Kecelakaan beruntun di antara mobil dan beberapa transportasi lainnya membuat para media sosial geger membicarakannya.
Sementara saat ini ketiga gadis remaja yang duduk menikmati hidangan cemilan itu sedang bercanda tawa menceritakan kepribadiannya masing-masing. Mereka berada di sebuah kantin kampus.
Ponsel berdering milik Ayana. Salah satu gadis dia antara ketiga orang tersebut.
"Ayana. Ada yang telfon tuh." Mia salah satu sahabat terdekat Ayana di kampusnya. ia memberi tahu bahwa ponsel Ayana berdering.
"Siapa ya? Sepertinya aku tidak mengenal nomor ini." Ayana sudah melihat ponselnya. Ia merasa enggan dengan nomor tak dikenal itu.
"Angkat saja. Siapa tau penting."
Siska pun ikut berbicara dan penasaran juga.
"iya coba saja Ay."Mia yang ikut menimpali.
Mia dan Siska merupakan teman dekatnya Ayana. Mereka selalu bersama-sama di saat susah maupun senang. Mereka semua juga sangat akrab dan bahkan mungkin mustahil untuk saling di pisahkan.
"Halo. Ini siapa ya?"
Ayana mencoba mendengarkan seseorang yang berbicara di telpon itu.
Kesunyian datang beberapa saat ketika Ayana mendengarkan suara panggilan tersebut di telinganya.
Mia dan Siska pun terdiam. Keduanya penasaran dengan raut wajah Ayana yang sedikit mengerutkan keningnya.
"Iya Pak betul dengan saya sendiri."
"Iya Pak betul. Ada apa yah Pak kalo boleh tahu?"
Berulang kali Ayana menjawab Jawaban yang sama. Siska dan Mia pun semakin penasaran.
Ayana terkejut. Air matanya jatuh seketika dan terbengong karena kaget. Ia bahkan menjatuhkan ponsel dan langsung berlari meninggalkan kedua temannya itu.
"Ay. Ayana ada apa Ay???"
Siska yang bingung dengan kepergian Ayana yang tiba-tiba dan panik.
"Ayana menangis. Ada apa sebenarnya?" Mia
"Ambil ponselnya. Siapa tau belum mati telfonnya dan tanyakan ada apa sebenarnya,aku akan kejar Ayana."
Siska dengan panik langsung berlari mengikuti Ayana.
Ayana berlari tak tentu arah dan langsung menaiki taksi yang telah ia berhentikan. Lalu menuju ke tempat kecelakaan terjadi sambil menangis terisak.
Siska pun ikut menyusul menggunakan taksi mengikutinya dari belakang.
"Apa???"
Suara Mia yang kaget mendengarnya suara orang yang memberi kabar tersebut juga.
Ia pun ikut menyusul ke tempat kejadian tanpa pikir panjang.
Iya Tuhan. Aku benar-benar tak menyangka ini.
Ayana tak berhenti menangis. Terlebih setelah melihat suasana jalan dan sebuah garis polisi yang sudah terlintas jelas dan menyegel tempat terjadinya kecelakaan tersebut.
Sebuah mobil sedan yang terlihat hancur se-rusak-rusaknya.
Ia jatuh terduduk dan lemas tak berdaya. Ayana tidak bisa menerima kenyataan ini. Sampai akhirnya Ayana pun jatuh pingsan tak sadarkan diri saking syoknya.
"Ay. Ayana bangun Ay"
Siska juga sangat panik melihat kejadian tersebut. Terlebih lagi Ayana yang tidak sadarkan diri membuatnya semakin bingung harus bagaimana sekarang.
"Itu mobil keluarga Ayana bukan. Bagaimana ini bisa terjadi?"
Siska yang sudah panik dan kehabisan kata-kata juga.
*
*
Ayana terbaring di ruangan rumah sakit. Ia belum juga sadarkan diri karena masih syok dengan kejadian tersebut.
Siska dan Mia juga sangat sedih melihat keadaan Ayana. Mereka berdua juga tidak sanggup membayangkan kejadian di siang hari tadi.
Hingga kemudian beberapa saat Ayana terbangun dari pingsannya.
"Aku dimana?."
Ayana yang baru saja siuman dan bingung dengan keadaan.
