Hai Readers😗!!!
Bertemu lagi dengan author Donna yang cantik hihihi...
Disini author kembali membuat novel terbaru dengan judul "Cewek ABG vs Duda Keren" dengan pemeran utamanya Arrabelle dan Andra Dirgantara
Jangan lupa untuk VOTE dan KIRIM HADIAH yaa😘!!!
Author sayang Readers🥰!!!
Happy Reading!!!
*****
"Aarrgghhh sial. Lagi-lagi masalah selalu menimpaku, bagaimana bisa aku membayar uang sekolah? Bekerja paruh waktu saja aku baru kemarin di pecat dengan alasan berkurangnya pengunjung. Bagaimana ini? Aku tidak bisa bersekolah jika tidak membayar uang sekolah" ucap seorang gadis berwajah cantik bertubuh mungil yang memakai pakaian putih abu-abu
Dia adalah Arrabelle, seorang gadis SMU tingkat akhir yang sedang di skors karena tidak membayar uang sekolah yang menunggak selama tiga bulan terakhir
Arrabelle, seorang anak yatim piatu yang tinggal di sebuah panti asuhan tak jauh dari sekolahnya berada. Panti asuhan dimana ia menyimpan begitu banyak kenangan masa kecilnya, kenangan masa kecil saat kehilangan kedua orang tua dan kedua adik nya yang masih bayi
"Aku tidak mungkin harus menjual diri kepada Om-Om tua bangka, kan?"
Tiba-tiba ide cara mendapat uang instans terpikir olehnya
"Tidak-tidak, aku harus menjaga kesucian ku untuk suami ku kelak"
Saat sedang berbicara sendiri, tiba-tiba Arra menangkap sosok seorang anak kecil yang berumur sekitar 3 tahun berjalan sendirian
Karena merasa kasihan atau karena memang menyukai anak kecil, Arra pun berlari dan mendekatinya
"Hai ganteng. Namamu siapa? Kenapa kau sendirian? Mama dan Papa mu kemana?" tanya Arra saat anak kecil itu berhenti tepat di depannya
"Tolong antal Zelo beltemu Papi" ucapnya pelan seraya menatap Arra dengan tatapan sendu nya
"Oh jadi nama kamu Zelo ya?"
"Zelo, Tante, bukan Zelo" gerutunya dengan kesal membuat Arra terkekeh
"Zero ya?"
"Iya, Zelo"
"Oh iya Zero kenapa sendirian?"
"Zelo pelgi dali lumah Bunda coalnya Bunda da cayang Zelo. Tante tantik, antal Zelo beltemu Papi"
"Zero tau rumah Papi Zero dimana?" tanya Arra lembut sedangkan Zero hanya diam dan menggeleng pelan
"Bunda da mau Zelo beltemu Papi, Bunda lalang-lalang Zelo. Bunda jahat ya, Tante tantik?"
"Zero sayang Bunda?"
"Cayang, tapi Bunda cuka malah-malah, cuka pukul Zelo uga, padahal Zelo da nakal. Tante tantik jannan kacih tau Papi ya? Nanti Papi malah cama Bunda"
"Lalu gimana caranya Tante tantik antar Zero ketemu Papi?"
"Zelo tau kantol Papi, Tante"
"Serius?"
"Tante da pelcaya Zelo? Zelo kan danteng, maca Tante tantik da pelcaya?"
"Hahaha...Iya, Tante tantik percaya kok. Ayo sini Tante antar ketemu Papi"
"Tapi, Zelo haus Tante tantik, capek uga lumah Bunda jauh, Zelo tadi jalan lama cekali. Zelo mau ikim tapi duit Zelo da da"
"Ice cream?" tanya Arra yang masih kurang paham dengan ucapan bocah itu
"Iya ikim, Tante tantik"
"Haha...Oke-oke kita beli ice cream ya? Tapi Zero jangan banyak-banyak makan ice cream ya, uang Tante tantik sedikit hehehe"
"Oke deh, Tante tantik"
Lalu Arra pun menggandeng tangan Zero dan membawanya ke minimarket terdekat untuk membeli ice cream Zero
"Tante tantik da mau?"
