Clara
“Hei kalian..pasangan baru ! Ayo sini gabung, naik ke atas !”
Seketika ia menoleh dan mencari ke arah mana teriakan itu ditujukan.
Ia menatap tidak percaya ke arah sepasang kekasih bergandengan tangan yang baru datang itu. Sepasang kekasih yang berhasil menjungkir balikkan perasaannya seketika.
Suara riuh suporter turnamen basketball Walikota Cup di salah satu GOR seketika lenyap dari telinganya. Teriakan dan antusiasnya seketika lenyap dari dirinya.
“Apa maksudnya pasangan baru? Jadi selama ini mereka jadian di belakangku? Jadi di mata Sakha, aku ini apa selama ini? Perasaan kemarin kita masih chat dan nggak ada sama sekali cerita tentang cewek lain. Perasaan tadi sebelum datang ke sini, dia juga masih chat buat ketemuan di sini. Apa maksudnya ini? Ini gila !” gumamnya tidak percaya dalam hati.
*FLASHBACK ON*
Sakha
“Pagi cantik, lagi apa? nanti ke turnamen nggak?”
Clara
“Pagi..lagi habis mandi..iya dong, SMA ku ntar main sebelum tempatmu. Kamu nggak main kan? Awas aja kalau turun lapangan ! Inget tu kaki !” sewotnya sambil beranjak dari tempat tidurnya.
Sakha
“Iya bawel..! Terus nanti datang ke sana sendirian atau sama gank kamu?”
Clara
“Sama Angela , palingan dia juga lanjut..nungguin Candra selesai main juga..”
Sakha
“Yaudah..nanti ketemu di sana ya."
*FLASHBACK OFF*
Seketika dia langsung beranjak pergi dari tempat itu. Ia lebih memilih turun menyusuri tribun tanpa peduli apapun setelah mata Sakha beradu pandang dengan dirinya. Tak lama dia berhasil menuju pintu keluar, walaupun di dalam suasananya sangat padat.
Baru kakinya mau melangkah ke luar , tiba-tiba ada tangan yang menarik lengannya.
“Dengerin aku dulu Ra, please !” sepasang mata yang selalu membuatnya luluh itu terlihat memohon. Tapi itu tidak berlaku untuk saat ini. Ia lebih memilih pergi, tanpa mengucapkan apapun.
Sakha
Ia hanya mampu melepas tangan gadis itu dan menatap kepergiannya.
“Bodoh Sakha, apa yang kamu lakukan?”umpatnya dalam hati, sambil memijat dahinya sendiri yang mungkin dirasanya cukup pening sekarang.
Ya, Clara Audra, teman dekatnya mulai awal masuk SMP dan berhasil memasuki celah hatinya di akhir mereka menikmati masa-masa SMP. Saat ini memang mereka sudah pisah sekolah, Clara dan dirinya sama-sama berhasil lolos di sekolah unggulan di kota mereka, namun berbeda tempat.
Namun kedekatan mereka masih berlanjut hingga mereka hampir kelas 2 SMA, tapi tetap tanpa ada status apapun.
“Mana Clara?” tanya Reno, sambil menepuk pundaknya.
“Aku yang salah, harusnya nggak kayak gini, harusnya bukan gini caranya biar dia bisa menjauh.” ucapnya sambil bersandar pada tembok.
“Emang udah harusnya begini, cepat atau lambat, bagaimanapun caranya, semua pasti dan harus terjadi. Riesta udah nungguin di atas. Gimanapun dia kan cewek kamu saat ini, baru jadian lagi. Temenin dulu dia, baru setelah ini terserah kamu mau gimana sama dia.” ucap Reno sambil pergi meninggalkannya menuju sorak sorai di lapangan itu.
Sebenarnya saat ini yang ingin ia lakukan juga pergi dari tempat itu, ia sudah nggak peduli lagi team sekolahnya bertarung, toh saat ini ia juga memilih untuk pamit dari pertandingan ini karena kakinya masih belum terlalu normal pasca tabrakan motor itu.
