NovelToon NovelToon

99 Cinta Untukmu

Cerita Tentang Kita

Masih pukul lima pagi saat aku mulai bersiap untuk pergi ke acara kantorku di hari minggu ini. Aku tahu Tasya, putriku akan sangat kecewa padaku. Karena disaat hari libur, aku tak bisa menemaninya.

Biasanya kami selalu menyempatkan waktu bersama untuk pergi ke taman bermain saat hari libur. Namun Tasya sekarang sudah menginjak usia tujuh tahun, dia pasti bisa mengerti kalau mamanya tidak bisa pergi bersamanya hari ini. Dan ini hanya terjadi setahun sekali.

Tasya juga ikut senang saat tahu aku berhasil mendapat medali emas selama dua tahun berturut-turut.

AJ Foods, tempatku bekerja, selalu menggelar acara penghargaan untuk para karyawan yang berprestasi di masing-masing bagian. Beberapa medali emas diberikan untuk karyawan yang berhasil memenuhi target yang ditentukan oleh perusahaan. Aku berharap tahun ini aku bisa meraih medali emas kembali.

Kulihat Mas Alvian, suamiku, masih terlelap di tempat tidur. Kami sudah menikah selama delapan tahun. Dan aku senang karena memiliki suami yang mendukung karirku.

Mas Alvian adalah seorang public figure atau biasa disebut artis, atau selebriti. Namun beberapa tahun ini, dia sedang vakum dari dunia entertainment dan lebih memilih dunia politik, sesuai dengan jenjang pendidikan yang dia tempuh.

Dia mencoba masuk untuk menduduki kursi sebagai anggota dewan. Karena dia selalu mendukungku dalam berkarir, tentu saja aku juga mendukungnya untuk banting setir ke dunia politik. Meskipun aku merasa, menjadi politikus lebih banyak mengeluarkan uang dari pada saat menjadi selebriti.

Kulihat Mas Alvian mulai menggeliat. Aku rasa dia mulai terbangun. Aku melihat Mas Alvian perlahan mulai membuka matanya. Sambil mengerjapkan matanya, dia bertanya padaku.

"Ini masih pagi, Cil. Kenapa kau sudah rapi? Mau pergi kemana?"

Dari depan meja rias aku menjawab.

"Apa kau lupa? Hari ini ada acara penghargaan tahunan dikantorku. Kau sudah janji mau datang."

Mas Alvian terlihat bingung.

"Kenapa? Apa kau ada acara hari ini?" tanyaku.

"Sepertinya tidak ada. Aku akan konfirmasi ke Shasha lebih dulu. Pukul berapa acaranya?"

"Acaranya pukul sembilan pagi, tapi aku akan mampir ke butik Jimmy mengambil baju yang sudah aku pesan untuk hari ini. Menurutku sebaiknya kau datang. Karena ada banyak wartawan juga yang datang. Dan untuk tahun ini, Pak Adi Jaya akhirnya bisa datang untuk memberikan medali secara langsung. Doakan aku ya. Semoga aku dapat medali lagi tahun ini."

"Iya, aku yakin kau pasti berhasil. Kau sudah berpamitan pada Tasya? Dia sedih karena kau meninggalkannya di hari libur."

"Sebelum berangkat aku akan menemuinya." jawabku dengan tersenyum pada Mas Alvian.

...***...

Pukul enam pagi, aku sudah sampai di butik milik sahabatku, Jimmy. Dan disana aku bertemu dengan Hana dan Amel, teman satu kantor dan juga sahabatku.

Amel adalah sosok yang periang dan pandai bersilat lidah. Dia tidak suka berbasa-basi. Dia dikenal paling berani di kantor. Berani untuk menyuarakan suara hatinya di depan Pak Adi Jaya. Sedangkan aku? Aku tak berani membantah apapun perintah Pak Adi Jaya meski hatiku ingin memberontak.

Satu hal yang paling khas dari seorang Amel. Amel tak pernah lepas dari gadget nya. Menurutku sudah melebihi batas wajar. Dia selalu mengikuti perkembangan berita di akun-akun gosip.

Untungnya selama ini aku dan Mas Alvian jarang masuk acara gosip di televisi. Aku selalu menjaga privasi keluarga kami, agar tak selalu disorot media. Tasya masih terlalu kecil untuk diekspos media.

