NovelToon NovelToon

Allsbert : Petualangan Tentara Di Dunia Lain

Prolog

Butiran air dengan warna coklat dan merah mengalir melalui pelipisnya yang nampak kusam.

Dadanya bergemuruh naik-turun seolah mencoba mencari udara dingin sebanyak-banyaknya untuk meredakan paru paru yang memanas.

Tangan kakinya bergoyang gemetar seolah sudah tidak kuat lagi dipakai untuk berdiri dan terasa hampir mati rasa.

" Huh...Huh...Huh... Sial mereka tidak ada habisnya- Eh! "

A-Apa yang barusan kukatakan?

Mulutnya mengatakan sesuatu yang bahkan tidak ingin dia ucapkan. Seolah mulutnya berbicara sendiri tanpa sempat dikontrol oleh otaknya.

Apakah aku sedang berkhayal? Aku tidak ingat sedang mabuk atau bagaimana.

Lantas, apa yang kumaksud tak habis?

Pikirannya menerka akan keadaan tiada sadar yang baru ia alami, semua yang ia katakan mengalir begitu saja bahkan tanpa ia sempat pikirkan.

Lama kelamaan otaknya sendiri mulai memproses keadaan tubuh dan pemandangan di sekitarnya bertepatan dengan rasa nyeri yang juga mulai menghantamnya.

Semakin berat dan berat. Ia belum pernah merasakan rasa sakit ini, bahkan ketika dia menjalani hari hari seperti di neraka sekalipun saat mengikuti pendidikan prajurit kekaisaran.

Di tengah kebingungan, dia kembali dibuat tercengang akan apa yang ia lihat di depan matanya.

" Eh, bukankah itu mayat?! "

Ratusan, bukan bahkan ribuan, dia melihat banyak sekali mayat bergelimpangan saling tumpuk menimbulkan sungai darah di bawah mereka.

Keadaan mereka begitu mengerikan dengan berbagai variasi luka fatal yang menimpa mereka, ada yang kehilangan kepala, ada yang kehilangan lengan, kaki, dan berbagai organ tubuh berserakan, tertancap pedang, tombak dan panah meskipun mereka nampaknya mengenakan sejenis pakaian tempur dari besi.

Seolah semua inderanya juga satu persatu kembali hidup, kini dia mulai mencium bau anyir dari darah dan organ tubuh yang begitu menyengat.

Tapi bukan hanya indera penglihatan dan penciuman yang telah kembali, bahkan indera perabanya juga tidak mau kalah, kini dia merasakan benda keras tengah berada di genggaman tangannya yang perih nampak bergetar letih. Tapi jari jari itu begitu keras menggengam benda itu, seolah cengkraman itu dapat menghancurkan bahkan berlian sekalipun.

Pedang?

Sebuah pedang berlumuran darah berada dalam gengaman tangan kanannya.

Pedang itu tampak sangat rusak bahkan kemungkinan bisa patah kapan saja.

Kenapa aku memegang pedang?

" A-Apakah aku yang membunuh mereka? "

Tentu Logika mulai mengalir dikepalanya seiring berjalannya waktu. Meskipun dia tidak memiliki perasaan khusus, tapi logikanya begitu mempertanyakan apakah dia pelaku dari segala tindak kekerasan ini?

" T-Tidak-tidak. Ini tidak mungkin! "

Mengabaikan logika akan hal yang tidak masuk akal ini, sudut matanya memandang sebuah pergerakan tidak jauh di depan matanya.

Mata mereka bertatapan sekilas, dengan mata dari pihak lawan itu nampak begitu bergetar ketakutan melihat ke arahnya.

Yang sejurus kemudian dengan mati matian tubuh dengan luka sabetan merobek pelindung besi di punggungnya itu merangkak ke arah berbeda.

Apa-apaan ini!!! Kenapa tubuhku...

Dengan nafas yang masih memburu seolah habis lari maraton, pikiran dan tubuhnya tidak mau untuk diselaraskan.

