"kak aku mohon bertahanlah ! aku takut kak" gumam gadis cantik yang baru saja sampai di depan ruang IGD. Elza Rose Anabella.
"hiks hiks hiks" Matanya yang cantik terus mengalirkan lava hangat, dia tadi ditelefon oleh pihak rumah sakit mengenai keadaan kakak nya yang berada di rumah sakit akibat berusaha bunuh diri, Elza yang tengah kuliah pun segera menuju kerumah sakit tersebut dengan perasaan hancur.
Seminggu yang lalu kakak nya sempat bercerita jika pacarnya memutuskan hubungan begitu saja, dengan alasan sudah bosan, selepas kejadian itu terlihat kakaknya selalu mengurung diri didalam kamar selepas bekerja, dia selalu menangis dan bersedih disana, tapi didepan adiknya dia akan terlihat baik baik saja seperti tidak terjadi apapun.
"ya Tuhan tolong selamatkan kakakku..." Air matanya terus mengalir, dia terus berdoa didalam hatinya supaya kakak nya selamat.
"apa kakak melakukan ini karena pria breng*ek itu? hiks hiks hiks" tangannya mengepal dan rasa bencinya terhadap pria itu sangat besar sekarang.
Pintu IGD terbuka dan keluarlah team dokter yang baru saja menangani kakaknya "bagaimana keadaan kakak saya dok?" tanya elza
"kamu keluarga nona Zara?" tanya dokter wanita tersebut.
"iya dok saya adiknya, bagaimana dok keadaannya?"
Dokter wanita tersebut langsung berubah sendu saat menatap elza "maaf ya dik, kakak kamu tidak dapat kami selamatkan akibat banyaknya darah yang keluar,kakak kamu mengiris pergelangan tangannya cukup dalam sehingga nadinya sampai putus---"
Belum selesai menjelaskan dokter wanita tersebut terbelalak saat melihat gadis tersebut ambruk dihadapannya " sus suster Delaaa" pekiknya dengan sangat keras.
"tolang gadis ini pingsan"
Tubuh gadis tersebut langsung dibawa ke IGD dan segera diberi minyak angin supaya sadar "sudah sadar?" tanya dokter wanita itu lembut, lalu menyodorkan teh hangat.
Elza mengangguk dan meminum teh tersebut,tapi selang beberapa saat kemudian elza terisak, secara sepontan dokter itu memeluk tubuh elza erat "yang sabar ya, kakak kamu sudah berada ditempat yang indah, bersama Tuhan"
"hiks hiks kenapa kakak saya pergi dok? saya hanya memilikinya, cuma dia satu satunya keluarga yang saya miliki hiks hiks hiks" tangisnya semakin kencang, membuat jas dokter yang tengah dia peluk basah.
Elza terus memeluk tubuh dokter tersebut dan rasa nyaman saat memeluk dokter tersebut seperti nyamannya saat memeluk kakaknya yang telah tiada.
"kamu yang sabar ya, dan jangan nangis lagi, kamu gadis yang kuat" ucapnya mengelus kepala elza lalu menghapus air mata Elza.
"terimakasih dok"
"dokter valerie...sudah saatnya anda pergi ke ruang operasi dok, karena setengah jam lagi operasi akan segera dilaksanakan" ucap suster yang baru saja memasuki ruang IGD tersebut.
"baiklah, emm dik saya permisi dulu ya, jangan terlalu berlarut, kamu harus kuat" mengangkat tangannya memberi semangat.
"terimakasih banyak dok" ucapnya lirih lalu menatap punggung dokter yang baru saja melangkah kearah pintu.
Elza segera mengurus administrasi dan segera membawa jenazah kakaknya kembali kerumah, para tetangga nya datang melayat dan memberi dukungan ke Elza dan ada beberapa yang menemaninya ke pemakaman.
"ayo pulang el"
"el pulang nanti saja bu, ibu pulang duluan saja, terimakasih banyak bantuannya" ucap elza lirih, semua orang bubar dan meninggalkan elza seorang diri.
"kak hiks hiks hiks" mengelus nisan dengan nama Zara Kamila itu pelan.
"kenapa kakak tega meninggalkan aku sendiri? sungguh aku tidak tau harus berbuat apa kedepannya, ini terlalu menakutkan untukku kak, aku sendirian disini,kakak tega sekali pergi meninggalkan aku hu hu hu"
Meremas tanah yang masih basah itu sekuat tenaga "aku berjanji kak akan membalaskan dendam untukmu, untuk pria brengs*k yang telah meninggalkanmu! yang telah membuatmu menderita, aku akan menghancurkan perasaannya juga sama seperti yang dia lakukan terhadap mu!" ucap elza dengan menggebu gebu.