Tapi Riesta, cewek yang bisa dianggap pacarnya sekarang itu masih menunggunya di tribun. Bagaimanapun ia nggak mungkin melepas tanggungjawabnya begitu saja, tanpa mengantarnya pulang ke rumah.
3 Bulan Kemudian..
Clara
“Aku tunggu di sini ya !” teriaknya ke arah teman-temannya yang menuju ke toilet.
Ia duduk meminum ice chocolate dengan jari-jari kanannya yang memainkan tiket bioskop, sambil matanya mengamati orang-orang di sekelilingnya.
Ada yang bergandengan mesra dengan pasangannya, ada yang sendirian, ada yang segerombolan dengan teman-temannya.
Tiba-tiba mata coklatnya menangkap satu gank cewek yang sepertinya lagi membahas hal yang seru.
Ia memilih mendatangi cewek-cewek itu, pastinya bukan tanpa alasan.
“Haloooo...apa kabar kalian?” sapanya sambil merangkul salah satu dari mereka.
Mereka teman-teman SMP nya, walaupun ada yang tidak sekelas tapi mereka bisa dibilang cukup akrab bahkan sering jalan bareng.
“Heiii Clara ! Apa kabar kamu? Sendirian saja?”tanya salah satu dari mereka.
Tapi nampaknya Clara lebih memilih bukan cewek itu yang menjawab sapaannya, bagaimanapun ia masih ingat betul kejadian itu.
Kejadian dimana ia dan Sakha mulai menjauh, bahkan bisa dibilang bukan lagi sahabat.
Ya, cewek itu Riesta.
“Ohh nggak kok, sama teman- teman.” jawabnya singkat dengan senyum tipisnya.
“Kamu mau nonton apa Ra? “ tanya salah satu dari mereka seraya menarik tiket dari tangannya.
“Ra, ikut aku sebentar deh. Aku mau ngomong sesuatu sama kamu.” sela Riesta sambil menarik paksa tangannya menjauh dari teman-temannya, lalu mengajaknya duduk.
Riesta menatapnya lekat matanya dengan dihiasi senyum tulusnya.
“Sorry ya Ra, aku nggak tau. Sumpah aku nggak ngerti, aku baru tau setelah kejadian itu. I’m so sorry.” Riesta meminta maaf dengan menggenggam tangan kirinya.
Pertama ia bingung dengan apa yang diucapkan Riesta saat ini, tapi beberapa detik kemudian ingatannya langsung membawa ke kejadian saat itu.
“Tapi kenapa Riesta minta maaf sama aku?”batinnya.
“Haaahh?! Kamu kenapa sih? Sorry for what? Kamu nggak pernah melakukan salah apapun sama aku.”
Emang benar itu kan faktanya, bukan Riesta yang salah dan emang nggak ada yang salah juga. Perasaannya selama ini ,itulah yang salah.
“Sudahlah..aku udah tahu semua. Aku ngerti kamu sama Sakha itu seperti apa. Aku sudah putus sama Sakha 2 bulan yang lalu. Gila emang tu anak ! Sakha tu sukanya sama kamu bukan sama aku. Sebulan jalan sama aku aja, aku nggak pernah ngerasa kayak dijadiin pacar sama dia. Tapi aku tetep sahabatan kok sama Sakha sampai sekarang.” jelas Riesta terus memandang mata coklatnya itu.
Seketika ia terdiam dengan mulut menganga. Ia bingung dengan semua penjelasan Riesta.
“Maksud kamu gimana sih? Nggak paham aku” ucapnya sambil mengernyitkan dahinya. Sumpah dia bingung dengan semua ini.
“Hiihhh ! Aku itu sebenernya cuma buat tameng aja sama si geblek itu ! Sakha itu nggak suka sama aku, dia sukanya sama kamu itu nona cantik nan rupawan. Tapi kalau kamu mau tanya alasannya kenapa Sakha seperti itu ke kamu, mending kamu tanya sendiri aja deh ya. Takut salah ngomong.. Anyway, i’m so sorry. Kita tetap harus masih temenan lho ya ! Yaudah, aku balik ke sana dulu ya. Bye Clara !” ucap Riesta seraya mengecup pipinya, sambil berlalu.
