"Hai Hanin, Kenan ada diatas nggak?"
Seorang gadis seksi sudah berdiri didepan pintu kamar Hanindya ningrum, wanita sederhana nan lembut. Sedangkan yang bertanya tadi adalah Nesya, sahabat sekaligus kekasih dari suaminya Hanindya.
Hanin menoleh, terlihat senyum indah terukir di bibirnya.
"Dari aku pulang tadi aku belum liat mas Kenan . Coba aja cek!"
Hanin membuka mukenah, lalu menggantinya dengan jilbab instan yang terletak di atas meja sebelah kanan.
"Iya deh.. aku keatas dulu ya, bentar lagi aku kebawah. Kita makan malam bareng ya Nin." Ucap gadis yang memakai dres pendek diatas lutut berwarna putih itu sambil berlalu menuju lantai atas.
Rumah itu terdiri dari 2 lantai, lantai bawah tempat tinggal Hanin dan lantai atas adalah milik Kenan, suaminya. Meski tinggal seatab namun banyak garis pembatas yang tak boleh mereka lewati.
Hubungan rumit antara mereka sudah terjadi lebih kurang dua tahun.
Hanin adalah sahabat Nesya,
Nesya adalah kekasih Kenan
dan Kenan adalah suami Hanindya.
Lingkaran hubungan yang lumayan memusingkan.
Hubungan rumit ini berawal dari dua tahun lalu, saat itu kantor Kenan mengadakan liburan tahunan. Acara itu selalu digelar setiap akhir tahunnya.
Hanin adalah salah seorang karyawan di kantor milik Kenan. Gadis itu bekerja disana atas rekomendasi dari Nesya sahabatnya yang tak lain adalah kekasih Kenan.
Saat mereka berlibur ke pulau B
Kenan mabuk dan salah memasuki kamar Hanin, tujuan pria itu adalah kamar kekasihnya Nesya.
Kenan menidurkan tubuhnya disamping Hanin. meskipun tak terjadi hal yang tidak diinginkan. Namun naas, malam itu mereka kena razia polisi gabungan. Petugas tengah mencari gembong narkoba yang kebetulan menginab dihotel yang sama dengan mereka.
Kebetulan, semua itu disiarkan secara life. Keberadaan Kenan yang tengah berduaan dalam satu kamar dengan seorang wanita, langsung membuat beritanya menjadi heboh.
Kenan adalah seorang pengusaha muda yang sukses. Berita sekecil apapun tentangnya, pasti akan langsung menjadi trending topik. Baik didunia nyata, maupun didunia maya.
Karena tidak ingin karirnya hancur, Kenan mengaku pada media kalau mereka telah menikah secara diam-diam.
Awalnya semua itu hanyalah sebatas skenario. Namun, semuanya menjadi rumit ketika oma Rida, nenek dari Kenan mendengar kabar itu. Oma Rida, meminta mereka mengulang pernikahannya kembali. Baik secara hukum maupun agama.
Kenan tak bisa menolak permintaan sang oma, dia sangat menyayangi wanita tua itu melebihi hidupnya sendiri. Bagi Kenan, oma Rida adalah ayah sekaligus ibunya. Sejak orang tuanya meninggal 25 tahun yang lalu, beliaulah satu-satunya orang yang berjuang membesarkan Kenan.
Karena tak punya pilihan, akhirnya mereka menikah secara sungguhan. Awalnya Kenan menawarkan surat kontrak pernikahan kepada Hanindya. Namun, gadis itu menolak dengan keras. Dia beralasan tidak ingin mempermainkan ikatan pernikahan yang suci.
Tak terasa, ikatan itu sudah berjalan selama 2 tahun. Sebenarnya Kenan sudah lama ingin menceraikan Hanindya. Pria itu sudah berencana akan menikahi Nesya, kekasihnya. Namun rencananya gagal, karena tiba-tiba sang nenek terkena penyakit serangan jantung.
Karena itulah Kenan dan Hanindya harus selalu berakting menjadi pasangan suami istri. hingga saat ini.
Meski berat, Hanindya tetap berusaha tersenyum.
Menyembunyikan sakit hatinya.
***
Tak lama terdengar langkah kaki menuruni tangga, Hanin menoleh kearah suara.
Dan seperti biasa, gadis itu akan disuguhkan pemandangan yang membuatnya tak nyaman.