Dengan langkah gontai dia berjalan perlahan melewati tubuh orang-orang  yang sudah tidak bernyawa di bawahnya. Melewati genangan darah dan organ tubuh berserakan hingga dengan penuh perjuangan dia sampai di samping orang yang merangkak itu tetap mencoba menjauhinya.

Meskipun hal yang akan ia lakukan bertentangan dengan apa yang sedang ia pikirkan, tapi tubuhnya seolah memiliki kesadaran sendiri dan menolak perintahnya.

"Jo, ti je një përbindësh"

Bahasa apa ini?

Meskipun bahasa itu berbeda dengan bahasa yang ia ketahui, tapi secara aneh dia mengetahui bahwa orang dibawahnya itu dengan ketakutan meminta belas kasihannya.

" Kau memohon belas kasihan dariku? Setelah kalian mencoba membunuhku? "

Ucapan tak sadar kembali terucap dari mulutnya. Tapi dari ucapan itu tentu dia tahu bahwa dialah memang menjadi penyebab banyaknya mayat di sekitarnya kini.

Dua belah pihak memakai pakaian yang berbeda, meskipun dia tidak tahu apakah pihak lain juga menjadi musuhnya tapi yang sudah pasti adalah orang dibawahnya kini adalah yang menjadi musuhnya.

Jadi mereka memang mencoba membunuhku?

Tahu bahwa tentu nasibnya sudah ditentukan, pria di bawah itu kini berubah dari yang awalnya memohon untuk nyawanya menjadi mengumpat mengutuk orang yang kini ada di sampingnya, yang tanpa memedulikan keadaan menyedihkan dari orang di bawah, dengan sengaja mengangkat pedangnya menghadap ke bawah,

♪Jleb.. Srett..♪

Dengan cepat pedang itu menusuk menembus punggung yang terlapisi baju pelindung putih yang ia kenakan seolah baju itu sendiri hanyalah sebuah kertas tipis bukannya besi.

" Verdammt!( sial! )"

Secara singkat kendali mulutnya entah bagaimana bisa ia dapatkan dengan sebuah umpatan itu. Tapi, tangannya masih bergerak sendiri menarik pedang yang menusuk punggung orang di bawahnya memperlihatkan luka menganga yang dengan cepat berganti dengan darah yang merembes keluar, menodai armor putih itu, bersamaan dengan sebuah darah segar yang juga mengalir dari mulut orang itu, menghantarkan dirinya ke dalam sebuah kegelapan.

Ini gila!

Kakinya yang bergemetar nampak sudah tidak kuat lagi untuk berdiri, membuat dia jatuh dalam keadaan berlutut, merasakan lelah menghantam dirinya disertai dengan rasa pusing dari efek kehilangan banyak darah dan luka yang memenuhi tubuhya.

Indera perasa sakit menjadi yang terakhir kembali hidup saat ini.

Ini benar-benar gila!!

Walau tubuhnya nampak babak belur, tapi hanya itulah yang dapat ia pikirkan sekarang ini, hingga tiba tiba.

" G-len! "

Huh!

Sebuah suara lirih terdengar, suara itu nampak begitu tidak bertenaga tapi entah bagaimana masih terdengar jelas di telinganya.

Apakah seseorang sedang memanggilku? Suaranya dari belakang. Tapi aku terlalu lelah untuk berbalik.

" G-len? "

Suara itu kembali memanggilnya namun lebih lemah dari sebelumnya.

Memaksakan tubuhnya untuk berbalik guna melihat siapa yang sedari tadi memanggilnya. Maka diapun berdiri bertumpu dengan pedang yang ia tancapkan ke tanah, dengan gemetar dia berhasil berdiri dan berbalik.

Namun apa yang ia lihat?

Matanya terasa sayup-sayup samar untuk melihat, hingga mengharuskannya untuk memicingkannya.

Ketika pandangan kaburnya itu makin jelas, dia pun melihat sebuah hal yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

Dengan pelan dan tertatih dia mulai berjalan menghampiri sosok itu yang kian jelas seiring dengan semakin dekatnya jarak mereka.

Sangat cantik.

Tepat di depannya ada seseorang yang hanya biasa digambarkan dengan dua kata " Sangat Cantik".