Elza menghapus air matanya dengan kasar "aku pulang ya kak, hiks hiks hiks" berjalan dengan pelan menuju rumahnya, rumah peninggalan mendiang orang tuanya, rumah yang dulu sangat tidak layak sekarang telah disulap oleh kakaknya menjadi rumah minimalis yang sangat nyaman meski tidak terlalu besar.
tok tok tok suara pintu diketuk, elza yang sedang duduk merenung segera menuju pintu dan membukanya.
"el" pekik gadis manis yang berada di depan pintu lalu memeluk elza.
"sabar ya el"
"makasih lis, ayo masuk" ucap elza pada lisa sahabatnya.
"tadi ada materi dari dosen, nanti lo bisa pinjem punya gue" ucap lisa saat mereka sudah duduk di sofa., lisa memang baru saja selesai kuliah dan langsung menuju rumah sahabatnya itu yang sedang berduka.
"thank's ya"
"maaf ya lis gue kemarin nggak bisa nemenin elo" ucap lisa sendu sambil mengelus punggung tangan elza.
"tak apa, gue tau lo kan ada acara keluarga" tersenyum, mata elza sampai tidak terlihat saat tersenyum karena matanya memang sangat sembab dan menyipit akibat menangis sepanjang malam.
"nanti malam gue nginep disini nemenin elo, lo belum makan kan? nih gue bawain makan buat elo" menyerahkan paper bag yang tadi dia bawa.
"makasih lis, nanti gue makan"
"lo harus makan sekarang! gue tau kalau elo sedih tidak mau menyentuh makanan apapun, lo belum makan dari kemarin pasti" sambil mwnggerutu lisa membuka paper bag dan membuka kotak makan tersebut, dia langsung menyuapkan makanan itu kemulut elza.
"lo udah kayak emak gue tau lis" tersenyum lalu meneteskan air matanya.
"ih cengeng banget sih" menghapus air mata elza.
"gue kan emang emak elo, jadi mulai saat ini anak gue yang cantik ini nggak boleh sedih"
Elza malah semakin menangis. air matanya keluar begitu saja dia sangat beruntung memiliki sahabat sebaik lisa.
"cup cup cup jangan nangis lagi" mengelus bahu gadis yang tengah bersedih itu.
Elza mengangguk dan mengunyah makanan yang baru saja lisa suapkan.
Makanan telah tandas, lisa yang sebelumnya sudah makan pun jadi ikut makan.
"gimana kalau kita jalan jalan, supaya elo nggak sedih lagi? " usul lisa.
"gue males"
"ayolah el" menggoyangkan lengan lisa macam bocah, padahal tadi dia sangat dewasa.
Elza menghela nafasnya "ya sudah ayo, gue ganti baju dulu"
"gue pinjem baju elo ya?"
"lo tau bukan baju gue nggak kaya punya elo yang selalu fasionable, terus juga selera kita nggak sama" ucap elza, memang penampilan elza sedikit amburadul dan terkesan tomboi berbanding terbalik dengan lisa yang sangat feminim.
"gue pengen beda aja" berjalan mendahului elza menuju kamar, dia segera membuka lemari baju milik elza dan mengobrak abrik isinya.
"lo kok malah ngacak acak lemari gue?"
"diem ih, gue kan sedang memadu padankan bajunya biar pas" jawabnya cuek.
Elza menghela nafasnya dan mengambil celana jeans dan kaos putih polos lalu mengenakannya. dia mengambil topi dan kacamata hitamnya supaya mata sembabnya tidak terlihat.
Penampilan mereka sudah oke kemudian pergi ke mall menggunakan mobil milik lisa, elza sempat menatap sendu mobil milik kakak nya yang tergeletak di garasi.
Lisa yang mengetahui hal tersebut langsung merangkul elza dan mengalihkan perhatian elza, dia segera menjalankan mobilnya.
Didalam mall mereka ke kedai ice cream untuk membeli ice cream, dan mereka berdua kembali berjalan sembari memakan ice tersebut.
tiba tiba bruuk ice cream milik elza jatuh karena tersenggol seseorang, elza menoleh dan deg jantungnya berdebar, dia mengenali pria yang sedang berusaha meminta maaf padanya, matanya yang berada dibalik kacamata hitam memerah.
"maaf dek saya tidak sengaja, mari saya ganti ice nya" pria itu memanggil petugas kebersihan untuk membersihakan ice yang terjatuh dan hendak membelikan ice creamnya.
