sayup-sayup dari balik pintu.

Mereka semua yang berada dibalik pintu menahan napas mendengar kata-kata selanjutnya yang keluar dari bibir milik Kim Angela.

"Sekali lagi kau melakukannya, aku tak segan segan untuk membunuhmu, Chanyeol."

Kembali ke dalam ruangan remang-remang tersebut. Chanyeol mengangguk singkat, masih dengan kepala menunduk.

"Nona Angela, boleh aku bertanya?"

Angela menatap Chanyeol jengah, tapi ia tidak melarang Chanyeol untuk bertanya. "Apakah salah jika kita menyukai manusia?"

Angela membeku di tempat, ia tidak menyangka Chanyeol akan bertanya seperti itu. Baginya mencintai manusia adalah hal yang tabu. Seorang vampire yang mencintai manusia akan dihukum dalam kesengsaraan. Vampire yang berubah menjadi manusia, akan kehilangan kekuatannya. Dan yang lebih parah dalam beberapa kasus, vampire yang menikah dengan manusia akan menghasilkan anak setengah vampire setengah manusia. Anak tersebut layaknya seorang vampire level-E yang siap menerkam siapapun yang lewat dihadapannya.

Dan itu bisa membahayakan keberadaan kaum vampire yang selama ini tersembunyi. Berbaur dengan kerumunan anak-anak manusia yang lahir tiap harinya.

"Itu amat sangat salah, Chan." kata Angela dengan tegas.

Chanyeol menghela nafas. "Tapi, Kepala Asrama Kim. Kau juga mencintai manusia."

Angela menatap Chanyeol, ia marah. Tapi ia menahan rasa marahya tersebut. "Bukankah kau juga tidak boleh mencintai Suho, kepala asrama Kim?"

Chanyeol tersenyum kecil melihat Angela hanya berdiam diri tanpa niatan untuk membalas perkataannya. Karena tadi itu tepat sasaran. Kim Angela memang mencintai Suho. Dan ia tidak boleh mencintai Suho karena Suho adalah seorang manusia. Seperti yang baru saja Angela katakan pada Chanyeol.

"Atau kau berniat mengubah Suho menjadi vampire menggunakan kekuatan darah murni-mu?" Tanya Chanyeol.

Lalu dengan satu hentakan. Kaca-kaca jendela di belakang Angela pecah. Ia menggunakan kekuatannya untuk melakukan itu. Chanyeol membeku di tempat, ia telah membuat kesal Angela. Tetapi ia belum siap untuk mati di tangan vampire darah murni seperti Angela. Sahabatnya sendiri.

"Kau benar Chanyeol, aku tidak seharusnya mencintai Suho. Seperti kau yang tidak seharusnya mencintai manusia."

Lalu Angela menghilang bersama pecahan-pecahan kaca yang berjatuhan.

***

Kedua gadis berjalan menuju kamarnya. Nomor 333. Hyemi memutar kunci yang telah dimasukkan ke dalam lubang kunci. Pintu kamar terbuka. Mereka lelah dan ingin tidur. Tadi sepulang dari depan Asrama Night Class mereka dikejar-kejar oleh gadis-gadis yang mengaku sebagai fans Park Chanyeol. Alhasil, mereka harus berlari mengitari separuh sekolah demi menghindari kejaran gadis-gadis bar-bar yang bertransformasi menjadi pelari marathon.

Untung saja ada gadis berbaik hati yang mau menolong mereka. Itupun karena ia mengaku bukan Fans dari Park Chanyeol. Tapi tetap saja mereka sudah berbaik hati menyembunyikan Hyesun dan Hyemi dari kejaran para fans.

"Wah.. aku rasa fans Park Chanyeol itu sepertinya tidak suka denganmu." Ucap Hyemi tiba-tiba.

"Ta-tapi.. itu sepenuhnya bukan kesalahanku." Seru Hyesun takut. Bagaimana dia tidak takut, jika sewaktu-waktu fans Chanyeol datang untuk membulinya di saat Hyemi tidak ada.

