"Selamat pagi putriku,"ucap Alex kepada putrinya yang masih tertidur pulas. Walaupun tertidur tapi Jessie gadis berusia 18 tahun itu menunjukan raut muka yang muram. Ayahnya sedikit menggoyangkan tubuh putrinya. Jessie tampak sedikit terganggu.
Jessie yang terganggu kemudian membuka matanya. Kedua matanya perih karena masih menyesuaikan dengan cahaya yang masuk. Jessie mengubah posisinya menjadi terduduk di kasurnya.
Alex yang melihat itu mencium kening anaknya. Jessie yang melihat ayahnya langsung mengucapkan selamat pagi. Walaupun tidak ada emosi yang ditunjukkan.
"Selamat pagi dad,"ucap Jessie sambil mengucek matanya.
"Selamat pagi Jessie. Hari ini kau harus bantuin daddy bikin sarapan,"ucap Alex sambil mengajak putrinya membuat sarapan. Terkadang putrinya tidak mau membantunya sehingga Ia harus masak sendiri. Walaupun mempunyai banyak pelayan tapi Ia ingin Jessie juga tau caranya memasak.
Jessie yang mendengar ajakan daddynya hanya mengangguk. Ia bahkan belum membuka matanya. Jessie masih sangat mengantuk karena semalam Ia tidur larut.
"Daddy tunggu di dapur ya. Kamu mandi dan siap-siap dulu hari ini kamu ada jadwal kuliah kan?" Ucap Alex yang dibalas dengan anggukan Jessie.
Alex keluar dari kamar putrinya. Sedangkan Jessie pergi ke kamar mandi membawa handuk dan pakaiannya untuk kuliah nanti. Jessie langsung pergi mandi karena Ia tidak ingin ayahnya menunggu kelamaan dan menjadi menunda sarapan.
Selesai mandi, Jessie berjalan ke arah meja riasnya dan langsung mengeringkan rambutnya. Jessie menguncir rambutnya menjadi ponytail dan memakai bedak tipis dan lipbalm. Jessie mengecek buku dan peralatan yang harus Ia bawa untuk kuliahnya. Ia tidak mau kelupaan barang karena akan sangat merepotkan.
Setelah Jessie memastikan bahwa Ia sudah membawa semua peralatan dan bukunya, Jessie berjalan untuk keluar dari kamarnya. Tapi sebelum Ia keluar Ia melihat satu foto yang sangat Ia sayangi dan Ia rawat. Foto terakhir mommynya dan dia. Saat itu Jessie yang masih berusia 14 tahun terlihat sangat senang dilihat dari senyuman lebarnya. Ia mengambil foto itu lalu mengecupnya.
"I Miss you, mom,"ucap Jessie yang tanpa disadari setetes air mata keluar dari matanya.
Jessie pergi ke dapur dan melihat daddynya sudah mempersiapkan bahan-bahan untuk dimasak menjadi sarapan hari ini. Sepertinya hari ini mereka akan memasak nasi goreng.
"Kita akan masak nasi goreng. Nanti kamu yang goreng dan menambah bumbu sedangkan Daddy akan memotong bahannya,"ucap Alex. Jessie lagi-lagi hanya mengangguk. Ia sudah biasa masak nasi goreng.
Jessie mulai memasak. Alex hanya memotong daging dan sayuran sisanya dikerjakan oleh putrinya. Alex tersenyum melihat putri semata wayangnya itu.
Kematian istrinya memang membuat Jessie menjadi berbeda. Apalagi kematian istrinya disebabkan oleh rival pekerjaannya. Suasana rumah juga menjadi sangat berbeda.
Selesai masak Jessie memindahkan nasi goreng itu ke piring. Dan membawanya ke ruang makan.
Jessie dan Daddynya kemudian berdoa dan makan nasi goreng tersebut. Selesai makan Jessie pun pamit ke ayahnya untuk pergi kuliah.
"Dad, Jessie pergi dulu. Nanti Daddy pergi kerja jangan mengebut saat berkendara. Hati-hati,"ucap Jessie yang kemudian mencium pipi Alex.
