Dahulu terdapat seorang santriwati yang masih polos, cantik, anggun, nan cerdas. Hobi nya adalah membaca. Sampai hampir seluruh teman-temannya menjulukinya sebagai kutu buku.
Suatu hari dia menemukan satu buku tergeletak begitu saja di lantai kamar pondoknya, dia pun mengambilnya dan membacanya. Buku itu
berjudul MEGA J. Unik, itulah yang dia tanggapi
saat melihat judul buku itu.
Tak dia sadari, Mega J itu adalah orang yang
nyata, pada akhirnya dia mengenal orang itu, dan sering berkunjung ke tempat orang itu. Karena
kecerdasannya dan kelebihan yang dia miliki, dia
pun mampu membaca kelanjutan isi buku Mega J itu.
VYREN....
...****************...
Alisku mengerut,kedua mata ku sipitkan,dan
jari˗jariku bergerak. Membuka pelan buku yang ada di tanganku. Hatiku berkata, 𝘬𝘢𝘵𝘢𝘯𝘺𝘢 𝘴𝘶𝘥𝘢𝘩 𝘱𝘦𝘳𝘯𝘢𝘩 𝘥𝘪 𝘣𝘢𝘤𝘢 𝘴𝘦𝘮𝘶𝘢 , 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪. 𝘛𝘢𝘱𝘪 𝘮𝘦𝘯𝘨𝘢𝘱𝘢 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘥𝘢 𝘥𝘪 𝘵𝘢𝘯𝘨𝘢𝘯𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪 𝘴𝘦𝘰𝘭𝘢𝘩 𝘮𝘢𝘴𝘪𝘩 𝘣𝘢𝘳𝘶?,𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘨𝘰𝘳𝘦𝘴𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘣𝘶𝘬𝘶 𝘪𝘯𝘪….
Setelah ku buka buku berjudul VYREN ini,
terdapat beberapa kalimat yang perlu di perhatikan pada lembar pertama ini.
...𝓖𝓔𝓢𝓒𝓗𝓘𝓒𝓗𝓣𝓔 𝓓𝓔𝓢 𝓐𝓝𝓣𝓘𝓚𝓐𝓝 𝓛𝓔𝓑𝓔𝓝𝓢
...
...Ü𝓫𝓮𝓻 𝓭𝓪𝓼 𝓖𝓮𝓱𝓮𝓲𝓶𝓷𝓲𝓼 𝓭𝓮𝓼 𝓵𝓮𝓫𝓮𝓷𝓼 𝓹𝓻𝓸𝓫𝓵𝓮𝓶𝓮
...
...𝓛𝓲𝓮𝓫𝓮 𝓾𝓷𝓭 𝓱𝓮𝓻𝔃𝓮𝓷 𝓲𝓷𝓭𝓮𝓼 𝓪𝓵𝓽𝓮𝓷 𝓩𝓮𝓲𝓽𝓮𝓷
...
...𝓓𝓪𝓷𝓪𝓬𝓱 𝓩𝓾𝓻 𝓰𝓵𝓪𝓲𝓬𝓱𝓮𝓷 𝓩𝓮𝓲𝓽
...
...𝓛𝓮𝓫𝓮𝓷𝓼 𝓛𝓮𝓼𝓮𝓻¹...
Aku terkejut membaca kalimat itu, hatiku
tiba˗tiba berdegup begitu kencang. Angin begitu
terasa pengap saat aku bernafas.
Aku membacanya seolah tak dapat menghembuskan nafas, padahal aku sendiri bernafas.
Dan aku tahu, mengapa tiba˗tiba kepalaku terasa berputar. Seperti terbawa angin topan. Dan tubuhku pun terasa berputar. Detak jantungku semakin tak menentu, kursi yang ku duduki
menghilang, kedua kakiku melayang, kedua tanganku mengikuti berputarnya tubuhku.
“Aaaaa!!!!!!”
Setelah tiba˗tiba aku duduk di atas batu, di
tengah˗tengah hutan, yang di sekitarnya penuh dengan duri, namun tanganku masih tetap memegang buku itu. VYREN. Dalam keadaan terbuka. Kakiku tiba˗tiba menginjak duri itu, saat aku berusaha berdiri.
Namun syukurlah, Mycle langsung menutup buku itu. Ternyata aku telah memasuki dunia Vyren, benar˗benar berada di hutan berduri itu. Benar benar merasakan begitu lelah. Mataku membulat, nafasku terengah˗engah, tanganku pun mengelus dada, terasa lega setelah aku kembali lagi pada tubuhku.
“Apa kamu baik baik saja?”, tiba˗tiba seseorang yang bernama Mycle, anak dari Pak Mega J.
Bertanya padaku, membuatku tersadar dari lamunanku.