Siska dan Mia yang melihat itu langsung menghampiri Ayana dan antusias untuk bertanya.
"Kamu tidak papa kan Ay?"
Ayana menangis kembali mengingat kejadian siang tadi.
"Ba-bagaimana dengan keluargaku? Me-mereka semua tidak papa kan?"
Suara isak Ayana yang benar-benar ingin mengetahuinya dengan bicara terbata-bata.
"Keluargamu. Em..keluargamu semuanya su-sudah.." Mia pun ikut terbata bata karena tidak tega mengatakan hal ini kepada teman dekatnya itu.
"Ayo jawab Mia. Katakan! Keluargaku baik-baik saja kan?" Ayana yang masih menangis menatap wajah temanya dengan penuh harap.
Siska dan Mia tidak sanggup untuk memberitahu dan mengatakan tentang kondisi keluarganya sekarang.
Dengan keadaan Ayana yang seperti ini membuat mereka berdua tidak sanggup untuk memberitahunya.
"Ayo jawab aku! Aku mohon. Jawab Siska. Hiks hiks...."
Suara Ayana yang semakin tinggi karena ingin tahu sambil menangis terisak.
"Maaf Ayana. Semua keluargamu sudah..sudah tidak ada.."
Siska pun ikut menangis tak kuasa memberitahunya. Begitu juga dengan Mia. ia sudah meneteskan air matanya sejak tadi.
"Tidak. Ini tidak mungkin. Ini pasti tidak terjadi kan. Ini tidak mungkin. Ini tidak mungkin kan! hiks..hiks.." Ayana menangis sekencang kencangnya di bekapan temanya. Ia memukuli dirinya sendiri karena tak percaya akan semua ini.
"Tenang Ayana. Aku mohon tenanglah. Jangan menangis seperti ini."
Siska memeluk Ayana erat sambil memberinya ketenangan dan menenangkannya.
Ayana tinggal bersama keluarganya di rumah yang penuh dengan kecukupan. keluarganya beranggotakan empat dengannya.
Ia memiliki satu adik perempuan.
Ayah, Ibu dan Adik perempuannya memang akan pergi keluar kota, karena Ayah Ayana ada urusan pekerjaan disana. Sekalian mereka juga berniatan untuk berjalan-jalan. Namun sayang, takdir yang sudah menggenggam segalanya. Ayana benar benar-benar tidak menyangka pertemuan tadi pagi dengan keluarganya adalah pertemuannya yang terakhir.
Ayana tidak sanggup menghadapi ini semua. Terlebih lagi jika dia harus pulang ke rumah dan melihat suasana rumah yang sudah sangat berbeda.
Keluarga teman dekat Ayana langsung menawarkan agar Ayana tinggal sementara di tempat mereka.
Berhari-hari Ayana menangis tanpa henti mengingat kepergian keluarga yang sangat ia sayangi dan cintainya itu.
Kini kehidupannya sangat berbeda dan sebatang kara,hanya tersisa rumah yang ia miliki dari keluarganya.
Kejadian seminggu yang lalu masih begitu terasa dan menusuk di hatinya. Walau sudah berlalu, namun rasanya ia tidak sanggup jika harus kembali ke rumahnya.
Ia pasti akan selalu mengingat semua kejadian dan kenangan saat bersama keluarganya.
Dia pasti juga akan menangis dan terus menangis lagi jika mengingat semua tentang kenangan indah bersama keluarganya yang menimpa kehidupannya saat ini.
Hari ini Ayana berniat menaiki sebuah taksi online dan langsung menuju ke rumahnya yang ia punyai sebatang kara seperti sekarang ini.
Walaupun mata tak sanggup melihat kembali tentang keindahan bersama keluarga di rumahnya nanti,
namun ia tetap memberanikan diri untuk pulang kerumahnya.
*
Sesampainya dihalaman rumah.
Terlihat dua orang yang sedang menjaga pintu gerbang di depan rumahnya. Membuat Ayana bingung dan bertanya-tanya didalam hati.
Ada apa ini?
Terlebih lagi ada sebuah spanduk besar yang tertulis di gerbang rumahnya bahwa :Rumah Ini Di Sita!
"Permisi. Mohon maaf ada apa ya ini?"
Ayana semakin bingung dengan Semuanya.
"Maaf Mbak. Bukanya rumah ini milik pak Tomi?"