"tidak papa kak" lisa mewakili elza yang sedari tadi terdiam.
Elza langsung melengos dan pergi begitu saja.
Elza berlari keluar dari dalam mall.
"el" pekik lisa yang berlari berusaha menyusul elza.
"ya Tuhan dia sudah tidak terlihat" Lisa berusaha mencari keberadaan elza dengan menggunakan mobilnya.
Elza menangis di dalam taxi yang tengah dia tumpangi.
"mau kemana nona?"
"Tempat Pemakaman ---- pak"
Pak supir mengangguk saat elza menyebutkan alamatnya.
Elza keluar dan berlari setelah membayar ongkos taxi nya menuju makam kakaknya, makam yang masih basah mengingat kakaknya yang baru saja meninggal kemarin.
"kaaakk" elza ambruk diatas makan kakaknya.
"huhuhu~~"
"a aku ba ru sa ja ber temu de ngan di a kak" ucap elza gagap sambil terisak.
"aku sangat membencinya! aku harus bagaimana?" memeluk nisan kakaknya erat.
"kenapa kakak harus pergi secepat ini? huhuhu aku takut sendiri kak" air matanya terus mengalir, dia masih saja duduk dengan memeluk nisan kakaknya setelah dia mengeluarkan unek uneknya.
"jangan terlalu berlarut saat bersedih!" ucap seorang pria dari arah belakang, elza menoleh dan menghapus air matanya kasar.
" lo nggak tau gimana perasaan gue! lebih baik lo diam!" elza berdiri dan pergi dari sana.
Pria tersebut menatap punggung elza yang semakin menjauh lalu menoleh kearah gundukan tanah didepannya lalu dia pergi.
**
"el" pekik lisa saat melihat elza memasuki pekarangan rumahnya, dia tengah duduk di kursi depan rumah elza karena tidak bisa masuk kedalam.
Lisa berlari dan memeluk sahabatnya dengan begitu erat "lo dari mana? gue nyari elu kemana mana tapi tidak ketemu" cerocosnya saat pelukannya terlepas.
"gue--"
"lo dari makam kak zara ya?" terka lisa saat melihat baju elza yang kotor terkena tanah.
Elza mengangguk "yuk masuk kedalam, gue pengen mandi" lisa menganguk dan mengikuti elza.
Selepas kedua gadis itu mandi mereka duduk diranjang milik elza.
"el" seru lisa.
"hmm"
"lo kenapa tadi tiba tiba pergi?"
"nggak papa, gue cuma kangen kak zara" ucapnya, dia tidak mau mengatakan yang sebenarnya, bukan tidak mau tapi dia belum siap menceritakan segalanya.
"oh, lo gadis yang kuat jangan terlalu berlarut oke" lisa memeluk tubuh elza,
"thank's lis, lo emang sahabat terbaik gue"
Lisa tersenyum "lo juga sahabat terbaik gue"
Mereka berdua melepaskan pelukannya.
"selepas ini apa yang mau lo lakuin?"
"gue akan bekerja paruh waktu"
"kenapa?" tanya lisa polos.
"meski gue kuliah karena bea siswa gue harus menyambung hidup gue, gue harus mandiri sekarang mengingat gue sebatang kara"
" meski ada tabungan kakak gue yang lumayan tapi lama kelamaan uangnya akan habis kalau gue nggak kerja"
Lisa mengangguk setuju "tapi lo mau kerja apa?"
"entahlah, gue juga masih bingung mengingat gue juga masih harus kuliah"
"lo jangan khawatir nanti gue bantu nyari kerjaan"
"makasih lis"
Elza sangat beruntung memiliki sahabat rasa saudara itu, dia terkadang bingung dengan lisa, lisa adalah anak orang kaya tapi mau berteman dengannya yang hanya orang biasa, hidupnya bahkan sangat sederhana, tapi lisa sama sekali tidak pernah menyinggung tentang harta atau apapun, intinya elza sangat beruntung memiliki teman yang sangat baik dan mengerti akan dirinya.
Begitupun lisa yang sangat beruntung memiliki elza sebagai temannya, menjadi anak satu satunya membuatnya selalu kesepian, tapi semenjak elza menjadi sahabatnya dia seperti mendapatkan seorang adik yang sangat baik dan menyenangkan, banyak sekali teman kuliahnya yang ingin berteman baik dengan lisa tapi semua itu tidak tulus hanya kepura puraan semata baik didepan tapi mereka akan menusuk dari belakang tapi berbeda dengan elza yang sangat tulus berteman dengan nya tanpa ada pamrih setelahnya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!