Aku menyapa Jimmy yang sedari tadi sibuk mondar-mandir menata baju-baju yang dipesan untuk acara hari ini. Ternyata bukan hanya kami bertiga saja yang memesan di butik Jimmy.

Aku bersyukur karena sekarang Jimmy sudah mandiri. Pertama kali aku mengenalnya, saat aku datang ke panti asuhan milik keluarga Mas Alvian. Keluarga Mas Alvian memiliki beberapa yayasan sosial di kota asalnya, Surakarta.

Mereka banyak menyalurkan bakat-bakat yang dimiliki oleh anak-anak panti asuhan. Jimmy yang seorang yatim piatu, membuatku terkesima karena bakat yang dimilikinya. Dia senang menggambar, dan hasil gambarnya bagus.

Saat aku bertanya dia punya cita-cita apa. Dia menjawab, kalau dia ingin menjadi desainer. Aku dan Mas Alvian akhirnya memutuskan membantu Jimmy untuk mewujudkan mimpinya menjadi seorang desainer.

Dan sekarang aku bangga melihat Jimmy bisa memiliki butik sendiri. Dia masuk dalam jajaran desainer papan atas di kota ini.

"Bagaimana? Kau suka bajunya?" tanya Jimmy padaku saat aku keluar dari fitting room.

"Aku sangat menyukainya. Thank you so much." Aku memeluk Jimmy. "Amel dan Hana ada dimana?"

"Mereka ada diruang make-up. Kau tidak merias wajahmu?"

"Tidak perlu. Kau tahu aku tidak begitu suka merias wajahku. Aku sudah berdandan tipis tadi di rumah."

"Lagipula, kau itu sudah cantik walau hanya memakai riasan tipis. Oh ya, aku dengar putra tunggal pemilik AJ Grup akan kembali ke Indonesia, apa itu benar?"

"Siapa yang memberitahumu? Amel?"

"Siapa lagi? Hanya Amel pengikut setia akun lambe-lambe itu di kota ini."

Dengan gaya kemayunya seperti biasa, aku selalu bisa dibuat tertawa oleh Jimmy.

"Telingaku gatal! Sepertinya ada yang membicarakanku di belakang!" Amel menghampiriku dan Jimmy dengan senyuman menyeringai khasnya.

"Si tukang gosip sudah datang!" goda Jimmy.

"Jim, kalau kau ingin tahu soal berita terbaru di kota ini, tanyakan padaku! Jangan bertanya pada Cecil. Dia sama sekali bukan pengikut setia akun gosip manapun."

Iya benar, aku memang tak terlalu mengikuti perkembangan media sosial. Karena aku tidak suka mencampuri kehidupan orang lain.

Dan akhirnya, Amel dan Jimmy sibuk membahas soal kedatangan Rangga. Pewaris AJ Grup sekaligus AJ Foods, yang akan kembali ke Indonesia hari ini.

Amel sangat mengagumi Rangga. Dia juga jadi pengikut setia akun Rangga di instagram. Aku tidak pernah peduli siapa yang di sukai oleh Amel. Namun entah kenapa aku jadi mulai khawatir sejak berita tentang kembalinya Rangga adalah benar adanya.

Aku pernah mengenal sosok Rangga di masa lalu. Dan aku mulai khawatir dengan kekaguman Amel yang berlebihan pada Rangga.

Rangga memang terlihat seperti pangeran yang sempurna. Tampan, kaya, berprestasi, tapi songong (menurutku).

Semua wanita pasti akan terpesona saat pertama kali bertemu dengannya. Imej yang dia bangun benar-benar sempurna.

Tapi di balik semua kesempurnaan itu, aku tahu jika itu hanya topeng.

Aku tahu siapa Rangga yang sebenarnya. Aku pernah mengenalnya sepuluh tahun lalu.

Ingin rasanya menjelaskan pada Amel, jika Rangga tidak seperti yang dia bayangkan. Aku takut Amel kecewa setelah bertemu langsung dengan Rangga. Selama aku mengenal berbagai macam pria, hanya pria macam Rangga saja yang tidak pernah ingin kutemui.

...💟💟💟...

Pertemuan Kembali (1)

Pukul delapan pagi kami berangkat menuju gedung AJ Foods. Sepanjang perjalanan Amel terus sibuk dengan ponselnya. Sesekali dia senyum-senyum sendiri saat melihat akun sosmednya.

