Prolog
Seorang pria dengan usia 25 tahun tak pernah menyangka bahwa diumur yang sekarang ia benar-benar menjadi orang tua tunggal semenjak sang istrinya sudah meninggal ketika melahirkan anak mereka. Pria tersebut bernama Reihan Ismail, ia menikah dengan almarhumah istrinya atas perjodohan orang tua masing-masing. Setelah 5 tahun hidup sendiri, Reihan tak menyangka ia akan memaksa seorang gadis untuk menikah dengannya karena satu hal yang tak bisa dijelaskan kepada hal layak. Gadis tersebut bernama Meira Sabina Alexssander, ia tak pernah menyangka akan menikah diusia semuda ini akibat kecerobahannya sendiri. Pernikahan dan rumah tangga seperti apa yang akan terjadi diantara mereka? biarkan takdir Allah yang akan memberikan jawabannya.
“Jika ini takdir yang Engkau berikan kepadaku, maka aku tak akan bisa menolaknya. Engkau yang berhak menentukan segala takdirku ya Rabb” Meira Sabina Alexssander.
“Menikah tanpa didasari cinta, entah apa yang akan terjadi pada takdir pernikahanku. Takdir selalu menjadi misteri yang akan selalu sulit ditebak dan dipecahkan, biarkan cinta yang ada selalu aku serahkan kepadaMu ya Rabb” Reihan Ismail.
Pertemuan
Meira mulai berjalan memasuki lorong rumah sakit harapan bangsa untuk mengantarkan makan siang kepada sang ayah, Ayah Meira bernama Prof. Dr. dr. Holand Alexssander, M.Kes., Sp.JP(K) atau lebih akrab disapa dr. Holand. Sebelum sampai keruangan sang ayah Meira mendegar tangisan seorang anak kecil yang diperkiran berumur 5 tahun tak lama kemudia ia menghampiri gadis kecil tersebut dan terjadi percakapan kecil diantara mereka. “Haii anak manis, kenapa kau menagis?” sapa Meira kepada gadis kecil tersebut, “Aku merasa sedih karena tidak ada yang menemaniku disini, aku kesepian”
Meira kembali bertanya, “Memangnya kemana ibu kamu sehingga anak semanis kamu sendirian dibangsal anak?”
“Kata Papa, Mama udah pergi jauh dan udah tenang disyurga” Sontak Meira merasa terkejut, bagi ia dekat dengan anak kecil bukan hal yang sulit karena ia menyukai anak-anak. Ia mulai mengulurkan tangannya kepada gadis kecil tersebut “Panggil saja aku kak Meira, kamu tidak akan merasa kesepian lagi karena kaka akan bermain dengan kamu”
“Oke baiklah kak, panggil saja aku dengan sebutan Mecca. Terimakasih kak Meira” ucap Mecca sambil melambaikan tangan. Setelah berbincang dengan gadis tersebut ia mulai bergegas keruangan sang ayah untuk mengantarkan pesanan dari mamanya.
Hampir setiap hari jika ia pergi ke rumah sakit pasti akan bermain dengan Mecca, hingga tak terasa ia semakin dekat dengam Mecca dan mulai menyanginya. Tak lama kemudian ia bertemu dengan seorang pria dewasa yang ia ketahui bahwa itu adalah papanya Mecca. Reihan hanya bersikap dingin dan cuek pada Meira, lagian Meira juga hanya ingin bermain dengan Mecca. Keesokan harinya Meira meminta izin untuk mengajak Mecca bermain ditaman rumah sakit, tak pernah terpikirkan apa yang ia lakukan sekarang mengajak Mecca bermain malah mendatangkan bahaya bagi Mecca.
Kecelakaan
Niat Meira hanya untuk menyelamatkan Mecca dari kecelakaan malah menjadi boomerang untuk ia. Mecca sedang berada dipinggir jalan untuk mengambil sebuah bola, tiba-tiba ada mobil dari arah yang tak terduga dengan kecepatan tinggi yang hampir saja mendabrak gadis kecil itu. Yang terpikir dalam benak Meira untuk menyelamatkan Mecca dengan cara mendorong gadis kecil tersebut ke trotoar agar terhindar dari tabrakan mobil tersebut, naasnya dorongan Meira terlalu kencang dan membuat Meira jatuh terbentur bagian pingganggnya hingga ia tak sadarkan diri.