Salah satu penjaga yang bertanya.
"Iya Pak betul. Itu Ayah saya"
Ayana menatap tajam kedua penjaga tersebut dan semakin berdebar karena rasa gelisah dan takut.
"Maaf Mbak. Rumah ini kami sita. Sehubungan dengan perjanjian yang ada di surat pernyataan ini. Bahwa hutang pa Tomi akan dilunasi dengan menyita rumahnya,jika anda tidak bisa menyicil kedepannya"
Jelas penjaga tersebut sambil memberikan selembar kertas berisi surat pernyataan.
Ya Tuhan apa lagi ini. Apa yang harus aku lakukan. Dan aku harus bagaimana sekarang.
Ayana semakin sedih dan bingung. Entah apa yang akan ia lakukan sekarang. Bahkan ia harus tinggal di mana setelah ini. Namun dari segi itu juga jika Ayana terus tinggal di rumahnya ia akan sulit untuk menghilangkan rasa sedihnya.
"Baiklah Pak. Apa saya boleh masuk sebentar? Saya hanya akan mengambil barang-barang saya. Setelah itu saya akan langsung keluar dari sini"
Ayana memohon.
"Iya baiklah mbak. Silahkan" Penjaga itu langsung mempersilahkan Ayana masuk ke dalam rumahnya.
Ayana sudah berderai air mata melihat kembali suasana dalam rumahnya. Ia juga sambil mengemasi barang-barang yang perlu ia bawa.
Melihat isi-isi ruangan dan begitu banyak pajangan foto membuatnya mengingat semua canda tawa mereka.
Kemudian ia langsung menuju ke kamar ibunya. Ia mengambil koper besar dan langsung memasukan semua barang-barang ke dalam koper.
Ia juga membawa sebuah foto kecil keluarganya yang ada di meja kamarnya sebagai kenangan-kenangan yang ia miliki sekarang.
Bahkan ia lebih banyak meninggalkan barang-barangnya di rumah. Ia hanya membawa barang-barang yang di anggap penting saja.
Ayana meninggalkan rumah kesayangannya. Walaupun hatinya terasa tidak rela untuk pergi dan meninggalkan rumah itu ia tetap berusaha melangkahkan kakinya untuk tetap pergi.
Harta yang ia miliki sekarang adalah sebuah kalung pemberian ibunda tercintanya yang masih melekat di lehernya. Ia juga hanya mempunyai sedikit tabungan untuknya bertahan hidup dan mencari tempat tinggal seperti kontrakan.
Ia juga sangat membutuhkan pekerjaan sekarang. Entah bagaimana dengan nasib kuliahnya? Apakah ia akan berlanjut dan keluar karena kekurangan biaya, atau tetap melanjutkan impiannya. Begitu pikirannya sambil tak berdaya berjalan.
Akhirnya setelah mencari-cari tempat tinggal ia mendapatkan sebuah kontrakan yang sempit dan kecil. Tapi tentunya cukup untuknya bertahan hidup sendirian.
Ayana termasuk anak yang mandiri dan tidak suka menghambur-hamburkan uang. Walaupun kehidupan berkecukupan kala itu tetapi ia masih berusaha untuk menabung dan berjaga-jaga seperti kejadian saat ini sekarang. Untung saja ia masih memiliki tabungan untuk bertahan hidup.
"Ay. Kamu di mana sekarang? Aku lihat rumahmu sudah di sita. Aku mohon jawab Ay. jangan membuat kita berdua cemas?"
Pesan Mia yang sedang duduk berdua di rumahnya memikirkan keadaan teman dekatnya tersebut.
"Aku pergi dari rumah dan menyewa kontrakan di daerah deket sini Mia."
Jawab Ayana yang langsung membaca pesan tersebut.
"Kenapa kamu tinggal di kontrakan? Kenapa ga tinggal di rumah aku aja."
Mia dan Siska tentunya kasihan dengan keadaan
Ayana sekarang.
"Tidak usah Mia. Tenang saja, aku akan baik-baik saja kok. Makasih banyak ya kalian sudah baik banget sama aku."
"Iya sudah Ayana. Tunjukkan di mana kontrakan mu sekarang! Kita berdua akan segera ke sana." Pesen Mia kembali.
