kelap kelip lampu menyala dengan begitu indahnya. kamar indah dengan balutan hiasan berwarna keemasan menjadi saksi kebahagiaan nya malam itu.
wanita cantik menggunakan gaun pengantin putih tampak cantik bersandar di ranjang yang dipenuhi dengan bunga.
wanita itu adalah Dinda Wijaya, Dinda baru saja melangsungkan resepsi pernikahan yang sangat mewah di kediaman ibunda tercintanya.
janji suci yang disaksikan oleh keluarga dan para kerabatnya sangatlah sakral, nan mewah.
akhirnya kisah cinta yang telah di jalani mereka selama bertahun tahun berakhir di pelaminan.
Dinda menikah dengan seorang pria yang sangat dicintainya yang bernama Mahendra Arta Dinata.
''selamat malam sayang.'' ucap Mahendra.
Mahendra masuk ke dalam kamar pengantinnya yang sangat indah itu.
''selamat malam juga sayang.'' jawab Dinda menyambut laki laki yang baru saja menjadi suaminya itu dengan senyum manisnya
Mahendra duduk di atas ranjang tersenyum menatap Dinda. dia sangat bahagia karena wanita yang sejak dulu dia idamkan akhirnya menjadi milik dia seutuhnya.
hendra yang sudah menunggu momen momen seperti ini seakan tidak mau menyia nyiakannya lagi.
malam pertama yang indah menjadi kesempatan untuk dia mencurahkan segala isi hatinya, mencurahkan rasa kangen yang sudah menggebu dalam hatinya.
tubuh kekar itu mulai mendaki dua bukit indah yang ada di hadapannya, lalu berjalan menuju ladang yang di tumbuhi rumput liar seakan mambangkitkan gairah asmara yang kian meronta di dalam jiwa.
rasa nikmat yang menjalar ke seluruh tubuh, tak bisa di ungkapkan lagi ketika dia sudah masuk ke dalam permainan itu.
matanya terpejam meresapi setiap kenikmatan demi kenikmatan yang menjalar ke seluruh aliran darahnya.
braaakkkkkk
sensor .
''terimakasih sayang, I LOVE YOU.'' ujar Dinda berbisik di telinga Hendra
'' I LOVE YOU TO bidadari ku sayang.'' ujar Hendra tersenyum menatap istrinya dengan penuh kasih sayang.
malam semakin larut, tubuh yang lemas itupun tertidur lelap, mendekap, ditutupi selimut putih.
...💞💞💞💞💞...
terdengar suara alarm berbunyi, dinda terbangun, dengan mata yang masih mengatup rapat.
tangannya yang mulus mengambil alarm yang berada di meja lalu mematikannya, Dinda bangkit dari tidurnya duduk bersandar di ranjang dengan tub** yang hanya tertutup selimut.
Dinda melihat jam menunjukkan pukul 04.00, matanya menoleh ke arah Hendra, tapi Hendra masih tertidur pulas.
suasana yang dingin dan tubuhnya yang masih terasa lemas, berbaring kembali mendekap.
''selamat pagi sayang.'' ujar Hendra terbangun karena dekapan tubuh mulus dinda
''pagi juga sayang.'' ujar Dinda dengan manjanya me***** tu*** Hendra seakan tidak mau jauh darinya
Hendra mencium kening Dinda dengan penuh kasih sayang.
Hendra menoleh ke arah jam menunjukkan pukul 04.30, sudah masuk waktu subuh,
diapun bangkit dari tidurnya, berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Dinda yang masih berbaring.
''mas mandi duluan ya sayang.'' ujar Hendra.
Hendra masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya.
''iya mas.'' ujar Dinda tersenyum manja
melihat suaminya yang sudah masuk ke kamar mandi, Dinda pun bangkit dari tidurnya Memakai kemeja putih milik Hendra,
baju Hendra yang terlalu besar di badan Dinda, membuat Dinda terlihat lebih sexy.
Dinda melangkahkan kakinya berjalan menuju lemari untuk mengambil handuk dan menyiapkan baju untuk Hendra.