Ia masih mematung, mencoba mencerna setiap kata, bahkan setiap suku kata dari penjelasan Riesta tadi.
“Haahh??? Ya Tuhan ini apa lagi? Sakha kenapa kamu gitu? Dan sampai detik ini pun kamu sama sekali nggak ngasih penjelasan ke aku apapun. Bahkan kamu kayak lebih milih kita nggak sahabatan lagi.”batinnya sambil menyisir dan menjambak rambut bagian depannya. Satu kata yang dirasanya saat ini, pening.
Otaknya pun sudah nggak sanggup mencerna alur cerita film yang ia tonton. Cerita cintanya saat ini mungkin dirasa lebih rumit dari film itu.
......................
Rumah Clara
🎶She's my sunshine in the rain
My Tylenol when I'm in pain yeah
Let me tell you what she means to me🎶
~Lemonade - Jeremy Passion~
Setelah berendam air hangat,sambil mendengarkan lagu favoritnya dengan Sakha, itu cukup membuat pikirannya sedikit lebih jernih dan mengobati rindunya.
Walaupun dia masih mencoba menggali apa maksud dari kejadian ini. Semakin dia berusaha mencari jawaban atas semuanya ini, kembali ruwet lagi otaknya yang penuh dengan kata kenapa, mengapa, dan apa.
Sebenarnya masalah cinta bertepuk tangan, bukan hal baru bagi dirinya. Walaupun kata orang dia memiliki paras yang bisa dibilang enak dipandang, dengan rambut ikal berkilau, badan yang ideal, dan kulit putih bersih. Namun, dia juga pernah merasakan sakitnya cinta bertepuk sebelah tangan.
Masalahnya ini berbeda. Ia jatuh cinta dengan sahabat dekatnya dan ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan. Tapi kalau Sakha juga cinta sama aku, kenapa dia malah menghindar? Bahkan sekedar menelepon dirinya untuk memberi penjelasan pun tidak.
Dengan langkah gontai, handuk putih melingkar sempurna di kepalanya, serta wangi lavender dari essential oil-nya, ia mengambil handphone yang sedari tadi berdiam di nakas samping tempat tidurnya.
Dia berjalan dan menghampiri singgasana belajarnya. Dia merebahkan badannya di kursi dengan kaki lurus di atas meja. Pandangannya menerawang jauh dan memikirkan siapakah orang yang akan ia hubungi, Reno (sahabat Sakha sekaligus sahabatnya juga saat SMP) ataukah Sakha sendiri?
................
“Malam,aku ganggu nggak?” sapanya ke seberang orang di sana.
“Halo Ra, nggak kok..kenapa?”
Clara
“Reno..mau tanya sesuatu dong dan harus jawab dengan jujur, aku nggak mau kamu nyuruh aku cari jawaban sendiri !” galak dan bawelnya langsung keluar dalam hitungan detik.
Reno
“Weitttsss..ada apa nih neng? Kok galak amat..iya pasti dijawab kalau bisa jawab, kalau nggak bisa jawab , aku melambaikan tangan ya..” jawabnya sambil tertawa.
Clara
“Harus bisa jawab dan pasti bisa jawab! Apa alasan Sakha ngelakuin hal itu ke aku?”
Reno
“Haaa???!! Bentar-bentar, emang kamu sama Sakha ngapain?” tentunya Reno kaget dan bingung ke arah mana percakapan ini dibawa.
Clara
“Kejadian 3 bulan lalu pas turnamen. Aku tadi ketemu Riesta. Kalau kamu masih nggak mau jawab, nggak jadi nih acara ngecomblanginnya!”ancamnya.
Reno
“Weeitts..jangan gitu dong nona cantik.. Oke oke aku ceritain. Ehmm, intinya aja ya, soalnya kalau nggak berasa bikin novel nanti. Oke?
Clara
"Ya Tuhanku,bawel amat sih nih laki, cepetan dong, muter-muter aja!"