Mia dan Siska tentunya begitu cemas dengan keadaan Ayana. Mereka berdua langsung pergi mengendarai mobilnya ke tempat kontrakan Ayana tinggal.
Akhirnya mereka dengan cepat menemukan lokasi tempat tinggal Ayana. Mereka pun buru-buru berjalan menuju ke kontrakannya.
"Ayana..."
Panggilan Mia dan Siska yang sudah berkaca-kaca menatap teman dekatnya dari kejauhan.
"Iya. Terimakasih sudah datang ke mari"
Ayana langsung menghampiri dan memeluk mereka berdua. Lalu menangis kembali karena sedih.
"Ayana bagaimana kau bisa hidup di tempat seperti ini nanti? Ayo pulanglah dan tinggal di rumahku."
Siska yang tidak tega melihat keadaan Ayana sekarang.
"Iya Ayana. Paling tidak pilihlah tinggal dirumahku atau tinggal di rumah Siska?" Mia yang sangat peduli dan baik hati juga menawarkan hal yang serupa.
"Tidak Mia. Siska. Tempat ini sudah lebih dari cukup bagiku. Aku juga tidak ingin merepotkan kalian"
Ayana tidak ingin menjadi beban orang lain. Ia juga ingin membuktikan pada dirinya sendiri bahwa dia juga sanggup dan bisa melewati cobaan ini.
"Tidak sama sekali Ayana. Ayo tinggallah bersamaku. Ibu dan ayahku juga bilang begitu. Kau tinggalah bersamaku yah?.."
Siska memegang erat tangan Ayana untuk menyakinkannya.
"Iya Ayana aku mohon. Turuti permintaan kita." Mia ikut memegang tangannya juga untuk memohon.
"Maafkan aku Siska. Mia. Bukannya aku menolak. Aku tidak ingin merepotkan kalian. Jika kalian mau membantuku maka bantulah aku mencari pekerjaan. Aku sangat membutuhkan pekerjaan sekarang"
Ayana langsung tersenyum kembali melihat teman-temannya yang begitu baik padanya. Ia mencoba menegarkan diri dan meyakinkan teman-temannya itu.
"Benarkah. Kau yakin? kau mampu tinggal sendirian begini?"
Siska yang malah merasa sedih dan tidak sanggup.
"Aku akan baik-baik saja tenanglah." Ayana pu tersenyum lebar kepada mereka semua untuk menutupi kesedihannya.
"Untuk masalah pekerjaan? Sebentar aku akan tanyakan kepada kakakku. Mungkin ada lowongan pekerjaan dikantornya."
Siska langsung saja menelfon kakaknya untuk mencari pekerjaan tanpa basa basi. Siapa tahu di kantor kakaknya sedang membutuhkan karyawan baru untuk bekerja.
"Apa kak? Ya sudah lah kalo begitu.." Siska yang langsung menutup panggilannya dengan muka kusamnya setelah beberapa saat menelpon.
"Bagimana Sis? Apa ada lowongan pekerjaan untuk Ayana?"
Mia juga penasaran melihat raut wajah Siska yang kusam.
Siska menggelengkan kepalanya dan terdiam.
"Benarkah? Apa benar-benar tidak ada lowongan kerja hah? sepertinya kau kurang meyakinkan." Melihat Siska yang terdiam dan berpikir membuat Mia penasaran.
"Sebenarnya ada.., Tapi jadi cleaning servis. Tukang bersih-bersih di kantor,semacam Ob. ini tidak cocok untuk Ayana. Aku tidak akan rela jika kau harus bekerja seperti itu. aku akan Carikan pekerjaan yang lain untukmu nanti. Tenanglah Ayana"
Siska langsung meyakinkan Ayana bahwa dia akan mencarikan pekerjaan yang lebih baik untuknya.
"Tidak papa. Aku butuh pekerjaan itu sekarang. Aku mohon Siska. Aku mau kok jadi cleaning servis. Intinya aku mau pekerjaan itu. Yang penting kan aku memiliki pekerjaan dan penghasilan sekarang." Ayana yang memohon.
"Tapi Ay. Kamu jangan bekerja begini. Aku pasti akan mencarikan pekerjaan yang lebih bagus dan cocok untukmu" Siska
"Iya Ay. Kamu juga harus mempersiapkan diri dulu untuk bekerja. Apa kau yakin kau akan bekerja sebagai cleaning servis? Jangan kegabah,cari pekerjaan yang lebih pantas untukmu."Mia yang ikut mendukung kemauan Siska.