"Rangga sangatlah sempurna. Dia pria idaman para wanita. Senang sekali rasanya dia akan jadi atasan kita di kantor. Aku akan lebih bersemangat dalam bekerja!"

"Jangan mengagungkan dia seperti itu, Mel. Kau kan tidak tahu seperti apa Rangga yang sebenarnya."

Entah mengapa aku kelepasan bicara.

"Hah? Apa maksudmu berkata begitu? Apa kau mengenalnya?"

Amel mulai menaikkan nada bicaranya. Mungkin aku sudah melewati batas.

"Maaf. Aku tidak bermaksud begitu. Aku hanya mengingatkanmu. Jika kau mengagumi seseorang, kagumilah secara wajar saja. Jangan berlebihan!"

Amel menggerutu. Ini pertama kalinya aku mengkritik Amel soal Rangga. Aku merasa tak enak hati juga padanya.

"Jangan marah, Mel. Aku kan sudah meminta maaf." Aku berusaha merayu Amel. Selama kami berteman, aku tidak pernah bertengkar dengan Amel. Kenapa hanya karena Rangga, aku dan Amel jadi perang dingin begini?

"Aku tidak marah. Hanya saja... Aku merasa ada yang kau sembunyikan dariku. Apa kau? Sebenarnya sudah mengenal Rangga?"

"Apa? Tidak mungkin, Mel! Jangan bercanda!" Aku memaksakan tawaku. Amel menatapku dengan penuh tanda tanya.

"Jangan menatapku seperti itu! Aku tidak berbohong, Mel. Serius!!"

...💟...

Gedung AJ Foods,

Cecilia, Amel dan Hana menuju ke ballroom AJ Foods yang terletak di lantai paling atas gedung yaitu lantai sepuluh. Disana sudah banyak orang yang datang, bahkan orang yang dari cabang luar kota juga hadir. Sejauh ini AJ Foods sudah membuka cabang di kota Yogyakarta dan Bali. Dan beberapa tahun belakangan melakukan ekspansi dengan membuka cabang di New York.

AJ Foods sebagai perusahaan makanan yang cukup besar, setiap tahun mengadakan acara penghargaan untuk para karyawannya yang berprestasi, yang memenuhi target-target yang ditentukan perusahaan. Dan tahun ini Cecilia di prediksi akan mendapat penghargaan kembali untuk ketiga kalinya.

Gemuruh suara musik sudah mulai terdengar dan itu sebagai tanda kalau acara akbar hari ini akan segera di mulai.

Beberapa lampu sorot tertuju ke panggung utama.

Tempat duduk yang ditata dengan begitu rapi, sudah siap menjadi saksi perhelatan akbar tahun ini di AJ Foods.

Cecilia mencari tempat duduk atas namanya, yang sudah diatur oleh panitia sambil sesekali melihat sekeliling. Dia duduk bersebelahan dengan Amel dan Hana.

Cecilia mulai gelisah. Karena dia tak juga melihat keberadaan Alvian. Acara sudah di mulai dari satu jam yang lalu. Cecilia makin tak tenang.

Dia takut kalau orang-orang akan berpikir ada sesuatu diantara dia dan Alvian. Karena tak biasanya Alvian tak datang di acara penting kantor Cecilia.

Cecil akhirnya memutuskan untuk menjauh dari keramaian dan menghubungi ponsel Alvian.

Tuuutt tuuut . Nada telpon tersambung. Alvian mengangkat telepon.

"Halo, Mas. Kau ada dimana? Kenapa belum sampai? Acaranya sudah dimulai sejak tadi." Cecilia menggerutu.

"Maaf Cil, ini masih dijalan. Beberapa menit lagi aku sampai disana."

"Baiklah. Aku akan menunggumu." Cecilia memutuskan sambungan telepon.

Saat sedang menuju ballroom kembali, terdengar pembawa acara memanggil nama Cecilia.

Dari tempat duduknya, Amel melambaikan tangan, dan memberi kode pada Cecil kalau dia memenangkan penghargaan sebagai manajer terbaik tahun ini.

Cecilia nampak terkejut, namun sangat senang karena kerja kerasnya selama satu tahun ini terbayar sudah.

Cecilia naik ke atas panggung dan menerima medali emas yang diserahkan langsung oleh Presdir AJ Foods, Adi Jaya Santosa.

Saat hendak melakukan sambutan atas penghargaan yang dia terima tahun ini, tiba-tiba munculah Alvian dari bawah panggung dan langsung naik mendampingi Cecilia.