Jessie mengambil kunci mobilnya lalu pergi ke tempat kuliahnya.
...***...
Dilain tempat seorang pria dengan postur tubuh tegak dan gagah sedang mengawasi sekitar dan memastikan bahwa kliennya aman.
Pria itu adalah Ryan yang sedang bertugas melindungi seorang politikus. Ia di pekerjakan untuk melindungi politikus itu selama seminggu dan hari ini adalah hari terakhir.
Ryan adalah seorang bodyguard profesional yang sangat terlatih di berbagai bidang. Ia bekerja dibawah agency milik ayahnya sendiri. Yang suatu saat ia akan mewarisinya.
Di balik kacamata hitamnya Ryan melihat keadaan sekitar dengan serius. Seketika ia melihat ada pria yang melakukan gerak mencurigakan. Ryan pun langsung mengubah posisi tubuhnya menjadi lebih waspada dan benar saja sesaat kemudian orang itu hendak menyerang politikus itu namun mampu di halangi oleh Ryan.
Pria itu langsung diamankan oleh polisi disekitar. Politikus itu menghela napas lega karena ia hampir saja diserang oleh orang asing.
Sesaat setelah kejadian itu. Politiku itu mengucapkan terima kasih kepada Ryan. "Terima kasih atas perlindunganmu tugas mu hanya sampai sini saja mulai sekarang aku sudah lebih aman."
Ryan hanya mengangguk. Ia kemudian membukakan pintu mobil sehingga kliennya bisa masuk. Setelah itu, Ia meminta anak buahnya untuk menggantikannya.
Ryan menghela napas. Setelah menyelesaikan tugasnya sebagai bodyguard Ia selalu mendapat waktu istirahat selama seminggu.
Ia memanggil orang untuk menjemputnya. Setelah orang suruhannya datang. Ia meminta untuk diantar kerumahnya. Setelah sampai Ia langsung pergi mandi.
Setelah selesai mandi Ryan melihat bahwa ada notifikasi masuk dari handphonenya. Ryan mengecek notifikasi itu yang ternyata pesan dari ayahnya.
Daddy
Ryan datanglah malam ini kita akan makan malam bersama dengan uncle Alex. Jam 7 malam. Jadi jangan sampai telat.
Ryan hanya menghela napas nya dan langsung merebahkan diri di kasur mengumpulkan tenaga untuk nanti malam. Ryan langsung tertidur dan pergi ke alam mimpinya.
Jessie yang sudah sampai di parkiran kuliahnya langsung turun dari mobilnya. Dia berjalan masuk ke universitasnya. Di lorong dia dilihat oleh semua orang disana. Bagaimana tidak walaupun memiliki paras yang cantik tapi wajahnya selalu menunjukan kesedihan dan tidak ada yang tau kenapa.
Jessie juga selalu mengabaikan mereka. Mereka tidak akan pernah tau apa yang Ia alami. Sebenarnya Jessie sudah pernah cerita waktu di SMA tapi semua orang langsung menjauhinya dan membullynya. Benar-benar tidak punya hati. Oleh karena itulah Jessie tidak pernah lagi mau menceritakan kisahnya itu pada semua orang. Percuma saja jika akhirnya tidak berubah dan malah bertambah parah.
Jessie berjalan ke arah kelasnya dan langsung duduk di barisan paling belakang. Ia selalu menjadi bahan omongan di kelasnya. Jessie memilih untuk diam saja dan bersabar. Tidak ada gunanya menanggapi mereka. Ia tau masih ada ayahnya yang selalu ada untuknya.
Jam kuliah sudah dimulai. Jessie fokus memperhatikan dosennya yang menjelaskan. Ia mencatat apa yang ada di papan dan apa yang dosen itu jelaskan. Jessie merupakan salah satu mahasiswa yang pintar di jurusan itu.
Saat sedang memperhatikan dosen, Jessie diganggu oleh teman-temannya lelakinya. Jessie yang awalnya masih bisa mengabaikan mulai merasa risih.