"Tante kurang suka ice cream"
"Tante tantik bohong kan, itu ada ilel di mulut Tante tantik" ucap Zero dengan polosnya membuat Arra langsung mengambil cermin kecil dari dalam tas nya
"Zelo bohong kok" ucap Zero lalu menampilkan giginya yang belum tumbuh semua
"Berani ya bohongin Tante tantik?" ucap Arra lalu menggelitik Zero yang sudah tertawa dengan sangat kencang
"Tudah Tante, Zelo capek"
"Zero capek? Mau Tante tantik gendong?"
"Mau" teriak Zero bersemangat
Lalu Arra pun menggendong Zero dan berjalan kaki menuju kantor Papi nya Zero
"Tante tantik, Zelo belat da?"
"Nggak, Zero nggak berat kok"
"Tapi thenapa ya Bunda da mau ndong Zelo?"
"Bunda Zero pasti lelah karena bekerja Sayang. Jadi Zero jangan memikirkan bahwa Bunda tidak sayang Zero ya"
"Bunda da kelja, Bunda telus jalan cama Om-Om. Bunda uga da pelnah kacih mimi Zelo, Bunda da pelnah main cama Zelo, Bunda da pelnah dengal Zelo celita" ucap Zero yang membuat Arra terdiam seketika
Anak yang usianya begitu sangat kecil namun tidak mendapatkan kasih sayang dari Bundanya. Sabarlah Sayang, Tante akan mempertemukan mu dengan Papi mu, semoga Papi mu akan menerima mu.-Arra
"Tante tantik?"
"Ya, Sayang?"
"Tante jannan iyat Zelo cepelti itu, Zelo da cedih kok"
"Zero mau tidak janji sama Tante tantik?"
"Janji apa, Tante?"
"Zero harus jadi anak yang baik dan pintar ya, jangan marah sama Bunda Zero, harus sayang Bunda dan juga sayang Papi ya"
"Zelo boleh minta cecuatu dali Tante tantik?"
"Apa Sayang?"
"Zelo mau tinggal belcma Tante tantik"
"Tinggal sama Tante? Lalu bagaimana dengan Papi Zero?"
"Ikut uga, Zelo cama Tante tantik dan Papi"
Apa-apaan bocah ini? Membawaku tinggal bersamanya dan Papinya.-Arra
"Hei nggak bisa Zero, Tante tantik nggak bisa tinggal bersama Zero dan Papi"
"Thenapa cepelti itu?"
"Tante tantik nggak kenal Papi Zero. Eh ini benar kantor Papi Zero?"
"Iya, Tante" jawab Zero bersemangat lalu minta diturunkan
"Nama Papi Zero siapa?"
"Andla Dilgantala nama Papi Zelo Dilgantala"
"Andra?"
"Iya Tante tantik"
"Oke, kita tanyakan dulu ya" ucap Arra lalu mengajak Zero untuk masuk dan menuju resepsionis
Dua wanita di bagian resepsionis menatap Arra dengan tatapan tajam, entah apa yang dipikiran mereka melihat gadis dengan pakaian putih abu-abu membawa seorang anak kecil ke kantor ini
"Permisi, apa disini ada namanya Pak Andra?"
"Mau perlu apa bertemu Pak Andra?"
"Saya ingin menyampaikan sesuatu yang penting"
"Pak Andra sedang tidak ada"
"Bukankah Pak Andra baru selesai rapat?" tanya salah satunya membuat temannya menatapnya dengan kesal lalu menelfon asisten pribadi Andra
"Selamat pagi Pak Leo, ada seorang gadis SMU dengan membawa seorang anak kecil yang ingin bertemu Pak Andra"
"Siapa namanya?" tanya seorang pria diseberang sana
"Hei namamu siapa?"
"Arra"
"Namanya Arra, Pak"
"Apa kau bertanya apa keperluannya?"
