"Maaf menunggu lama" Ucap Evan, menghentikan mobil tepat di depan seorang wanita cantik, yang tengah menunggunya di depan rumah mewah.
"Tidak apa-apa mas!"
Evan, keluar dari mobilnya. Lalu membukakan pintu mobilnya mempersilahkan wanita tersebut masuk.
"Terima kasih mas!" Ucap Byanca.
Evan masuk kembali kedalam mobil tersebut, duduk di kursi pengemudi, lalu Evan mulai melajukan mobilnya.
Evan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang, sesekali ia melihat ka arah wanitanya tersebut.
"Mas, jangan terus memandangiku seperti itu." Pinta Byanca dengan wajah yang terlihat merah merona.
Evan tersenyum, melihat Byanca yang terlihat tersipu malu. Tangan sebelah kiri Evan meraih tangan wanita tersebut, dan tangan yang satunya, masih memegang kendali mobilnya.
"By, aku mencintaimu." Ucap Evan, sekilas mengecup tangan Byanca yang ada di genggamannya. Byanca, menarik ujung bibirnya tersenyum bahagia. Saat mendengar ucapan laki-laki tersebut. Evan menarik kepala Byanca membiarkan wanita itu bersandar di bahunya. Dengan lembut Evan mengusap puncak kepala wanita tersebut.
"Aku juga mencintaimu mas, sangat mencintaimu." Ujar Byanca, memejamkan matanya, menikmati kasih sayang ke kasih hatinya tersebut.
Tak lama kemudian, mereka pun sampai di salah satu butik ternama di kota tersebut. Evan dan Byanca turun dari mobilnya, usai memakirkan mobilnya di tempat yang sudah di sediakan.
Mereka masuk ke dalam butik tersebut. Terlihat pemilik butik tersebut telah menunggu kedatangan mereka. Melihat Evan dan Byanca datang, seorang laki-laki kemayu menghampiri mereka dengan senyuman, lalu menyapa mereka.
"Hay ganteng.." Sapa Susi, mendekat ke arah Evan, dengan gaya centilnya.
"Susianto, jangan mengganggu calon suamiku!" Bentak Byanca, menatap tajam ke arah Susi alias Susianto, pemilik butik tersebut.
"Pelit amat sing cin, sentuh dikit boleh dong ah!" Jawabnya, Susi mencolek dagu Evan sekilas.
Evan terlihat menggubris kan bahunya, menatap geli kepada Susi, Byanca menahan tawanya saat melihat Evan yang terlihat ketakutan.
"Susianto jangan membuat takut calon suamiku!" Byanca terlihat menahan tawanya. Evan sekilas menatap Byanca, wajahnya terlihat kesal. Karna Byanca menertawakannya.
"By, sebaiknya kita cari butik lain saja!"
"Wih-wih, jangan dong ganteng, eh cin calon suamimu baperan ya?"
"Sudah-sudah tunjukan gaun untuk pernikahanku, cepat Susianto."
"Susi cin, panggil eyke Susi." Pintanya, dengan gaya kemayu-nya itu.
"Iya-iya Susi!"
"Ini gaun untuk pernikahan kalian!" Susi memperlihatkan satu pasang gaun pengantin.
Mata Byanca berbinar saat melihat gaun tersebut.
"Boleh aku mencobanya sekarang Susianto?"
"Susi cin," memutar bola matanya, memalas.
"Ya sudah sana coba dulu." Lanjutnya.
Dengan semangat Byanca menuju ruang ganti, untuk mencoba gaun pengantin tersebut.
"Bagaimana mas, bagus tidak?" Tanya Byanca, yang baru saja keluar dari ruang ganti, mencoba gaun tersebut dan mendekat ke arah Evan.
Evan mematung, melihat Byanca yang terlihat sangat cantik memakai gaun tersebut.
"Mas kok malah bengong sih?"
"Cantik, kamu sangat cantik sayang!" Puji Evan, tatapannya masih melakat menatap wanita yang di cintai nya tersebut.