Cecilia yang awalnya tak bisa tersenyum, sekarang bisa tersenyum lega karena suaminya akhirnya datang di saat yang tepat.

...💟...

Usai acara, Cecilia dan Alvian langsung dihampiri oleh awak media yang ingin mewawancarai mereka berdua, terutama Alvian.

Wartawan menanyakan tentang bagaimana kelanjutan pencalonan Alvian sebagai anggota legislatif.

Cecilia merasa risih karena dikelilingi oleh para pencari berita yang terkadang menanyakan hal-hal diluar konteks. Cecil ingin menjauh dari kerumunan wartawan, dan seraya memberi kode pada Alvian kalau dia tidak ingin berada disana, namun Alvian memeluk pinggang Cecil dengan erat dan memintanya untuk tersenyum lebar didepan awak media.

Maklum saja, selama ini mereka dianggap sebagai role model pasangan suami istri yang di idolakan oleh para netizen, karena rumah tangga mereka yang terlihat harmonis dan kompak, meski mereka disibukkan dengan pekerjaan masing-masing.

Usai wawancara Cecilia membawa Alvian menjauh dari keramaian, dan menuju ke tempat parkir.

Masih terlihat raut wajah kesal yang Cecilia tampakkan didepan Alvian.

"Lain kali jangan terlambat seperti ini, Mas. Aku tidak mau kalau orang-orang berpikir kau tidak mendukung karirku." Cecilia mulai meluapkan kekesalannya.

"Aku minta maaf. Lalu lintas di hari libur sangatlah padat. Aku harap kau mengerti."

Cecil menyilangkan tangannya.

"Jangan menekuk wajah cantikmu seperti itu. Kau terlihat jelek jika marah." ledek Alvian.

"Apa katamu?"

"Tersenyumlah! Aku suka dengan senyuman manis di wajah istriku." Alvian terus merayu Cecilia.

Cecilia akhirnya menyunggingkan senyumnya.

"Kau akan lebih cantik jika selalu tersenyum. Oh ya, apa acaranya sudah selesai?" Alvian membelai lembut wajah Cecil.

"Sepertinya sudah selesai. Tapi, Pak Presdir memintaku untuk datang ke ruangannya dulu bersama manajer yang lain. Beliau bilang ingin mengenalkan putranya yang baru kembali dari Amerika."

"Oh, begitu."

Saat sedang melanjutkan pembicaraan, tiba-tiba ponsel Alvian berdering, dan itu dari Shasha, manajernya.

"Angkat saja, Mas. Dari Shasha kan?"

"Iya. Tunggu sebentar, Cil." Alvian memberi jarak dari tempat Cecil berdiri.

"Halo Sha, ada apa? Oh, iya. Acaranya sudah selesai. Iya, baiklah. Sampai bertemu disana!"

Alvian kembali menghampiri Cecilia.

"Ada apa? Shasha menyuruhmu datang?"

"Iya, hari ini mendadak ada syuting. Kau tidak marah kan?"

"Tidak. Pergilah! Jangan sampai Shasha menunggu."

"Baiklah. Kabari aku jika kau sudah di rumah."

Cecilia mengangguk.

"Aku pergi ya, assalamu'alaikum"

"Wa'alaikumsalam. Hati-hati dijalan, Mas!"

Cecilia hanya memandangi tubuh Alvian yang kian menjauh. Alvian menuju ke mobilnya yang terparkir lalu masuk ke dalam mobil. Dan tak lama mobil itupun melaju keluar dari area parkir.

Kau semakin jauh Mas, makin tak bisa kuraih. Kini semuanya telah berbeda. Kau sudah jauh Mas, sangat jauh.

Matanya mulai berkaca-kaca. Ada rasa terpendam yang ingin Cecil keluarkan. Di dalam lubuk hatinya yang paling dalam, dia harus bisa mengakui sesuatu. Sesuatu yg berat namun itulah kenyataannya.

"Aku... Akan melepasmu Mas... Aku sudah siap melepasmu, mulai hari ini..."

Dan air mata itupun sudah mengalir di pipinya tanpa Cecil sadari.

...💟...

-Bandara-

Seorang pria tampan turun dari pesawat yang baru saja datang dari penerbangan luar negeri. Pria itu merapikan baju dan tak lupa memakai kaca mata hitam yang akan menambah kesan maskulin dalam dirinya.