Aku tetap tak menjawab. Dia pun menjelaskan
mengapa aku bisa begitu. Yang seolah olah merasakan asli kehidupan Vyren.
“Kamu telah kembali, tenanglah!.Yang terjadi padamu baru saja itu, jiwamu yang mengalaminya. Jiwamu melayang ke tempat itu.
Karena kamu telah membaca mantranya, mantra untuk bisa berada di tempat hutan berduri itu”.
Aku mulai tenang, nafasku telah teratur. Mycle melanjutkan kata˗katanya.
“Lain kali, kamu harus bertanya petunjuk
pembacaan itu pada Ayahku, atau padaku. Jangan asal membaca!, tak ada yang bisa mengerti tempat ini, selain orang orang tertentu”. Ucapnya, sambil melihati buku˗buku di tempat ini, yang senantiasa beterbangan tanpa terjatuh.
“Maaf, aku menyesal”. Ucapku, sambil
menundukkan pandanganku.
Tangan Mycle tiba tiba menepuk pundak ku.
“Sudahlah….jangan terlalu merasa bersalah. Itu
wajar, kamu tidak tahu apa-apa.Kamu hanyalah satu dari jutaan orang yang penasaran terhadap sesuatu yang baru dilihatnya”.
“Lanjutkan saja membacanya! Tapi ingat,
langsung saja buka halaman kedua”. Ucap Mycle, sambil berlalu dari hadapanku. Dan tiba˗tiba saja
dia menghilang di balik beterbangannya buku-buku ini. Namun aku tidak lagi heran melihatnya.
.
.
.
✍
foot not :
1 Sejarah kehidupan zaman dahulu, tentang misteri permasalan hidup, cinta dan hati pada zaman dahulu. Zaman sebelumnya. Sekaligus pada , kehidupan pembaca.
...****************...
.
.
.
.
✍
...Ucapan Terimakasih
...
Bismillahirrahmanirrohim...
Alhamdulillahirobbil ‘alamin... tidak ada hal lain
yang lebih pantas terucap selain ucapan syukurku pada Tuhan pencipta alam semesta, tanpa
kebesarannya aku tak akan mampu untuk bisa
menuliskan novel ini dalam bentuk nyata, dimana sebelumnya novel ini hanya berbentuk tulisan tangan yang terbubuhkan di atas buku tulis biasa.
Tanpa rahmat Rasulullah Saw. yang juga selalu
mengiringi setiap langkah ummatnya. Dan juga tanpa restu kedua orang tua, mungkin tak akan pernah lagi aku dapat bermimpi menerbitkan novel ini. Aku sangat bersyukur menjadi umatmu ya Rosul, dan aku sangat bersyukur dilahirkan atas jerih payahmu Bapak dan Momomku tercinta, Fatimatus Zehroh dan Nursadin...
Dan juga pada pihak-pihak yang telah mendukungku, baik mbak kandungku, Melyana Sifa, SH., M.Ag. yang gelarnya telah bagaikan kereta api, kasih sayangnya untukku juga begitu pula. Maupun pihak-pihak lain yang telah berpengaruh dalam penerbitan novel VYREN
ini, Hadi Isu, Adistya, dan semuanya yang tak bisa aku sebutkan satu persatu. Dan terkhusus juga untuk Novel Toon yang telah mewujudkan mimpiku...
thanks a lot!
Aku masih belum yakin, ini mimpi atau bukan.
Sikap Mycle begitu mirip dengan Mycle dalam cerita MEGA J itu.Walau aku terus bertanya˗tanya, tapi aku pun akhirnya lebih memilih melanjutkan baca, dari pada hatiku terus bertanya˗tanya, sedang orang yang di pertanyakan tidak pernah menjawab. Aku pun
membuka buku ini dan langsung membuka halaman kedua, menuruti apa kata Mycle.
...****************...
Halaman 2
Matahari begitu menyengat kulit, seperti
biasanya. Gadis itu tak kenal lelah, meski siang
telah muncul. Dia tetap melakukan pekerjaannya. Dia tetap mengecat jalan beraspal itu. Dia sebagai pekerja kuli bangunan, namun kini di tugaskan untuk memberi cat warna putih di jalan tol yang baru di resmikan pembukaannya itu.
Tapi jalan tol itu masih belum banyak pengendara yang lewat, karena para pengendara masih belum terbiasa dengan jalan tol yang baru itu, mereka masih terbiasa berkendara di jalan umum.
Dia menghela nafas, 𝘏𝘶𝘧𝘵!, sambil menyeka
keringatnya yang bercucuran. Seketika itu dia
langsung melangkah pulang. Di pertengahan
perjalanan pulang, dia bertemu dengan sahabat karibnya. Mereka pun saling bersalam sapa ala
mereka. Sebelum setelah itu keduanya berpisah lagi.