"Terima kasih mas." Menghampur memeluk laki-laki tersebut. Dengan senang hati Evan menyambut pelukan tersebut, sekilas Evan mengecup kening Byanca, wanita yang sebentar lagi akan ia nikahi.
"Mas mau coba, baju punya mas gak?" Tanya Byanca, melepaskan pelukannya perlahan.
"Sepertinya tidak usah By, mas rasa ukuranya sudah pas." Tolak Evan, halus.
"Ya sudah, kalau begitu aku ganti baju lagi ya mas." Evan mengagukan kepalanya, Byanca kembali ke ruang ganti, mencopot gaun tersebut dan memakai pakaian yang tadi ia gunakan.
"Ayo mas." Ajak Byanca, usai keluar dari ruang ganti tersebut, dan sudah memakai kembali pakaiannya. Evan mengangukan kepalanya, Byanca mengandeng tangan Evan.
"Sus, jangan lupa gaunnya antar lusa ya."
"Siap Cin." Susi mengancung-kan kedua jempolnya.
"Yasudah kita permisi dulu ya."
"Oke hati-hati ganteng, Byanca sayang!" Ucap Susi, melambaikan tangannya.
Evan dan Byanca pun meninggalkan butik tersebut. Melajukan mobilnya kembali.
"By, tak terasa ya 2 hari lagi kita akan menikah." Ucap Evan, penuh dengan senyum bahagia.
"Iya mas, aku bahagian sekali, akhirnya aku akan menjadi istri seorang Evan satria."
"By, terima kasih karena selama ini selalu ada untukku." Meraih tangan Byanca, mengucap tangan lembut tersebut berulang-ulang.
Byanca tersenyum.
"By, jangan pernah tinggalkan aku ya, berjanjilah akan terus berada di sampingku, apa pun yang terjadi."
"Iya mas." Evan tersenyum menatap Byanca.
"Mas gak mampir dulu?" tanya Byanca. Usia mobil tersebut berhenti tepat di depan rumahnya.
"Gak by, mas masih ada kerjaan di kantor, salam buat mamah ya."
Byanca membuka setblet-nya , lalu keluar dari mobil tersebut. Byanca terlihat mengerutkan bibirnya.
"Jangan cemberut gitu dong by, nanti kalau sudah nikah juga kita pasti ketemu setiap detik." Goda Evan. Byanca sedikit menarik ujung bibirnya, memasang senyuman di wajahnya.
"Ya sudah, hati-hati ya mas!!"
"Iya, nanti mas telpon kalau sudah sampai di kantor ya." Byanca menganggukan kepalanya, lalu melambaikan tangannya. Evan pun melajukan mobilnya, sembil membalas lambaian tangan Byanca.
Setelah mobil milik Evan hilang dari pandangannya, Byanca pun masuk ke dalam rumahnya.
"Hy sayang sudah pulang?" tanya Lyli, Mamah nya Byanca.
"Sudah mah." Byanca menjatuhkan tubuhnya, duduk di sofa, di samping mamahnya.
"Evan gak mampir dulu?"
"Mas Evan, masih banyak kerjaan mah. Jadi gak bisa mampir."
"Bagaimana fitting bajunya, lancar?"
"Lancar dong mah."
"Bagus kalau begitu, semua persiapan sudah siap, tinggal menunggu hari H nya saja!" Ujar mamah Lyli.
Senyuman terbit di wajah wanita parubaya tersebut.
"Iya Mah, mudah-mudah semuanya di beri kelancaran ya mah."
"Iya sayang, amin."
"Ya sudah Byanca ke kamar dulu ya mah, mau mandi udah gerah."
"Ya sudah sanah."
Byanca pun beranjak dari sofa tersebut, lalu melangkahkan kakinya menaiki anak tangga rumah tersebut, menuju kamarnya. Byanca menjatuhkan tubuhnya di ranjang king Size king-nya. Sejenak ia menutup matanya. Menikmati empuk nya kasur tersebut.
