NovelToon NovelToon

To My Youth

Bab 1 | Masa Muda

Aku baik-baik saja itu yang selalu aku katakan kepada diri sendiri. Menghipnotis diri agar mau menerima kenyataan bahwa inilah hidupku dan aku harus melaluinya walaupun banyaknya jarum yang membuatku selalu terluka dikala melaluinya.

Aku anak yang cengeng itu yang mereka katakan ketika mereka mengingat aku belasan tahun yang lalu. Tapi tidak dengan sekarang, mereka heran ketika aku menangis tanpa bisa berhenti sebelum rasa sakit didadaku hilang. Karena sosokku yang sekarang sangat dingin dan jarang tersenyum, itu sebabnya ketika aku menangis mereka heran dan akan cepat lupa kapan terakhir aku pernah menangis.

Aku pikir tidak ada seseorang yang baik-baik saja bahkan ketika mereka melempar senyum yang menawan sekalipun. Tapi setidaknya mereka masih bisa tersenyum dan aku bersyukur atas itu.

Bohong kalau aku tidak menginginkan cinta yang tulus dari satu orang yang aku harapkan dapat mencintaiku tanpa melihat keadaan keluargaku dan juga kekuranganku. Namun sampai sekarang aku tidak pernah mendapatkannya.

Aku merasa aku adalah wanita yang lemah dengan segala beban yang mereka tumpuhkan ke pundakku dan aku juga wanita yang mudah lelah dengan semua mimpi yang ingin aku gapai namun tidak pernah sampai.

Kenapa kalian tidak pernah bertanya apa yang aku rasakan.

Apa kalian tau, aku juga ingin menikmati masa mudaku seperti anak-anak lainnya, aku ingin seperti kamu dan mereka yang bisa menghabiskan waktu untuk menikmati indahnya dunia.

Tapi aku tidak mampu untuk menuntut banyak hal dari kedua orang tuaku. bahkan aku juga tidak mampu menyisihkan uang gajiku untuk kesenanganku sendiri. Saat ini untuk bisa melihat mereka bahagia saja aku sudah bersyukur.

...----------------...

KEILA NAURA DAANII

Pendiam, dingin, sabar, dan tidak mudah jatuh cinta. Ia anak terakhir dari 3 orang bersaudara, kakak pertamanya Kirana Aira Daanii, dan kakak keduanya Keenan Akbar Daanii. Dan Ia berasal dari keluarga yang biasa saja.

Keila menghabiskan waktunya hanya di rumah bahkan ketika kedua orang tua dan saudaranya pada pergi ia akan menjaga rumah sendiri. Sampai ia selalu berkata rumahku istanaku.

Dulu Keila bukanlah wanita yang dingin hanya saja keadaan yang membuatnya berubah dan susah menyukai siapa pun.

Saat itu Keila masih SD namun banyak sekali luka yang di goreskan padanya. Mungkin bagi kalian itu biasa saja tapi tidak untuk Keila, karena itu sangat menyakitkan ketika tidak pernah di dengar dan hanya bisa diam menerima sumuanya dengan ikhlas.

“Keilaaaa” panggil Oma.

Cepat-cepat berlari “Iya oma” berdiri tepat di depan Omanya.

“Kau belum membersihkan taman? Oma sudah bilang kalau kesini bantu meringankan kerja atau kau tidak ingin membantu Oma yang sudah tua ini ” Bentak Oma Keila.

“Tadi sudah Kei bersihkan Oma” menggenggam kedua tangannya di depan.

“Mana yang di bersihkan, lihat itu sampah masih berserakan” menunjuk dedaunan dan sampah yang berserak.

“itu karena daunnya jatuh lagi dan mereka juga membuangnya lagi” menunjuk.

“Jangan suka menuduh orang lain apalagi yang kamu tuduh itu adik dan kakak sepupumu sendiri. Ingat orang tua kalian itu saudara sekandung.”

“Biar Kei bersihkan lagi” berjalan mengambil sapu.

“Entah siapa yang kau ikut sifat pemalasmu itu.”

“Bukannya setiap manusia mendapat hak yang sama? Terus kenapa hanya aku yang bekerja sedangkan mereka asyik bermain.”

Di sekolah Kei bukanlah murid yang pintar tapi juga bukan murid yang bodoh, hanya murid yang biasa saja.

“Mau masukkan pulpennya?” tanya Sisi “iya” ingin berbalik. “Sini aku saja” menampung tangannya.” Oooh Ok.. terima kasih Si” Keila memberi pulpennya.

Sampai di rumah saat ingin mengerjakan tugas Keila mencari pulpen yang di masukkan Sisi namun tidak menemukannya.

“Kak pinjam pulpen dong”

“enggak ada” masih asyik dengan urusannya menonton Tv “Sebentar saja. Pulpen Kei sepertinya jatuh di jalan”

“bising!” melemparkan bantal sampai mengenai wajah Keila.

“Pelit banget” langsung pergi.