"Aku tidak perduli itu. Yang penting aku memiliki pekerjaan sekarang. Lagian pekerjaan itu pekerjaan yang baik dan mulia bukan? Aku juga mau kok Mia,Siska. Please aku mohon.."
Ayana berusaha meyakinkan mereka berdua agar menuruti permintaannya.
"Tapi Ay. Jika kau bekerja di kantor itu bagaimana dengan kuliahmu?" Siska
"Mungkin sementara waktu aku terpaksa harus berhenti kuliah. Aku akan fokus bekerja dan mencari uang untuk berkuliah juga nantinya."
Ayana Kenapa hidupmu jadi begini si..
Siska malah meneteskan air mata kembali mendengar ucapan Ayana. Mia pun merasa begitu sedih dan tidak mampu menerima semua ini.
keputusan Ayana yang memohon kepada Siska untuk memberinya pekerjaan tersebut akhirnya di setujui oleh Siska dan Mia.
Siska langsung menelfon kakaknya kembali untuk memberitahu kepada kakaknya kalau Temanya Ayana ingin bekerja sebagai cleaning servis.
*
*
Pagi esok pun tiba. Kini saatnya Ayana bersiap-siap bekerja untuk pertama kalinya di kantor tempat kerja Kakaknya Siska.
Menyemprot sedikit parfum ke bajunya yang ia kenakan. Mengikat rambut panjangnya yang terurai jatuh ke punggung dengan ikat rambut berwarna merah miliknya.
Ayana langsung memesan ojek online dan menuju ke rumah Siska untuk berangkat kerja dengan kakaknya.
Setengah jam berlalu.
Kini Ayana sudah berada di sebuah gedung perusahaan pencakar langit. Tertulis besar di tengah-tengah gedung itu bernamakan (Febbri Cho Company City) yang merupakan salah satu perusahaan besar dan memiliki banyak cabang di negara ini.
Sesampainya di gedung kantor itu Ayana terus mengikuti kakaknya Siska untuk mendapatkan pengarahan dan masuk ke ruangan kerjanya bersama pegawai kantor yang sudah senior tentunya.
Ia juga memasuki ruangan yang dipenuhi dengan candaan orang-orang berseragam sama. Melihat kedatangan Ayana semuanya terdiam dan langsung mendengarkan bicara dan perintah Atasannya.
Atasan juga memberi arahan dan menyuruh para karyawan terdahulu untuk memberi tahu dan mengajarkan apa saja pekerjaan yang harus di kerjakan oleh Ayana.
Ayana pun langsung tersenyum malu kepada mereka semua dan memperkenalkan dirinya kepada pekerja-pekerja yang sudah terdahulu.
"Hey. Selamat datang di sini. Perkenalkan aku Nada. Nama kamu siapa?" Nada. Si baik hati dan ceria. Beruntungnya Ayana langsung bertemu dengannya hari ini.
Nada merupakan salah satu cleaning servis senior yang sudah bekerja terdahulu dan bertahun-tahun. Ia adalah orang kepercayaan kantor juga. Bahkan ia dianggap sebagian ketua cleaning servis di kantor ini.
Dia sangat baik dan peduli kepada setiap orang. Ia tidak pernah berhati besar walaupun ia adalah orang kepercayaan kantor.
"Aku Ayana. Mohon bimbingannya ya kak senior"
Ayana mengatakan dengan pelan dan nada yang sangat sopan. Tentunya ia sangatlah canggung karena masih baru.
"Tentu saja Ayana. Aku pasti akan memberi tahu semua pekerjaanmu di sini, tenanglah. Tapi satu hal. Jangan panggil aku kak. Panggil saja aku Nada. Biar kita lebih akrab. Kita boleh berteman kan?"
"Iya kak tentu saja. Eh maksudku Nada" Ayana grogi dan tegang karena baru pertama kalinya bekerja di sebuah kantor seperti ini.
Kehadiran Nada di kantor barunya benar-benar membuat hati Ayana senang. Ia juga membuat hati Ayana tenang dan menghapus ketegangannya saat berada di kantor pertama kali kerjanya itu.