'' ini mas handuknya.'' ujar Dinda menyodorkan handuk ke arah Hendra yang baru saja keluar dari kamar mandi.
'' terimakasih ya sayang..'' ujar Hendra mengambil handuk itu dari tangan Dinda
'' sama sama mas..'' ujar Dinda tersenyum
merekapun bergantian masuk ke dalam kamar mandi.
selama Dinda mandi, Hendra berjalan menuju ranjang memakai baju yang sudah Dinda siapkan, lalu melaksanakan shalat subuh.
ketika Hendra melaksanakan shalat, Dinda keluar dari kamar mandi berjalan menuju ranjang tersenyum sembari memperhatikan suaminya.
"beruntung nya aku memiliki suami seperti kamu mas.." batin Dinda
Dinda mengambil baju kemeja putih dan rok hitam, lalu dikenakannya dengan balutan hijab berwarna hitam corak terlihat sangat manis.
Hendra memperhatikan Dinda sembari tersenyum manis, tangannya mengambil laptop yang berada di tas, tapi matanya tetap dengan pandangan menatap istrinya yang sedang duduk di meja rias..
Hendra adalah sosok pekerja keras, tak heran jika dia memiliki perusahaan besar yang memiliki cabang dimana-mana, itupun dia yang mengurusnya sendiri hingga di rumah pun dia masih sibuk dengan pekerjaannya itu.
Dinda berdandan memakai sedikit bedak dan lipstik, karena sudah menjadi nyonya hendra, Dinda ingin terlihat cantik di hadapan suaminya itu.
ketika Dinda ingin mengusap kan eyeliner, terlihat di kaca, pantulan wajah Hendra yang terus tersenyum memperhatikan nya, dindapun menoleh ke arah Hendra membalas senyuman manis itu.
" aku lihat dari tadi mas merhatiin aku, ada apa sih mas..? apa ada yang salah dengan penampilanku..?'' tanya Dinda berjalan mendekati Hendra.
" gak ada apa apa ko sayang, mas seneng aja liat kamu pake hijab ini, kelihatan lebih cantik.'' jawab Hendra mengelus pipinya.
" masa sih mas, gombal..!'' ujar Dinda tersenyum menghempaskan tangan suaminya itu
'' ih bener, kamu memang cantik, mas beruntung memiliki istri secantik kamu..'' ujar Hendra tersenyum mencolek hidung Dinda
Dinda tersenyum tersipu malu.
bahagialaah seorang wanita jika memiliki suami yang bisa membuat nya serasa paling cantik di dunia.
'' mas, kita kan baru kemarin menikah, mas jangan pegang leptop dulu Napa sih, lupain dulu aja kerjaannya, sekarang kan ada aku.'' ujar Dinda dengan manjanya menggoda Hendra
'' iya sayang, mas simpen lagi deh laptopnya.'' ujar Hendra tersenyum
Hendra pun memeluk istrinya dengan penuh kasih sayang, memanjakan Dinda, seperti seorang ayah yang selalu memanjakan anaknya.
karena seorang wanita selalu bersikap kekanak-kanakan, itu sebabnya wanita membutuhkan sosok laki laki yang bisa menjadi suami sekaligus ayah untuknya.
begitu juga Hendra yang memperlakukan Dinda dengan manja.
beruntunglah seorang wanita yang diperlukan baik oleh suaminya.
'' terimakasih mas, aku beruntung memiliki suami seperti mas..'' ujar Dinda tersenyum menatap Hendra
'' Sama sama sayang..'' ujar Hendra mengelus pipi manisnya
'' ya sudah, kita turun ke bawah yu mas, pasti ibu sudah nunggu kita..'' ujar Dinda mengajak suaminya turun ke ruangan bawah
'' ayo sayang..'' ujar Hendra menggandeng tangan Dinda
Dinda dan Hendra pun berjalan meninggalkan kamarnya menuju ruangan bawah.
baru sampai di tangga pertama, sudah tampak jelas ibu Dinda sudah menunggu Hendra dan Dinda di meja makan.
'' akhirnya yang di tunggu sudah turun, ayo sayang, kita sarapan..'' ujar ibu Dinda yang melihat mereka turun dari ruang atas
'' iya Bu, maaf ya membuat ibu lama menunggu..'' ujar dinda.