Ia segara membawa Mecca ke ruangan dokter untuk mengetahaui kondisinya seperti apa. Ia rasa apa yang telah dilakukannya tidak terlalu fatal.
“Dok bagaimana kondisi gadis kecil ini?” dokter menghelana nafas sejek sebelum menjelaskan kondisi yang sebenarnya.
“Akibat benturan tadi yang mengenai pinggang anak tersebut membuatnya mengalami kerusakan pada ginjal bagian kanannya” mendengar penjelasan dokter Meira hanya bisa menghela nafas panjang, karena tidak pernah terpikirkan bahwa yang ia lakukan akan sefatal ini. Tak pernah terbanyangkan bahwa cobaan hidup yang gadis kecil itu terima begitu berat, tiba-tiba sosok seorang Pria dewasa datang dengan penuh kepanikan diwajahnya.
“Aaarrrggghhh, kamu!!!” dengan tatapan mata yang tajam ke arah Meira. Tiba-tiba dokter datang menanyakan pihak keluarganya.
“Dok bagaimana kondisi putri saya?” dokter mulai berjalan dengan cepat untuk menhampiri Reihan orang tua dari Mecca.
“Begini pak, ginjal kanan putri bapak mengalami kerusakan sehingga harus segera dilakukan operasi pencangkokan ginjal”
“Baik dok, lakukan semua yang terbaik untuk putri saya” jawab Reihan dengan tegas.
“Tapi sebelum melakukan operasi kita terlebih dahulu harus menunggu anak bapak sadar dan harus dibicarakan terlebih dahulu mengenai operasi ini. Ditakutkan ada trauma karena ia masih sangat kecil"
“Baik dok, saya ikuti sesuai dengan SOP rumah sakit” Tegas Reihan. Taklama kemudian Mecca sudah sadar dari pingsannya dan memanggil Reihan.
“Papaaa......” teriakan khas Mecca.
“Ada apa sayang, Papa disini” sambil memegang tangan kecil putrinya.
“Papa apa benar besok Mecca akan dioperasi?” bertanya diiringin dengan muka polosnya
Reihan memejamkan mata sejenak sebelum menjawab pertanyaan putrinya “Ya besok akan dioperasi agar kamu cepat sembuh sayang”
“Okey aku siap untuk operasi, asal Papa mau berjanji sama aku” sambil memberikan kelingking Mecca kepada papanya agar bisa berjanji.
“Janji apa nak?”
“Mecca ingin memiliki keluarga yang utuh seperti teman-temanku, ada Papa dan Mama. Jadi maukah Papa menikah dengan kak Meira, Mecca mau kak Meira jdi Mama aku” seketika Reihan menghela napas dan sambil memejamkan mata, tak disangka permintaan anaknya begitu rumit. Tapi apa daya jika ini memang bisa menyelamkan anaknya pasti akan diusahakan dengan baik.
“Papa janji akan menikah dengan kak Meira”sambil mengulurkan kelingkingnya sebagi tanda janji.
Tiba-tiba didapati ada suara yang menyaut dan berkata “Tidak, aku tidak ingin menikah lagi pula aku masih muda dan kuliahku belum selesai” Reihan kaget dengan penolakan Meira, tak heran jika ia menolak karena memang mereka tidak saling mengenal.
“Aku tidak suka penolakan, lagian kamu harus bertanggung jawab telah membahayakan nyawa orang lain” ucap Reihan dengan wajah tanpa ekspresi.
“Apa tidak ada cara lain selain menikah?” mendengar perkataan itu, tiba-tiba dr. Holand ayahnya Meira datang dan mendengarkan semua perbincangam mereka dan mulai memotong pembicaraan.
“Bagimana bisa kamu seenaknya memaksa putri saya untuk menikah denganmu” sontak Meira kaget dengan pembelaan Sang Ayah. Kemudian Reihan kembali berbicara baik-baik dengan dr. Holand mengenai permintaanya tersebut. Setelah mendapatkan penjelasan yang sebenarnya dr. Holand merasa iba, tetapi ia akan kembalikan semuanya kepada putrinya mau atau tidak.