Belum pernah dia lihat wanita secantik itu. Dengan rambut biru halus keperakan tergerai dan sebagian diikat kepang ke belakang. Rambut itu sangat cocok untuk kulitnya yang nampak putih sejernih air meskipun kulit itu kini nampak banyak debu dan darah, tapi bahkan hal itu tidak menganggu kecantikan alami yang ia miliki.

Matanya berwarna merah, semerah batu delima menatap lurus ke wajahnya. Sebuah pedang yang telah patah dia pegang dengan dua tangan menancap ke tanah.

Baju besi bermotif indah yang menutupi tubuhya, tercoreng oleh sebuah sabetan di area dada yang mengalirkan darah segar.

Dia seorang prajurit wanita? Tapi pakaiannya itu bukankah dari abad pertengahan?

Mungkin karna lukanya atau sebab lain dia kini dalam posisi berlutut dengan sebuah pedang patah yang dia gunakan sebagai penyangga agar tidak jatuh. Selain terluka, dia terlihat sangat kelelahan menatap nanar kepadanya.

" G-len.."

" Bertahanlah sebentar lagi! aku akan mencari cara agar kita keluar dari sini! "

Dia benar-benar kehilangan kuasa atas tubuh dan ucapnya. Namun sang gadis itu membalas ucapan itu dengan senyum. Sebuah senyum tulus yang bahkan dapat memecahkan gunung es sekalipun. Tapi kemudian, dari sudut matanya meneteskan air mata. Senyum itu berubah menjadi senyum kesedihan yang menyayat hati, lebih tepatnya sebuah senyum kepasrahan.

Sebuah perasaan aneh timbul, perasaan yang belum pernah ia rasakan seumur hidupnya. Hatinya bergejolak, begitu terasa sakit melihat senyum wanita di depannya.

Dengan cepat, ia pun berlutut sejajar dengan wanita yang ada di depannya. Sebuah senyum sedih juga terpancar darinya. Tangannya pun bergerak sendiri menyeka air mata yang membasahi pipi seputih salju wanita itu.

" Jangan menangis! Kau adalah matahariku, jangan biarkan mendung menghiasi wajahmu, aku berjanji akan mengeluarkan kita dari situasi pelik ini. "

Sebuah gelengan pelan dia lakukan, air matanya malah tambah mengalir deras, kemudian dengan lirih dia mengucapkan,

" Warum ist das passiert, als wir uns verstanden haben? Aber, ɪch werde auf dich warten, leute, diefur mich bestimmt weren, solange ich dich weiterhin begleite, auch wenn der tod vor uns sein wird"

( Kenapa ini terjadi saat kita sudah saling mengerti? Kenapa Takdir mencoba memisahkan kita kembali. Akulah sang pembuat takdir, tapi kenapa... kenapa takdir ini begitu menyakitkan kita berdua... Meskipun begitu, aku akan menunggumu, wahai orang yang ditakdirkan untukku. Selamanya... selamanya aku akan terus menemanimu, bahkan jika kematian yang akan ada di depan kita. )

Mendengar hal itu, entah kenapa air matanya juga ikut menetes membasahi pipinya. Sakit. Hatinya terasa sangat sakit. Sebuah ketakutan ia rasakan. Tidak pernah sekalipun dalam hidupnya dia merasakan ketakutan, sebuah ketakutan yang terasa teramat dalam.

Apakah aku takut mati? Tidak. Tapi terlebih dari itu, kini aku lebih takut berpisah dengan wanita di depanku ini.

Sebenarnya siapa wanita ini?

Tapi selain itu, entah kenapa dia pun juga merasa seolah kata-kata itu adalah hujan yang menguyur tanah kering. Ya. Itu benar-benar menyejukan hatinya.

••

♪Wuuusss♪

Angin bertiup menghilangkan kabut secara perlahan.

••

Karena kabut telah perlahan memudar, sontak pemandangan jelas dan mengerikan terlihat di sekeliling mereka berdua. Hanya mereka berdua lah yang masih berdiri ditengah lautan mayat.

Tapi melihat apa yang ada di balik kabut adalah sesuatu yang tidak ingin mereka lihat.