Ia berjalan mencari keberadaan orang yang akan menjemputnya di bandara.

"Kak Rangga!!" teriak seseorang dari kejauhan.

Pria bernama Rangga tadi, melambaikan tangan ke arah suara yang memanggilnya dan berjalan menghampiri si pemilik suara.

"Danny!!! Kau terlihat makin dewasa saja." Pria bernama Rangga itu memeluk Danny.

"Apa kabar Kak? Akhirnya Kak Rangga kembali ke Indonesia." Danny membalas pelukan Rangga.

"Sudah lama aku tak melihat kota ini. Ayo! Aku sudah tak sabar ingin berkeliling!"

...💟💟💟...

Pertemuan Kembali (2)

Rangga Adi Putra, putra tunggal penerus kerajaan bisnis AJ Grup, akhirnya kembali ke Indonesia untuk menggantikan posisi ayahnya yang akan menetap di New York untuk membangun bisnis baru disana.

Rangga akan menduduki posisi sebagai direktur, tetap dibawah posisi ayahnya. Rangga adalah tipe pria berwajah dingin, tidak suka basa basi, dan pekerja keras.

Maklum saja, dari kecil hidupnya sudah disibukkan dengan belajar menjadi pebisnis, jadilah akhirnya dia tidak punya teman dekat, bahkan hampir tidak punya, kecuali Danny.

Danny sudah dianggap seperti adik bagi Rangga. Kehidupan Danny banyak dibantu oleh Rangga, mulai dari biaya sekolah dan biaya hidup. Makanya sekarang Danny mengabdikan dirinya untuk bekerja di AJ Foods, dan menjadi asisten Rangga di kantor.

Selama perjalanan menuju AJ Foods, suasana hening dan belum ada yang memulai pembicaraan.

"Danny, acara di kantor AJ Foods selesai jam berapa?" Rangga memulai perbincangan.

"Sampai pukul satu siang, Kak. Ini sudah pukul dua, kemungkinan acaranya sudah selesai" Danny melirik jam tangannya.

"Kalau acaranya sudah selesai, untuk apa Papa tetap memintaku datang kesana?"

"Yang aku tahu, Pak Presdir ingin memperkenalkan Kak Rangga dengan para manajer AJ Foods. Kebetulan yang dari luar kota juga hadir."

"Memangnya aku tidak tahu? Papa memintaku datang hanya untuk membangun citranya saja. Agar terlihat baik di mata orang-orang. Padahal kenyataannya, hubungan kami tidak sebaik itu."

"Kak Rangga jangan berpikir seperti itu. Pak Presdir tetaplah ayah Kak Rangga. Coba Kakak baca ini! Ini adalah rangkuman berita tentang acara hari ini. Sudah ada media online yang merilisnya." Danny menyerahkan tablet pintarnya pada Rangga.

Rangga melirik ke arah pengemudi mobil. "Kau punya supir baru, Dan?"

"Oh, maaf Kak. Aku belum cerita ke Kak Rangga. Ini Herman, anaknya Pak Udin dan Bu Siti. Dia sudah lulus sekolah, lalu dia ingin bekerja menggantikan bapaknya, yang sudah mulai menua." terang Danny.

"Maaf Mas Rangga, tadi saya lupa memperkenalkan diri. Saya Herman, Mas. Saya ingin bekerja bantu bapak, karena bapak sudah semakin tua. Jadi biar bapak mengurus rumah Mas Rangga saja bersama ibu." Jelas Herman dengan sopan.

"Oh, aku ingat. Kau adalah Herman yang dulu masih kecil itu. Tak kusangka kau sudah lulus sekolah. Ternyata aku sudah sangat lama tidak pulang."

Rangga kembali menatap tablet pintar yang tadi Danny berikan.

"Siapa wanita ini?" tanya Rangga sambil menunjuk satu foto.

"Yang mana Kak? Ini? Namanya Cecilia. Dia manajer operasional di AJ Foods. Sebelum Kak Rangga kembali, Bu Cecil adalah atasanku. Dia wanita yang hebat. Tiap tahun dia dapat penghargaan sebagai karyawan terbaik. Kakak pasti akan senang bekerja bersamanya. Dia---"

"Cukup!!! Berhenti membicarakan wanita itu! Aku belum lihat sendiri seperti apa caranya bekerja. Kita lihat saja apa dia benar seperti yang kau katakan."