Terlihat Nesya, sahabatnya. Tengah bergelayut manja di pundak Kenan, suami Hanindya.
Bukan hanya itu, pakaian Nesya yang tadinya sudah seksi, sekarang sudah berganti dengan stelan baju tidur yang jauh lebih seksi. Artinya gadis itu akan menginab disana, lagi.
Hanin langsung memalingkan wajahnya, menghirup nafas panjang, berusaha menyembunyikan kekecewaan dihatinya, kemudian segera mengukir senyum.
"Mas, Nesya mari makan!"
Hanin berucap dengan bibir tetap tersenyum indah. Seakan-akan hatinya baik-baik saja.
Nesya mengangguk senang. Dan, pria yang berstatus suaminya itu hanya diam, menatap tajam Hanin.
Mereka duduk dengan posisi Kenan dan Nesya berdampingan, dan Hanin duduk dihadapan mereka.
Seperti biasa, akan ada obrolan dan belaian mesra antara 2 sejoli yang duduk dihadapan Hanim. Namun, gadis itu tetap diam, berusaha tak peduli. Dia hanya akan membuka suara jika ada yang bertanya.
Hanin selesai lebih dulu, gadis itu berjalan ke wastafel. Mencuci piring. Sengaja untuk menghindar.
"Nin, mau aku bantu?" Suara Nesya mengejutkan gadis itu.
"Nggak usah, cuma sikit kok." Hanin menoleh, dan tersenyum.
Nesya masih berdiri disisi kanan Hanin.
"Kenapa Nes? Kalau ada yang mau kamu omongin, langsung aja." Ucap Hanin, karena dia dapat membaca raut wajah sahabatnya.
Nesya tersenyum karena sang sahabat, dapat menangkap kegelisahannya.
"Nin, apa kamu tau kapan Kenan akan menceraikanmu?"
Deg, jantung Hanin serasa mau jatuh, saat mendapat pertanyaan mendadak seperti itu.
"Maaf ya Nes, aku sendiri juga berharap agar hubungan rumit antara kita bertiga cepat selesai. Aku selalu merasa ikut berdosa saat kau dan mas Kenan melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama dirumah yang kutinggali. Semoga kesehatan oma segera membaik, dan kita semua bisa terbebas dari lingkaran dosa ini." Hanin menepuk pelan lengan Nesya. Kemudian berlalu.
Tanpa mereka sadari, ada sepasang telinga yang ikut mendengarkan percakapan 2 sahabat tadi.
Setelah mengobrol cukup panjang dengan Hanin. Nesya kembali kekamar Kenan.
Dan Hanin duduk diruang tamu. Gadis itu tengah menerima panggilan video dari ibunya dikampung. Orang tuanya, menyuruh Hanin pulang karena sepupunya Sekar, akan menikah.
"Insya Allah ya, buk e. Hanin harus minta ijin sama mas Kenan dulu. Bagaimana hasilnya, nanti Hanin kabari." Ucap gadis itu dengan senyum manisnya.
"Loh, la iyo toh nduk. Sebagai seorang istri, ridho seorang suami adalah paling utama." Ucap Anik, ibunya Hanin.
"Yo wes buk, dah malam. Lebih baik buk e istirahat. Jaga kesehatan ya buk e. Ntar kalau dah dapat ijin, Hanin kabari." Gadis itu melambai pada ibunya.
Panggilan mereka terputus, Hanin termenung sesaat, dia memikirkan bagaimana caranya memberi tahu suaminya tentang ini.
"Apa perlu aku memberi tahu mas kenan?" Batin Hanindya.
"Kenapa kau belum tidur?" Suara bariton seorang pria mengejutkan Hanin.
Gadis itu menoleh. Namun segera membuang muka saat melihat suaminya hanya menggunakan boxer pendek, dan tanpa mengenakan baju. Mempertontonkan otot-otot kekarnya yang dipenuhi keringat. Entah apa yang telah dilakukan pria itu dilantai atas.
"I, iya mas, ini sudah mau tidur. Tadi habis nerima telfon ibuk di kampung." Jawab Hanin dengan mata mengarah ketempat lain.
"Oh." Kenan dapat merasakan kecanggungan Hanin, dan dia tau apa penyebabnya. Karena itu dia berbalik berniat kembali kekamarnya. Namun langkahnya terhenti saat mendengar panggilan sang istri.