"Oi, kenapa kau terlalu serius? Santai saja. Kau bisa menyontek saat ulangan bukan? Buat apa belajar terlalu serius? Mending kau ikut kita bolos sekarang. Kita bisa bersenang-senang nanti dan mungkin kau akan berhenti di bully,"ucap salah satu dari mereka. Orang yang duduk di dekat Jessie mulai menyenggol lengan Jessie terus menerus karena Jessie mengabaikan mereka.
Hingga akhirnya orang tersebut menyenggol lengan Jessie terlalu keras hingga membuat gadis itu tidak sengaja mencoret catatannya.
Jessie terdiam sebentar lalu menatap orang-orang yang sudah mengganggunya.
"Maaf, tapi aku tidak ikut dengan orang-orang bodoh seperti kalian."
"APA KAU BILANG?!" teriak orang yang tadi menyenggol lengan Jessie. Sontak mereka menjadi perhatian seluruh ruangan.
"SEBAIKNYA KALIAN DIAM ATAU SAYA USIR DARI KELAS!"
Setelah sang dosen memberikan ancaman barulah mereka diam dan berhenti mengganggu Jessie. Jessie menghela napas lega karena akhirnya Ia bisa kembali fokus.
Jam pelajaran selesai dan Jessie langsung pergi ke kelas berikutnya. Ia langsung duduk di kursinya. Dan handphone berbunyi tanda ada yang mengirimkan pesan. Saat Ia buka ternyata itu dari ayahnya.
Daddy
Jessie, Malam ini Daddy ada makan malam dengan klien Daddy. Maafkan Daddy kau harus makan malam sendiri.
^^^Tidak apa-apa Dad. Ini kan demi pekerjaan Dad juga.^^^
Jessie memasukkan kembali handphonenya ke dalam tasnya. Tiba-tiba ada yang menepuk pundaknya. Ia tidak kenal itu siapa. Sepertinya Ia adalah murid baru. Tapi kenapa Ia mendatangi Jessie?
"Hai namaku Alexa. Aku murid pindahan sepertinya kita bisa menjadi teman,"ucap Alexa sambil menunjukan senyum manisnya.
"Namaku Jessie,"ucap Jessie singkat. Ia tidak perlu terlalu dekat dengan Alexa. Karena Ia yakin Alexa akan menjauhinya dan akan mengossip tentangnya.
"Kau tidak seburuk yang mereka gossipkan. Dasar penggossip aku tidak pernah mau berteman dengan mereka. Jadi kita bisa menjadi teman,"ucap Alexa yang langsung duduk di sebelah Jessie.
Jessie hanya tersenyum tipis. Ia tidak pernah menyangka Ia akan mendapat teman. Ia berharap Alexa adalah teman yang baik.
"Kau tidak peduli jika akan dijadikan bahan omongan?"
"Tentu saja tidak. Mereka hanya berbohong. Aku tidak peduli. Oh ya ini nomor telepon ku. Siapa tau kita bisa saling cerita saat malam hari,"ucap Alexa sambil memberikan secarik kertas yang berisi nomor teleponnya. Jessie mengambil nomor itu dan langsung disimpan ke kontaknya.
Tanpa disadari dosennya pelajaran saat itu sudah datang. Dan Ia langsung mengabsen para mahasiswa dan mahasiswi. Setelah selesai mengabsen Ia pun langsung memulai mata pelajarannya.
Jessie yang terlihat fokus sesekali ditanya Alexa yang tidak mengerti. Jessie pun menjelaskan kepada Alexa secara singkat. Dan untungnya Alexa mudah paham dan mengerti materi.
Selesai kuliah Jessie bersiap untuk pulang. Alexa tiba-tiba mendatanginya dan berkata kalau dia ingin pergi kerumah Jessie.
"Jessie apakah aku bisa main kerumah mu? kebetulan di rumahku sedang tidak ada orang dan aku akan bosan,"ucap Alexa dengan tatapan yang memohon.
Jessie berpikir sebentar kemudian mengangguk tanda setuju. Ia juga sepertinya akan bosan karena tidak ada daddynya dirumah.
"Aku akan naik mobilmu. Aku diantar oleh sopir dan aku sudah menyuruhnya untuk tidak menjemputku."