Reno
Dengan tertawa lepas, Reno lalu menceritakan. "Jadi gini, sebenernya Sakha nggak pernah ada rasa sama Riesta, dia pake Riesta buat bikin kamu ngejauh dari dia. Dia bingung bagaimana caranya biar kamu jauh dari dia.”
Clara
“Kenapa dia pengen aku jauh? Emang aku sahabat yang toxic buat dia? Perasaan selama ini dia deh yang selalu nyusahin aku dari awal kenal.” tanyanya sambil mengernyitkan dahinya.
Sakha memang selalu memberikan dia hadiah dengan setumpuk tugas yang dirasa Sakha susah. Bahkan sebelum mereka merasakan adanya cinta, Sakha selalu aja menjadikan dirinya tameng, supaya bisa pergi dengan pacarnya.
Reno
“Mohon maaf nih ya sebelumnya, kamu memang toxic. Toxic buat persahabatan kalian, karena kamu bisa berhasil bikin dia suka sama kamu dan galau sampai jungkir balik."ucap Reno sambil tertawa lepas.
"Pengen tabu alasannya kenapa dia galau? Karena kalian itu beda. Itu nggak mungkin buat dia dan nggak akan pernah mungkin.”
Clara
“Beda apanya ya? Dia lebih tajir daripada aku gitu? Atau dia beda sekolah sama aku sekarang? Apa sih maksudnya beda?Aku cewek dia cowok?” tanyanya heran sambil tertawa. Siapa sih yang tidak kenal dengan Sakha Putra, bapaknya pengusaha properti yang cukup terkenal dan ibunya punya toko perhiasan yang cukup besar di kota kecilnya itu.
Reno
“Ya Tuhanku, kamu masih nggak paham juga? Kamu kalau tiap Jumat, ada pelajaran yang di luar ruang kelas kan dan dia tetap di dalam kelas. Masih nggak paham juga? Udah lah Ra, mau diapain pun ,mau dipaksa jalan sampai kapanpun. Kalian pasti ujungnya harus putus. Mending sakit sekarang daripada nanti, sama aja..bahkan mungkin lebih parah. Sakha udah benar cari jalan itu, walaupun mungkin caranya yang salah. Tapi kalau nggak gitu, kalian pasti juga masih tetap lengket kayak perangko. Pacaran nggak, lengket iya. Gimana Sakha nggak galau dan nangis juga waktu tau kamu lari pergi pas kejadian itu. Udah ahh aku ngantuk, mau tidur. Dan awas aja sampai gagalin misi percomblangan!”
Clara masih terdiam sambil mengingat pelajaran apa dulu yang membuatnya harus berpisah ruangan dan bingung mau ngomong apa lagi setelah panggilan itu berakhir. Di otak dia cuma ada satu yang terlintas, kepercayaan.
“Ini tu masih kelas 1 SMA dan Sakha udah mikirin perbedaan kepercayaan antara mereka kalau sampai mereka nekat pacaran. Fix ini gila sih ! Tapi itu emang ada benernya juga kalau dipikir, daripada lebih sakit nantinya lebih baik sakit sekarang. Tapi kan kita ini masih sekolah Sakha..Ya Tuhaaaannn..!! Tapi oke, baiklah..makasih Sakha, kamu hebat, kamu ngajarin aku punya prinsip hidup di usia kita yang masih sangat belia.” batinnya sambil tersenyum dengan pikiran yang menerawang jauh.
🎶Oh betapa ku saat ini
Ku benci untuk mencinta
Mencintaimu
Oh betapa ku saat ini
Ku cinta untuk membenci
Membencimu
Aku tak tahu apa yg terjadi
Antara aku dan kau
Yg ku tahu pasti
Ku benci untuk mencintaimu🎶
~Naif - Benci Untuk Mencinta~
......................
7 Tahun Kemudian..
Rendra
“Pagi Ra, nanti dijemput mas Ardhana nggak? tanyanya sambil mengaitkan strap jam tangan dengan bahan kulit berwarna coklat tua agar melingkar sempurna di tangannya, serta handphone yang dijepit antara pipi dan pundaknya.