"Ah aku sudah tidak sabar menunggu hari itu tiba, akhirnya aku dan mas Evan akan segara menikah." gunam Byanca.
setelah beberapa menit berbaring di atas kasur tersebut, Byanca merasa matanya berat, rasa kantuk mulai menyerang mata Byanca. Byanca memejamkan matanya, tak lama kemudian ia pun tertidur.
***
Kantor Evan.
Evan baru saja sampai di kantornya tersebut, usai memarkirkan mobil mewah miliknya, ditempat parkiran khusus. Laki-laki itu turun dari mobilnya, usai memakirkan mobilnya.
Evan masuk ke dalam kantornya, lalu menuju ruangannya menggunakan lift khusus.
Tak lama kemudian Pintu lift yang Evan naikki berhenti tepat di depan ruangannya.
Evan masuk kedalam ruangan tersebut.
"Silvia bawakan saya berkas yang akan kita bahas di metting hari ini!" Titah Evan, lewat sambung telpon.
Tak lama kemudian terdengar dari luar ruangan Evan.
Tok..tok...
Suara seseorang mengetuk pintu ruangan-nya.
"Masuk."
Seorang wanita cantik, dengan pakaian yang terlihat minim masuk kedalam ruangan tersebut.
"Ini pak berkas yang bapak minta." Ujarnya meletakan berkas tersebut di atas meja Evan.
"Iya, terima kasih Silvia, kamu boleh keluar sekarang." Titah Evan.
Silvia menganggukan kepalanya, mencoba memasang senyumannya. Silvia adalah sekretaris Evan.
Sejak awal bekerja di kantor tersebut, Anita memang sudah mengincar atasnya tersebut. Berbagai cara Silvia lakukan untuk mencari perhatian Evan, namun nihil semua cara yang telah ia lakukan hanya sia-sia saja.
Evan tidak pernah tertarik kepada Asistennya tersebut.
Dengan sedikit rasa kesal, Silvia keluar dari ruangan Evan.
"Apa aku tidak menarik sama sekali di mata mu pak, segala cara sudah aku lakukan agar kamu bisa jatuh ke pelukanku. Namun semuanya sia-sia."--Batin Silvia.
Ia pun menuju ruangannya kembali.
Bersambung...
Jangan lupa dukungannya, like, comen dan Votenya.🙏❤️
Semoga kalian suka dengan karya baruku ini🍃🍃
Terima kasih🤗💓
Suara dering ponsel, seketika membangunkan Byanca yang tengah terlelap.
Dengan masih setengah kantuk, Byanca meraih ponsel yang ada di samping tempat tidurnya.
Drtttt....drtttt...
Byanca menggeser tombol hijau, yang terdapat pada layar ponsel miliknya tersebut.
"Hallo..." Ucap Byanca, dengan suara khas orang bangun tidur.
"Hallo, by. Kemana saja dari tadi By? Mas telpon gak kamu angkat-angkat!" Suara Evan di dalam sambungan telpon tersebut, terlihat kesal.
"Maaf mas, aku ketiduran."
Byanca mencoba mengumpulkan kesadarannya, ia bangun dari kasur tersebut.
"Pantas saja, telpon mas gak kamu angkat-angkat. Kamu selalu bikin mas khawatir By."
"Maafin aku ya Mas, dan terima kasih sudah menghawatirkan aku."
Terlihat senyuman mengambang dari wajah wanita tersebut.
"By..."
"Iya mas."
"Mas rindu..."
Wajah Byanca seketika merah merona, mendengar ucapan tersebut.
"By...Kok diem?"
"Emm, i-ya Mas. Aku juga Rindu.''
"Sampai jumpa lusa, di hari bahagia kita By."
"Iya mas."
"I love you by."
"I love you to mas."
"Ya sudah mas, tutup dulu ya telponnya!"