"Untung saja tadi ada yang membantu kita, kalau tidak habislah sudah. " Kata Hyemi menghela napas. "Tapi bukankah para Murid Night Class begitu menggoda." Celetuk gadis itu lagi.

"Ayolah, jangan sekali-kali kau membuat masalah dengan murid Night Class." Seru Hyesun mengingat apa yang baru saja terjadi.

"Ahh, kau ini serius sekali. Aku kan hanya penasaran, bukan tertarik. Bahkan mereka yang seperti itu saja fisknya tak membuatku menaruh minat." Kata Hyemi enteng.

"Haha.. Kau ini. Sepertinya seleramu sangat tinggi." Ucap Hyesun tertawa geli.

"Tapi bukankah itu terlihat mencurigakan. Kenapa mereka harus melarang murid Day Class berdekatan dengan Night Class?" Tanya Hyemi yang bersiap untuk tidur. Sementara Hyesun sedang bersiap menganti bajunya dengan baju tidur.

Hyesun mengalihkan pandangannya ke arah jendela yang terbuka. Lalu dengan langkah pelan gadis itu menghampiri jendela, menutupnya. Hyesun mendudukan dirinya di atas kasur. Matanya terpaku pada suatu

objek di atas meja belajar. Itu kalungnya. Bagaimana bisa kalung yang selalu ia gunakan berada di meja itu?

"Kurasa, aku tidak melepasnya. Atau aku lupa?" Hyesun mengambil kalung tersebut, lalu berjalan menghampiri tas peachnya, berdiri di depan cermin. Kemudian mengenakan kalungnya.

Kalung itu. Ia masih ingat ketika ayahnya bercerita bagaimana ibunya memberikannya kalung tersebut beberapa hari sebelum insiden yang membuat ibunya meninggal dunia. Sejak saat itu, Hyesun berjanji pada dirinya sendiri akan selalu menjaga dan merawat kalung tersebut. Sebagai tanda bahwa Hyesun selalu mengingat ibunya, dan akan selalu menyayanginya, sampai kematian menghampirinya.

Ia mengamati kalung yang melingkari lehernya dari kaca. Kalung itu berliontin mawar—bunga kesukaan ibunya—berwarna merah. Terlihat manis ketika kalung itu melingkar di lehernya.

Hyesun sibuk mengganti pakaiannya dari baju hangat dan jeans ke piyama. Saking sibuknya sehingga ia tidak menyadari bahwa seseorang tengah mengamatinya. Sekilas ia menatap Hyemi yang nampaknya sudah berada di alam mimpi.

"Hyemi." Panggil Hyesun untuk memastikannya apakah benar Hyemi sudah terlelap atau belum.

Setelah cukup lama tidak mendapat respon, Hyesun tersadar jika Hyemi sudah memimpikan impiannya. Lalu ia kembali melepas pakaiannya untuk diganti dengan piyama tidur miliknya.

Dari balik jendela kamar Mereka. Seseorang laki-laki berambut pirang bermata biru mengamati aktivitas yang dilakukan Hyesun dari batang pohon. Laki-laki itu menengguk ludahnya sendiri. Kemudian, mengalihkan pandangan ketika Hyesun sibuk menurunkan celana jeans-nya.

"Apa dia tidak menyadari kehadiranku? Gadis bodoh!" Laki-laki itu—Chanyeol—mengomel.

Chanyeol tidak berpikiran macam-macam, eum.. mungkin sedikit. Tapi itu kan juga salah gadis itu. Mengganti pakaian tanpa memperhatikan sekitar. Apa gadis itu tidak takut jika tiba-tiba seseorang melihatnya lalu menindihnya, menciumnya, lalu membawanya ke ranjang—OH hentikan Chanyeol!

Pipi Chanyeol bersemu merah membayangkannya. Bagaimanapun, Chanyeol adalah seorang pria, ia pasti berpikir yang tidak-tidak apabila melihat wanita mengganti pakaian dihadapannya.

Tapi Chanyeol, Hyesun mengganti pakaian di dalam kamarnya.

"Ah, tapi dia juga bersalah." Gumam Chanyeol. Laki-laki itu semakin bersemu merah karena tertangkap basah berbicara sendiri.