"Mas, Minggu depan sepupuku menikah. Bolehkah aku pulang kekampung selama 3 hari?" Hanin berucap, tapi matanya masih tak berani menatap.
"Baiklah." Hanya itu jawaban yang keluar dari mulut pria itu, kemudian melanjutkan langkahnya.
Pagi harinya. Di meja makan.
"Nin, minggu depan kita ngemall yuk! Aku sudah lama nggak belanja." Nesya membuka obrolan di sela kunyahannya.
"Maaf Nes, minggu depan aku mudik. Sepupuku Sekar akan menikah."
"Sekar, Maksud kamu si Sekar adiknya Sakala?" Nesya terlihat antusias. Gadis itu dan Hanin berasal dari kampung yang sama. Karena itu Nesya kenal dengan semua keluarga Hanin.
Hanin menghentikan suapannya saat sang sahabat menyebut nama seorang pria.
"Iya." Jawab Hanin singkat.
"Waw, apa nanti bakalan ada cerita CLBK?" ucap Nesya lagi.
"Maksudnya?" Hanin terlihat bingung.
"Maksudku. Mana tau masih ada cinta yang tersisa di hati kalian. Secara mas Sakala kan cinta pertamamu Nin." Nesya tersenyum usil.
"Nggak mungkin Nes, itu hanya masa lalu. Mas Sakala sekarang sudah menikah dan punya seorang anak." Hanin ingin menyudahi cerita tentang masa lalunya.
"Betul, dia punya anak. Tapikan dia sudah tak punya istri. Waktu itu ibuku pernah verita. Kalau mas Sakala sudah bercerai dengan Nindi. Aku lupa ngasih kabar sama kamu." Nesya tersenyum lagi.
Kenan terdiam, selera makannya hilang. Pria itu terlihat mengepalkan tangannya.
"Baiklah, cepat selesaikan sarapanmu. Aku antar kau ketempat kerja." Kenan berdiri, lalu berjalan menuju pintu keluar.
Hanin dan Nesya saling pandang. Mereka heran, kenapa pria itu terlihat terburu-buru. Padahal penunjuk waktu masih mengarah ke anggka 7 kurang. Ini masih terlalu pagi untuk seorang bos datang kekantor.
TBC
Makasih buat yang suka, bantu vote, like and komennya ya. Makasih
Hanin terlihat tengah sibuk membereskan beberapa barang yang akan dibawanya pulang ke kampung halaman.
Ini adalah pertama kalinya gadis itu kembali kekampungnya, setelah dia bergelar sebagai istri dari Albert kenan alfarizi.
Selama 2 tahun ini, gadis itu tak punya keberanian untuk pulang ke daerah asalnya. Karena statusnya yang tiba-tiba menikah dengan seorang pengusaha sukses. Tentu menjadi buah bibir yang hangat bagi warga dikampungnya. Apalagi ketika dia pulang hanya seorang diri tanpa membawa serta sang suami, sudah pasti menjadi santapan lezat bagi para penggosip.
Tapi, Hanin sudah menyiapkan mentalnya saat ini. Dia memutuskan akan menerima segala bentuk cemoohan yang akan diterimanya. Karena, dia tak punya nyali meminta Kenan, suaminya untuk menemani pulang kekampung halamannya.
"Ehm, ehm." Deheman seeorang pria mengejutkan Hanin. Gadis itu menoleh. Dan ternyata, sang suami telah berdiri di depan pintu kamarnya.
"Mana tiketmu?" Kenan bertanya.
Hanin mengernyit heran. Kenapa Kenan meminta tiketnya. Namun, tanpa berani berkomentar gadis itu tetap mengambil tiket kereta api dari tasnya, kemudian menyerahkan pada sang suami.
Kenan menerimanya, melihat-lihat sebentar. Lalu, "kret, kret, kret" pria itu menyobek tiket yang dipegangnya.
"Lo, kenapa di sobek mas?" Hanin spontan bersuara.
Pria itu menoleh, memandang mata Hanin tajam, membuat gadis itu segera menundukkan kepalanya, menyembunyikan degupan jantung yang akan selalu bertalu saat mata pria itu mengarah padanya.