Dinda duduk berhadapan dengan ibunya, sedangkan Hendra duduk di samping Dinda.
'' tidak pp nak, ibu mengerti..'' ujar bu laras tersenyum
Dinda hanya tinggal bersama ibunya, karena ayahnya sudah lama meninggal. ibunya bernama Laras, dan ayahnya bernama Hartono Wijaya kusumo
...bersambung...
cerita ini hanya fiktif belaka..
kalau ada kekurangan harap dimaklumi ya, soalnya masih amatiran😁..
jangan lupa like, vote n comen nya..
terimakasih buat yang baca🙏🙏🙏
ketika Dinda dan Hendra sudah duduk dimeja makan, mereka langsung menyantap makanan yang ada di hadapannya.
''oh iya ndra, berapa hari kamu cuti kerja?'' tanya Bu Laras ingin tahu
''Hendra cuti 2 hari Bu, soalnya pekerjaan Hendra lagi banyak bnget.'' jawab Hendra. karena bisnisnya yang begitu banyak membuat waktunya tersita hanya untuk pekerjaan.
'' ko 2 hari ndra, memang nya kalian gak pergi bulan madu?'' tanya Bu Laras yang ingin anaknya meluangkan waktu untuk bersama, Karena dirinya ingin sekali memiliki seorang cucu
'' Hendra mau beresin pekerjaan Hendra dulu Bu, kalo semua sudah beres, hendra mau ajak Dinda berlibur ke Inggris.'' ujar Hendra tersenyum menoleh ke arah Dinda, Dinda hanya diam membalas senyuman manis suaminya itu.
''syukurlah, ibu dukung kamu ndra, semoga semuanya berjalan dengan lancar ya.'' ujar Bu Laras mendoakan menantunya itu, Bu Laras sangat mendukung apalagi untuk masa depan anaknya Dinda
''oh iya Bu, habis ini Hendra mau ajak Dinda sama ibu jalan jalan, mau kan sayang?'' tanya hendra kepada Bu Laras dan Dinda.
Hendra merencanakan sesuatu, dirinya ingin memberikan kejutan untuk Dinda yang baru saja menjadi istrinya
'' jalan jalan kemana mas?'' tanya Dinda balik, Dinda penasaran kenapa suaminya mengajak mereka keluar pagi pagi seperti ini
'' ada aja, mas mau kasih sesuatu buat kamu sayang'' ujar hendra tersenyum menggenggam tangan Dinda dengan erat.
'' ya sudah, kita habisin dulu saja sarapannya, nanti juga kamu tau nak'' ujar Bu laras tersenyum.
Bu Laras melanjutkan sarapannya.
Hendra dan Dinda pun melanjutkan sarapannya, sesekali Dinda menyuapi Hendra di hadapan ibunya, begitu juga sebaliknya.
Bu Laras tersenyum melihat keharmonisan rumah tangga mereka yang baru saja mereka bangun.
kebahagiaan tampak jelas di mata ibunda tercinta, momen seperti inilah yang di tunggu setiap ibu di seluruh dunia, menyaksikan sendiri kebahagiaan anaknya, apalagi Dinda hanya anak satu satunya.
pemandangan yang indah bukan..?
setiap pasangan pasti menginginkan momen seperti ini, bukan hanya di awal pernikahan saja, bahkan seterusnya..
stelan sarapan selesai Hendra berjalan menuju ruang atas menuju kamarnya untuk mengambil konci mobil yang tersimpan di tas,
sedangkan bu Laras dan Dinda, mereka menunggu Hendra duduk di ruang tamu.
Dinda terlahir dari keluarga sederhana, 2 tahun yang lalu ayahnya meninggal karena sakit jantung.
Dinda termasuk wanita yang cerdas dan pekerja keras, dia juga cukup lihai dalam bidang apapun termasuk pashion.
semenjak ayah Dinda pergi meninggalkan Dinda untuk selama lamanya, Dinda memulai bisnis kecil kecilan berjualan baju online, Karena kerja kerasnya sekarang Dinda memiliki butik terbesar di Jakarta.
suara ketukan sepatu pantofel terdengar keras hingga ke ruangan bawah.
aroma parfum tercium wangi, semerbak membius seisi rumah.