Ayana mulai berkenalan dengan banyak orang. Bercanda tawa dan membicarakan tentang isi pikiran mereka masing-masing. Ternyata teman-teman cleaning servis-nya sangat baik dan ramah, jadi mereka semua mudah untuk saling akrab.
Sambil mengikuti arah senior Ayana melakukan pekerjaan dengan rajin dan sehati-hati mungkin. Ia juga berharap bisa bekerja dengan baik dan mengumpulkan banyak uang untuk melanjutkan kuliahnya.
Tak terasa waktu sudah hampir malam. Semua pekerja pulang ke rumah masing-masing untuk beristirahat. Begitu juga dengan Ayana yang merasakan pegal-pegal karena kecapean dan belum terbiasa dalam melakukan pekerjaan ini. Namun hari ini ia melakukan pekerjaan dengan sangat baik dan hati-hati kerena mengikuti arahan senior.
Hari berlalu begitu cepat. Tak terasa Ayana sudah bekerja di kantor Febri cho Company City dalam waktu seminggu.
Ia sudah terbiasa sekarang mulai dari bangun pagi, masak untuk sarapan, dan langsung bersiap siap untuk berangkat ke kantornya. Ini akan menjadi kebiasaan yang akan ia lakukan setiap hari.
Demi kehidupan dan membayar uang sewaan kontrakan ia harus bekerja lebih rajin dan giat lagi.
Sekarang ia turun dari ojek online tepat di depan gerbang kantor kerjanya. Ia langsung memasuki gerbang dan menganggukan kepalanya kepada satpam dengan sopan yang sedang berjaga di pos keamanan.
"Ayana.."
Nada yang melihat Ayana baru berangkat langsung saja menghampirinya. Kebetulan ia juga baru saja sampai ke kantor.
"Nada. Tumben kamu baru berangkat biasanya jam segini sudah standby di ruangan."
Ayana dan Nada bahkan sangat akrab kali ini. Keduanya sangat kompak dan konsisten dalam melakukan pekerjaannya.
"Iya aku memang sengaja. Kadang kala kalo kepagian tuh sepi aja gak ada teman."
Nada merasa sepi jika ia berangkat terlalu awal.
Tentu saja temen-teman kerjannya belom pada datang. Karena biasanya ia selalu berangkat paling awal untuk mengecek seluruh ruangan kantor, otomatis semua kariyawan belum berdatangan hanya ada para satpam yang tentunya sudah berada di kantor itu.
Mereka berdua sejak tadi asik mengobrol untuk menuju ke dalam gedung kantor tersebut.
"Tin tin tin....." Suara keras mobil yang baru saja klakson memecahkan pembicaraan mereka berdua.
"Awas Ayana!"
Teriak Nada yang langsung menarik Ayana karena hampir saja terserempet mobil mewah itu.
"Hati-hati Ayana. Kau ini.." Untung saja mereka hanya kaget dan sedikit syok saja.
"Kau tidak papa kan?"
Nada yang bertanya kembali sambil melihat Ayana yang berwajah tegang.
"Tidak aku tidak papa. Aku hanya kaget saja tadi"
Ayana yang berbicara kepada Nada sambil menghadap ke arah mobil mewah yang sangat mengkilat itu dan hampir menyerempetnya tadi.
Saat ini Ayana sedang memperhatikan mobil itu yang baru saja terparkir dihalaman kantor. Tentunya mobil bersih, mewah, mengkilap yang hampir saja menyerempetnya tadi.
"Kau tau itu mobil siapa?"
Nada juga menatap ke arah mobil yang sudah terparkir di depan gedung kantor itu.
Ayana menggelengkan kepalanya sambil melihat seseorang pemuda tampan berkemeja putih yang memegang jasnya turun dari mobil.
"Itu adalah mobil CEO kita. Dia itu Tuan Muda anak pemilik perusahaan ini. Dan lelaki yang sangat berwibawa itu, itu adalah bos besar kita"
Bisikkan Suara Nada yang terdengar ngeri memberitahukan kepada Ayana.
Namun karena posisinya yang lumayan jauh Ayana hanya melihat sekilas wajah Tuan Muda yang samar-samar masuk ke dalam gedung kantor dan di ikuti oleh beberapa pengawalnya.