"Aku tidak mau orang lain bergosip tentangmu. Bagaimanapun keadaan pernikahan kita, kau tetap membawa nama baikku. Kalau kau pulang menggunakan kereta api, orang akan bergosip kalau aku tidak mampu membelikanmu tiket pesawat." kenan mengeluarkan sesuatu dari kantong celananya.
"Ini tiket dan kartu ATM untukmu. Nomor pinnya, hari ulang tahun oma. Belilah kado pernikahan yang mahal buat sepupumu, dan juga belilah oleh-oleh buat semua anggota keluargamu yang lain."
Lanjut pria itu lagi. Dia menaruh tiket dan kartu ATM dari sebuah bank swasta, di atas lemari yang terletak disamping pintu. kemudian, berlalu naik kelantai atas tanpa menunggu jawaban dari Hanindya.
Hanin hanya terpaku, baru kali ini kenan berbicara banyak kepadanya, selama ini mereka hanya sekedar saling sapa. Hanin meraih tiket dan kartu hebat itu.
Selama Hanin menjadi istri Kenan, dia belum pernah menerima uang lebih dari pria itu. Bukan karena Kenan tak memberinya, hanya saja gadis itu yang tidak ingin menerima uang suaminya, Karena dia merasa tidak menjalankan kewajibannya sebagai istri, maka dia tidak mau menerima hak lebih yang diberikan Kenan.
Dia selalu memenuhi kebutuhannya sendiri dari usaha Cafe kecilnya.
***
"Baik nona, saya akan sampaikan kepada tuan."
terlihat seorang pria memutuskan sambungan telfonnya. Lalu memasukkan benda pintar itu kedalam kantong celananya.
"Tuan, nona Hanin sudah mendarat dikota S" Pria itu menyampaikan pesan pada atasannya.
"Hm." Hanya itu yang keluar dari mulut pria yang tengah sibuk melihat kearah komputer dihadapannya. Dan pria itu adalah Kenan.
Karena tak ada lagi tanggapan dari sang atasan. Berryl, sang asisten pribadi Kenan melangkah keluar. Berniat kembali keruangannya. Namun, langkahnya terhenti ketika sudah berada didepan pintu keluar.
"Ber, aku ingin kau menempatkan orangmu di sekitar gadis itu." Kenan mengalihkan matanya kearah Berryl.
"Apa tuan ingin memata-matai nona Hanin?" Berryl mengernyitkan kening kemudian melangkah kembali masuk kedalam ruangan.
"Bukan memata-matai, aku hanya ingin memastikan semuanya berjalan dengan benar."
Kenan menjelaskan.
"Baiklah tuan, akan saya laksanakan." Berryl mengangguk sopan.
"Satu lagi. Pusatkan pengawasan orangmu pada pria yang bernama Sakala. Dia adalah sepupu jauh dari gadis itu. Cari informasi tentang hubungan pribadinya dengan gadis itu beberapa tahun yang lalu. Dan jangan sampai ada yang terlewat." Lanjut kenan lagi.
Berryl kembali menoleh kepada tuannya, lalu mengangguk, mengiyakan.
"Ada apa dengan tuan Kenan, bukankah selama ini dia tidak peduli dengan nona Hanin? Apa jangan-jangan..." Berryl berucap dalam hati.
Pria itu melanjutkan langkah kembali keruangannya. Dia segera mengambil benda pintar dari kantong celananya, menelpon seseorang. Guna melaksanakan perintah sang atasan.
Hanin sampai dirumah orang tuanya pukul 5 sore. Karena perjalanan dari bandara kerumahnya masih memakan waktu 3 jam perjalanan.
Setelah beramah-tamah dengan keluarga. Hanin mengistirahatkan tubuhnya dikamar yang dulu ditempatinya ketika masih tinggal dikampung.
"Tok, tok, tok." Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Hanin tentang masa lalunya.
"Masuk!" Hanin membuka suara.
"Mbak, ada tamu nyariin mbak diluar." ucap seorang gadis belia yang berdiri di depan pintu sambil tersenyum. Namanya Hazira, gadis itu adalah adik Hanin satu-satunya.
"Siapa dek?" Hanin bertanya.
"Kejutan katanya mbak, jadi liat aja sendiri." Hazira tersenyum usil. Kemudian berlalu meninggalkan Hanin dengan rasa penasarannya.
