NovelToon NovelToon

I LOVE YOU, ENCUS

Restu Mama

" Mau sampai kapan kamu terus ikut balapan? Terus kapan nikahnya? Kapan bisa kasih cucu untuk mama?" Omel mama Sarah.

" Ntar ma, ini juga baru mau berangkat, nanti kalau udah bosen juga udahan. Tenang aja." Rayyan menaik turunkan alisnya sambil melirik sang mama yang kesal melihat ulah anak bontot berumur 35 tahun itu.

Tinggi iya, ganteng ada, duwit banyak, prestasi segudang, koleksi motor puluhan, orang tua lengkap, kakak punya, ponakan ada 2, dan istri.... Itu yang jadi masalah, terus mau dapat anak dari mana, kalau istri aja belum ada?

" Oh... Mama sayang, bersabarlah, anakmu ini tampan, rupawan, menawan dan mapan. Jangan kawatir untuk masalah itu, sekali jentik.... Tik.... Para gadis akan datang kayak ayam di kasih makan. Berebut." Dengan sombongnya seorang Rayyan membanggakan diri dengan apa yang melekat padanya.

" Jangan cuma banyak omong doang, buktikan! Mama bisa mati sebelum kamu menikah, gara-gara mikirin kamu yang jomblo ketuaan. Kalau mama nanti jadi hantu penasaran gimana? Gara-gara ngidam pengen lihat cucu dari kamu!" Mama Sarah terus mengomel tanpa henti di depan anaknya.

" Ngidam itu kalau mama hamil, bukan karena mati ma." Ngeles lagi tuh si anak.

" Pokoknya mama gak mau tahu, tahun ini musim terakhir kamu ikut balapan! Tahun depan nikah!" Keputusan belum final, karena si anak masih punya alasan untuk menolak.

" Tapi kontrak aku belum selesai ma, dan itu sampai tahun depan." berasa pusing sendiri jika menghadapi sang mama yang selalu ribut

tentang istri dan anak.

" Rayyan berangkat dulu ya." Rayyan mencium kedua pipi mama Sarah, yang masih cemberut, namun ikut bergerak ke kiri dan ke kanan memberikan pipi untuk anaknya.

" Semoga kalah." Doanya dengan nada kesal.

Rayyan berhenti dan berbalik melihat sang mama dengan pandangan memelas.

" Doa dan restumu mama, adalah sangu untuk keberhasilan anakmu." ucapnya lirih.

" Iya, jika itu untuk pernikahanmu!" Mama masih belum mengalah.

" Tapi aku butuh doa mama untuk balapan kali ini! Masa iya, jadi tuan rumah malah kalah."

" Janji dulu, bawa calon untuk mama, baru mama kasih restu."

Rayyan mendesah... Berusaha sabar menghadapi keinginan sang mama yang satu itu.

" Mama minta yang seperti apa?" Akhirnya Rayyan memberikan mamanya pilihan.

" Yang pasti kamu cinta sama dia!"

Rayyan menggaruk kepalanya yang tak gatal, mengacak-ngacak rambutnya yang sudah ia bentuk sedemikian rupa agar terlihat macho. Tapi mama... Oh mama... Kau menghancurkan segalanya.

" Laki-laki boleh?" pertanyaan konyol itu meluncur begitu saja.

" Dasar sableng! Masa mau pentung-pentungan." Mama menoyor kepala anak somplaknya itu.

" Habis semua yang ada di sana laki-laki, kalaupun ada wanita, aku tak tertarik dengan yang suka pakai pakaian mini, terlalu banyak yang lihat, sudah bukan rahasia."

Mama memijit pelipisnya, merasa berdenyut jika menghadapi pola pikir anak bontotnya itu.

" Minum ma!" Rayyan mengambil air mineral kemasan yang selalu tersedia di atas meja, mencoblos dengan pipet dan mengulurkan untuk mama Sarah.

" Aku berangkat, jangan lupa doakan agar menang." sekali lagi Rayyan minta pamit.

" Mama tidak akan berdoa untukmu, sebelum kamu bawa calon ibu untuk anak-anakmu." Mama melengos, meninggalkan Rayyan yang masih memaku di ruang keluarga.

" Ok!" Teriaknya.

Rayyan mengendarai motor menuju sirkuit bertaraf internasional, tempat diadakannya balapan untuk tahun ini. Walaupun pikirannya sedang terbagi dengan permintaan sang mama, namun profesional adalah pegangan hidupnya.

