NovelToon NovelToon

Kisah Cinta Si Gadis Kembar Tiga

Bab 1

"Marieeeee,,, Janieeeee!!!!" teriakan yang sangat kencang terdengar dari sudut kamar di salah satu rumah sederhana di sebuah kota kecil. Hal ini sudah lumrah terjadi setiap paginya, Katie si anak sulung dari kembar tiga selalu saja menjadi yang paling terakhir bangun pagi, sering kali karena terlalu susah dibangunkan ia ditinggal begitu saja oleh kedua adik kembarnya.

"Lihat saja kalian nanti!" gerutu Katie sambil mengambil handuk dan beranjak masuk ke kamar mandi.

sementara di lantai bawah, Marie, Janie, Ayah dan Ibu sudah berkumpul untuk sarapan sambil membahas hal yang sama juga setiap pagi.

"Kenapa kalian tidak bangunkan Katie? kasihan dia kalau selalu terlambat" ucap ibu sambil meletakkan potongan roti yang baru diangkatnya dari oven keatas meja makan.

"Biar saja bu, Katie itu sudah besar, diakan sudah mau jadi mahasiswa, masa harus terus seperti itu!" ujar Janie

"Iya betul, lagi pula apa susahnya kalau dia memasang alarm di handphonenya?" Marie sepakat dengan adik kembarnya.

"Sudah jangan berisik, kalian ini selalu saja membahas hal yang sama setiap pagi, dasar wanita!" gerutu ayah yang sedari tadi asik membaca berita di tab kesayangannya sambil menyeruput kopi hitam buatan ibu.

Setelah Katie selesai mandi dan berdandan rapih memakai seragam sekolahnya, ia pun ikut bergabung di meja makan.

"kalian ini keterlaluan, selalu saja aku ditinggalkan!" keluh Katie pada dua saudara kembarnya.

"Lain kali pasang alarm di ponselmu sayang" ibu yang selalu sabar dengan ulah semua anaknya mengelus halus rambut Katie saat berjalan mendekat dan menyodorkan roti untuk sarapan.

"Terima kasih bu" ucap Katie yang menerima sepotong besar roti dari ibunya.

"Lalu apa rencana kalian setelah ini?" tanya ayah kepada ketiga putrinya meskipun sebenarnya ia sudah tau karena berulang kali mengkonfirmasi pertanyaan yang sama.

Ia ingin mempersiapkan masa depan anaknya setelah lulus SMA beberapa bulan lagi. Sebagai seorang dosen, sang ayah tidak ingin anaknya hanya tamat SMA saja dan menjadi ibu rumah tangga seperti istrinya. Ia ingin anak-anaknya memiliki karier cemerlang dan meningkatkan standar hidup mereka yang kini hanya ada diposisi menengah, alias tidak kaya tapi juga tidak miskin.

"Seperti yang ayah tau, aku akan mengambil jurusan hukum, aku ingin jadi pengacara handal yah" ujar Katie dengan antusias.

"Aku tetap pada pendirianku menjadi seorang dokter"Jawab Janie.

"Bagaimana denganmu?" ayah menatap Marie dengan sorot mata yang tajam, sementara Marie seperti biasa tidak pernah menjawab, karena cita-citanya sebagai seorang model selalu ditentang oleh ayahnya.

Bagi sang ayah model bukanlah sebuah profesi yang bisa diandalkan dalam waktu yang panjang, selagi muda dan cantik, wajah dan tubuh mulus langsing anaknya bisa menjual, namun setelah usianya matang dan tidak lagi produktif pasti sudah tidak akan terpakai lagi, karena akan banyak saingan model-model baru yang lebih muda dan cantik.

"Aku akan pikirkan lagi ayah" ucap Marie.

"Segera selesaikan sarapan kalian, kalau tidak kalian bisa terlambat ke sekolah" ibu memecah ketegangan yang terjadi di meja makan karena perbedaan pendapat sang ayah dan Marie.