'' itu mas Hendra Bu, ayo kita berangkat'' ujar Dinda yang.melihat suaminya turun dari kamar.
Hendra terlihat lebih ganteng setelah mengganti pakaian nya, sekarang dia memakai kaos abu abu dengan celana jeans warna hitam, terlihat seperti anak 17 an.
'' ayo sayang!!'' ujar Hendra menggandeng istri dan mertuanya, mereka berjalan menuju mobil.
'' tunggu disini ya sayang, mas mau puter balik mobil dulu.'' ujar Hendra,
Hendrapu masuk ke dalam mobil lalu melajukan mobilnya untuk putar balik.
cuaca yang cerah membuat cahaya matahari menyorot wajah putih mulus tanpa noda itu,
matanya silau dengan cahaya matahari yang tertuju ke wajah cantiknya.
diapun berjalan ke tepi jalan, berteduh di pohon mangga yang tumbuh subur di depan halaman nya.
jalan yang sepi membuat suasana tenang tanpa banyak polusi.
'' Bu, nunggunya disini saja.'' ujar Dinda berteriak kepada ibunya yang masih berdiri di depan teras rumah
perumahan asri dengan tanaman bunga yang tampak indah, berjajar di batas tengah jalanan, rumah mewah nan megah berjajar dengan warna yang berbeda beda, membuat perumahan tampak megah, Dinda membelikan rumah mewah berwarna coksu itu, hadiah untuk ibunya yang berulang tahun pada tahun lalu.
tampak kebahagiaan dari raut muka ibu tercinta yang begitu bangga memiliki anak sekuat dan secantik Dinda.
'' Hendra puter balik nya dimana sih Din? ko lama?'' tanya Bu Laras sembari berjalan menghampiri Dinda
'' mungkin di depan Bu?'' jawab Dinda dengan tenang
mobil Pajero hitam yang mereka tunggu pun akhirnya sudah datang dan berhenti di hadapan Dinda.
Hendra keluar dari mobil, lalu membukakan pintu untuk Dinda dan ibunya, bak seorang putri Dinda masuk ke dalam mobil, lalu Hendra menutup kembali pintu mobil itu dengan lembut, dengan wajah tersenyum menatap Dinda.
mobil melaju dengan kecepatan sedang, berputar putar di daerah perumahan itu tanpa melintas kemana mana.
'' loh ko malah muter muter disini si mas?'' tanya Dinda merasa sedikit kesal
'' mas mau kasih kejutan buat kamu sayang, orang masih di perumahan ini ko!'' jawab Hendra, Hendra menghentikan mobilnya di sebuah rumah besar berwarna putih, yang terlihat sangat mewah
'' ko berhenti disini sih mas? ini rumah siapa?'' tanya Dinda yang tak berhenti menatap rumah mewah itu
'' itu rumah kita sayang, ayo kita turun!'' jawab Hendra turun dari mobil lalu membukakan pintu mobil untuk Dinda dan ibunya
'' rumahnya besar sekali ya Din?'' ucap Bu Laras yang tak berhenti melihat rumah itu, terkagum kagum
Hendra menggandeng Dinda dan ibunya masuk ke dalam halaman rumah mewah yang akan Hendra berikan kepada Dinda sebagai kado pernikahan.
Dinda tidak bisa berkata kata, Dinda tertegun melihat halaman rumah yang begitu indah, halaman yang luas, ditumbuhi bunga bunga yang bermekaran.
'' ya Allah mas, ini rumah kita..?'' tanya Dinda menjatuhkan air mata kebahagiaan
'' iya sayang, sekarang ini menjadi rumah kamu, mas sudah menyiapkan ini dari jauh jauh hari sebelum Kita menikah, kamu suka?'' tanya Hendra menghapus air mata yang jatuh di pipi manis Dinda
'' ya Allah,, aku suka sekali mas, terimakasih banyak, aku gak tau harus ngomong apa''. jawab Dinda menutup mulut dengan tangan kanannya tak kuasa menahan tangis kebahagiaan, dia menangis di pelukan suaminya.