* * * * *

Sorak sorai suara pendukung bersahutan, menyuarakan nama-nama jagoan masing-masing.

Diurutan ke-3, Rayyan Aquino, bersiap di atas kuda besi miliknya, dan di sampingnya berdiri Angela, model eksekutif yang disewa oleh perusahaan otomotif untuk memayungi dirinya.

Rayyan menilai dari bawah sampai atas penampilan model berbadan tinggi, langsing, bibir seksi dan cantik pasti. Namun baginya tak ada yang menarik.

Pasti sudah bukan ori! Rayyan mencibir.

Sang model tersenyum kearahnya, terlihat giginya yang putih karena veneer gigi yang lagi viral digunakan agar terlihat putih bersinar.

Tuhkan.... Palsu.

Rayyan menggeleng lagi.

Mendengar suara sirine, Rayyan beralih fokus ke motor yang sedang ia tunggangi, memastikan semua ready dan safety. Dibantu oleh mekanik timnya.

" Overall is Ok."

Rayyan mengangguk, mengacungkan jempol.

Fokus kembali pada turnamen kali ini, Rayyan menyemangati diri sendiri, berdoa seperti biasa sebelum berlaga.

Begitu aba-aba mulai dihitung mundur, semua rider bersiap dengan memainkan gas motor, dan ketengan memacu untuk segera beraksi.

3

2

1

Dan... Suara motor memenuhi arena balapan, begitu pula dengan suara komentator yang sedang berbicara mengenai posisi rider.

Walaupun start diurutan ke-3, Rayyan Aquino adalah bintang jalanan, dengan segala keahlian yang ia miliki, dan teknik yang ia kuasai, kini ia berada diurutan pertama.

laps demi laps terlewati. Cuaca semakin panas, dan persaingan semakin sengit, apalagi saat suara deru motor lawan semakin terdengar mendekat. Tanpa ragu, Rayyan menambah kecepatan agar tidak tersalib. Dan benar saja, kini ia meluncur ke depan, meninggalkan jarak yang cukup jauh dari lawan.

Dan diakhir laps... Saat-saat mendebarkan, walaupun ia berada di depan, namun detik-detik terakhir adalah sebuah momentum yang

mendebarkan, dimana gerakan slow seolah-olah menjadi adegan mendebarkan untuk menuju garis finish.

Namun sekali lagi, Restu mama adalah sangu. Begitulah Rayyan mengucapkannya, dan beberapa meter sebelum finish, motornya mengalami kerusakan mesin, sehingga kehilangan kendali.

1

2

3

Tak dapat terelakkan, ia kini tergelincir. Ditinggalkan oleh motornya yang tengah melewati garis bertuliskan finish dalam posisi

body motor yang remuk, dan tubuh Rayyan terpental keluar dari arena.

Penonton serentak berdiri, histeris menyaksikan akhir pertandingan yang dimenangkan oleh motor tanpa pengendara.

Rayyan terkapar... Seolah dunianya berhenti, dan hilang sudah kesadarannya, ketika beberapa tim medis mengangkatnya dan membawanya dengan tandu menuju mobil ambulance.

Mama..... Kenapa kau begitu tega, lihatlah anakmu jadi kalah. Mungkin kau benar, ini saatnya aku memenuhi permintaanku. Mudah-mudahan tidak ada bagian tubuhku yang cedera, hingga masih ada gadis yang mau menerimaku.

* * * * *

Cahaya silau masuk membuat matanya terasa sakit. Rayyan berusaha bangun, ia mengira ini sudah pagi. Ingin turun dari tempat tidur, namun badannya tak bisa digerakkan, rasa sakit dimana-mana, bahkan lehernya kini dipakaikan penyangga.

" Sudah sadar kamu?" Suara mama.

Rayyan kembali berbaring. Ia ingat bahwa tadi ia mengalami kecelakaan. Berarti sekarang ia sedang berada di rumah sakit. Ia hanya diam, menggerak-gerakkan matanya, tanpa berniat berbicara. Mama pasti akan langsung menyerangnya jika sampai ia membuka mulutnya.

" Makanya nurut apa kata orang tua."

Tuh kan benar, langsung nyerang. Padahal aku aja belum ngomong.

Rayyan hanya memandang mama Sarah yang keluar dari ruangan dan tak lama kembali bersama dokter.