Gadis itu berdiri. Memakai kembali jilbab instannya. Kemudian, berjalan menuju ruang tamu.
Langkah Hanin seketika terhenti saat melihat siapa tamu yang datang menemuinya.
"Hanin, gimana kabarnya nak?" Seorang perempuan paruh baya menghampiri Hanin. Dan merangkul gadis itu kepelukannya.
"Alhamdulillah baik bukde," Hanin membalas pelukan saudara sepupu dari ayahnya itu.
"Bukde sendiri gimana, sehat?" Lanjut Hanin.
Wanita paruh baya yang bernama Nunik itu hanya mengangguk. Terlihat sedikit genangan bening dimatanya. Selain sepupu dari ayahnya. Wanita itu, dulunya adalah calon mertuanya Hanin, ibu dari sakala. Kekasih Hanin beberapa yang tahun lalu.
"Assalamualaikum" Suara dari seorang pria mengurai pelukan kedua wanita tadi.
Mereka menoleh kearah pintu.
Terlihat seorang pria tampan, yang tengah menggendong seorang anak perempuan kecil, tengah berdiri didepan pintu. Dia adalah Sakala suharta. Sepupu jauh, sekaligus mantan kekasih Hanin.
Mata Hanin berpusat ke arah pria itu. Namun hanya sesaat, gadis itu segera menunduk. Berusaha menjaga pandangannya.
"Gimana kabarnya Hanin? Setelah sekian lama, akhirnya kau kembali juga." Sakala menyapa.
"Alhamdulillah sehat mas."
Hanin terseyum. Matanya beralih pada gadis kecil dalam gendongan.
"Hai gadis cantik, namanya siapa?" Hanin berjalan mendekat kearah sakala. Membelai pelan lengan gadis kecil itu.
Gadis itu hanya terdiam, dia menyembunyikan wajahnya Kedada sang ayah.
"Kenapa malu sayang, ini tante Hanin. Saudaranya ayah." Sakala memperkenalkan Hanin pada gadis yang berumur 3 tahun.
Gadis itu menoleh, dan tersenyum pada Hanin.
Terlihat keluarga itu berbincang dengan hangat.
Namun ditempat lain. Berryl baru menerima laporan dari anak buahnya yang mengabarkan tentang kedatangan Sakala kerumah Hanindya.
"Tuan, nona Hanin sampai dirumahnya pukul 5 sore. Saat ini pria yang bernama Sakala dan ibunya, tengah bertamu kerumah keluarga nona Hanin. Tapi, orang kita tidak bisa terlalu dekat, jadi dia tidak tau apa yang mereka bicarakan." Berryl menjelaskan.
Kenan hanya diam, pria itu menghisap rokoknya lebih dalam. Entah apa yang tengah dipikirkannya.
TBC
Mohon bantu vote, like dan komen ya readers. Makasih
Hanindya pov
Aku merapikan sedikit lipatan pashmina dibagian leher, sentuhan terakhir sebelum aku keluar dari kamar.
Aku mengenakan dres panjang, berwarna pink muda dikombinasikan dengan pashmina berwarna biru tosca.
Baju ini sengaja ku beli ketika perjalanan menuju bandara kemarin. Sehari sebelumnya ibuku sudah berpesan, kalau semua anggota keluarga memakai baju dengan warna ini, mengikuti permintaan sang pengantin wanita.
Aku, ibu, dan Hazira berangkat ketempat acara menggunakan jasa taksi online. Karena memang, hanya kami bertiga yang tinggal dirumah tua ini. Rumah ini adalah, rumah peninggalan ibu dari ayahku. Yang sudah berpulang, 12 tahun yang lalu.
Sesampainya di tempat acara, sudah terlihat dekorasi pesta yang sangat indah. Kami berjalan masuk, menyapa para tamu yang sudah ramai berdatangan. Karena memang, Keluarga kedua mempelai adalah orang terpandang dikota ini. Tidak heran, tamunya hampir dipenuhi dari kalangan orang penting.
"Selamat ya Sekar, semoga menjadi keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah, dan semoga langgeng hingga kakek nenek." Aku dan sekar berpelukan. Selain masih ada ikatan persaudaraan, kami adalah teman semasa kecil. Tidak heran kami terlihat sangat akrab.