“Ya Allah, cobaan yang terjadi dalam hidupku hingga aku ada dalam situasi ini. Jika salah mengambil keputusan maka nyawa seorang gadis kecil tak bersalah menjadi taruhannya” ucap dalam hati Meira
“Baik, aku akan menerima pernikahan ini” mendengar jawaban tersebut dr. Holand kaget dan tidak menyangka bahwa putrinya akan rela berkorban sedemikan rupa, walau dalam hati dr. Holand tidak menyetuji atas keputusan putrinya itu.
“Kalau begitu, kita akan melangsungkan pernikah hari ini juga” tegas Reihan.
Pagi-pagi sekali Reihan sudah rapi menggunakan kemeja dan celana bahan yang melekat pada tubuhnya sedangkan Meira baru saja bangun. Semalam mereka tidur bersama tapi tidak satu ranjang. “Mas mau kemana pagi-pagi sekali sudah berpakai rapih?” tanya Meira sambil mengumpulkan semua nyawanya.
“Aku akan pergi kerumah sakit” jawab Reihan dengan nada datar. Sambil mengucek mata Meira mulai menyerap jawaban Reihan, kenapa pagi-pagi sekali ia ingin pergi ke rumah sakit dan Meira mulai tersadar “Ya Allah kenapa aku bisa lupa kalau hari ini Mecca akan menjalani operasi”.
“Mas tolong tunggu aku, aku ingin ikut ke rumah sakit” tak lama Reihan menjawab
“Tidak usah, aku akan segera berangkat sekarang” hanya ada jawaban dingin yang ia dapatkan akan tetapi Meira tidak menyerah agar bisa ikut ke rumah sakit dan pada akhirnya pun diizinkan ikut.
“Terimakasih Mas, tunggu sebentar aku akan mandi dulu”
“Hmm” jawab Reihan. Medira mulai bergegas untuk mandi, ia mandi hanya sebentar karena jika terlalu lama malah akan membuat Reihan kesal dan malah meninggalkannya untuk pergi ke rumah sakit. Tak lama ia keluar dari kamar dengan menggunkan dress putih dan ditambah balutan rajutan berwarna hitam memang menandakan cuaca Surabaya sedang dilanda hujan.
Selama perjalan menuju rumah sakit, mereka sama sekali tidak saling bersua hanya ada keheningan di dalam mobil. Setelah sampai di rumah sakit Reihan mulai berjalan dengan cepat untuk segara sampai keruangan putrinya, akan tetapi Meira masih tertinggal dibelakang Reihan bagaimana tidak langkah ia terlalu cepat dan dikejarpun tidak akan terkejar. “Dasar pria dingin” dumel dalam hati Meira. Ada hal aneh yang terjadi, Reihan enggan masuk keruangan Mecca tanpa adanya Meira.
“Lama sekali jalannya”omelan Reihan dengan sikap acuhnya
“Lah kenapa tidak masuk duluan saja, mengapa harus menunggu aku”jawab ketus Meira
“Hmmmm” jawaban Reihan yang tak pernah ia mengerti sama sekali. Tiba-tiba Reihan memegang erat tangan Meira terus membuka pintu dan langsung masuk kerungan putrinya.
“Papa, Mama...akhirnya Mecca punya keluarga yang lengkap seperti teman-teman ” saut Mecca
“Papa akan melakukan apapun asal kamu bahagia”
“Mama, Mecca kangen” sambil memeluk Meira
“Mama juga kangen Mecca” balas Meira.
“Sebelum melakukan operasi Mecca mau berjanji tidak sama papa dan mama” Pinta Meira.
“Janji apa Ma?” tanya Mecc
“Janji bahwa Mecca akan menjadi anak yang kuat dan sabar dalam menjalani cobaan ini dan kita akan kumpul menjadi satu keluarga yang bahagia”
“Oke siap Ma Pa"
Proses operasi akan segera dilaksanakan, Reihan mulai gelisah dengan proses operasi yang sedang berlangsung. Kegelisahan Reihan memang nampak jelas di wajahnya disatu sisi Meira mencoba menenangkannya.