" Perkembangannya cukup baik. Yah walaupun ada cedera pada leher, namun dengan pengobatan dan istirahat itu akan membantu untuk cepat pulih." Jelas dokter.

" Kalau kaki dok?" Tanya mama Sarah.

" Kaki tidak ada masalah, semua aman." dokter tersenyum melihat Rayyan yang menampilkan senyuman saat mendengar perkataannya.

" Harusnya kakimu patah, biar kamu tak bisa ikut balapan." mama Sarah mendengus kesal.

" Untung tidak bu, jadi masih bisa ikut lagi, jika cedera lehernya sudah sembuh." Dokter bahkan tersenyum lagi saat mengucapkan itu, mama Sarah makin sewot dan memukul kaki Rayyan.

Bukk....

" Gerrrmmm!" Rayyan mengeram sengsara, merasakan rasa sakit yang tertinggal di kakinya, walaupun tak cedera namun tetap saja memar pasti ada. Dan rasanya ditambah pukulan dari mama Sarah, makin membuatnya ingin menangis.

Pasrah, karena saat ini Rayyan tak bisa berkutik.

" Pokoknya setelah ini, tidak ada lagi yang namanya balapan, TITIK!"

Mana bisa, orang bulan depan aja jadwalnya di sirkuit impianku.

Rayyan tersenyum dibalik wajah diamnya.

Rayyan Aquino blasteran Indo-Spanish

Jumpa lagi... Seperti janji author yang mau rilis novel baru. Nih, udah ready....

Jangan lupa untuk jempolnya

Yang belum pernah kasih like, tulis komentar dan vote.... Sekarang waktunya..

Salam ~Fillia ~

Mira Adinda

Membuka amplop, menarik kertas yang terselip diantara lembaran uang berwarna biru dan merah.

" Masih sama, jika begini mana cukup!"

Mira Adinda mendesah, menyelipkan kembali selip gaji dan menghitung jumlah uang di dalam amplop tanpa mengeluarkannya.

" Satu juta."

Jumlah gaji Mira bulan itu sudah terinci akan dikeluarkan untuk apa saja, dan sudah dipastikan kalau besok dia sudah tidak memegang uang itu.

" Kak, bayar sekolah." Andre, adik Mira mengulurkan tangan saat Mira masih memegang amplop berisi uang itu.

" 300 ribu kan, nih." Mira menyodorkan 3 lembar merah ke tangan Andre, adiknya.

" Jatah bensin mana?"

Mira melirik sebentar, kemudian mengambil lagi 1 lembar warna biru.

" Ini dulu, yang lain nyusul ya. Mbak harus bayar cicilan motormu." Mira memberikan uang tambahan untuk membeli bensin pada Andre.

" Ok, trima kasih kakakku sayang."

" Hem." Mira mengangguk, " belajar yang bener." pasannya pada Andre.

" Pasti."

Ibu menatap iba pada dua anak yang sedang berkomunikasi di dalam ruang makan itu. Menitikkan air mata, merasa sedih karena menumbalkan anak perempuannya untuk menjadi tulang punggung keluarga. Membiayai sekolah adiknya dan menanggung biaya kebutuhan lainnya. Sedang sang ayah, malah kabur dengan perempuan lain.

" Malang memang nasibmu nak" Ratap Ibu Santi, ibu dari Mira dan Andre.

Mira Adinda, gadis berusia 23 tahun. Gadis cerdas, namun tak beruntung. Harus merelakan kecerdasannya yang tak terfasilitasi karena tidak punya biaya untuk melanjutkan pendidikan, hingga ia memilih bekerja setelah tamat sekolah menengah atas.

Saat ini, ia bekerja menjadi staf tata usaha di sekolah swasta, karena rekomendasi dari guru BK yang menyayangkan kepintarannya. Dengan senang hati Mira menerima tawaran pekerjaan itu, setelah tak lama ia menerima ijazah SMA-nya.

5 tahun berkerja, bukan pundi-pundi uang yang menumpuk ditabungannya, bahkan sekarang ia bingung harus mencari tambahan

pendapatan untuk kebutuhan Andre yang masuk sekolah kejuruan. Sedang sang ibu hanya bekerja menjadi buruh cuci dari rumah ke rumah, pendapatan hanya cukup untuk makan sehari-hari.