"Dia mengatakan bahwa akan menyampaikan sesuatu yang penting, Pak"
Bagaimana bisa seorang gadis SMU menyampaikan sesuatu yang penting terhadap Pak Andra?-Leo
"Apa anda mengenalnya, Pak?" tanya Leo lalu menatap Andra yang sedang fokus dengan laptopnya tak lupa juga menjauhnya telepon dari telinganya
"Arra? Gadis SMU? Siapa dia hingga aku harus mengenalnya?" tanya Andra lalu menatap Leo dengan kesal
"Katakan kepada Nona Arra bahwa Pak Andra tidak mengenalnya"
"Baik Pak" ucap resepsionis tersebut
"Pak Andra tidak mengenalimu"
"Papi...Papi...Papi" teriak Zero yang meronta-ronta membuat Leo diseberang sana menegang mendengarnya
Untunglah resepsionis tersebut belum memutuskan panggilan hingga Leo sempat mendengar jelas teriakan Zero yang memanggil Andra
"Zero?"
*
*
*
Jangan lupa untuk VOTE dan KIRIM HADIAH yaa😘!!!
Author sayang Readers🥰!!!
Happy Reading!!!
*****
Ruang Presdir
"Zero?"
"Apa? Apa maksudmu menyebut nama Zero?"
"Pak, Zero ada di bawah bersama gadis SMU itu"
Tanpa mendengar lebih lanjut, Andra langsung berlari keluar dari ruangannya menuju lift khusus Presdir
"Apa dia meninggalkanku?" gumam Leo menggeleng pelan seraya berlari menuju tangga darurat.
*****
"Papi...Papi...Papi"
"Zero Sayang, Papi Zero sedang bekerja jadi tidak bisa di ganggu. Kita tunggu di luar saja ya?"
"Tapi tadi kata Tante bibil melah itu, Papi da kenal Zelo"
"Nggak Sayang, Papi Zero tadi bilang Papi nggak kenal Tante"
"Papi da mau beltemu Zelo ya, Tante?"
"Sayang, Papi Zero sedang kerja jadi nggak bisa turun menjemput Zero. Bagaimana jika Zero ikut Tante saja? Kita tunggu Papi ya"
"Tante tantik temani Zelo tunggu Papi ya"
"Iya Sayang" ucap Arra lalu kembali menggendong Zero dan berjalan keluar
"Zero" teriak seorang pria yang sontak membuat langkah Arra terhenti dan berbalik
"Papi" teriak Zero lalu minta diturunkan
Saat Arra menurunkannya, Zero langsung berlari dan memeluk kaki Andra lalu Andra menggendong dan memeluk erat anak yang sudah lama ia rindukan. Buah hati yang tak pernah bisa ia peluk seerat ini
"Papi, Zelo jadi lupa Tante tantik" keluh Zero lalu minta diturunkan
Setelah diturunkan dari gendongan Andra, Zero pun berlari dan berhenti dihadapan Arra tak lupa menarik gadis itu untuk mengikutinya mendekati Andra
"Pak Andra?" tiba-tiba Leo datang dengan tergesa-gesa bahkan dengan nafas yang tidak beraturan karena berlari melewati tangga darurat
"Untel Leo" teriak Zero bersemangat lalu minta digendong
"Zero, bagaimana bisa kamu kesini?"
"Zelo diantal Tante tantik"
"Tante cantik?"
"Ish, Untel memang cudah tua, maca Untel da iyat Tante tantik dicitu" gerutu Zero dengan kesalnya
"Zero, katakan kepada Papi, bagaimana bisa kau sampai ke kantor Papi?"
"Papi uga cama tua, cudah Zelo bilang tadi Zelo diantal Tante tantik"
"Diantar dia?" tanya Andra lalu menunjuk Arra yang hanya menunduk diam
"Nama nna Tante tantik bukan dia"
"Oke-oke, jadi Zero diantar Tante cantik? Zero kenal Tante cantik dimana?"
"Zelo tadi pelgi dali lumah Bunda, Bunda da cayang Zelo, Bunda da pelduli cama Zelo, di jalan Zelo beltemu Tante tantik, Tante tantik lagi ngis tapi Tante tantik pula-pula senyum didepan Zelo, telus Tante tantik nanya dimana Bunda dan Papi, Zelo minta diantal kecini cama Tante tantik"
"Zero naik apa?"