“Vyren, kau sudah pulang?”Tanya sahabatnya itu. Vyren hanya mengangguk.
“Kau mau kemana, Malfoy?”
“Ini…,”sambil menunjukkan ikan˗ikan yang di bawanya.
“Ooh…”mulutnya membulat dan mengangguk
paham.
“Sudah dulu, ibuku telah menunggu.”
Vyren mengangguk, sambil menepuk pundak
Malfoy. Setelah itu Vyren terus berjalan, dimana
berjalannya begitu lemas. Dan tanpa sadar…
“Argh!!!!”, rintih Vyren sambil melompat˗lompat. Kakinya tertusuk duri. Dia lupa kalau hutan yang akan dia lewati itu penuh dengan duri. Seketika itu kedua matanya menatap jauh, kepalanya sontak menggeleng, dia baru sadar.
𝘜𝘧𝘵! Keluhnya. Di depannya, jalanan hanya dipenuhi dengan duri. Dia menyadari kalau kedua kakinya tak beralas. Kakinya telanjang menginjak tanah. Dan itu baginya sudah biasa.
Kedua matanya kembali melirik ke kanan kiri,
mungkin ada sesuatu yang bisa melindungi kakinya berjalan di atas duri˗duri itu. Dari kejauhan dia mendengar ada suara kuda berlari. Dan setelah semakin mendekat, ternyata kuda itu di kendarai oleh seorang pemuda.
“Itu dia!, pemuda beralas sepatu!”, pekiknya dalam hati.
Vyren pun langsung berlari menuju pemuda
penunggang kuda itu, sambil memanggil˗manggil.
“Woy! woy! berhenti!”tangannya melambai, yang di penuhi dengan cat berwana putih.
Pemuda itu menghentikan laju kudanya, dan turun dari punggung kuda sambil bertanya. “Apa ada yang bisa saya bantu?”Ucapnya, sambil menundukkan kepala, tanda salam penghormatan kepada orang yang baru di kenalnya.
“Ada.” Ucap Vyren, menjawab pertanyaan
pemuda itu.
Namun tiba˗tiba Vyren berjongkok, dan tanpa
terpikirkan oleh pemuda itu, Vyren menarik˗narik sepatu yang pemuda itu pakai.
“Hei! Hei! apa yang anda lakukan?!” Ucapnya
heran, sambil terus berusaha melepaskan tangan Vyren yang terus menarik sepatunya sampai dia
terduduk di tanah.
Vyren pun mendapatkan sepatu pemuda itu,
tapi hanya satu. Saat Vyren hendak menarik yang satunya lagi, pemuda itu langsung menendang Vyren.
“Argh!!!” Vyren mengerang, perutnya terasa
sakit.
“Mengapa kau menendangku?!” Bentak Vyren,
sambil membersihkan kotoran bekas tendangan yang menempel di bajunya.
“Anda juga mengapa menarik sepatu
saya?!” pemuda itu balik membentak Vyren.
“Mengapa kau membentakku?!” Vyren mulai
kesal.
“Anda juga membentakku?!” Ucapnya, terus
menjawab dengan balik bertanya.
“Ah sudahlah!!!!” pemuda itu menyudahi, sambil mengibaskan tangan.“Sebenarnya anda mau
apa? Kok sampai menarik sepatu saya
seenaknya?” Ucapnya.
Keduanya pun berdiri, sambil membersihkan baju yang kotor setelah duduk di tanah. Dan Vyren pun menjawab pertanyaan pemuda itu dengan malu˗malu.
“Aku...mau pulang, tapi kakiku telanjang tanpa alas apapun. Padahal aku harus melewati hutan berduri itu!”.Ucapnya, sambil menunjuk hutan yang di maksud.
“Benarkah?”Tanya pemuda itu.
“Benar apa?”Vyren bingung dengan pertanyaan itu.
“Benarkah itu hutan berduri?”, sambil melihat ke arah hutan berduri.
“Iya, memangnya kenapa?”Vyren mengerutkan kening.
“Kalau begitu anda tidak perlu meminjam sepatuku!”
Mendengarnya sontak Vyren pun terheran, “Maksudmu?”
Sembari tersenyum ramah pemuda itu pun menjawab kebingungan Vyren, “Tempat yang saya cari˗cari akhirnya kutemukan juga.”
“Lalu?”Vyren masih menunggu penjelasan dari maksud pernyataan pemuda itu.
“Anda naik kuda dengan saya.”jawabnya singkat.
“What do you speak??? Oh tidak!!!” Vyren sambil melambaikan tangan di depan pemuda itu.
“Saya tidak akan macam˗macam dengan anda...” Ucapnya seolah menjanjikan.
Sedikit tertegun Vyren mendengarnya, tapi dia berusaha mengendalikan diri dengan segera.“ Maksudku, aku tidak bisa dengan orang yang belum aku kenal.” jelas Vyren sekenanya.