"Iya mas."
Sambungan telpon pun terputus. Senyuman terus mengambang dari wajah Byanca.
"Mas Evan..." lirihnya.
Usai menerima telpon dari Evan, Byanca memutuskan untuk segera membersihkan diri.
Ia melangkah menuju kamar mandinya, lalu memulai ritual mandi tersebut.
30 menit kemudian, Byanca keluar dari kamar mandi tersebut. Byanca terlihat sangat Frees.
Tok..tok...
Seseorang mengetuk pintu kamar Byanca. Byanca tengah mengeringkan rambutnya.
"Masuk.." Titahnya.
"Byanca...." Teriak dua wanita, masuk kedalam kamar tersebut.
"Sesil, Dara..."
Mereka menghambur memeluk Byanca.
"Aku kangen banget sama kalian." Ujar Byanca.
Lalu mereka melapaskan pelukan tersebut.
"Cie..cie, yang sebentar lagi mau nikah!" Goda sesil.
"By, nanti jangan lupa live streaming pas malam pertama!" Sambung Dara. Diiringi tawanya.
"Iya by, benar tuh jangan lupa buat live streaming malam pertama, biar kita gak penasaran, haha."
Byanca mengambil bantal yang yang ada di atas tempat tidurnya, lalu melemparkannya kepada kedua temannya tersebut.
"Sialan loh." Teriak Byanca, terlihat kesal. Namun wajahnya terlihat memerah seperti tomat.
"Ha..ha..ha.." Tawa Sesil dan dara.
"Ngomong-ngomong lo gak nyuruh kita buat duduk gitu?" Ucap sesil.
"Ya udah sini-sini.'' Menyuruh kedua sahabatnya, menuju tempat tidur.
"Nah kan enak kalau begini!"
"Belum enak sebenernya." Sambung Dara
Byanca dan sesil menatap kearah Dara, menatap terheran.
"Lebih enak kalau ada makanan sama minuman." Lanjutnya tersenyum kekeh kepada Byanca dan sesil.
"huh..." Sorak, Byanca dan sesil.
"Makan aja yang ada di otak ni anak!" Sesil menepuk kepala Dara, dengan bantal yang ada di pangkuannya.
"Ya iyalah, wajib itu mah!"
"Ya udah, gw ambil dulu!" Ucap Byanca.
Dara mengacungkan kedua jempol nya sambil tersenyum kekeh kearah Byanca.Sedangkan Sesil terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya melihat tingkah Dara. Byanca pun keluar dari kamarnya, menuju dapur, untuk mengambil makanan dan minuman. Tak lama kemudian, Byanca masuk kedalam kamarnya kembali, dengan membawa banyak makanan, dan minuman.
"Asiikk...." Seru Dara, menepuk-nepuk tangannya, matanya terlihat berbinar melihat apa yang di bawa Byanca tersebut.
"Nih..!" Byanca menaruh semua makanan tersebut di atas tempat tidurnya.
Dengan sigap dari mengambil beberapa makanan yang di letakan Byanca tersebut.
"By, sambil nonton Drakor seru nih." Ucap Dara.
"Hey Maemunah, lu banyak maunya ya." Sentak Sesil.
"Biarin wleee..." Dara menjulurkan lidahnya ke arah Sesil. Sesil terlihat menggeleng-gelengkan kepalanya, sedangkan Byanca hanya tersenyum kekeh melihat tingkah kedua sahabatnya itu. Byanca mengambil leptop miliknya, lalu duduk di dekat kedua sahabatnya tersebut. Lalu Byanca memutar film Drakor favorit mereka.
Mereka terlihat fokus dengan film tersebut, sesekali mereka tertawa saat melihat adegan lucu, sesekali mereka ikut menangis saat melihat adegan sedih di film tersebut.Tak terasa waktu sudah menunjukan jam 19.00 malam.
"Dar, balik yu!" Ajak Sesil.