Ayana benar-benar bersemangat kali ini. Ia sudah sangat rajin dan baik dalam melakukan pekerjaannya.
Nada yang menjadi seniornya pun kagum kepadanya. Setiap hari ia melihat Ayana yang berusaha keras dalam bekerja dan melakukan pekerjaannya dengan sangat baik. Bahkan ia tidak berhenti bekerja Sebelum jam Istirahatnya datang.
"Ayana ini sudahlah jam istirahat. Jangan terlalu cape lah. Dari tadi aku perhatiin kamu belum duduk sama sekali."
Nada yang melihat Ayana terus bekerja membersikan kaca-kaca itupun menyuruhnya untuk beristirahat.
"Bentar tanggung Nad. 1 kaca lagi. Bebentar lagi aku Istirahat."
Ayana begitu semangat sampai lupa akan waktu istirahatnya.
Baru kali ini aku melihat pekerja serajin dia. Ayana aku salut sama kamu. Kamu sangat rajin dan berbeda.
"Iya sudah jangan lupa Istirahat ya Ayana. Aku tinggal dulu sebentar. Kamu rajin sekali."
Nada pergi meninggalkan Ayana dan menatapnya dengan senyuman kagum. Ia bahkan memberikan tanda jempol tangan atas pekerjaannya seminggu ini.
Jam makan siang sudah datang. Saat ini Ayana sedang duduk menyendiri di pojokan ruangan sambil menatap ponsel yang ia pegang.
Makanannya pun masih tergeletak di sampingnya, belum sempat ia sentuh sama sekali.
Ia sedang membalas chatingan teman-teman kampusnya yang menanyakan tentang kabarnya bagaimana sekarang. Di samping itu ada rasa bahagia yang menyelimuti dirinya karena teman-teman kampusnya selalu memberinya support dan tidak sombong kepadanya walaupun kehidupan Ayana berbeda seperti sekarang ini.
Ayana termasuk tipe anak yang di sukai banyak orang. Selain cantik ia juga pendiam dan baik pada semua orang. Makannya ia mempunyai banyak teman.
Tapi di samping itu sekarang ia juga merasa rindu dengan suasana kampus dan teman-temannya.
Setiap kali dia terdiam ia akan selalu teringat akan kejadian yang menimpa hidupnya. Ia juga pasti akan teringat dengan teman-temannya dikampus.
Makannya Ayana ingin bekerja dan bekerja agar dia tidak terus mengingat-ingat semua itu.
Sebenarnya kadang dia merasa sepi dan sedih. Ingin rasanya kembali seperti dulu lagi, namun takdir sudah berkata lain. Perlahan ia relakan dan ia ikhlaskan atas semua yang telah menimpa dirinya sekarang. Walaupun kadang masih teringat dan ingin menangis namun ia tetap berusaha untuk tetap tegar dan bersemangat dalam melewati kehidupan yang pait ini.
"Ayana kok kamu gak makan?"
Kinar teman cleaning servis-nya yang sudah menghampirinya karena melihat Ayana yang sepertinya sedang sedih dan menyendiri.
"Aku tidak lapar.."
Jawab Ayana pelan. Ia langsung mengusap air matanya yang baru saja jatuh.
"Ada apa? Apa ada masalah? Ayo ceritakan kepadaku, mungkin jika kau menceritakannya akan mengurangi beban pikiranmu."
Kinar yang juga sedikit akrab dengannya.
"Tidak papa Kin. Aku baik-baik saja. Aku hanya ingin menenangkan diri."
Ayana langsung menarik nafas panjangnya.
"Iya sudahlah. Tapi jangan lupa makan ya."
"Iya makasih Kinar. Aku pasti akan makan"
Ayana mulai mencoba membuka bungkusan makanannya. Tapi ia sungguh tidak berselera makan hari ini. Kerinduan yang ia rasakan sudah merebut nafsu makannya.
Kinar masih memperhatikannya sejak tadi. Ia bahkan bertanya-tanya kepada dirinya sendiri apa yang sebenarnya Ayana pikirkan.
"Aku mohon ceritakan kepadaku. Apa yang sedang kau pikirkan? ku jadi tidak tenang jika melihatmu begini."
Kali ini Kinar benar-benar ingin mengenal lebih dekat Ayana.