“Iya pagi ndra ! Nggak sih ndra, Mas Ardhana ada jadwal praktek jam 9 sampai jam 1 siang katanya. Jadi paling berangkat sendiri bawa motor, soalnya mobil semua dipakai sama bapak ibu.” jawab gadis bersuara merdu di seberang sana.
“Ya Tuhan, ngomong aja merdu apalagi kalau nyanyi. Kalau setiap pagi disapa suara kayak gini, keliatannya lebih semangat kerjanya.” gumamnya dalam hati dengan senyum yang menghiasi wajahnya.
“Aku jemput aja ya? Hari ini mau ke kantor dulu kan? Aku anterin ke kantor, terus nanti siang aku jemput lagi baru kita ke tempat Ayu. Aku selesai praktek jam 11 kok. Gimana?” tawarnya sambil keluar menuruni anak tangga menuju ke ruang makannya.
“Ya udah deh,oke! Terus mau dibawain sarapan nggak nih? Aku udah bikin sandwich sama salad.”
Jawaban gadis itu mebuatnya langsung menaruh selembar roti yang sudah dipegangnya.
“Boleh..boleh..aku mau. Kalau gitu aku ke sana sekarang ya ! Thankyou ya Ra!” akhirnya dia hanya meminum segelas susu berwarna putih yang sudah siap di meja itu.
“Maa..,aku jalan dulu ya! Bye Mama!” ciuman mendarat di pipi kanan kiri mamanya tersayang.
“Iya ati-ati ya mas ! Ceria bener pagi ini, pasti gara-gara wanita!” ledek mamanya, sambil mencibir.
Bagaimana tidak, setiap masakan Clara Audra adalah candu baginya. Walaupun hubungannya masih jalan di tempat di area friend-zone, tapi ia cukup bahagia.
................
Abraham Narendra,
Pria 25 tahun berparas di atas rata-rata, berkulit putih, berhidung mancung, dan berpostur tubuh ideal, serta berasal dari keluarga berada dan terpandang.
Memang ada wanita yang tidak melirik ke arahnya? Dan memang ada wanita yang tidak bertekuk lutut di hadapannya setelah merasakan perlakuan spesial dari dirinya? Ya ada, wanita itu bernama Clara Audra.
................
Clara
"Bu, clara nggak jadi bawa motor. Mau dijemput Rendra. Soalnya nanti siang mau ada acara ke rumah Ayu, mau ngumpul sekalian mau bahas acara nikahannya Ayu." ucapnya sambil memakan salad buatannya.
"Ohh..kapan sih nikahannya? Tumben Ardhana nggak jemput kamu mbak?" tanya ibunya sambil duduk menemaninya sarapan.
"Mas Ardhana praktek pagi sampai siang, maklumlah bu dia kan udah dokter spesialis bedah sekarang. Bedah perasaan manusia." tawanya, sambil terus melahap sarapannya.
"Hushhh..kamu itu! Bentar lagi paling Ardhana nyusul nikah, masih pacaran sama ceweknya yang pernah dibawa ke sini itu kan?"
"Kemarin sih masih, tapi nggak tau juga kalau sekarang. Kemarin-kemarin abis berantem hebat soalnya." jelasnya.
"Bukan karena kamu kan tapi?" tanya ibunya khawatir.
"Lhaahh..kok gara-gara aku? Nggak mungkin lah, ceweknya bahkan mantan-mantannya, sampai ke keluarga mantan-mantannya Ardhana itu tau, kalau aku ini sekedar adik bagi Ardhana. Kan ibu juga tau sendiri, setelah kepergian adiknya itu,bapak ibunya Ardhana nganggap aku ini anak ceweknya, begitu juga Ardhana. Lagian ceweknya juga curhatnya ke aku kalau berantem. Tenang aja bu, Clara bisa paham mana yang murni sahabat dan mana yang nggak, Clara kan berteman sama cowok nggak cuma 1 atau 2 orang. Dan ibu tahu semua teman-teman Clara kan." jelasnya sambil menyudahi sarapannya.
"Iya ibu percaya, ibu ngerti banget. Terus kalau si Rendra ini gimana?" selidik ibunya, sambil mencolek lengannya.