"Nanti aja sih, baru jam 7 ini!" Tolak Dara.
"Iya nanti aja Sil, kalau Ngak kalian nginep aja disini!" Ujar Byanca.
"Gak bisa By, Dar pulang sekarang yu, gw takut bokap sama nyokap gw nyariin." Ucap Sesil, terlihat memohon.
Dara terdiam sejenak, lalu menarik nafas panjang.
"Ya sudah ayo!"
Byanca terlihat mengerutkan bibirnya.
"Yah, kalian gak asik!"
"Biasa aja kali neng, tuh bibir jangan dimanyun-manyunin, kapan-kapan kita kan bisa main kesini lagi!" Ucap Sesil.
"Iya-iya!"
Sesil dan Dara pun berajak dari tempat tidur milik Byanca tersebut. Mereka mengambil tas milik masing-masing.
"Kita pulang dulu ya By!"
"Ya udah, gw anter sampai depan!" Sesil dan Dara mengangukan kepalanya, lalu mereka keluar dari kamar Byanca.
Mamah Byanca terlihat sedang membantu ART nya menata makanan di meja makan.
"Lo kalian mau kemana?" Tanya Mamah Byanca.
"Kita mau pulang dulu Tante!" Jawab Dara.
"Loh kok pulang, masih sore ini, baru jam 7. mending kita makan malam dulu."
Mendengar kata makan, mata Dara terlihat berbinar.
"Ngak usah tante, kita masih kenyang, tadi Byanca kan kasih kita makanan banyak banget!" Pungkas Sesil. Menyenggol lengan Dara. Dara terlihat mengerutkan bibirnya.
"Iya Tante," ucap Dara, menarik ujung bibirnya tersenyum.
"Ya sudah, kalau begitu kalian hati-hati ya!"
"Iya Tante!" Lalu mereka mendekat ke arah mamah Byanca, menyalaminya.
"Kami permisi dulu ya Tante!" Pamit Dara dan Sesil.
"Mah, aku anter mereka kedepan dulu ya!" Ucap Byanca. Diangguki oleh mamahnya.
Byanca pun mengantar kedua sahabatnya tersebut menuju ke depan.
"Kita pulang dulu ya By, terima kasih untuk jamunnya!"
"Iya, oh iya kalain jangan lupa, lusa datang ya!"
"Tentu saja By, kita pasti datang." Mereka pun masuk kedalam mobil, lalu melajukan mobil tersebut meninggalkan ke diaman Byanca.
Byanca melambaikan tangannya kearah mereka.
"Bye..'' Teriak Byanca.
"Bye ..." Teriak Sesil dan Dara.
Usai melihat mobil sahabatnya melaju, dan menghilang dari pandangannya, Byanca masuk kembali ke dalam rumahnya.
Menghampiri mamahnya, terlihat makanan sudah tersaji diatas meja makan.
"Mah.." panggil Byanca.
"Iya By, kenapa?"
"Enggak, hehe.." Byanca menduduk di samping mamahnya. "Papah belum pulang mah?"
"Belum, papah masih di jalan katanya."
Tak lama terdengar suara mobil memasuki halaman rumah tersebut.
"Tuh, sepertinya papah kamu pulang!" Ujar mamah Lyli.
"Malam sayang..!" Sapa, Papah Jonathan.
Lalu ia melangkah mendekati anak dan istri yang tengah menunggunya di meja makan.
"Malam Pah.." Jawab Byanca dan mamah Lyli.
Mereka tersenyum menyambut laki- laki tersebut.
Mamah Lyli mengambil tas kerja milik suaminya, lalu meraih tangan suaminya itu, mencium tangan suaminya tersebut. Papah Jonathan, duduk berhadapan dengan istri dan anaknya.
"Mau makan sekarang Pah?" Tanya mamah Lyli.
"Boleh mah, kebetulan papah sudah lapar!"