Ayana menghela nafasnya kembali. Sambil mengusap air mata yang masih membasahi matanya.
"Apa kau tahu kejadian besar di tengah kota 2 minggu yang lalu."
Akhirnya Ayana mulai berbicara. Kinar pun langsung mengingat-ingat kejadian apa yang terjadi.
"Ditengah kota? Itu bukanya habis terjadi kecelakaan beruntun kan. Yang ada beberapa orang tewas langsung di sana".
Kinar dengan kerasnya berbicara memandang Ayana dan memberikan apa yang ada di ingatannya.
"Iya begitulah. Begitulah yang terjadi di sana. Semua Anggota keluargaku lenyap di sana."
Ayana jadi meneteskan air matanya kembali. Tak kuasa menahan apa yang ia rasakan sekarang. Bayangkan! seluruh anggota keluarganya dihabiskan tanpa sisa, ini yang membuatnya mudah lemah.
Sementara Kinar saat ini sedang syok dan terbengong menutup mulutnya. Yang ia katakan sungguh keterlaluan menurutnya.
"Maafkan aku Ayana. Aku tidak bermaksud untuk mengungkit kembali lukamu. Aku turut berduka cita. Aku benar-benar tidak tahu. Maafkan aku Ayana". Kinar langsung mencoba memeluk Ayana dan berusaha menenangkannya.
Ia merasa kasihan sekaligus juga ikut merasa sedih mendengarnya.
Tak lama suasana pun membaik. kini saatnya semua karyawan kantor melanjutkan pekerjaannya.
Kali ini Kinar benar-benar mengikuti terus langkah Ayana. Ia ingin sekali mengenal lebih dekat dengannya.
Mereka melakukan pekerjaan pun bersamaan. Ia juga merasa bersalah karena mengingatkan lukanya kembali dan membuatnya menangis llagi tadi.
"Ayana kamu disin?"
"Kinar. Kamu di sini juga?"
Nada yang sedang mencari-cari Ayana dan kebetulan bertemu dengan Kinar yang akrab juga dengannya.
"Iya kakak senior ada apa?"
Kinar yang selalu mengajak bercanda setiap kali berbicara dengan Nada.
"Aku sedang mencari Ayana."
"Aku..?"Ayana
"Iya Ayana. Aku ada urusan sebentar. Ini masalah keluarga jadi aku harus pergi dan pulang ke rumah sekarang. Tapi aku kan ada tugas buat beresin ruangan Tuan Muda jadi aku mohon kamu yang menggantikan aku ya. Ini aku juga sudah bikinin surat izin untuk masuk ke ruangnya." Titah Nada. Sambil memberinya selembar kertas berisi surat izin untuk masuk ke ruangan Tuan Mudanya itu.
Itinya ini ruangan pemilik perusahaan. Jadi tidak sembarang orang boleh keluar masuk tanpa izin.
"Tapi jika aku tidak bisa gimana?"
Ayana yang langsung gemetaran mendengar kata Tuan muda.
"Kamu bisa kok Ayana. Hanya kamu harapanku kali ini. Kinar tidak akan mau jika aku memberi tugas ini"
Nada yang langsung hafal dengan sifat Kinar.
Kinar pun langsung tersenyum mendengarnya,karena ia merasa selamat hari ini. Sedangkan Ayana mencoba untuk mengiyakan perintahkan-nya.
"Kamu pasti bisa Ayana. Hanya bersih-bersih dan beres-beres seperti biasanya. Namun harus berhati-hati dalam melakukan pekerjaan ini. Itu saja pesanku, berhati-hatilah dan jangan sampai melakukan kesalahan."
Nada langsung meninggalkan mereka berdua setelah mendapat persetujuan dari Ayana,
"Ayana. Tenang saja. Jangan tegang. Yang penting kamu harus berhati-hati ya" Kinar berusaha membuatnya tenang. padahal jika ia yang diberi tugas ini pasti langsung kabur terbirit-birit.
"Iya. Tapi kenapa kamu tidak mau?"
Ayana penasaran dengan sikap Kinar yang tampak menghindar.
"Aku hanya takut dan grogi saja. Apalagi ini ruangan pemilik perusahaan. Aku rasa aku tidak bisa. Aku yakin kamu pasti bisa".
Kinar yang memberinya semangat agar mau melakukan pekerjaan ini.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!