"Makasih Hanin, aku nggak nyangka akhirnya kamu datang juga. Kau tau, kemarin aku sempat bilang sm ibumu. Kalau kau tidak datang diacara pernikahanku. Aku tidak akan memafkanmu sampai kapanpun." Sekar mengurai pelukan kami.
"Aku tau, makanya aku datang." Aku tersenyum. Ku usap pelan sudut matanya yang nampak berair.
"Apa kau ingin terlihat jelek dihari sakralmu ini?"
Aku tersenyum usil. Karena, sepupuku terlihat masih memanyunkan bibirnya.
Wajah gadis itu langsung berseri mendengar candaanku.
"Hanin, ini suamiku, mas Bram." Sekar memperkenalkan kami.
Pria itu tersenyum. Aku membalas senyumannya, dan menyatukan kedua tanganku didepan dada.
Setelah berbasa-basi sedikit, aku turun dari pelaminan, mencari keberadaan ibu dan Hazira.
"Halo, tante." Suara gadis kecil menghentikan langkahku. Aku menoleh, dan ternyata yang memanggil adalah Shanum. Anaknya mas Sakala, yang tadi malam bertamu kerumahku.
"Hai Shanum, cantik sekali kamu sayang..." Aku membelai gemas pipi gadis itu.
"Makasih, tante Hanin juga cantik " Ucap Shanum demgan senyum imutnya.
"Ah, pintar ngomong ya.. siapa yang ngajarin sih?" Tanganku berpindah pada rambut kepangnya.
"Ayah tante. Kata ayah, tante Hanin itu cantik." Lanjut gadis kecil ini lagi.
Mataku berpindah pada pria yang sedari tadi, memandangku. Sebenarnya ada rasa ketidak nyamanan yang kurasakan saat melihat cara mas Sakala memandang.
Aku takut menjadi bahan gunjingan para tetamu disini. Karena, dulu kami adalah sepasang kekasih. Otomatis orang yang tau tentang kisah kami, pasti tengah berbisik-bisik saat ini.
"Makasih pujiannya sayang, tapi tante Hanin ke sana dulu ya. Tante haus." Aku berpamitan pada gadis kecil. Kemudian, melangkah menjauh. Berusaha menghindari mas Sakala.
Author pov
Disudut ruangan terlihat 2 orang pria berjas hitam dan navy tengah berdiri memperhatikan gerak-gerik Hanin.
"Itu Hanin kan?" Terdengar suara dari kumpulan ibu-ibu paruh baya, yang berdiri tepat di sebelah 2 pria tadi membuka suara.
"Sepertinya memang dia, wah.. tambah cantik saja gadis itu." ibu yang lain menjawab.
"Cantik sih cantik. Tapi, sayang nasibnya ndak jelas." Ibu yang satu lagi menimpali.
"Maksudnya apa buk Teti, ndak jelas apanya?" Ibu yang pertama membuka suara tadi, bertanya.
"Maksud saya itu buk, jalan hidupnya Hanin itu ndak menentu buk Yen. Beberapa taun yang lalu pacaran sama Sakala, pas udah mau lamaran. Eh, tiba-tiba Sakala ngebatalin. Dan pria itu malah menikah sama gadis lain. Karena malu, atau patah hati. Gadis itu, pergi merantau ke kota J, dan ndak pernah pulang sama sekali. Eh... sekarang, begitu Sakala menduda, baru deh dia nongol lagi.." Jawab wanita yang bernama Teti itu.
"Ndak boleh ngomong gitu buk Teti, setau saya Hanin itu anaknya baik dan ramah. Lagian sekarang dia sudah menikah kok. Sama pengusaha sukses lagi." Ibu yang pertama menimpali.
"Alah, entah iya, entah tidak dia sudah menikah. Buktinya kalau memang sudah menikah. Mana.. mana suaminya? Seharusnya dia pulang sama suaminya dong." Ucap buk Teti lagi.
"Ehm,.ehm. Permisi buk, bos saya mau lewat." Pria berjas hitam memecah perkumpulan mak-mak yang tengah bergosip tadi. Mereka semua mengalihkan pandangan pada yang empunya suara.