* * * * *

" Mbak, jagoanmu kalah tuh." Teriak Andre yang sedang menyaksikan motor balap ditelevisi sore itu, sedang Mira masih masuk mengambil minum di dapur.

" Kok bisa, padahal dia dari tadi di depan, jaraknya sama yang keduakan juga jauh." Mira buru-buru berlari dari dapur, untuk melihat apa yang terjadi dengan sang jago.

" Ya ampun..... Sayang banget, padahal tinggal

dikit lagi. Kok bisa ya?" Mira melihat tubuh rider jagoannya yang sedang ditandu oleh tim medis menuju ambulance.

" Itu namanya nasib kak. Sekarang beruntung, lima menit kemudian buntung." Sok bijak si Andre menimpali keheranan sang kakak.

" Sok-sokan lu!"

Mira berjalan menuju kamar, mengambil hpnya yang berdering.

" Halo San."

San, Sania adalah panggilan sahabat Mira yang bekerja jadi TKW.

" Apa kabar kamu Mir?"

" Alhamdulilah, sehat. Kamu gimana?"

" Sama. Kamu gak mau nyusul gitu? Lumayan lho, disini gajinya gede, bisa cukup untuk biaya adikmu, bantu ibumu."

" Aku bingung San. Kamu tahu sendiri, ibu melarangku pergi, kalaupun boleh aku sudah nyusul kamu dari dulu."

" Tapi kamu sekarang butuh uang banyak lho! Lihat Andre sekarang masuk sekolah kejuruan, butuh biaya gede, terus belum cicilan motormu." Santi terus membujuk agar Mira ikut kebekerja bersamanya.

" Aku bilang sama ibu lagi ya, siapa tahu kali ini boleh." Ucap Mira.

" He'em. Nanti kalau boleh bilang aja, aku bantu biaya buat ke PJTKI, biasanya ada biaya yang dibayar dimuka, kalau mau potongannya kecil."

" Ma kasih lho San." Mira terharu dengan kebaikan sahabatnya itu.

Andai ibu tak melarang, mungkin dia sudah bisa menabung banyak, dan tidak bingung masalah biaya sekolah Andre.

* * * * *

" Ibu pokoknya ndak setuju!" Dengan keras ibu tak mengijinkan niat Mira untuk ikut Sania.

" Kamu tahu, banyak nasib TKW yang jadi korban pemerkosaan. Bahkan banyak yang hilang tanpa kabar, dan parahnya lagi tiap hari Ada yang disiksa. Kamu tidak lihat di berita tentang kasus para TKW!" Ibu mengatakannya dengan nada keras, membuat Andre segera menghampiri kakak dan ibunya yang sedang berada di dapur. Ia mematung disana, menatap iba dengan apa yang diucapkan oleh kakaknya.

" Tapi kan Andre butuh uang banyak bu untuk sekolah. Dan ibu juga tidak harus bekerja jadi buruh cuci lagi kalau aku punya gaji kayak Sania. Dan nyatanya Sania juga baik-baik aja kan bu?" Mira mencontohkan Sania yang sukses bekerja di luar negeri tanpa mengalami nasib seperti yang dikawatirkan ibunya.

" Pokoknya ibu tidak setuju!" Ibu masih kekeh dengan pendiriannya.

" Aku juga kak! Kalau kakak keberatan dengan biaya sekolahku, aku bisa berhenti dan bekerja." Andre ikut melarang Mira.

" Mana bisa begitu. Kamu harus sekolah, setidaknya jika kakak nanti menikah, kamu bisa punya kerjaan bagus kalau sekolah." Ucap Mira.

" Tapi biayanya juga banyak." Andre ingat tadi pagi ada surat edaran dari sekolah tentang biaya PKLnya yang mencapai lebih dari 3 juta, dan dia yakin pasti ibu dan kakaknya tidak punya uang sebanyak itu.

" Jangan kawatir Andre. Nasib orang siapa yang tahu, kamu sendiri bilang begitu kan tadi." Mira mengelus rambut Andre, adik semata wayangnya.

Ia memandang ibu yang malah menangis di sebelah mereka.

" Ibu jangan nangis, semua pasti ada jalannya." Hiburnya dengan merangkul sang Ibu.

" Maafkan ibu."

" Kenapa minta maaf, emang ibu salah apa?" Mira tak ingin ibunya merasa bersalah atas keadaan mereka.