Hendra tersenyum menoleh ke arah Bu Laras sembari mengelus pundak Dinda,
bu Laras membalas senyuman Hendra dengan mata yang berkaca-kaca, merasakan kebahagiaan yang Dinda rasakan..
'' cup cup cup, udah sayang jangan nangis lagi, air mata kamu jauh lebih berharga dari apapun'' ujar Hendra melepaskan pelukannya, tangannya menghapus air mata Dinda yang terus membasahi pipi cantiknya
'' iya nak, udah jangan nangis!'' ujar Bu Laras mengusap air mata di pipi Dinda
'' mas sengaja beli rumah ini agar kamu bisa lebih dekat dengan ibu'' ujar Hendra yang tak kuasa menahan tangis melihat istrinya terisak
'' ko mas malah ikut nangis?'' ujar Dinda tersenyum menghapus air mata Hendra
'' ya sudah, ayo kita masuk''!! kalo ngobrol terus kapan masuknya sayang, udah panas ini'' ujar Hendra tertawa menghibur istri dan mertuanya,
Dinda dan Bu Laras pun tertawa berjalan masuk mengikuti Hendra yang sudah berjalan di depannya.
kebahagiaan yang sempurna bukan..??
semua wanita pasti menginginkan momen seperti yang dirasakan Dinda..
...bersambung...
semoga yang membaca cerita ini bisa merasakan kebahagiaan yang sama seperti apa yang dirasakan Dinda di cerita bab ini.. 🤲🤲
trimksh buat yang baca, jangan lupa, like, comen n vote nya ya..😊😊🙏🙏
...🌺2 tahun kemudian🌺...
keluarga Dinda dan Hendra masih saja harmonis seperti pada awal pernikahan.
kesibukan keduanya membuat keduanya menunda memiliki momongan.
Hendra tak pernah mengeluh ketika Dinda hanya sibuk dengan pekerjaannya, bahkan Hendra sangat mendukung dengan karir Dinda karena Hendra begitu sangat mencintainya.
...💞💞💞💞💞...
suara nada alarm berbunyi ketika Hendra dan Dinda masih tertidur lelap.
suara yang keras membuat Dinda terbangun dari tidurnya.
Dinda sengaja menghidupkan alarm Karena dirinya yang selalu bangun kesiangan, kondisi badan yang capek membuat Dinda tidak bisa bangun tepat waktu.
Dinda melihat ke sampingnya, ternyata Hendra masih tertidur pulas, Dinda terus memperhatikan suaminya itu karena dia merasa kasihan dengan nya, Hendra pasti kecapean hingga dia tidak pulas seperti itu, membuat Dinda tidak tega untuk membangunkannya.
" kamu pasti capee mas'' ujar Dinda sembari mengelus rambutnya dengan mata yang berkaca-kaca
'' selamat pagi sayang'' ujar Hendra yang tiba tiba membuka matanya tersenyum menatap wajah Dinda
'' mas, mas sudah bangun?'' tanya Dinda yang sejak tadi memperhatikan Hendra seketika kaget melihat Hendra yang tiba tiba membuka mata
" memang nya kenapa?'' tanya Hendra, "aku melakukan semua ini karena aku sayang sama kamu Dinda" batin hendra.
Hendra turun dari tempat tidurnya berjalan menuju kamar mandi meninggalkan Dinda yang masih berbaring di tempat tidur.
Dinda tersenyum manis, wajahnya yang cantik tampak memerah karena merasa malu dengan suaminya itu.
Dinda bangkit dari tidurnya, menyiapkan baju kerja untuk Hendra, hari ini Dinda menyiapkan baju kemeja coklat susu dan celana hitam, dengan paduan dasi berwarna coklat dan hitam corak.
cleeeekk,
pintu kamar mandi terbuka, Hendra tersenyum melihat Dinda yang sedang sibuk mencocokan dasi dan kemeja miliknya
'' lagi ngapain sih?" tanya hendra memeluk Dinda dengan mesra
'' ini mas, aku lagi nyiapin baju buat kamu kerja, aku bingung mau pilih dasi yang mana, 2 duanya cocok sama kemeja ini mas" jawab Dinda kebingungan dengan dasi coklat dan dasi hitam yang sedang dia pilih di tangannya.