Meskipun mereka kembar identik dan sangat sulit dibedakan satu dengan yang lain, namun dari karakter dan penampilan mereka sangat bertolak belakang satu sama lain. Katie adalah gadis tomboy yang selalu memakai pakaian sporty dengan rambut yang acak-acakan, Marie adalah gadis feminim yang selalu memakai baju modis dengan rambut panjang terurai, sementara Janie adalah gadis sederhana yang selalu memakai baju casual dengan rambut selalu dikuncir keatas.

Bab 2

Setelah menempuh perjalanan hampir 40 menit, bus sekolah tiba di lapangan parkir. Rumah triplet yang berada di kota kecil bernama alexbad memang cukup jauh dari pusat ibukota negara Talamie membuat perjalanan yang dilalui ke sekolah memakan waktu yang lama. Mereka harus melewati perbukitan dan juga hutan pinus sebelum akhirnya tiba diperbatasan ibukota yang ramai.

Semua siswa mulai turun dari bus secara antri. Katie, Marie dan Janie yang sudah turun langsung berpencar menuju kelas masing-masing tanpa banyak bicara. Katie yang bercita-cita menjadi pengacara memilih jurusan IPS, Janie yang ingin menjadi dokter memilih jurusan IPA, sementara Marie yang masih bingung karena ditentang jadi model oleh sang Ayah hanya pasrah dan asal memilih jurusan Bahasa.

Marie yang gontai berjalan menuju kelas dikagetkan oleh tepukan dipundaknya oleh temannya "hey, kenapa kau?" tanya Grace menyelidik.

"Tidak apa-apa, aku hanya sedang bingung karena ayah terus bertanya aku mau kuliah jurusan apa" jawab Marie dengan lesu.

"Aku rasa ayahmu benar, kau mungkin bisa cari jurusan lain yang memang dekat dengan minatmu itu" ucap Grace yang sudah tau tentang perseteruan ayah dan anak ini.

"Contohnya?" Marie yang tidak punya ide karena sangat putus asa dengan sikap ayahnya yang terus menentang cita-citanya, bahkan ia sama sekali tidak berniat mencari jurusan kuliah lain.

"Mungkin fashion designer? kan sambil kuliah kau bisa tetap bisa ikut kelas modeling, malah bisa dapat dua keahlian sekaligus" jawab Grace.

"Ahhhhhh kenapa tidak terpikir olehku, kau memang sahabatku yang paling pintar" Marie terlihat sangat senang mendengar ide yang dilontarkan oleh sahabatnya itu dan langsung memeluknya dengan erat.

"Hey lepaskan, kau mau membunuhku ya?" Grace memberontak karena dipeluk sampai sesak nafas.

"Maaf, aku tidak sengaja" ujar Marie yang sumringah "ayo masuk" kemudian mereka berdua jalan ke dalam kelas.

Setelah bel masuk berbunyi, disela-sela guru bahasa perancis menerangkan materi, Marie membuka HPnya dan menulis pesan kepada dua saudara kembarnya "aku akan menjadi fashion designer" lalu mengirimnya ke grup.

"Apa kau sudah yakin?" tanya Janie.

"Tentu saja" jawab Marie sambil memberi emoticon senyum bahagia.

Sementara Katie hanya membaca tanpa membalas sepatah katapun, ia langsung membayangkan bagaimana reaksi ayahnya terhadap keputusan saudara kembarnya ini.

Malam harinya, seperti biasa setelah makan malam mereka selalu menyempatkan diri untuk duduk bersama di ruang keluarga.

"Ayah aku mau bicara" ujar Marie dengan ragu.

"Katakanlah" ayah yang memegang remote tv mengecilkan suara tv nya tanda bersiap mendengar.

"Aku mau kuliah fashion designer" Marie berkata dengan lirih karena tidak yakin akan respon dari sang ayah.

Sekilas sang ayah mengernyitkan hadinya lalu menatap putrinya dengan tajam "apa yang membuat kau ingin mengambil jurusan itu?" telisik sang ayah.