" Karena tidak bisa memberikan kalian nafkah yang cukup."

" Jangan bicara begitu ya bu. Doakan saja kami anak-anak ibu semoga sukses dan keluar dari keadaan ini." Pinta Mira.

" Amin." Ibu dan Andre menjawab bersamaan.

Seandainya ayah tidak pergi dengan wanita itu, mungkin ini tidak akan terjadi!

Andre mengepal tangan di dalam saku celana yang berisi surat edaran dari sekolah yang akan ia berikan pada ibu.

Ingin mencari, namun kemana dia tak tahu. Ia tak mungkin meminta uang sebanyak itu pada ibunya yang hanya buruh cuci, dan kakaknya. Ia tahu persis berapa gaji bulanan kakaknya yang hanya bekerja menjadi staf tata usaha di sekolah.

Aku harus bantu mereka bekerja.

* * * * *

Pagi hari

Mira sudah bersiap pergi bekerja dengan diantar oleh Andre dengan motor cicilan yang ia beli.

Melintasi gang perkampungan, melewati depan rumah Bobby sang pacar Mira yang saat ini sedang kuliah di sebuah Universitas ternama di kota Bogor.

Mira selalu menatap rumah besar milik orang tua Bobby yang bekerja sebagai PNS. Jadi maklum saja jika anaknya bisa sekolah dengan pendidikan tinggi.

Sayangnya pagi itu, rumah yang biasanya sepi kini menjadi ramai dengan beberapa mobil yang terparkir di depan rumah Bobby. Mira heran, dalam pikirannya bertanya-tanya ' ada apa?'

" Dek, pelan." Mira menepuk-nepuk bahu Andre, agar memelankan laju motornya.

Andre menurut, ia paham dengan keinginan kakaknya.

Mira melihat beberapa orang yang mengenakan baju batik berlengan panjang, dan ibu-ibu yang mengenakan kebaya dan tatanan rambut yang dibuat sedemikian rupa agar cocok dengan pakaian yang dikenakan.

Mira semakin menajamkan pandangannya. Namun ia tak berani untuk masuk, karena ia tahu Bobby tak ada di rumah. Yang Mira tahu, kekasihnya itu sedang ada di Bogor, kuliah di sana.

Seorang tetangga Bobby kebetulan lewat, Mira meminta Andre berhenti.

" Maaf bu, mau tanya. Sedang ada acara apa ya di rumah pak Hardi? Kok ramai sekali?" tanya Mira sopan.

" Oh itu, anaknya pak Hardi kan menikah kemaren sama anaknya pak Slamet. Dan hari ini mereka akan mengadakan resepsi di gedung besar dekat plaza itu lho."

Deg

Menikah? Mas Bobby?

" Ya sudah dek, ini saya juga akan siap-siap mau ikut." pamit tetangga Bobby.

Mira tak menjawab, ia masih belum sepenuhnya percaya dengan berita yang baru saja dia dengar. Namun jika hanya berita, belum pasti benar, mana mungkin mas Bobby menikah? Lalu.....

Mata Mira terbelalak memandang iringan yang keluar dari rumah Bobby menuju mobil yang mewah berhias bunga yang terparkir tak jauh dari tempat Mira berdiri.

Pertemuan tak terelakkan antara Mira dan Bobby yang menggandeng mesra sang istri dalam busana pengantin.

" Mas Bobby?" Mira menggumam nama orang yang terkejut melihat dirinya.

" Mira!"

Mira langsung naik ke motor dan meminta Andre pergi dari sana.

Andre juga panas melihat penghianatan yang dilakukan pacar kakaknya itu, langsung melajukan motor dengan kecepatan penuh, meninggalkan Bobby yang mengejar mereka.

" MIRA.... TUNGGU!" Teriakan itu masih menggema di telinga Mira, namun hatinya terlanjur sakit, terluka namun tak berdarah yang ia sendiri tak tahu apakah masih bisa terobati.

Cinta pertamanya meninggalkannya, yaitu ayahnya. Sedangkan kini, pacar pertamanya menghianatinya.

Mira meraung dalam kesendiriannya, merasa tak percaya dengan apa yang terjadi padanya. Begitu berat, semuanya mengecewakan dan menghancurkan.

Mira Adinda Asli Indonesia

Jangan lupa tekan love, biar masuk daftar favorite Ok! 😉

Aku baik-baik saja

Jika melepaskan adalah jalan terbaik, maka itu yang harus aku lakukan. Karena untuk bertahan, semuanya sudah terlambat.