'' udah nanti saja pilih dasinya, sekarang kamu mandi dulu, udah jam 5, nanti keburu habis waktu sholat subuh" ujar hendra memegang ke dua tangan Dinda seakan tidak ingin istrinya melewatkan waktu untuk ibadah
'' iya mas, ya udah, aku mandi dulu ya!" ujar dinda tersenyum menatap wajah suaminya itu dengan penuh cinta, dia merasa bersyukur memiliki suami yang sayang dan perduli kepada dirinya dunia dan akhiratnya
'' iya sayang" ujar hendra membalas senyuman Dinda
ketika Dinda masuk ke dalam kamar mandi, Hendra lebih dulu melaksanakan shalat subuh, lalu memakai baju yang sudah Dinda siapkan di atas ranjang.
Dinda tersenyum ketika dia keluar dari kamar mandi melihat suami yang sudah rapi dan wangi, hanya seja ada yang kurang, dasinya belum berpasangan di leher sang suami itu.
Dinda berjalan menuju lemari baju, mengenakan pakaian lalu melaksanakan shalat subuh, sedangkan Hendra masuk ke dalam ruang kerja yang masih berada di kamarnya melihat lagi pembahasan untuk meetingnya hari ini.
ketika pakaian sudah rapi ia kenakan, hari ini Dinda mengenakan baju kaos putih dan rok berwarna coklat dengan balutan hijab coklat dengan corak bunga, terlihat cantik dan manis.
Dinda berjalan meyusul Hendra ke ruangan kerjanya, tapi baru sampai di depan pintu Dinda menghentikan langkahnya karena melihat suaminya yang sedang fokus menatap laptop yang ada di hadapannya.
"mas hendra lagi sibuk, aku gak mau ganggu dia dulu, mending aku siapin sarapan buat dia" batin dinda
dindapun berbalik arah, kali ini dia melangkahkan kakinya menuju ruang bawah.
terdengar suara nyanyian hingga ke tangga dimana Dinda sedang berdiri melihat foto foto pernikahannya yang dia pasang di dinding.
Dinda tersenyum karena dia sudah terbiasa mendengarnya. suara itu berasal dari dapur yaitu suara bi Minah yang sangat merdu dan cempreng.
Dindapun melanjutkan langkahnya menghampiri bi Minah yang sedang menyiapkan sarapan untuk dirinya, sembari bernyanyi tembang kesukaan nya yaitu tembang tembang Sunda.
sesekali tangannya berjoget jaipong membuat Dinda terhibur dengan tingkah lakunya yang lucu dan menggemaskan.
'' bi, sini saya bantu" ujar Dinda.
dinda mengambil pisau lalu memotong cabe, hari ini mereka membuat sarapan kesukaan Hendra yaitu nasi goreng.
'' gak usah atuh non, biar bibi saja, non duduk saja, nanti tangan no teh kotor" ujar bi Minah mengambil pisau dan cabe itu dari tangan Dinda
'' ya sudah, kalo gitu saya liatin bibi aja" ujar Dinda duduk di meja makan sembari memperhatikan bi Minah
sayangg...
sayang.
sayangg...
terdengar suara Hendra memanggil Dinda dari lantai atas.
'' iya mas, aku disini''!! ujar Dinda berteriak dari lantai bawah
ketukan suara pantofel terdengar keras, dengan terburu buru Hendra berlari menghampiri Dinda dengan membawa tas dan dasi ditangannya.
'' ya ampun sayang, mas nyariin kamu di kamar, ternyata kamu disini, mas mau minta bantuan buat pasangin dasi" ujar Hendra memberikan dasi berwarna coklat kepada istrinya.
'' ya Allah, maaf ya mas tadi aku liat mas lagi fokus, aku gak berani ganggu mas, jadi aku turun duluan" ujar Dinda merasa tidak enak, tangannya dengan lihai memasang kn dasi di leher suaminya.