Tok..tok..tok membuka pintu kamar “Mas pinjam pulpen dong” tersenyum dengan suara manja.

“Punyamu ke mana?”

“Sepertinya jatuh di jalan, padahal tadi sudah di masukkan Sisi”

Memberikan Pulpennya “ini sudah yang ke seribu kalinya ya”

“Iya hehe” langsung berlari ke kamar.

Keesokan harinya.

Keila memang anak yang tidak telaten mengenai barang kepunyaannya.

“Sisi, Semalam kau masukkan ke mana pulpennya”

“Di tas mu lah” Ketus Sisi.

“Tapi tidak ada”

“Jadi kau menuduh aku yang mengambilnya” Bentak Sisi.

“Tidak.. hanya...! Lupakan saja deh sepertinya terjatuh!”

Keila malas sekali berdebat dan memperbesar masalah sepele seperti itu toh tidak ada untungnya yang ada malah akan menimbulkan permusuhan. Karena itu Keila memilih diam dan melupakannya, Keila berharap Sisi tidak berbohong hanya karena satu pulpen.

Bab 2 Ketika Kau Tidak Cantik

Keila sedang bermain bersama sepupunya yang bernama Winda. Keila lebih muda 1 tahun dari Winda.

Sini biar rambutnya aku rapikan, menarik badan Keila agar duduk di depan kaca. “Tidak usah kak” tolak Keila.

“Sini” Tetap memaksa Keila untuk duduk “Lihat deh rambut mu jelek banget, sudah keriting kembang lagi."

“Aku sudah tau, Tidak perlu diucapkan juga “Batin Keila.

Menjambak rabut Keila ”Aduh” Rintih Keila “Kepala mu bisa diam tidak. Masih syukur aku mau merapikan rambut jelek kau ini” Bentaknya.

“Kei kan diam kak”

Menolak kepala Keila “Hikz...hikz.. Mama..” berlari ke tempat tidur.

“Kenapa dia” batin Keila heran melihat Winda yang tiba-tiba menangis.

Keila langsung keluar dari kamar dan berpapasan dengan mama Rani dan tantenya “Kenapa Kei”

“Enggak tau hikz.. hikz...” jawab Keila yang juga menangis karena ketakutan jika harus disalahkan dengan kesalahan yang tidak ia lakukan.

“Ada apa Winda?” tanya mamanya Keila.

“Hikz..hikz.. tadi Winda rapikan rambut Kei tapi dia terus-terusan gerak. Jadinya tidak rapikan” Berbicara dengan suara manja seakan-akan dia adalah korban kejahatan.

“Sudah rapi kok Win” Tante Siska.

“Enggak Ma, itu masih berantakan karena dia”

“Tapi ini kan rambut Kei, kenapa dia yang marah” Ketus Keila tidak terima dengan ocehan Winda.

“Tuhkan dia sengaja”

“Lain kali kalau di dandani itu diam ya Kei jangan banyak gerak” Ucap tante Siska yaitu Mamanya Winda tidak lain adalah adiknya Mama Rani.

Deg.. ”Kenapa jadi aku yang salah” batin Kei.

“Mah” mencari pembelaan.

“Ha..ha.. itu karna rambutnya Kei yang keriting jadi terlihat berantakkan” Mama Rani.

“Kenapa menyalahkan rambutku yang sudah mendapatkan perlakuan tidak baik darinya” batin Keila.

“Ketika rumah tidak bisa lagi menjadi tempat berlindung. Bukankah itu saatnya aku harus pergi"

Hari itu Winda dan Keila disuruh baikkan dan bersalaman, mereka pun mengikuti perinta orang tua mereka masing-masing.

Di waktu yang berbeda dan di tempat yang sama hal itu terjadi lagi. Entah bagaimana permulaannya sampai rambut Keila di tarik Winda.

“Aaaa sakit” Tidak mau merasa sakit sendiri Keila pun membalas perbuatan Winda padanya.

“Sepertinya kau senang sekali menyakiti rambutku ini” Batin Keila.

“Sudah dek” Jerit Bila kakak sepupu mereka yang mencoba memisahkan mereka. Begitu juga dengan Kirana yang baru datang.

“Kak Winda tidak mau melepasnya” jerit Keila.

“Kau duluan yang lepas baru aku lepas”

“Kalian tidak bisa berhenti” Ucap Kirana.

Memegang tangan Winda dan keila yang masing-masing saling menjambak “Berhenti bertengkar” Jerit Bila Lagi.

“Ada apa ini” Mama Rani dan tante Siska masuk ke kamar.

Tante Siska mendekat “Lepaskan kak” memegang tangan Winda “Adek juga lepaskan” memegang tangan Keila.

“Dia dulu yang lepas baru Winda lepaskan juga”

“Lepas Dek. Lihat nih rambut kak Winda sudah rontok Keila buat” Ucap tante Siska.

“Memangnya hanya rambut dia saja yang rontok” Batin Keila. Berusaha menahan tangisannya.