"Baiklah."
Mereka masuk ke mobil Jessie. Dan mereka langsung pergi kerumah Jessie. Jessie merasa sangat senang walaupun tidak ditunjukkan di raut mukanya.
Saat sudah sampai di rumah Jessie. Mereka langsung pergi ke kamar Jessie. Dengan ijin Jessie tentu saja.
"Apa kau lapar?"tanya Jessie takut Alexa ternyata lapar. Ia tidak ingin menjadi tuan rumah yang buruk.
"Sedikit. Bagaimana kalau kita masak? Kau tidak keberatan bukan?"
"Tentu saja tidak. Aku dan ayahku sering masak bersama."
"Bagaimana dengan ibumu?"
"Dia sudah tiada."
"Maafkan aku. Aku tidak bermaksud."
"Tidak apa-apa." Jessie menunjukkan senyumannya tanda bahwa ia memang tidak apa-apa.
Mereka keluar dari kamar Jessie dan pergi ke dapur untuk memasak. Mereka memasak makan siang sambil mengobrol.
Selesai memasak mereka pun langsung memakan hasil masakan mereka itu. Hati Jessie mulai terbuka kepada Alexa. Sudah lama Ia tidak merasakan bagaimana punya teman.
Hari sudah mulai malam. Jessie dan Alexa memilih untuk memesan makan malam. Karena ayahnya ada makan malam bersama kliennya jadi Jessie memperbolehkan Alexa untuk tinggal lebih lama. Ia bosan juga sendiri di rumah.
"Jadi kau ingin makan apa untuk makan malam?"tanya Jessie kepada Alexa. Mereka sedang menonton film di Netflix.
"Bagaimana dengan pizza?"
"Ide bagus."
Jessie mengambil handphonenya dan memesan pizza. Mereka memesan dua pizza dengan topping yang berbeda. Selesai memesan mereka lanjut menonton film.
Beberapa saat kemudian pizza yang mereka pesan sudah datang. Mereka langsung membawanya ke kamar dan langsung memakannya. Makan sambil menonton memang sangat nikmat.
Selesai makan mereka membersihkan sisa pizza mereka tadi seperti bungkusnya dan yang lain. Setelah itu Alexa pamit pulang karena sudah dijemput.
Setelah Alexa pulang, Jessie pun langsung pergi mandi dan berganti baju menjadi piyama. Setelah itu Ia belajar dan mengerjakan tugas yang diberikan dosennya.
...***...
Beberapa jam sebelumnya.
Ryan yang sudah terbangun langsung mengecek handphonenya. Sudah jam empat sore dan Ia langsung mandi dan bersiap-siap untuk nanti makan malam bersama ayahnya dan uncle Alex. Entah apa yang akan mereka bahas sampai harus melibatkannya.
Setelah mandi, Ryan langsung memberi makan ikan hiasnya. Dan Ia bersantai sebentar karena makan malam masih tiga jam lagi. Ia langsung membuka berita dan menontonnya.
tidak terasa dua jam sudah terlewati dan Ryan langsung pergi ke restoran yang sudah dijanjikan. Ia keluar dan mengunci pintunya. Ia masuk ke mobilnya lalu pergi.
Setelah sampai, Ryan melihat ada ayahnya dan uncle Alex yang sudah sampai duluan. Ayahnya yang melihat kedatangannya langsung menyuruhnya untuk duduk. Ryan duduk di sebelah ayahnya.
"Jadi alasan Daddy memintamu untuk datang kemari karena uncle Alex memintamu untuk menjaga putrinya Jessie. Kau bisa kan?"
"Ayolah Bryan. Beritahu Ia saja tidak apa kok selama dia masih bisa menjaga rahasia,"ucap Alex sambil tertawa. Ryan yang mendengar itu bingung.
"Rahasia apa yang Uncle Alex maksud?"
"Uncle dan daddymu sepakat untuk menjodohkan kamu dengan Jessie. Tapi jangan beritahu hal ini kepada Jessie. Kau hanya perlu menjaganya dan membuatnya dekat padamu."