'' iya sayang, ga pp" ujar Hendra tersenyum mengelus kepala Dinda dengan penuh kasih sayang
'' kalo gitu mas berangkat dulu ya sayang" ujar hendra pamit
'' mas kan belum sarapan, sarapan dulu yu!!'' ujar Dinda mempersilahkan Hendra untuk duduk di meja makan
'' mas sarapan di kantor saja ya, udah siang, mas takut telat, nanti klien nunggu lama" ujar hendra pamit.
dia mencium kening Dinda
'' ya sudah, hati hati ya mas!'' ujar Dinda mencium tangan Hendra, lalu mengantar suaminya itu sampai depan rumah
'' assalamualaikum" ujar Hendra mengucap salam
'' waalaikumsalam." Dinda menjawab salam
mobil Hendrapun melaju keluar dari halaman rumahnya hingga tak nampak lagi di kedua bola mata Dinda, Dinda masuk kembali ke dalam rumah, lalu duduk di ruang keluarga bersantai, sembari melihat tontonan televisi.
'' ini non, sarapan nya'' ujar bi Minah.
BI minah membawakan nasi goreng, lalu menaruhnya di atas meja.
'' ya Allah bi, terimakasih, padahal gak usah di bawain ke sini, aku jadi ngerepotin, nanti kalo udah laper jg saya ke dapur!'' ujar Dinda merasa tidak enak
'' gak pp atuh non, ayo di makan, nanti keburu dingin" ujar bi Minah yang begitu perhatian terhadap Dinda
'' iya, terimakasih ya bi, aku makan ni'' ujar Dinda tersenyum, tangannya mengambil piring itu, lalu menyantap nasi goreng buatan bi Minah yang sangat enak, tiada duanya.
ketika mereka sedang asik menonton film FTV, tiba tiba terdengar suara bell berbunyi
...Ting tong...
...Ting tong...
...Ting tong...
...terdengar hingga beberapa kali...
'' ada tamu, bibi kedepan dulu ya non!'' ujar bi Minah berjalan menuju depan,
ketika bi Minah membuka pintu rumah, terlihat seorang wanita cantik berdiri di depan pintu dengan satu koper yang berdiri di samping nya.
tubuhnya yang putih dan mulus membuat bi Minah cengoh terpesona dengan kecantikan nya.
wanita itu adalah dewi, teman lama Dinda.
'' maaf mba, si mba teh nyari siapa ya?" tanya bi Minah kepada wanita cantik itu
'' apa benar ini rumah Bu Dinda,?'' tanya balik si perempuan cantik itu
'' iya mba, sebentar saya panggilkan dulu!''' jawab bi Minah.
BI minahpun berjalan menghampiri Dinda.
rumah yang megah, membuat perempuan cantik berambut pirang tergerai itu terbelalak kagum dengan keindahan dan kemegahan nya.
'' siapa, apa ada yang bisa saya bantu?'' tanya Dinda kepada perempuan cantik itu yang sedang berdiri membelakangi nya, Dinda tidak menyadari kalau itu Dewi sahabatnya
'' iya mba, boleh saya!!" ucapannya terpotong ketika dia berbalik
'' dewiiii?" ucap Dinda memegang tangan Dewi, seakan dia tak percaya kalau teman nya itu ada di hadapannya,
'' iya Din, aku Dewi !'' ucap Dewi memeluk Dinda yang sudah lama tidak bertemu dengan nya
'' ya Allah dewi, kemana saja kamu wi? aku kangen banget sama kamu'' ujar Dinda memeluknya dengan erat
'' ayo masuk wi..!"" ujar Dinda melepaskan pelukannya menggandeng tangan Dewi masuk ke dalam rumah
BI Minah terharu melihat Dinda dan Dewi sehingga dia menjatuhkan air mata..
BI Minahpun menutup kembali pintu rumah lalu berjalan mengikuti dewi dan Dinda membawakan koper..
...bersambung...
pembaca yang baik pasti memberikan like, comen serta votenya..
semoga Allah memberikan rizki yang melimpah buat pembaca yang memberikan like, vote dan comen🤲🤲🤲
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!