Mamah Lyli membantu papah Jonathan mengambilkan nasi serta lauk pauk yang tersaji diatas meja tersebut. Byanca terlihat tersenyum, melihat kedua orang tuanya itu. Betapa beruntungnya ia mempunyai orang tua seperti mamah Lyli dan papah Jonathan. Pasangan suami istri itu, memang selalu terlihat romantis dan harmonis.
"Terima kasih mah."
Sekilas papah Jonathan melihat kearah Byanca yang tengah tersenyum sembari menompang dagunya dengan kedua tangannya.Lalu papah Jonathan beralih melihat, kearah istrinya. Seolah bertanya, dengan isyarat heran melihat anaknya tersebut. Mamah Lyli, menggelengkan kepalanya.
"By, kamu kenapa?" Tanya papah Jonathan. Menatap Byanca heran. Byanca terlihat tersenyum kekeh.
"Enggak kenapa-napa kok Pah, Byanca cuman seneng aja liat mamah sama papah, kalian selalu harmonis!"
Mamah Lyli dan papah Jonathan terlihat mengambangkan senyumannya.
"Masa sih By?"
"Iya mah, nanti Byanca kalau sudah menikah dengan mas Evan semoga bisa seperti mamah dan papah. Bahagia!"
"Amin ..." Ucap mamah Lyli dan Papah Jonathan bersamaan.
"Ya sudah ayo makan."
"Byanca masih kenyang mah, kalian makan saja. Byanca mau ke kamar."
Kedua orang tua Byanca mengangukan kepalanya.
Lalu Byanca berlalu dari meja makan tersebut. Menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Kamar Byanca terlihat seperti kapal yang baru saja pecah, bekas sampah Snack terlihat berceceran dimana-mana. Byanca menarik nafas panjang, lalu membuangnya dengan kasar.
"Huh, sudah seperti kapal pecah saja."Lalu Byanca pun membersihkan dan membereskan kamarnya tersebut.
"Akhirnya beres juga!"
Byanca menjatuhkan tubuhnya di atas kasur miliknya, rasa lelah terasa usai membereskan kamarnya itu.
Badannya pun terasa lengket, Byanca beranjak dari tempat tidur, lalu memutuskan untuk membersihkan diri, masuk kedalam kamar mandi miliknya.
Sekitar 30 menit Byanca selesai dengan ritual mandinya. Usai berganti pakaian dengan Piyama tidurnya.Byanca langsung membaringkan tubuhnya di atas kasur, memejamkan matanya tak lama Byanca pun terlelap masuk kedalam dunia mimpinya.
Bersambung..
Jangan lupa dukungannya, like, comen dan Votenya.
Terima kasih💓
Rumah Byanca terlihat sudah di hiasi dekorasi, bernuansa putih. Bunga-bunga berjejer indah menghiasai setiap sudut ruangan rumah tersebut.
Makanan dan minum sudah tersaji di meja untuk jamuan semua tamu undangan yang akan datang.
Akhirnya hari yang Byanca tunggu-tunggu tiba, hari ini adalah hari dimana pernikahannya bersama sang pujaan hati Evan akan di laksanakan.
Byanca terlihat anggun dengan balutan gaun berwarna putih, yang panjang menjulang ke bawah.
MUA kini tengah merias wajah Byanca.
"Sudah selasai!" Ucap MUA, usai memberikan sentuhan lipstik terakhir di bibir ranum Byanca. Byanca tersenyum, melihat pantulan wajahnya dari depan cermin tempat ia duduk.
"Terima kasih." Ucap Byanca, diangguki oleh MUA itu. Tak lama kemudian pintu kamar Byanca terbuka, mamah Lyli terlihat masuk kedalam kamar Byanca. Byanca melihat kearah mamah Lyli yang berjalan mendekat kearahnya.
"Mah.." Ucap Byanca, diiringi senyuman yang mengambang di wajah cantiknya.
"Byanca.." Menatap Byanca penuh kagum. "Ya ampun By, kamu cantik sekali." Byanca tersipu malu, mendapat pujian dari mamahnya itu.