Dia pun merasa ingin memejamkan matanya sendiri walau hanya untuk waktu yang singkat dan berharap yang dia lihat dapat berubah atau paling tidak dia tidak akan melihat sesuatu seperti itu.

Namun, tetap saja itu tidaklah merubah keadaan saat ini.

Saat Kabut telah benar-benar menghilang. Dia tidak bisa berkata apa-apa lagi.

Di belakang wanita ini atau lebih tepat di depanya, sebuah barisan besar pasukan terhampar memanjang.

Dengan perhitungan kasar, mungkin berjumlah puluhan ribu orang.

Jadi, aku benar-benar di medan perang kah?

Apa yang sebenarnya terja-...Haha Sialan!

Kata kata frustasi itu terhenti ketika melihat ke langit.

Kau pasti bercanda!

Jelas bahwa langit di atas mereka terlihat hitam. Mendung? Tidak- tidak! Itu panah! itu anak panah!!

Ribuan anak panah menukik di langit dan itu menuju ke arah mereka berdua.

Lari? Sial, tidak akan sempat!

Area dari ribuan anak panah itu begitu luas hingga akan terasa percuma apabila mereka mencoba lari, apalagi dengan tubuh terluka dan kelelahan yang mereka derita.

Maka dengan terburu-buru dia mengambil sebuah perisai besar yang telah rusak kemudian menaruh perisai itu di belakang punggungnya, dia mendorong tubuh gadis di depannya hingga telentang. Tanpa perasaan jijik ia juga mengambil mayat untuk ditaruh di samping Gadis itu yang hanya diam saja.

Dengan bergegas dia menutupi sang gadis itu, menjaga agar ada sedikit jarak ruang diantara mereka, dia melakukan seperti gerakan push up.

Dengan tenaga yang telah habis dia mencoba mempertahankan kekuatan tangannya. Menjaga agar anak panah yang akan menembus tubuhnya tidak sampai mengenai tubuh gadis di bawahnya yang terjebak saling tatap dengannya.

Paling tidak, walau hanya sedikit persentasenya, harusnya gadis ini dapat selamat.

Lagipula mati demi melindungi gadis secantik ini kurasa tidak buruk. Lihat! Bahkan ia tersenyum untukku. Ya, ini tidak buruk sama sekali.

" Hei- hei apa yang kau lakukan!!! Hentikan! "

Tidak peduli reaksinya, gadis itu memeluknya dengan erat. Membuat tumpuannya tidak kuat untuk menahan bebannya lagi membuat mereka berdua jatuh ke tanah dengan genangan darah dibawah.

Wanita itu sama sekali tidak mau melepaskannya, bahkan mendekapnya semakin erat seolah tidak mau kehilangannya.

"Hei! Jangan! Nanti kau terkena panah itu!! Lepaskan !!"

Dia mencoba menjaga jarak adalah karena yakin bahwa perisai yang ada di punggungnya itu pasti tidak akan mampu menahan anak panah menembus tubuhnya. Tapi paling tidak panah panah itu akan tertahan tubuhnya tanpa melukai gadis di bawahnya.

Tapi tidak peduli, wanita itu tetap memeluknya dengan erat walau dia mencoba melepaskan diri.

"ɪch ʟiebe dich und werde dich immer lieben. Danke. "

( Aku mencintaimu dan akan selalu mencintaimu. Terima kasih. )

Dia tersenyum dengan tulus, air mata menetes dari matanya.

Kata-kata itu cukup untuk membuatnya berhenti menggeliat, toh sudah tidak ada waktu lagi.

Wanita itupun meraih wajahnya dengan kedua tangan yang gemetar, sejurus kemudian dengan memejamkan mata dia menciumnya tepat di bibir.

♪Sshhh♪

Suara udara yang terbelah anak panah semakin keras...

♪ Jleb... Jleb... ♪

.

.

.

.

.

.

.

.

"Duakk" Aku terjatuh dari ranjangku.