"Bagaimana jika kita sama-sama tidak mempunyai perasaan?"
"Cinta tumbuh karena terbiasa. Lagian kalian juga merupakan teman masa kecil, jadi santai saja."
Ryan hanya menghela napasnya. Tiba-tiba dia disuruh datang oleh daddynya yang ternyata adalah perjodohan. Dan yang lebih parahnya, sang wanita alias Jessie tidak boleh tau akan hal ini.
"Aku tidak bisa menolak bukan?"tanya Ryan sambil melihat ke arah ayahnya memintanya untuk memberikan sebuah penjelasan.
"Tenang saja ya. Lagian Daddy khawatir kamu belum mempunyai seorang kekasih,"ucap Bryan memberikan penjelasan singkat.
"Baiklah aku terima. Jika boleh bertanya berapa umur Jessie sekarang?"
"18 tahun,"ucap Alex. Ryan yang mendengarnya sedikit terkejut. Bagaimana tidak? Sekarang dia berumur 29 tahun yang artinya berbeda 11 tahun. Ia benar-benar lupa dengan umur Jessie.
"Umur bukan masalah son,"ucap Bryan seakan tau pikiran Ryan.
"Baiklah. Sekarang kita makan malam saja,"ucap Alex sambil memanggil pelayan untuk membawakan mereka menu.
Mereka memesan makanan masing-masing. Kemudian membahas bisnis, sebagai penerus ayahnya Ryan juga terlibat obrolan tersebut.
Makanan mereka datang dan mereka langsung menghentikan obrolan mereka dan memakan makanan malam mereka. Setelah selesai merekapun mengobrol bentar lalu pulang.
...***...
Saat sampai dirumahnya, Alex melihat bahwa putrinya belum tertidur. Ia berjalan ke arah kamar Jessie kemudian mengetuk pintunya. Saat diijinkan masuk Alex pun langsung masuk ke kamar putrinya.
"Kenapa kamu belum tidur? ini sudah jam 10."
"Sebentar lagi dad. Dad kau tau hari ini aku baru saja mendapatkan seorang teman."
Alex yang mendengar ucapan putrinya itu langsung senang bukan main. Pasalnya Ia tidak pernah melihat putrinya mempunyai seorang teman. Yang ada mereka semua membicarakan putrinya secara diam-diam.
"Kau mau menceritakannya kepada Daddy?"
"Tentu saja Dad. Namanya Alexa,"ucap Jessie sambil bercerita tentang pertemuan pertama mereka di kampus hingga saat Alexa main kerumahnya.
"Baguslah jika putriku mempunyai teman. Oh iya Jessie, besok Ryan akan menjadi bodyguard mu sampai waktu yang tidak ditentukan."
"Kenapa dad? Apakah ada masalah?"
"Tidak kok. Daddy hanya takut putri Daddy kenapa-kenapa. Kau tau kita hanya tinggal berdua sekarang."
"Iya dad, Jessie mengerti kok. Daddy jangan sedih ya nanti mommy juga sedih diatas sana."
Alex mengangguk sambil menatap putrinya. Ia lalu mengecup kening putri semata wayangnya itu.
"Tidur ya. Sudah malam tidak baik tidur malam-malam." Ucap Alex sambil keluar dari kamar anaknya.
Setelah mendengar ucapan ayahnya, Jessie membereskan bukunya dan menaruhnya di tas untuk kuliah besok. Ia mematikan lampu kamarnya dan langsung tidur.
...***...
Ryan melihat foto Jessie yang diberikan oleh Alex sebelum mereka pulang. Terlihat sangat berbeda dengan terakhir kali mereka ketemu. Jessie waktu itu adalah gadis murah senyum. Namun Ia mengerti kenapa Jessie bisa berubah menjadi seperti itu.
Ia beristirahat untuk besok pagi dimana Ia mulai menjadi bodyguard sekaligus tunangan dari Jessie walaupun diam-diam. Tidak perlu waktu lama hingga akhirnya Ryan tertidur lelap.
Mereka tidak akan pernah tau masalah apa yang akan menimpa mereka ke depannya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!