Mira Adinda

______________________________________________

Tok Tok

" Siapa?" teriak Mira dari dalam kamarnya.

" Andre kak. Ada yang cari kakak."

Mira menghapus air mata yang masih membekas. Menghilangkan jejak kesedihannya agar tak terlihat oleh Andre, apalagi ibunya. Dia tak ingin terlihat menyedihkan dihadapan keluarganya. Membuka pintu kamar dan melihat Andre ada disana.

" Siapa?" Sekali lagi Mira bertanya pada Andre siapa yang mencarinya sambil melongok ke ruang tamu yang terlihat dari kamarnya.

Bu Hardi?

Deg

Perasaan Mira semakin tak enak, ketika ibunya melambaikan tangan untuk mendekat.

Mira menarik daun pintu kamarnya, sebelum menghampiri ibu dan tamunya. Memberi salam yang tak terbalas oleh ibu Hardi, ibunya Bobby. Tetapi malah tatapan sinis yang ia dapatkan sebagai gantinya.

Bergantian melihat wajah ibunya yang menunduk, Mira semakin yakin bahwa ada yang tidak baik-baik saja disini.

" Saya minta kamu jauhi Bobby!" Suara yang mengandung perintah, terdengar tegas itu membuka percakapan antara Mira dan ibunya Bobby.

" Tidak anda mintapun akan saya lakukan!" Nada suara Mira terdengar datar, namun tak kalah tegas.

" Bagus!" Ucapan sinis itu tak berhenti " berarti kamu tahu diri, kalau kamu itu tak pantas untuk anak saya."

" Jika saya pantas, maka bukan Ajeng yang menikah dengan mas Bobby." Ucap Mira.

Ibunya menatap Mira dengan pandangan nelangsa.

" Ibu, aku baik-baik saja." Mira mengelus lengan ibunya, berbisik pelan.

" Ajeng memang pantas bersama Bobby, karena status mereka yang sama. Jadi masa depan mereka sudah bisa dipastikan akan cerah." Ucapan sombong yang tak langsung ingin mengatakan bahwa masa depan Mira suram.

" Saya paham. Jadi apa masalah anda ibu Hardi?" Mira berusaha setenang mungkin agar tidak terbawa emosi, menghadapi ibu mantan kekasihnya itu.

" Saya tahu, hubungan kalian sudah lebih dari 5 tahun. Maka akan sangat sulit, terutama untukmu merelakan ini. Terbukti saat tadi kau melihat Bobby bersama istrinya___"

" Langsung saja bu Hardi." Mira memotong kalimat bu Hardi yang belum selasai. Ia merasa bahwa ucapan yang dipanjang-panjangkan itu, tak ada gunanya. Karena dia sendiri sudah memutuskan untuk tidak mengungkit apapun lagi mengenai dia dan Bobby. Semuanya sudah berakhir.

" Gara-gara kamu, semuanya jadi kacau. Pesta

tadi pagi hampir bubar gara-gara kamu!" bu Hardi kini mulai meluapkan emosinya. Menyalahkan Mira sebagai penyebab hampir batalnya acara resepsi tadi pagi.

Mira mengernyit, merasa jika itu tak ada hubungannya sama sekali dengan dirinya.

" Itu bukan salah saya bu Hardi. Salah putra anda yang tidak menyelesaikan dahulu satu hubungan, sebelum memulai yang baru." Nada santai Mira, membuat panas suasana hati bu Hardi. Sedangkan ibunya malah bingung dengan sikap Mira yang sangat tenang. Padahal sebagai seorang ibu, ia cukup paham rasa sakit yang dirasakan anaknya saat ini.

" Maka dari itu, saya minta kamu menjauh dari anak saya!" Sekali lagi kalimat itu diucapkan oleh bu Hardi. Ia merogoh tasnya, mengeluarkan amplop tebal dan meletakkannya di atas meja dengan gusar.

" Ini, ambilah."

Mira dan ibunya menatap pada amlop coklat yang ada di meja. Kemudian saling menatap.

" Kalian kaget melihat amplop itu? Itu uang untuk ongkos!"

Mira meremas tangannya yang tadi ia letakkan di belakang ibunya. Namun ia berusaha untuk tetap tenang.