Serentak rasa takjub terpancar di mata mereka. Ketika melihat, siapa pria yang melewati mereka. Kharisma yang dimilikinya berbeda. Terlihat aura orang hebat yang memancar dari kedua pria itu. Terlebih lagi pria yang di panggil bos oleh pria yang tadi. Wajahnya tampan, tinggi, putih dan berhidung mancung. Membuat siappapun melihatnya akan terpana.
Dua pria tadi berjalan mendekati Hanin yang berdiri disamping ibu dan adiknya. Pria berjas Navy, segera memeluk pinggang Hanin dari belakang. Membuat gadis itu terkejut, dan hampir berteriak. Namun, suaranya terhenti saat tau siapa yang memeluk pinggangnya.
Sontak ibuk-ibuk yang bergosip tadi terdiam. Merasa malu, melihat pria hebat tadi meraih pinggang Hanin. Mereka tau kalau pria itu pasti suami dari wanita yang tadi digunjinginya.
"Hai sayang." Pria tadi menyapa Hanin. Lalu mendaratkan satu kecupan kecil dikening gadis itu.
"Siang ibuk, Hazira. Maaf semalam saya tidak sempat pulang sama Hanin, karena ada pekerjaan yang tak bisa saya tunda." Pria tadi yang tak lain adalah Kenan menunduk hormat kepada mertuanya. Dan mencium tangan wanita paruh baya itu.
Ibu Hanin masih agak terkejut karena kedatangan sang menantu. Sebelumnya Asih, ibunya Hanin memang sudah beberpapa kali bertemu dengan menantunya saat dirinya datang berkunjung ke kota J. Namun, ini adalah kedatangan pertama Kenan kekampungnya. Yang juga, sangat mendadak. Namun, wanita paruh baya itu terlihat sangat gembira.
Karena, dengan kedatangan Kenan, dia dapat membungkam mulut para penggosip yang asik menceritakan hal-hal buruk tentang anaknya.
"Ndak papa nak, ibuk malah senang kamu datang." Raut wajah bahagia terpancar di wajah buk Asih. Berbanding terbalik dengan ekpresi wajah Hanin yang masih terlihat bingung.
"Apa kau ingin mendengar orang-orang bergosip tentang kita? Tersenyumlah, banyak mata yang tertuju ke sini" Bisik Kenan, ketelinga Hanindya.
Gadis itu langsung mengukir senyum. Kemudian, mulai merangkul lengan sang suami. Hal yang biasa mereka lakukan ketika berada dilingkungan keluarga. Berpura-pura, menjadi pasangan romantis.
Mereka berkeliling, sambil terus diikuti oleh sang asisten pribadi Kenan, yaitu Berryl. Hanin memperkenalkan Kenan kepada keluarga besarnya. Termasuk kepada kedua mempelai. Yang ternyata Bram. Sang mempelai pria, adalah rekan bisnis dari Kenan. Jadi, Kenan datang kepesta ini, karena undangan dari pria itu.
Ada raut kesedihan di mata Hanin. Tadinya gadis itu menyangka kalau sang suami sengaja ingin menjumpainya. Tapi ternyata khayalannya terlalu tinggi.
Hanin, sengaja meninggalkan suaminya mengobrol dengan mempelai pria, karena dia merasa tidak nyaman harus berada diantara para lelaki.
"Kenalkan bro, ini abang iparku. Dia juga bergerak dalam bisnis yang sama dengan kita, namanya Sakala." Bram memperkenalkan Kenan pada abang ipar sekaligus rekan bisnisnya.
"Kenan." pria itu mengulurkan tangannya.
"Sakala." Pria itu menyambut uluran tangan dari Kenan. Matanya seakan memancarkan aura persaingan. Karena dia tau, kalau pria ini adalah suami dari Hanin, mantan kekasih yang ingin dimilikinya kembali.
Lama mereka berbincang. Hingga, Hanin datang menghampiri.
"Mas, kami sudah mau pulang." Gadis itu berbisik. Kenan mengangguk.
"Baiklah Bram, dan saudara Sakala. Istri saya sudah mengajak pulang. Kalau begitu, saya permisi dulu." Kenan bersalaman dengan 2 pria tadi. Kemudian, berlalu sambil menggandeng mesra tangan istrinya.
Meninggalkan Sakala di sana, dengan hati kesalnya.
TBC
Bantu vote, like, kasih hadiah, jadikan favorit dan silahkan berkomen ria.
Makasih Readers.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!