"Saya permisi dulu nyonya." Pamit MUA, berjalan menuju pintu kamar Byanca, lalu ia meninggalkan Byanca dan mamah Lyli.
"Mamah Byanca gugup."
"Kamu jangan gugup By, nikmatin jadi ratu sehari." Ucap mamah Lyli, mengelus bahu Byanca dengan lembut. Byanca menarik tangan mamah Lyli yang ada di bahunya. Mendekap tangan mamah Lyli dengan erat. Mamah Lyli tersenyum, menatap lekat Byanca.
Haru bahagia mamah Lyli rasakan, mata mamah Lyli terlihat berkaca-kaca menatap putrinya itu.
Byanca melihat kearah mamahnya, Byanca terlihat menatap penuh tanya. "Mamah kenapa menangis?"
"Mamah tidak menangis By, mamah hanya terharu bahagia, mamah tidak menyangka bahwa anak mamah ini, akan menikah hari ini." Jelasnya sekilas mamah Lyli mengusap Air mata yang ada di pelupuk matanya. Byanca langsung menghambur memeluk wanita itu, air mata Byanca terlihat menetes.
"Mamah..." Byanca terisak tangis.
Mamah Lyli melepaskan pelukan Byanca dengan lembut, mengusap air mata Byanca yang membasahi pipinya.
"Sudah jangan menangis, nanti make-up nya luntur." Ucap mamah Lyli tersenyum kekeh. Byanca menarik ujung bibirnya tersenyum. Lalu menganggukan kepalanya perlahan.
"Nah gitu dong senyum, hari ini hari bahagian kamu By!"
"Byanca.....!!!" Teriak Sesil dan Dara, membuka pintu kamar Byanca tanpa mengetuknya terlebih dahulu. Mamah Lily dan Byanca terlihat terkejut, melihat kedatangan mereka.
"Eh Tante, kirain gak ada Tante di dalam, maaf kita gak ketuk pintu dulu." Ucap Dara, terlihat salah tingkah.
Mereka terlihat menundukan kepalanya, malu.
"Tidak apa-apa kok. Ya sudah Tante pamit keluar dulu ya, masih ada yang harus Tante urus. Ucap mamah Lyli, tersenyum ke arah mereka, lalu sekilas melihat ke arah Byanca. Byanca mengangukan kepalanya, lalu mamah Lyli berjalan keluar dari kamar tersebut.
Sesil dan Dara menghampiri Byanca yang tengah duduk di depan maja riasnya. Usai mereka melihat mamah Lyli keluar dari kamar itu. Mereka menatap penuh kagum kearah Byanca, yang memang terlihat sangat cantik dan anggun itu.
"Gila By, lo cantik banget." Puji Sesil, sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
"Iya By, gw gak ngenalin lo. Lo pangling banget." Timpal Dara. Byanca terlihat tersipu malu, mendengar pujian-pujian temanya itu.
"Kalian bisa aja!" Ucap Byanca, tersenyum malu-malu.
"Cie-cie yang bentar lagi mau jadi nyonya Evan Satria!" Goda Sesil, menaikan turunkan alisnya.
"By, gimana rasanya jadi manten!" Tanya Dara.
"Kalian mau tau rasanya?" Ucap Byanca, terlihat senyuman licik di wajah Byanca. Sesil dan Dara melihat kearah Byanca, menunggu jawaban Byanca mengenai pertanyaan yang mereka lontarkan tadi.
"Nih rasanya!" Byanca mencubit pinggang kedua sahabatnya itu dengan gemas.
"Sakit By." Rengek Sesil, mengelus pinggang yang di cubit Byanca.
"Iya, sialan lo By, kita nanya serius!" Sahut Dara. Mereka menggerutu, merasakan sakit akibat cubitan Byanca. Melihat kesal kearah Byanca.
Byanca terlihat tertawa, penuh kemenangan, ia merasa puas karena sudah berhasil mengerjai kedua sahabatnya itu.