“Lepaskan Keila!” ucap mama Keila dan Keila langsung melepaskan tangannya.

Namun Winda masih menarik rambut Keila sekuat tenaga "Eeeee mampus kau!" baru ia melepaskannya “Sakit mah” ucap Winda.

“Coba mama Lihat” Ucap tante Siska.

Semua orang mengerubungi Winda dan melihat rambutnya yang rontok termasuk Mama Rani.

“Jangan harap ada orang yang akan melihat dan membelamu jika kau tidak secantik itu”

“Aku juga kesakitan ! Kenapa kalian hanya perduli dengannya” ingin sekali Keila menjerit namun mulutnya tertahan. “Bahkan kakak dan mama sendiri pun tidak mengkhawatirkanku” Batin Keila.

Bab 3 Berbicaralah

Ketika guru belum masuk ke kelas Keila dan teman-temannya sedang asyik bercanda gurau dan bercerita banyak hal.

“Terima kasih Kei ini pulpennya” Dina meletakkan di meja.

“iya” kata Keila tanpa melihat ke arah Dina.

Beberapa menit kemudian Keila mencari pulpen yang di pinjam Dina “pulpennya lu letak di mana Din?” Tanya Keila.

“Di meja Sisi” Dina

“Sisi, lu ada lihat pulpenku si mejamu” Keila yang masih terus melihat di bawah meja.

“Tidak” Jawab Sisi singkat terkesan malas menjawab.

“Yakin diletak situ?” tanya Keila ke Dina lagi.

“Iyalah. Seharusnya langsung lu ambil saja Kei agar tidak hilang.” Bentak Dina.

Dina pun ikut membantu Keila mencari pulpennya.

“Kok lu yang jadi marah sih. Enggak sadar diri banget syukur di pinjamkan.” Ucap Keila tanpa sadar.

Deg.. detak jantung Keila. Ketika sadar dengab perkataannya yang kasar.

“Berpikirlah berulang kali untuk mengatakan sesuatu hal agar kau tidak menyesal nantinya.”

“Kok lu jadi meeendahkanku sih Kei Hikz..Hikz” Dina sudah menangis. "Baru pinjam pulpen doang"

Teman-teman yang lain hanya melihat kami yang sedang berdebat tanla berpihak ke siapa pun.

Guru masuk ke kelas karena mendengar suara tangisan dan perdebatan kami yang cukup kuat.

"Ada apa ini” tanya buk Guru.

“Dina dan Keila bertengkar buk” salah satu teman sekelas Keila menjawab.

“Dina, Keila maju ke depan” Perintah Bu Guru.

“Dina kenapa kamu menangis?”

“Keila bilang Dina tidak tau diri karena sudah meminjam pulpennya”

“Kenapa kamu berbicara kasar seperti itu Keila!”

“Maaf buk Keila salah.. Hikz..hikz” Keila juga ikut menangis.

“Sekarang pulpennya mana?”

“Tadi sudah Dina letak di meja dan Keila juga sudah tau. Tapi sekarang hilang”

"Ada yang melihat pulpennya Keila" Bu Guru bertanya dengan murid yang lainnya.

“Pulpennya yang ini ya” Sisi menunjukkan pulpen di tangannya.

“Iya yang itu” jawab Dina sedangkan Keila hanya melihat dan masih terus menangis sesenggukan karena ia sangat menyesal dengan perkataannya ke Dina.

“Bukannya tadi sudahku tanya denganmu” Batin Keila namun tidak bisa mengatakan apa yang saat ini ingin diutarakannya.

“Balikkan ke Keila. Kamu dapat dari mana?”

“Sisi jumpa di bawah Buk. Kirai tidak ada yang punya jadi saya ambil”

“Hei seharusnya kau tidak mengambil sesuatu yang bukan milikmu”

“Pulpennya kan sudah di dapat. Sekarang bersalaman dan jangan bertengkar lagi. Sudah Keila jangan menangis lagi. Ibu harap ini jadi pelajaran buat kamu untuk tidak merendahkan orang lain lagi.”

Keila mengangguk.

“Eh... tunggu bukannya Sisi harus minta maaf ke kami juga” Batin Keila.

“Saat mulut tak bisa berucap! keadilan pun tidak akan pernah ada”

Keila dan Dina di suruh duduk kembali. Sedangkan murid yang lain pada mengejek Keila pelit dan sombong. Bahkan anak laki-laki yang disukai Keila pun mengejeknya.

Keila sangat kesal dan muak melihat Sisi yang saat ini mendekati Dina dan menyuruh Dina bersabar. Padahal apa yang terjadi saat ini karena Sisi yang senang sekali mengambil milik orang lain namun selalu membuat tampang bodoh seakan-akan ia tidak bersalah.

Ia juga kesal dengan Bu guru yang tidak menanyakan Sisi secara mendetail dan tuntas. Bukannya Itu juga cara agar Sisi bisa berubah untuk tidak melakukan hal yang sama lagi.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!