Danny dan Herman menelan ludah. Rangga tidak suka bila ada orang yang membangga-banggakan orang lain selain dirinya. Menurutnya, dialah orang yang sempurna dalam pekerjaan ini.

...💟...

Gedung AJ Foods

Rangga menuju ke ruangan Presdir, dan disana sudah ada beberapa orang manajer yang menunggunya, termasuk Cecilia.

Pak Adi Jaya langsung memeluk Rangga, dan memperkenalkan Rangga kepada para manajer.

Wajah Rangga terlihat tidak senang dan terus mengernyitkan dahi. Danny selalu memberi kode pada Rangga agar tersenyum dihadapan para manajer.

Setelah berkenalan, para manajer dari Jogjakarta dan Bali, berpamitan pada Rangga karena harus mengejar penerbangan mereka. Tinggalah Cecilia, Pak Adi Jaya dan Rangga di ruang itu.

"Rangga, ini adalah Cecilia. Dia adalah manajer di bawahmu untuk mengurus semua keperluan operasional AJ Foods. Papa harap, kau bisa bekerja sama dengan Cecilia. Dia itu wanita pekerja keras. Cocok denganmu. Dia juga lulusan dari New York sepertimu. Mungkin kalian dulu pernah bertemu, tapi belum saling kenal. Semoga setelah ini, kerja sama kalian berdua bisa membuat AJ Foods lebih berkembang pesat dari sebelumnya."

"Terimakasih Pak, saya akan bekerja dengan lebih giat lagi." Jawab Cecilia.

"Kalau begitu, saya tinggal kalian berdua, siapa tahu ada yang mau didiskusikan." Pak Adi melirik jam tangannya.

"Pesawat Papa satu jam lagi, jadi Papa tinggal dulu ya, Rangga. Bekerjalah dengan baik. Papa percaya kau pasti bisa." Pak Adi menepuk bahu Rangga.

"Saya pamit dulu ya Cecil, tolong titip Rangga, kalau dia melakukan kesalahan, tegur saja, toh dia sama-sama karyawan saya juga disini."

"Baik, Pak. Semoga penerbangan Bapak menyenangkan. Sampai jumpa dilain kesempatan." Cecil membungkukkan badannya.

Pak Adi Jaya meninggalkan mereka berdua. Suasana canggung pun terjadi karena tak ada perbincangan dari kedua belah pihak.

Cecilia melirik ke arah Rangga. Rangga membalikkan tubuhnya dan duduk di sofa. Cecilia mengikutinya, dan duduk disamping Rangga.

Sekali lagi Cecilia melirik ke arah Rangga yang sibuk memainkan ponselnya.

"Berhenti menatap saya seperti itu! Nanti kau naksir lagi!"

"Hah?" Cecilia terkejut.

Naksir katamu? Mana mungkin aku suka pada lelaki yang tak punya ekspresi sepertimu. Meski ketampananmu melebihi suamiku sekalipun, aku tak sudi bersama dengan pria sedingin es macam dirimu!

"Kalau sudah tidak ada lagi yang mau kau bicarakan dengan saya, silahkan kau keluar!" Rangga menatap Cecil dengan sinis.

"Umm, sebenarnya sudah tidak ada lagi yang mau dibicarakan. Tapi, saya ingat kalau saya pernah bertemu dengan bapak."

"Kita?? Pernah bertemu? Kapan? Tidak heran semua wanita selalu berkata begitu saat bertemu dengan saya. Siapa yang tidak mau bertemu dengan pria tampan dan kaya seperti saya. Benar kan?"

"Maksud saya bukan itu. Tapi, kita memang pernah bertemu. Berdua."

Rangga makin bingung dengan penjelasan Cecil.

"Kapan itu tepatnya? Tanggal berapa, bulan apa, tahun berapa, jam berapa???"

"Sepuluh tahun yang lalu..!!" Cecilia menjawab sekenanya karena raut muka Rangga membuatnya mulai takut.

Rangga terdiam. Cukup lama. Sampai akhirnya.

"Bwahaaah hahahaha hahahah" Rangga tertawa dengan keras.

"Apa katamu? Sepuluh tahun lalu? Hahahaha" Dia terus tertawa.