"Chan, apa yang kau lakukan di sana?" seseorang memanggil Chanyeol. Sang empu pemilik nama menoleh, memberikan senyuman jahil. Bahkan bisa dibilang tawaan yang jahil.

"Mengintip gadis mengganti pakaiannya."

Seseorang yang memanggil Chanyeol, alias Baekhyun berdeham, tiba-tiba saja Baekhyun merasa ingin pipis mendengar perkataan Chanyeol yang kelewat frontal. Setelah memperbaiki mimik wajahnya, Baekhyun kembali memanggil Chanyeol. Kali ini untuk mengajak Chanyeol kembali ke kelas. Karena Angela Kim akan memberikan pengumuman penting. Chanyeol tidak menolak, ia turun dari pohon dan mengikuti langkah kaki Baekhyun. Menuju ruang kelas.

Bersama dengan angin malam yang berhembus kasar Chanyeol berbisik. "Kim Hyesun, gadis yang menarik."

***

Terdengar suara langkah kaki dari sepatu high heels. Gadis itu berhenti ketika melihat sebuah ruangan yang bertuliskan 'Kim Heechul' tanpa adanya sopan santun gadis itu langsung membuka pintu dan masuk kedalamnya. Namun nampaknya si pemilik ruangan tidak terkejut dan menatap gadis itu dengan senyuman singkat.

"Aku tidak butuh senyumanmu, aku butuh penjelasan kenapa aku dipanggil!" Seru gadis itu tak suka.

"Selamat datang Nona Choi Ahreum!" Sapa Heechul yang mengetahui seperti apa reaksi yang diberikan oleh Ahreum.

"Tidak usah basa-basi, kau tahu kan maksudku?" Tanya Ahreum menatap sinis.

"Jangan cemberut dulu! Bahkan aku belum menjelaskan apa yang harus kau lakukan." Jelas Heechul menyeringai.

"Aku rasa aku akan menyukai ini." Kata Ahreum dengan mengeluarkan smirknya.

***

V terbangun dari tidurnya. Lelaki vampire itu terengah-engah, terlihat keringat membanjiri tubuhnya.

"Mimpi buruk lagi?"

Seseorang memasuki kamar pria itu. Ternyata Baekhyun. Dengan senyuman khasnya, Baekhyun berjalan mendekati V. Melihat keadaan adiknya itu.

"Kak." V memanggil nama Baekhyun dengan lirihnya. Pria itu tidak bisa menahan tangisnya. Ia menutupi kedua matanya menggunakan dua telapak tangan. Baekhyun mendekat, merengkuh adiknya itu ke dalam pelukannya. Air mata V membasahi pipinya.

"A-aku takut, kak. Aku takut..Ayah.. Ibu…mereka.." Bisik V, tubuh pria itu bergetar hebat.

"Sstt... its okay, itu hanya mimpi. Mereka sudah tenang V.. Mereka sudah tenang." Ucap Baekhyun sambil menatap sedih adik sepupunya itu. Mengingat kejadian 10 tahun lalu memang membuat seluruh murid Night Class terpuruk.

Bagaimana tidak? Melihat kedua orang tua kalian dibunuh dengan cara yang sadis dihadapan kalian sendiri. Bahkan Angela Kim saat itu terluka hebat. Dan itu menimbulkan traumatic yang hebat pada sosok seorang V.

Baekhyun berusaha menenangkannya. Kim Taehyung aka V, meskipun terlihat keras dan kuat diluar sebenarnya pria ini juga punya sisi lemah. Seperti sekarang misalnya, pria itu menangis karena mimpi buruk yang menghantui tidurnya.

"Tidak apa-apa, tenanglah! Aku akan menunggumu hingga tertidur. Jangan takut."

V masih menangis dihadapan Baekhyun. "Aku takut jika ia kembali. Ia akan kemari." Serunya terlihat frustasi.

Baekhyun memandang V dengan bingung. Lalu menghembuskan napasnya dengan kasar. "Aku juga tapi nanti kita bisa mengalahkannya, percayalah!"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!