“Oh iya, maaf...kita belum berkenalan. ”Lalu sembari merunduk tanda perkenalan,“Nadley.” ucapnya, memperkenalkan diri.
Lalu tangannya dia ulurkan. Dan telapak tangannya terbuka.
Vyren membulatkan kedua matanya seketika itu, terkejut. Bukan karena Nadley memperkenalkan diri dengan PD nya, bukan pula karena Nadley begitu cepat memperkenalkan diri, tapi sesaat setelah dia melihat telapak tangan Nadley lah dia terkejut.
Namun dia sesegera mungkin menyembunyikan keterkejutannya. Dia pun menyambut uluran tangan Nadley, untuk menghilangkan kecurigaan tentang dirinya oleh Nadley.
“Vyren.”Jawabnya.
Nadley menyunggingkan senyum, dan setelah itu Nadley langsung mempersilahkan Vyren untuk menaiki kudanya. Dengan mengisyaratkan tangannya, dengan sedikit menundukkan kepala. Seolah mempersilahkan tuannya.
Vyren tersenyum, dan menerima permintaan Nadley untuk menaiki kudanya. Tapi sebenarnya, dalam hati Vyren menyimpan sejuta rahasia yang
tidak ingin ada orang luar yang mengetahui tentang dirinya. Tentang kehidupan dia yang sebenarnya, bukan seperti yang terjadi.
Dalam perjalanan melewati hutan berduri, kuda yang di kendarai berjalan dengan perlahan˗lahan, Nadley pun memulai pembicaraan, mencairkan suasana yang terkesan begitu beku.
“Anda bekerja di kota sebagai kuli bangunan?”, Tanya Nadley tanpa menoleh, dia tetap memandang lurus.
Vyren yang duduk di belakangnya, yang sedang melamun tanpa berpegangan pada lengan baju Nadley itu pun langsung terkejut. Dan tidak sengaja menyentuh pundak Nadley. Membuatnya sontak memekik,
“Ah, maaf! Setelah dia dapat mengendalikan diri, dia pun berkata,“Kau tadi bertanya apa? Maaf aku tidak mendengarnya...”
Dengan sedikit menyunggingkan senyuman,
Nadley pun kembali mengulang pertanyaanya, “Apa anda bekerja sebagai kuli bangunan, di Panem?
Kembali Vyren menunjukkan mimik
keterkejutannya, “Kau mengapa bisa tahu?”
Dan tanpa ragu Nadley menjawab,“ Dari baju
anda yang begitu...” Dia tidak melanjutkan
kata˗katanya, karena dia rasa Vyren pasti memahami tanpa dia berkata lengkap.
Vyren pun tersipu, “Ah iya,” dia baru menyadari bahwa dia masih menenakan baju kuli yang kotor itu.
“Tapi bukankah jauh sekali?” Nadley
melayangkan satu pertanyaan lagi yang dia gunakan hanya sekedar basa˗basi karena sejatinya dia tahu tak begitu penting menanyakan hal itu pada Vyren.
“Iya.. tapi aku berangkat dari sebelum fajar mengintip dari ufuk timur….” jawab Vyren
sekenanya.
“Setiap hari?”
“He˗eh”
Suasana kembali hening, keduanya terdiam
lagi. Nadley menikmati perjalanannya di hutan
berduri. Dia menelisik ke dedaunan dan pepohonan yang penuh dengan duri. Dia sedikit terkagum melihatnya. Baru pertama kali dia berkelana di tempat seperti itu. Dan baru pertama kali juga dia membawa seorang wanita menunggangi kudanya bersama˗sama dengannya.
Sedangkan Vyren terus melayangkan
pikirannya, dalam hatinya ada perasaan aneh yang mengerubung, selama dia bertemu Nadley sekaligus bersama˗sama dengan Nadley.
Padahal bukan baru pertama kali dia bertemu
dengan orang asing, dan bukan pertama kali juga dia di antarkan pulang dengan orang asing, hal itu telah terlampau sering baginya.
Namun kini dia tak merasa seperti itu, dia
diliputi oleh tanda tanya besar, Karena dia tak
merasa asing dengan Nadley. Terlebih setelah dia
melihat telapak tangan Nadley, membuatnya semakin yakin bahwa inilah musuh terberatnya.
Vyren melihat ada lima titik bersinar dari telapak tangan Nadley saat tadi dia bekenalan dengan Nadley. Dan saat dia menerima uluran tangan itu, tubuhnya terasa bergetar. Dan jantungnya berdegup begitu kencang.
Nadley tiba˗tiba berhenti, kedua matanya
menatap lurus,“Apa itu rumah anda?”tanya Nadley, dengan masih menelisik ke arah rumah yang dia maksud.
.
.
.
✍
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!