"Karena ayah tidak mengijinkanku hanya menjadi model, maka aku mencari profesi yang masih berhubungan dengan dunia modeling, aku rasa aku bisa mengejar cita-citaku sebagai model sementara aku belajar menjadi fashion designer yang handal!" kepercayaan dirinya mulai tumbuh saat membayangkan dirinya berdiri diatas catwalk memperagakan baju hasil karyanya sendiri.

"Kalau begitu carilah kampus yang bisa membantumu mewujudkan cita-citamu itu" ayah kembali membesarkan volume tv tanda menyetujui apa yang dicita-citakan sang putri.

"Benarkah ayah setuju?" Marie melonjak kegirangan dan langsung berlari memeluk sang ayah yang duduk bersebrangan dengannya di ruang keluarga.

Ayahnya yang mendapat pelukan langsung membalasnya dan menyunggingkan senyum tipis. Sementara Ibu, Katie dan Janie menatap dengan tatapan bahagia kepada mereka.

Bab 3 KATIE

Waktu terasa begitu cepat, sudah enam bulan setelah Marie memutuskan untuk berkuliah di jurusan fashion designer. Kini triplet sudah mempersiapkan berkas untuk mendaftar ke universitas yang mereka dambakan. Katie yang ingin menjadi seorang pengacara memilih masuk ke Laws International University di ibukota. Marie yang berubah haluan di tengah jalan memutuskan untuk melanjutkan ke Universal Art School di ujung perbatasan kota Alexbad dengan ibukota. Sementara Janie yang mantab menjadi seorang dokter memilih fakultas kedokteran di Alexbad University.

Pagi itu seperti biasa Katie selalu terlambat bangun, ia lupa menyetel alarm di ponselnya agar bisa bangun lebih pagi.

"Arghhhhh tidakkkkk" suara nyaring itu kembali terdengar dari sudut kamar lantai dua rumah sederhana itu. Katie langsung berlari ke kamar mandi dan bersiap berangkat ke kampusnya.

"Bodohnya kau Katie, hari pertama ini begitu penting, kenapa kau sampai lupa memasang alarm?" gerutunya pada diri sendiri.

Setelah selesai mandi ia langsung berpakaian seperti biasanya yaitu menggunakan celana jeans, kaos jersey, jaket training, sepatu kets dan tas punggung. Ia tidak memulas wajahnya sama sekali dengan make up, hanya bercermin merapikan rambut dan mengoleskan lipbalm agar bibirnya tidak kering dan pecah-pecah.

"Bu, yah, aku berangkat ya" ujar Katie sambil menyambar roti di tangan kanan dan menengguk susu dengan tangan kirinya.

"Pelan-pelan, nanti tersedak" ibu mengingatkan sambil geleng-geleng melihat kelakuan sang anak yang tidak berubah sampai sudah duduk dibangku kuliah.

Setelah menghabiskan susunya, Katie langsung berlari dengan langkah yang lebar menyusuri halaman dan jalan setapak menuju halte bus terdekat.

"Semoga saja aku tidak terlambat, please bus datanglah" Katie berharap dalam hatinya.

Setelah menempuh jarak sekitar satu jam dari rumahnya yang berada di pinggiran, akhirnya Katie tiba di depan gerbang kampus barunya yang berlokasi di pusat ibukota. Ia menatap masih dengan penuh rasa tidak percaya bahwa dirinya bisa berkuliah di tempat yang bergengsi dan mahal ini. Sesaat ia sempat terlena dalam lamunan dan merasa seperti di dalam mimpi.

"Astaga aku harus masuk" Katie pun tersadar dari lamunannya dan bergegas berlari menuju loket daftar ulang untuk mahasiswa baru.

Sementara itu di sebuah ruangan di kampus ini terjadi sebuah percakapan sengit antara ayah dan anak.

"Please yah, aku tidak mau berada disini, ini bukan cita-citaku" gerutu sang anak yang menolak permintaan ayahnya untuk meneruskan perjuangannya mengelola kampus tempat Katie berkuliah.