"Digendong Tante tantik" jawab Zero cengengesan
"Zero tidak takut diculik? Bagaimana jika Zero diculik dan tidak bisa bertemu lagi dengan Papi?" tanya Andra yang membuat Arra mengangkat kepala dan menatapnya tajam
"Maaf permisi sebelumnya Pak, saya bukan penculik dan saya tidak ada niatan untuk menculik anak Bapak. Saya memang tulus ingin mengantarnya bertemu Bapak tanpa menginginkan apapun. Saya permisi" ucap Arra menahan amarah lalu pergi tanpa berpamitan dengan Zero membuat Zero yang ada di gendongan Leo memberontak minta diturunkan
Lalu Leo pun menurunkannya, membuat Zero dengan cepat berlari mengejar Arra
"Tante tantik" teriak Zero yang membuat langkah Arra terhenti
"Loh kenapa Zero disini? Zero kesana ya sama Papi Zero. Tante juga minta maaf lupa pamit, Tante tantik pulang ya"
"Tante tantik maafin Papi ya, Papi jahat ya Tante, Papi bikin Tante tantik ngis" ucap Zero dengan mata berkaca-kaca menatap Arra yang berjongkok dihadapannya
"Tante tantik nggak nangis kok"
"Itu ail kelual dali mata Tante, itu namanya ngis Tante"
"Hahaha..Zero lucu sekali"
"Tante tantik, Zelo da cuka Tante teltawa saat lagi ngis"
"Baiklah. Tante pamit pulang sekarang ya, kasihan Zelo udah ditungguin Papi"
"Da boleh, Tante tantik da boleh pulang"
"Loh kenapa Sayang?"
"Zelo lapal mau mam, Tante mam Zelo ya"
"Sama Papi Zero saja ya"
Karena melihat Zero dan Arra masih belum selesai mengobrol, akhirnya Andra memutuskan untuk mengikuti mereka
"Zero, ayo masuk"
"Papi minta maaf dulu, Tante tantik ngis gala-gala Papi nakal"
"Maafkan saya" ucap Andra lalu mengulurkan tangannya kearah Arra sedangkan Arra hanya diam dan tak berani mengangkat kepala
"Tante tantik da mau maafin Papi ya?" tanya Zero yang membuat lamunan Arra buyar lalu dengan cepat Arra menyambut tangan Andra dan melepaskannya
"Papi, Zelo lapal mau mam"
"Ayo ikut Papi"
"Tapi Tante tantik uga ikut ya"
"Eh tidak Sayang, Tante tidak bisa ikut Zero"
"Tante tantik, Zelo kan udah bilang Zelo mau Tante tantik mam Zelo" ucap Zero lalu menunduk sedih
"Ikutlah jika kau tidak keberatan" ucap Andra yang membuat Arra menghela nafas berat lalu menuruti permintaan Zero membuat bocah itu sangat senang dan bersemangat
"Zelo mau ndong sama Tante tantik"
"Zero, kamu itu sudah besar sudah berat loh"
"Da Papi, Tante tantik da bilang Zelo belat, Tante tantik cuka kok ndong Zelo" ucap Zero lalu menjulurkan lidahnya kearah Andra
"Tidak masalah, Pak" ucap Arra pelan lalu menggendong Zero dan mengikuti langkah Andra menuju lift khusus Presdir
"Zero mau mam apa?"
"Ayam goleng Upin Ipin" jawab Zero bersemangat yang membuat Arra terkekeh melihatnya
"Tante tantik mau mam apa?"
"Nggak nggak, Tante sudah kenyang jadi Tante lihat Zero mam saja"
"Papi beli untuk Tante tantik dan Papi uga, Zelo uga mau mimi cokat ya"
"Iya Sayang" ucap Andra lalu tersenyum menatap Zero
"Tante tantik cekolah ya?"
"Nggak, kan Tante sedang bersama Zero"
"Ish makcud Zelo itu, Tante tantik cudah cekolah? Thenapa pakai celagam?"
"Tante sudah nggak sekolah" jawab Arra pelan yang membuat Zero berpikir keras
"Tante di usil dali cekolah? Atau Tante tantik kabul cepelti Zelo?"