" Saya paham maksud anda bu Hardi. Tapi maaf, ini adalah rumah saya. Jadi tidak ada siapapun yang bisa mengusir saya kecuali ibu saya."

Ibu Hardi semakin geram. Mengobrak-abrik isi tasnya dan mengeluarkan uang 3 gepok ratusan ribu, meletakkan di meja, di atas amlop tadi.

" Itu cukup untuk membeli rumah ini."

Mira memandang tumpukan uang itu, memandang sinis pada benda dan orang yang semakin gusar melihat sikap santainya.

" Saya akan menjauhi putra anda, tapi bukan berarti saya bisa anda beli, dan keluarga saya bisa anda perintah untuk mematuhi anda ibu Hardi. Jadi silahkan bawa kembali uang anda."

" Saya cukup tahu, orang miskin seperti kalian sangat butuh uang. Ambil saja, jangan malu-malu." Bu Hardi mendorong uang itu mendekat ke arah Mira dan ibunya.

Ibu Santi ingin menyahut, namun Mira memegang lengannya untuk tidak mengatakan apapun.

" Andre." Panggil Mira pada Andre yang langsung datang, karena ia duduk di ruang makan, ruang yang terdekat dengan ruang tamu.

Andre mendekat, menatap heran ibu, kakak ibu Hardi dan tumpukan uang secara bergantian.

" Kau ingin uang?" Tanya Mira. Andre paham apa maksud pertanyaan kakaknya, setelah melihat bu Hardi yang tersenyum senang. Menganggap bahwa uang bisa membungkam

keluarga Mira yang lainnya.

" Aku butuh, tapi bukan uang haram kak. Aku akan terima yang kakak hasilkan walaupun sedikit, tapi halal." Andre tersenyum pada bu Hardi saat mengucapkannya, membuat bu Hardi semakin panas dengan kelakuan keluarga Mira.

" Anda sudah mendengar, bahwa uang anda tidak dibutuhkan disini. Dan anda tidak perlu kawatir dengan saya. Saya janji tidak akan menemui putra anda ibu Hardi, karena bagi saya itu sudah masa lalu. Jika putra anda belum bisa move on dari saya, itu bukan salah saya. Jadi tidak ada yang perlu anda pusingkan dengan itu."

" Dasar keluarga miskin! Sombongnya selangit! Beruntung Bobby tidak menikah denganmu. Permisi." Bu Hardi mengambil dengan tergesa uang di atas meja dan keluar dari rumah Mira.

Mira menutup pintu setelah bu Hardi tak terlihat. Menggeleng dan berbalik akan menuju kamarnya. Namun langkahnya terhenti oleh ibunya yang mencekal tangannya.

Mira menghadap ibunya yang menatapnya dengan penuh tanya.

" Aku baik-baik saja ibu."

Ibu menarik lengan Mira, membuat tubuhnya berada dalam pelukan ibunya. Dan saat itu, tumpahlah semua rasa yang berkecamuk dihatinya dan keluar dari air mata yang banjir dari kedua pipinya.

Mengelus lembut punggung anak gadisnya. Menyalurkan kekuatan dan kasih sayang seorang ibu yang merasa gagal memberikan perlindungan, dan bahkan diam saja ketika di depan matanya ia melihat anaknya dihina oleh orang lain, bahkan oleh orang yang tak punya andil dalam pertumbuhan anaknya.

Ibu mana yang rela anaknya disakiti oleh orang lain. Walaupun ia sendiri kadang melakukannya.

" Maafkan ibu yang tak bisa melindungimu. Belum bisa menjadi ibu yang baik untukmu."

Mira menjauhkan tubuhnya dari pelukan sang ibu.

" Apapun ibu, ibu tetap yang terbaik yang aku miliki. Cukup doakan aku ibu. Karena doamu adalah sangu untuk anakmu." Mira menghapus air mata ibunya dan gantian memeluk tubuh renta termakan usia itu. Seolah memang ia baik-baik saja, apapun masalah yang ia hadapi, asalkan ibunya tetap dipihaknya.

Andre menghapus air mata, ketika menyaksikan ibu dan kakaknya kembali saling berpelukan.

Maafkan aku yang belum bisa berbuat apapun untuk kalian. Tapi aku sangat menyanyangi kalian. *Jika saja ayah ada disini,

pasti semuanya tak seperti ini.

Ayah, dimanakah dirimu*??

Next>>

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!