“Duduklah sebentara mas, jangan gelisah terus. Sebagai seorang ayah kamu harus bisa tenang pasrahkan semuanya kepada Allah SWT” Reihan menghela napas yang panjang setelah itu duduk sebari berdo’a untuk keselamatan putrinya.
Kehilangan memang selalu memberikan duka yang amat mendalam, ketika ia kehilangan mendiang istirnya setelah melahirkan putri mereka maka tinggal Mecca lah salah satu harapannya untuk tetap hidup, entah seeperti apa jadinya jika ia benar-benar kehilangan putri kesayangannya itu.
Operasi telah usai dan dokter menghampiri Reihan dan Meira sebari diajukannya sebuah pertanyaan kepada dokter tersebut.
“Dok bagaimana keadaan putriku sekarang?” tanya Reihan dengan harap-harap cemas yang nampak jelas sekali diwajahnya.
“Operasi berjalan dengan lancar dan berhasil melakukan cangkok ginjalnya, tinggal menunggu ia sadar akibat dari obat bius” jawab dokter.
“Alhamdulillah, Terimakasih ya Allah” ucap Reihan yang sekarang bisa bernapas dengan lega.
Setelah operasi Mecca selesai dan mulai membawaanya keruang rawat biasa, seketika Reihan menyuruh Meira untuk pulang dan beristirahat dirumah saja. Namun lagi Meira menolak untuk pulang karena ia ingin menjaga Mecca. “Dasar keras kepala, biar aku saja yang menjaga Mecca, sebaiknya kamu pulang untuk beistirahat” suat Reihan.
Meira malah menghiraukan perkataan suaminya dan terus berjalan menuju ranjang tempat tidur Mecca. Melihat tingkah Meira yang seperti itu malah membuat ia sedikit jengkel tapi sekaligus senang karena Meira begitu peduli terhadap putrinya.
Meira tidur disamping Mecca sambil memegang tangannya yang begitu mugil dan lucu hingga tak sadar ia telah tertidur lelap. Melihat pemandangan ini Reihan merasa kasihan terhadap Meira yang tidur dengan posisi tidak nyaman, kemudia ia mengendong dan memindahkannya ke sofa agar bisa tidur dengan nyaman sedangkan ia yang menggantikan posisi Meira yang tertidur dengan lelap disamping putrinya.
Sinar sang surya mulai membangunkan Meira dari tidurnya yang begitu lelap dan seketika ia baru sadar mengapa ia tidur diatas sofa sebari jalan menuju kamar mandi, kalau diingat-ingat rasanya semalam aku tidur disamping Mecca lah kenapa tiba-tiba ada diatas sofa mungkin saja Reihan yang memindahkannya. Setelah ia keluar dari kamar mandi, tiba-tiba Reihan datang dengan membawakan sedikit makanan untuk sarapan pagi.
“Ini aku bawakan sarapan untukmu” ucap Reihan.
“Mas sendiri sudah makan belum?” balik tanya Meira.
“Hmm” seperti biasa jawaban yang tak pernah ia pahami.
“Setelah srapan sebaiknya kamu pulang terlebih dahulu” pinta Reihan
“Tapi Mas....”belum selesai bicara Reihan malah memotongnya “Aku tau kamu sudah tidak nyaman menggunakan pakai tersebut dan pulangnya untuk mandi”
“Baiklah aku akan pulang sebentar dan akan kembali lagi kesini nanti, Assalamualaikum” sambil mencium tangan Reiha, bagaimanapun ia menghormati Reihan sebagai suami sahnya.
“Waalaikumsalam” jawab reihan dalam hati dan sambil melihat punggung Meira perlahan menghilang.
Tak lama kemudian ada seorang wanita yang membuka pintu dan membuat Reihan kaget dengan kedatangannya. “Assalamualikum Reihan” sapa wanita cantik dengan senyum rama yang begitu khas.
“Waalaikumsalam Aleesha, kenapa kamu bisa ada disini?”jawab dan tanya Reihan. Bagi Aleesha suara khas Reihan tak pernah berubah begitupun dengan senyumnya malah membuatnya teringat akan masa lalu. Tak lama Mecca terbangun dan memanggil Reihan.