"Ha..ha..ha, lagian kalian nanya lagi gimana rasanya jadi manten sama gw, ya itu rasanya!" Pungkas Byanca, masih dengan tertawa.
"Masa jadi manten rasanya, perih dan sakit tak karuan kaya cubitan lo sih By?" Ucap Dara, kesal.
"Sakit sama perih sih enggak! Kalau karuan iya." Jawab Byanca.
"Ya iyalah jadi manten mah gak perih dan sakit, nanti yang sakit itu malam mantenan." Timpal Sesil.
Byanca dan Dara membulatkan matanya, mendengar ucapan Sesil tersebut.
"Kenapa kalian ngeliatin gw kaya gitu?" Menatap Dara dan Byanca heran.
"Sil, lo tau dari mana kalau malam manten rasa kaya gitu?" Tanya Dara, diangguki oleh Byanca.
"Tau dari orang-orang!" Jawab sesil, tanpa dosa.
Byanca dan Dara terlihat mengerutkan kedua alisnya.
Tiba-tiba pintu kamar Byanca terbuka.
"By, sebaiknya kamu siap-siap, calon suamimu sudah sampai!" Titah mamah Lyli.
Byanca menganggukan kepalanya. Namun Byanca terlihat gugup. Sesil dan Dara mencoba memberi semangat kepada Byanca.
"Rilexs, By Rilexs! " Ucap Sesil dan Dara.
Byanca pun berdiri dari tempat duduknya, mamah Lyli mengulurkan tangannya, dengan senang hati Byanca meraih tangan mamahnya itu.
Byanca menggandeng tangan mamah Lyli keluar dari kamarnya, menuju kebawah. Sesil dan dara mengikuti Byanca dan mamahnya dari belakang.
Evan Satria terlihat sangat gagah dan tampan dengan setelan jas berwarna senada dengan gaun Byanca.
Laki-laki itu terlihat sangat berkarisma. Evan terlihat sudah duduk tegap di berhadapan dengan penghulu dan Papah Jonathan.
Tamu undangan terlihat berjejer rapi, akan menyaksikan acara ijab Qobul tersebut.
Evan merasakan ke gugupan-n ya, namun sebisa mungkin ia menutupi ke gugupan itu. Evan terlihat menarik nafas panjang, lalu membuangnya perlahan.
"Kamu pasti bisa Evan." Gunamnya.
Mata Evan tertegun melihat kearah wanita yang berjalan di hadapannya.
Evan menatap penuh kagum sosok wanita itu.
Byanca terlihat cantik dan anggun. Evan menatap lekat calon istrinya itu.
"Evan, jangan lupa berkedip!" bisik Papah Edward.
Evan pun menuruti ucapan papahnya itu, Evan terlihat mengedipkan matanya perlahan.
Semua orang yang melihat kekoyolan Evan itu pun, terlihat menahan tawanya.
Byanca berjalan mendekat kearah Evan, lalu ia duduk di samping Evan.
Byanca menundukan kepalanya, ia tak berani melihat kearah Evan, yang sadari tadi terus menatapnya.
"Baiklah sepertinya semuanya sudah siap, sebaiknya kita mulai saja acara ijab Qubol-nya." Ujar pak Penghulu.
Semua yang ada disana terlihat mengangukan kepalanya. Begitu pun dengan Evan, ia langsung mengalihkan pandangannya dari Byanca.
Acara Ijab Qobul pun dimulai. Evan terlihat lugas mengucap Ijab Qobul tersebut.
"Saya terima nikah dan kawinnya Byanca Almahera Binti Jonathan Almahera dengan mas kawin tersebut dibayar tunai!"
"Bagaimana saksi? SAH?"
"SAH"
Serentak mereka bersyukur mengucap Alhamdulillah, lalu pak penghulu menutup acara ijab Qobul tersebut dengan doa.
Bersambung...
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!