"James, kalau bukan kau yang melanjutkannya, lalu ayah harus meminta kepada siapa lagi? hanya kau satu-satunya anak ayah, jadi semua warisan ini pasti akan jatuh padamu, termasuk kampus ini, jadi mau atau tidak mau kau harus meneruskannya untuk mengelola semuanya ini" jelas sang ayah.

Prof. Jeremy Gamaliel adalah seorang ahli hukum tata negara nomor satu dan termasyur di negara ini. Hampir semua kasus yang ditanganinya selalu berakhir dengan kemenangan. Ia juga adalah ketua tim penasehat hukum negara. Sebagai ahli hukum, ia mendedikasikan dirinya secara utuh untuk penegakan hukum dinegaranya, termasuk salah satunya adalah dengan cara mendirikan universitas di bidang hukum yang menjadi paling populer dan terkemuka. Banyak lulusan kampus ini yang menjadi ahli hukum dan berhasil menegakan keadilan. Salah satunya adalah anaknya sendiri James Gamaliel yang berhasil menjadi pengacara handal dan memiliki firma hukum yang banyak dipakai oleh kalangan elit di ibukota. Itulah sebabnya mengapa James menolak untuk mengurusi kampus, karena baginya menjadi pengacara adalah hal paling penting dan paling utama.

"Tapi yahhhhh" James tetap kukuh pada pendiriannya.

"Kalau kau bersikeras tetap menolak permohonanku ini, maka sebagai gantinya kau harus segera menikah" sang ayah berkata dengan nada yang meninggi dan tatapan yang dingin tanda ia sangat marah.

Bukan tanpa alasan sang ayah memaksanya menikah, di usia yang sudah cukup matang yaitu 30 tahun James masih saja menikmati hidupnya sebagai bujang, sementara sang ayah sudah semakin tua dan tidak memiliki anak lain selain James. Ayahnya tau betul bahwa James sangat tidak berminat dengan urusan kampus, maka dari itu, alasan inilah yang ia jadikan senjata supaya anaknya tidak bisa menolak persyaratannya untuk menikah alih-alih menjadi seorang rektor menggantikannya.

James menyadari bahwa ayahnya sedang sangat marah sehingga ia tidak bisa lagi menjawab perkataan ayahnya. Meskipun ia sudah menjadi pengacara handal, tapi tetap saja baginya setiap perkataan yang keluar dari mulut ayahnya adalah hal yang menakutkan dan harus di lakukan.

"Baiklah, aku akan pikirkan lagi" James yang tidak ingin berdebat dengan ayahnya lebih lama memilih untuk keluar ruangan kerja ayahnya dengan hati yang sangat kesal dan bingung.

"Kenapa sih ayah selalu memaksakan kehendaknya padaku?" gerutu James dalam hati sambil berjalan menuju lapangan parkir kampus.

BUGGG!!! benturan keras antara dua orang terjadi di tikungan lorong kampus.

"Awwww" pekik Katie sambil memegang bahunya yang terasa sakit karena terbentur dengan sangat keras.

"Hey bocah, kau tidak punya mata ya? kenapa berlari di dalam lorong kampus?" ujar James dengan nada tinggi.

"Maaf aku tidak sengaja" Katie yang merasa bersalah langsung meminta maaf.

"Maaf, maaf, dasar wanita bodoh tidak tau diri!" emosi James yang sudah dipendamnya semenjak di ruang kerja sang ayah langsung ia lampiaskan kepada Katie yang secara tidak sengaja menabraknya.

"Apa kau bilang? aku wanita bodoh tidak tau diri?" Katie yang sudah merasa minta maaf tidak terima dimaki-maki begitu saja.

"Iya kau itu wanita bodoh!" ujar James kembali dan dibalas dengan sebuah tamparan keras ke arah pipi kirinya

PLAKKK...

Seketika terjadilah perang tatapan dingin antara keduanya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!