"Tidak Sayang, Tante nggak bisa pergi ke sekolah karena ada sesuatu yang Zero nggak mengerti"
"Apa Tante? Zelo mengelti kok, Zelo kan udah becal"
"Oh ya? Jadi Zero sudah besar? Sudah pandai berhitung tidak?"
"Tante mau dengal Zelo belhitung campai belapa?"
"Zero bisa berhitung sampai berapa?"
"Cepuluh caja, jannan banyak-banyak" jawab Zero yang membuat Arra gemas lalu menggelitiknya hingga terdengar suara gelak tawa Zero memenuhi lift
Ini pertama kalinya aku melihat Zero sangat akrab dengan orang asing. Apa yang membuatnya bisa dengan mudah akrab dengan gadis yang dia sebut Tante cantik ini?-Andra
"Papi?"
"Ya, Sayang, ada apa?"
"Papi cepelti patung, thenapa diam caja da belbicala belcama Tante tantik?"
"Zero kan sedang berbicara dengan Tante cantik jadi Papi hanya mendengar saja"
"Oh iya Zelo jadi ingat, Tante tantik tinggal belcama Zelo dan Papi ya" ucap Zero yang membuat Andra langsung menoleh kearah Arra yang sedang menatap Zero heran
"Apa yang Zero katakan? Bagaimana bisa Tante cantik tinggal bersama kita, Sayang?" tanya Andra lalu menatap Zero juga dengan heran
"Tante tantik tadi bilang kalau Tante tantik da bica tinggal belcama Zelo dan Papi kalena Tante tantik da kenal Papi, tapi cekalang kan Tante tantik kenal Papi jadi Tante tantik cudah boleh tinggal belcama Zelo dan Papi, kan?" tanya Zero lalu menatap Arra dan Andra secara bergantian
Sedangkan dua orang yang ditatap hanya diam mematung tanpa menjawab ucapan Zero.
*
*
*
Jangan lupa untuk VOTE dan KIRIM HADIAH yaa😘!!!
Author sayang Readers🥰!!!
Happy Reading!!!
*****
"Tante tantik tadi bilang kalau Tante tantik da bica tinggal belcama Zelo dan Papi kalena Tante tantik da kenal Papi, tapi cekalang kan Tante tantik kenal Papi jadi Tante tantik cudah boleh tinggal belcama Zelo dan Papi, kan?"
tanya Zero lalu menatap Arra dan Andra secara bergantian
Sedangkan dua orang yang ditatap hanya diam mematung tanpa menjawab ucapan Zero
"Ehm, Zero Sayang?"
"Ya, Papi?"
"Tante cantik tidak bisa tinggal bersama kita"
"Kenapa?"
"Tante cantik kan masih sekolah"
"Tapi tadi Tante tantik bilang cudah da cekolah"
ucap Zero kekeh yang membuat Andra menghela nafas berat karena tidak tau ingin membuat alasan apa lagi untuk putranya
"Zero, Tante nggak bisa tinggal bersama Zero dan Papi Zero, kan Tante punya tempat tinggal sendiri, Tante juga harus bekerja dan harus sekolah jika Tante sudah bisa sekolah"
"Tante tantik thenapa da bica cekolah?"
"Zero tidak akan mengerti"
"Ish kan udah Zelo bilang, Zelo ini udah becal jadi Zelo mengelti"
"Tante nggak bisa membayar uang sekolah, Sayang"
ucap Arra pelan yang membuat Andra menatapnya intens
"Thenapa Tante? Gala-gala Zelo beli ikim tadi ya duit Tante tantik bis?"
"Hahaha...Nggak Sayang, ini bukan gara-gara Zero kok"
Ting
Pintu lift terbuka dan Andra keluar diikuti oleh Arra yang masih menggendong Zero
"Telus thenapa Tante tantik halus bekelja uga? Duit Papi kan banyak"
"Sayang, Tante bekerja karena Tante harus memberi makan Adik-Adik Tante tantik di panti asuhan"
"Di tempat Tante banyak anak-anak cepelti Zelo ya?"
"Iya Sayang, disana banyak anak-anak yang lucu seperti Zero"
"Pasti da ada yang danteng kan Tante? Kalena cuma Zelo yang ganteng cepelti Papi"
jawab Zero yang membuat Arra tertawa tanpa sadar Andra juga tersenyum mendengarnya
"Papi, Papi, kita mau kemana?"