"Kau pikir saya bodoh? Mana ada orang yang mengingat kejadian sampai sepuluh tahun yang lalu? Kejadian tadi pagi, atau satu, dua jam yang lalu saja, tidak semua orang bisa mengingatnya dengan baik, dan kau bilang, sepuluh tahun yang lalu? Kau sedang bermimpi? Jika kau adalah penggemar saya, katakan saja langsung. Tidak perlu bertele-tele sampai mengarang cerita sepuluh tahun lalu segala. Sebaiknya kau pulang sana! Saya juga akan pergi. Jangan lupa besok dilarang datang terlambat. Saya akan mengawasimu!"

Tanpa mendengar penjelasan lagi dari Cecil, Rangga melenggang pergi dan masih menyisakan tawanya.

Cecil memukul dadanya pelan.

"Astagfirullahaladzim!!! Istighfar Cecil!!! Tak ada gunanya meladeni lelaki macam itu. Dia memang masih menyebalkan seperti dulu. Sabar Cecil, sabar."

Cecil terus mengelus dadanya.

...💟...

New York, sepuluh tahun lalu.

Pagi itu cukup cerah karena di musim panas, matahari bersinar cukup terang. Cecilia terburu-buru karena ada kuliah pagi. Tugas-tugas kuliahpun belum semuanya selesai.

Alhasil dia harus berangkat ke kampus dengan membawa buku bertumpuk-tumpuk. Cukup berat, dan membuatnya jadi susah berjalan.

Cecil paling suka melintasi taman kampus dengan jalanan setapak yang di sekelilingnya dipenuhi bunga-bunga dan pepohonan. Membuatnya merasa nyaman meski harus menghadapi tugas-tugas perkuliahan yang padat.

Ditengah kerepotannya membawa buku, tiba-tiba

BRUUUUUKKK

Seseorang menabrak Cecil dari belakang. Seorang pria. Membuatnya jatuh tersungkur dan buku-bukunya terlempar.

Meski kesakitan, Cecilia mencoba bangun tanpa bantuan siapapun. Orang yang menabraknya pun sama sekali tidak membantunya dan tetap melangkah pergi.

Cecilia yang kesal, akhirnya memberanikan diri untuk memanggil orang itu.

"Hey!!! You should say sorry. Hey, you!!! " Teriak Cecil.

Pria itu mendengar suara Cecil namun pura-pura tak mendengar. Karena kesal Cecil pun akhirnya melemparkan bukunya ke arah orang itu. Dan benar saja, tepat mengenai punggungnya. Dan membuat orang itu membalikkan badannya lalu menghampiri Cecilia.

"What the hell are you doing miss??" di balik kacamata hitamnya, Cecilia tahu jika pria itu marah.

Gila! Ini cowok keren juga! Batin Cecil.

"You should say sorry!!" Cecil mengulangi kalimatnya.

"That's it?? You really waste my time" orang itu kembali akan pergi.

"Wait!!! You should say sorry. You can't just leave when you've crashed someone. It's not impolite."

Sekali lagi cowok itu menatap sinis dari balik kacamatanya, seakan dia tidak mau dan tidak rela di salahkan oleh Cecil.

"Sorry" Dengan nada datar pria itu hanya mengatakan satu kata lalu melenggang pergi.

"APAAAAAAA?!?! Dia hanya bilang 'sorry'? Arrggghhh!!! Amit-amit aku bertemu lagi dengannya."

Cecilia terus mengomel sambil memunguti bukunya yang masih berserakan.

Dan akhirnya Cecilia tahu, jika pria yang menabraknya bernama Rangga. Dan dia orang Indonesia juga. Dia mengajar kuliah umum tentang bisnis di kelas Cecil hari itu.

Dan ternyata dia adalah kakak kelas Cecil dari jurusan bisnis, yang sedang melanjutkan studi S2nya di New York. Dia ditunjuk untuk mengisi mata kuliah bisnis, karena riwayat keluarganya yang pebisnis.

Sudah bisa ditebak, semua anak-anak perempuan dikelas Cecil berteriak histeris saat tahu ada pria tampan yang mengajar kelas mereka.

Namun Cecil tidak terpengaruh, karena dia tahu, pria itu tak seperti penampilannya. Kelakuannya amat buruk dan menyebalkan.

Sejak saat itu, Cecilia tidak pernah lagi bertemu Rangga secara langsung. Dia hanya mendengar berita tentang Rangga dari teman-temannya yang jadi penggemar Rangga.

Hingga akhirnya sepuluh tahun berlalu, dan mereka bertemu kembali.

...💟💟💟...

^^^--------tobe continued----^^^

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!