Prolog Bagian 2. Burung Besi Yang Terjatuh

Di sebuah ruangan terdapat banyak orang-orang yang tengah duduk di depan layar monitor. Banyak juga dari mereka yang sibuk dengan lembaran-lembaran kertas di atas meja.

Tidak ada ada yang menganggur. Keadaan mereka begitu sibuk. Tidak ada satupun dari orang-orang ini yang tidak bermuka tegang dengan kantung mata yang menghitam mengindikasikan mereka tidak dapat tidur lelap atau bahkan tidak tidur sama sekali.

" Lapor! Serangan! Breakout! * Breakout!Kekaisaran melakukan serangan menggunakan kendaraan taktis dan mulai bentrokan dengan lini depan kita! Baris depan mulai diterobos! "

Seorang operator melaporkan laporan kondisi darurat yang dia terima dari lini garis depan kepada atasannya.

" Kirimkan divisi cadangan 50 dan 52 untuk membantu garis depan!

Dengan muka pucat Mayor Jenderal Arrazi selaku pemimpin yang bertugas disitu memberi pengarahan taktis.

" Lapor! Charge dan breakout! Sayap Kiri kita ditembus oleh unit infanteri musuh. Divisi 146,23,145 serta divisi 102 sedang berusaha menghentikan mereka. Tapi hanya menunggu waktu hingga keempat divisi itu dapat dijebol! "

Salah satu operator memberitahu situasi di sayap kiri. Tidak berselang lama, sebuah laporan dari sayap kanan juga masuk.

" Lapor! Breakout! Sayap Kanan bentrok dengan Unit kendaraan taktis kekaisaran! Infanteri terus merengsek masuk mengabaikan 8 Divisi kita! Hanya tinggal menunggu waktu sampai 8 divisi itu dihancurkan 10 Divisi kekaisaran! Perintah Anda Tuan?! "

" Kenapa? Kenapa ini bisa terjadi? Seharusnya kita yang memenangkan perang ini! Tapi mengapa malah begini!  " Batin Arrazi.

" Pak!! Apa yang harus kita lakukan!? "

" Pak perintah Anda!! Jika begini garis depan kita akan hancur!! "

" Sial!! Berapa divisi kita yang tersisa? "

" Kita masih memiliki 15 Divisi Cadangan termasuk 3 Divisi baru. "

Menggunakan divisi baru hanya sama saja memberikan singa sebuah kelinci untuk dimangsa. Tapi mereka sudah tidak memiliki pilihan lain.

Negara mereka memulai peperangan dengan kekaisaran dengan harapan dapat mengalahkan negara yang menjadi mimpi buruk mereka.

Namun, harapan telah sirna menjadi keputusasaan. Memang, selama 6 bulan pertama mereka dapat mendorong mundur kekaisaran, tetapi siapa menyangka pasukan kekaisaran dapat membalikkan keadaan hanya dalam kurun waktu singkat hingga pasukan negara mereka kini dipaksa mundur begitu jauh bahkan hampir mendekati ibu kota.

Bahkan bantuan Internasional pun tidaklah mungkin untuk membantu mereka melainkan malah menyalahkan atas kecerobohan mereka. Negara pihak ketiga juga tidak bisa secara terang-terangan membantu mereka.

Waktu istirahat singkat yang mereka punya telah hilang akibat serangan pesawat pembom siluman yang entah bagaimana dapat menembus pertahanan udara mereka tanpa ketahuan hingga dapat menjatuhkan bom ke  beberapa titik dibelakang mereka dan sekarang mereka harus berjibaku dengan serangan ofensif malam kekaisaran. Sungguh sudah terjatuh tertimpa tangga pula.

" Bagaimana dengan dampak serangan pembom tadi? "

" Gudang amunisi cadangan juga gudang bahan bakar terbakar hebat. Batalion 456 serta Batalion 234 sedang berusaha menangani-nya! "

" Laporan Darurat!! Unit Utara sedang bentrok dengan kapal pendaratan unit kekaisaran!! "

Mati sudah. Tidak ada yang dapat mereka lakukan. Negara mereka sudah dikepung dari segala sisi.