"Kita ke ruangan Papi ya, Zero mam di ruangan Papi saja"
"Da mau, Papi cibuk bekelja"
"Papi harus bekerja Sayang, jika tidak bagaimana bisa membeli robot buat Zero?"
"Zelo da mau tobot, Bunda uga cuka kacih tobot tapi pelgi telus da ada yang temani Zelo"
ucap Zero yang membuat hati Andra sakit
Bagaimana bisa hak asuh jatuh ke tangan Tania? Bahkan Tania tidak pernah becus mengurus Zero. Lihatlah sekarang, Zero yang pergi dari rumahnya pun ia tidak memperdulikannya
"Zero Sayang, mam di ruangan Papi saja ya, kasihan Papi Zero harus kerja, nanti kalau tidak kerja tidak bisa membelikan Zero ice cream dan mimi cokat lagi"
"Tapi Tante tantik mam Zelo ya"
"Iya Sayang"
"Papi udah mam?"
"Belum jamnya Sayang"
"Ish Papi nakal cekali ya Tante, da mau mam padahal Papi pasti lapal"
"Tidak, Papi sudah sarapan tadi"
"Telcelah Papi"
jawab Zero malas
"Ayo masuk ke ruangan Papi"
"Papi, Papi, Tante dendut tadi ciapa? Cepelti micis puff, dendut dan bibil melah"
ucap Zero terkekeh pelan saat melewati ruangan sekretaris Andra
"Itu namanya Tante Laudya, Sayang"
"Da Papi, itu micis puff hihihi"
ucap Zero yang lagi-lagi terkekeh
"Sekarang Zero duduklah dan tunggu Uncle Leo membawakan makanan ya. Papi harus bekerja"
"Tante tantik, cini duduk dekat Zelo"
Lalu Arra pun menuruti dan duduk disebelah Zero di sofa yang tak jauh dari meja kerja Andra
"Papi"
"Ya, Sayang?"
"Itu namanya da copan, Zelo dan Tante tantik cebagai tamu di cini jadi Papi halus melayani Zelo dan Tante tantik, Papi halus kemali uga belbicala"
"Sayang, Papi sedang memeriksa laporan, sebentar lagi Papi akan kesana"
"Nanti Zelo pelgi ya kalau Papi da kecini"
ancam Zero yang membuat Andra terkekeh lalu berjalan mendekatinya dan duduk tepat disebelah kanan Zero
"Papi, gimana nanti kalau Bunda cali Zelo? Telus Bunda malah-malah kalena Zelo beltemu Papi"
"Tidak Sayang, Papi tidak akan membiarkan Bunda untuk memisahkan kita lagi. Papi akan mencari cara untuk mengambil hak asuh itu, Zero mau kan tinggal bersama Papi?"
"Belcama Tante tantik uga?"
"Sayang, Tante cantik sudah bilang kan nggak bisa tinggal bersama"
"Lalu Zelo da bica lagi beltemu Tante tantik?"
tanya Zero dengan mata berkaca-kaca
"Zero boleh kok bertemu Tante lagi, nanti Tante kasih alamat panti asuhan Tante ya"
"Celius Tante? Zelo boleh lagi main belcama Tante tantik?"
"Iya Sayang"
"Holeeee Zelo boleh main belcama Tante tantik"
teriak Zero bersemangat lalu memeluk Arra dengan erat
Tak lama kemudian, pintu ruangan Presdir terbuka dan masuklah Leo dengan membawa makanan yang dipesan Andra
"Yeyeye ayam goreng Upin Ipin"
ucap Zero yang membuat Arra terkekeh melihatnya
"Zero mau mam sama siapa?"
tanya Leo saat memindahkan makanan Zero ke piring
"Tante tantik mam Zelo"
jawab Zero bersemangat membuat Leo mengerutkan kening
Leo juga mengetahui segala hal termasuk tentang Zero yang tidak pernah akrab dengan orang asing, namun dengan Arra entah mengapa Zero seperti sudah lama mengenalnya bahkan terlihat jelas dari raut bahagia bocah tersebut saat bersama Arra
"Zero sayang Tante cantik?"