"Iiihhh..ibu apaan sih?! Ibu kan tahu, Rendra itu apa, kita ini apa? Clara nggak akan memaksa sesuatu yang tidak bisa dipaksakan, karena Clara juga nggak mau dipaksa. Masih banyak yang nggak usah pake paksa memaksa buat berubah di luaran sana. Ya nggak?" senyumnya jahil, sambil melirik ibunya.
"Baguuuussss an......"jawaban ibunya terpotong, ketika mendengar ada suara menyapa di depan pintu.
"Permisi..."sapa tamu itu.
"Waaahhh mas Rendra, sini masuk! Udah sarapan?"suruh ibunya.
"Belum sih bu, tapi tadi katanya Clara mau bawain sarapan. Jadi nanti saya bawa praktek aja." cengir Rendra.
"Oh yawes kalau gitu. Wes cepetan berangkat, telat nanti."
"Iya bu, kita berangkat dulu ya. Nanti Clara pulangnya malem mungkin. Soalnya biasa, kalau udah ngumpul pada lupa waktu."pamit Clara sambil mencium pipi ibunya.
"Berangkat dulu bu.." pamit Rendra sambil mencium tangan ibunya Clara.
"Ya hati-hati, nggak usah ngebut-ngebut." balas ibunya sambil menepuk pundak Rendra.
Yang disambut dengan anggukan dan cengiran Rendra.
Memang begitulah keluarga Clara, bapak dan ibunya selalu bersikap welcome dan hangat dengan semua orang, dengan semua teman-temannya Clara, mau cewek ataupun cowok, semuanya sama di mata orangtuanya.
Dan karena kehangatan keluarga Clara itu, semua teman-temannya merasa sangat nyaman bahkan ada yang tidak segan-segan curhat masalah cinta mereka ke orangtua Clara, Ardhana salah satunya.
Ardhana adalah seorang dokter bedah, dia salah satu anggota sahabat kuliah Clara. Dia kehilangan adek perempuan satu-satunya karena penyakit kanker yang diderita adeknya selama ini.
Kehadiran Clara sebagai sahabat Ardhana, mampu mengisi kebahagiaan setelah kepergian adiknya.
Ardhana bahkan keluarganya Ardhana pun sudah menganggap Clara adalah bagian dari keluarga itu. Makanya bagi mereka berdua, hubungan itu benar-benar murni keluarga baru bukan lagi hanya sekedar sahabat, apalagi sahabat dengan embel-embel cinta.
......................
Rendra
"Nanti aku jemput jam 12 ya, kerjaanmu fleksibel kan?" tanyanya sambil melajukan mobilnya, menembus padatnya jalanan pagi ini.
"Iya, mau jemput kapan aja mah bisa. Nggak usah dijemput pun bisa, ada ojek online" tawa Clara.
"Dasar cewek mandiri, sekali-sekali manja gitu kek kayak cewek-cewek lain ! Oiya, nanti Arya dateng juga lho katanya !"
"Haahh?? Bukannya dia di London?"tanya Clara dengan muka melongo.
"Kan udah selesai, gimana sih kamu?! Dia mau kerja di Indonesia aja katanya. Tadi malem kan aku habis keluar sama dia." jelasnya.
"Tadi malem banget? Kok nggak ngajak-ajak sih?Padahal tu anak di group nggak bilang kalau udah balik ke Indonesia ,dihhh.."ucap Clara sambil memanyunkan bibirnya.
"Hahaha..surprise may be?! Udah sampai nihh ! Bapak belum dateng?"jelasnya sambil menepikan mobilnya di kantor Clara.
"Bapak nggak ngantor, ada acara ke Semarang. Ini sarapanmu aku taruh sini ya. Makasih ya Ndra, ntar kabarin aja!" ucap Clara sambil turun dari mobil, lalu menutup pintu mobil hitam itu.
Clara masih bertanya-tanya dalam hati tentang kepulangan Arya, pasalnya anak itu tidak sama sekali menceritakan itu, padahal mereka terhitung sering video call.
......................
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!