“Pa, dimana Mama?”pertanyaan yang terlontar ketika bangun tidur yang ditnayakan adalah Meira.
“Mama pulang sebentar untuk mandi dan berganti pakaian sayang, mungkin sebentar lagi juga balik kesini”. Seketika dokter dan perawat datang untuk memeriksa kondisi Mecca pasca operasi. “Selamat pagi pa, saya akan memeriksa kondisi putri anda sekarang”
“Baiklah dok, silahkan” jawab Reihan. Sementara dokter memeriksa putrinya ia kembali ngobrol dengan Aleesha hanya untuk menanyakan kabar.
Tiba-tiba Mecca memanggil Reihan “Papa siapa tante cantik ini?”
“Haii anak cantik, pasti kamu Mecca ya?” tanya Aleesha dengan senyum ramahnya yang menambahkan kesan akan kecantikannya.
“Ya tante aku Mecca” jawab manis Mecca.
“Kamu bisa panggil tante Aleesha, sahabat dari papa mu”. Lagi-lagi Mecca merengek menanyak mamanya kepada Reihan “Papa kok Mama lama sekali, aku kan kangen. Aku ga akan makan kalau bukan mama yang menyuapi” rengek Mecca kepada papanya.
Reihan tau betul jika putrinya sudah bertingkah seperti ini akan sulit dibujuk. Akhirnya Reihan menelpon Meira “Meira, dimana kau? Kenapa lama sekali. Mecca merengek ingin makan tapi kalau kamu yang menyuapinya”
“Mecca sudah bangun Mas?” tanya Meira
“Hmm, ya cepatlah kemari” seperti biasa jawaban datar yang diterima Meira. “Maass...tutttttt” belum selesai berbicara malah sudah ditutup telponnya, ketus Meira.
Meira baru saja tiba dirumah sakit sedang berjalan dilorongan dengan terburu\-buru karena Mecca sudah menanyakannya sedari ia sadar. Ketika ingin membuka pintu ia malah terkejut dengan suara yang begitu ramai di dalam ruangan itu, tampak jelas ada sosok wanita lain yang sedang asik berbincang dengan Reihan. Meira berpikir, seperti itukah keluarga bahagia yang memang terlihat jelas dihadapannya, kenapa tidak dari dulu saja Reihan bertemu dengan wanita itu dan kenapa juga harus aku yang menjadi istrinya, lebih baik aku ke kantin saja dari pada harus melihat pemandangan yang seperti ini.
“Heh Meira kenapa kau malah asik duduk sendiri di kantin, tak tau apa kalau Mecca mencari mu” seketika Meira kaget ada suara Reihan yang tak terduga ada dibelakangnya dan seperti biasa tatapan tajam Reihan yang selalu diberikan kepada Meira.
“Aku tak ingin mengganggu kebersamaan kalian” seketika Reihan mencerna apa yang Meira katakan kepadanya.
“Oh maksudmu Aleesha, ia sahabatku” sambil menarik tangan Meira agar segara datang untuk menemui putrinya. “Dasar bodoh kau, bisa-bisa tidak mau bertemu dengan Mecca karena ada wanita lain” ketus Reihan dalam hati.
“Mama......Mecca kangen” teriakan Mecca yang khas.
“Mama juga kangen kamu sayang” balas Meira.
“Aku mau makan kalau mama yang menyuapiku” permintaan sang tuang putri.
“Baik kalau begitu mari kita makan” sambil menggenggam sebuah mangkot
Selama Meira menyiapi Mecca, Reihan asik berbincang dengan wanita itu. Entah ada hubungan apa keduanya Meira tak peduli hanya saja sikap dan perilaku sangat berbanding terbalik seratus delapan puluh derajat, biar sajalah lebih baik sekarang aku fokus mengurus Mecca. Tapi tetap saja ada rasa yang masih mengganjal dihatinya, perbincangan mereka terlihat asik sekali bagaikan sepasang kekasih. Tapi ia tidak ingin ikut campur jadi biarkan sajalah, terkecuali ada hubungannya dengan ia.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!