Pertanyaan tiba-tiba keluar dari mulut Leo membuat Arra mengangkat kepala menatapnya heran sedangkan Andra menatapnya dengan kesal sudah seperti ingin memakan Leo hidup-hidup
"Iya, Zelo cayang cekali dennan Tante tantik. Tante tantik olang baik, Tante tantik uga yang peltama ndong Zelo, Tante tantik uga mau beli ikim buat Zelo, da cepelti Bunda yang da mau ndong Zelo dan kasih mimi. Zelo cayang Tante tantik"
ucap Zero lalu memeluk Arra dengan erat
"Hanya itu?"
tanya Leo dengan semakin kurang ajarnya
"Da, Zelo mau Tante tantik jadi Mami Zelo"
ucap Zero menatap Arra penuh harap yang membuat Leo tersenyum tipis sedangkan Andra dan Arra langsung mematung
Leo tau jika Zero memang merindukan kasih sayang dari Bunda nya, walaupun Leo tau bahkan gadis dihadapannya ini masih gadis SMU tapi dirinya sudah berhasil membuat Zero menyayanginya dan selalu mencari keberadaannya
Memang jika dihitung, usia gadis ini dengan Andra jauh berbeda, dengan umur yang terpaut 12 tahun mungkin membuat Andra maupun Arra tidak yakin terlebih mereka baru bertemu hari ini namun Leo melihat ketulusan hati Arra yang menyayangi Zero tanpa melihat status Andra, tanpa melihat kekayaan Andra dan itu murni seperti kasih sayang seorang ibu terhadap buah hatinya
Apa? Bagaimana bisa aku menikah dan hidup bersama gadis SMU yang diinginkan Zero sebagai Mami nya?-Andra
"Sayang, Tante tantik masih sekolah jadi Tante tantik nggak bisa jadi Mami Zero, tapi Tante tetap jadi Tante tantik nya Zero, Zero bisa main bersama Tante tantik"
"Thenapa da bica jadi Mami Zelo? Zelo kan mau bobo cama Tante tantik dan Papi, Zelo mau puk puk cama Tante tantik, Zelo mau minta mimi cama Tante tantik"
ucap Zero dengan nada kecewa membuat Arra semakin tidak tega
"Zero yakin mau Tante tantik jadi Mami Zero?"
tanya Arra yang membuat Zero mengangguk cepat sedangkan Andra hanya diam karena ingin mendengar lanjutan dari ucapan Arra
"Tapi Sayang, kita baru saja bertemu hari ini. Jadi nggak mungkin kan Tante langsung jadi Mami Zero bahkan tinggal bersama Zero dan Papi"
"Tapi Zelo mau Tante tantik jadi Mami Zelo"
ucap Zero kekeh yang membuat Arra menghela nafas berat karena tidak tau lagi apa yang harus ia jelaskan agar Zero mengerti
"Zero boleh kok anggap Tante cantik sebagai Mami Zero, tapi Tante cantik tidak bisa tinggal bersama kita, Sayang"
"Papi celius? Zelo boleh panggil Tante tantik cebagai Mami?"
"Tentu jika Tante cantik tidak keberatan"
"Tante, boleh ya?"
pinta Zero dengan wajah memelasnya membuat Arra tertawa seketika
"Iya Sayang"
"Horeee Zelo punya Mami dan Papi"
teriak Zero kencang membuat Leo tersenyum tipis
"Ayo sudah teriaknya, sekarang Zero mam ya sama Mami"
ucap Leo lalu memberikan piring makanan Zero kepada Arra
"Terima kasih Pak"
"Jangan memanggilku Pak, panggil Kak Leo saja. Aku tidak setua Pak Andra"
ucap Leo yang membuat Andra mendengus kesal
"Untel, pelcuma macih muda kalau da punya Onty. Untel iyat Papi walau cudah tua tapi punya Mami"
ucap Zero dengan mulut yang penuh
"Telan dulu makanannya baru berbicara"
tegur Arra yang membuat Zero tersenyum seraya menggaruk tengkuk tidak gatal.
*
*
*
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!