Memang negara mereka memiliki wilayah yang dua kali lebih besar dari Kekaisaran. Tapi untuk bisa mengepung dan mendorong mundur negara mereka seperti ini. Sekuat ini kah Kekaisaran itu? Kita seharusnya tidak pernah membangunkan naga yang tertidur.

" Laporan darurat! Komunikasi dengan bagian depan terputus! Tidak! Semua komunikasi benar-benar terputus! ''

" Apa! Bagaimana bisa?! Disaat seperti sekarang ini?!! "

Laporan barusan membuat perut dari Mayjen Arrazi semakin berkecamuk.

Sudah bisa diduga. Ini adalah serangan malam terorganisir! Kekaisaran benar-benar ingin mengakhiri perang malam ini juga!

" Cepat naik ke atas sampaikan pada divisi komunikasi tentang apa yang sebenarnya terjadi! "

" Baik! "

Salah seorang prajurit kurir bergegas meninggalkan ruangan itu untuk menuju ke divisi komunikasi. Namun, baru saja dirinya meninggalkan ambang pintu, tiba-tiba dia buru-buru manarik gagang pistol di pinggangnya.

~Piuw~Piuw~Piuw~

Telat untuk menembak, dirinya malah berakhir terjatuh dan mulai mengeluarkan darah dari dalam tubuhnya. Kurir itu nampak ditembak oleh seseorang yang berada dibalik pintu dengan senapan peredam.

" Apa!! "

Semua orang yang ada di ruangan itu sontak melihat ke arah pintu. Ke arah suara tembakan itu terdengar.

Namun, selain melihat tubuh yang berdarah-darah di lantai. Apa yang mereka lihat selanjutnya hanyalah dua buah benda yang dilemparkan masuk ke dalam ruangan.

Benda itu kemudian mengeluarkan asap yang perlahan berubah semakin tebal.

Sudah jelas bahwa yang ada di luar ruangan adalah musuh. Tapi bagaimana bisa? Hanya itu yang ada di dalam pikiran semua orang yang ada di dalam ruangan.

" Tutup pintunya!! "

" Jangan! Ini gas saraf!! Cepat keluar! "

Perintah semakin bertentangan satu sama lain, namun yang pasti apa yang dikatakan memang benar. Benda yang dilemparkan masuk ke dalam itu memang benar-benar gas beracun.

Terbukti dimana orang-orang yang ada di dekat asap itu dan menghirup gas yang dilepaskan benda bulat itu mulai terjatuh dan kejang-kejang.

Bahkan, mereka yang agak berjauhan juga mulai merasakan sesak nafas.

Mulailah kepanikan melanda semua orang yang ada di dalam.

Mereka yang masih sempat berfikir berusaha mencari kain dan mengencingi kain itu untuk digunakan menetralkan gas beracun itu.

Sedangkan, mereka yang panik dan yang ada di dekat pintu langsung keluar dengan tanpa berfikir panjang.

Namun, begitu mereka keluar dari ruangan itu, mereka langsung diberondong oleh tembakan-tembakan yang membabi buta dan tidak membiarkan mereka dapat kabur.

Keparat! Mereka tidak berniat mengambil tawanan !! Mereka juga melanggar hukum perang!!

Siapa sebenarnya mereka? Apakah ada penghianat di antara kita?

Para pemberontak biasanya tidak menaati hukum perang. Itu memang wajar mengingat kondisi Republik yang mulai kritis seperti ini sehingga mereka berusaha mencari jalan pintas untuk keselamatan. Namun, akankah prajuritnya sehina itu?

Atau mereka dari kekaisaran?

Tapi bagaimana bisa? Keparat!

Hanya dapat mengumpat Arrazi juga mulai tumbang karena gas yang tadi sudah menyebar seluruhnya ke dalam ruangan dan menyebabkan ruangan itu penuh dengan asap putih.

Kain urin basah yang dia gunakan untuk menetralkan gas beracun sendiri serasa tidak berguna dan gas itu tetap terhirup ke paru-paru nya.

Itu pasti sejenis gas saraf baru yang dikembangkan Kekaisaran.

" Orang-orang kurang ajar dari kekaisaran itu! "

Meskipun sekarat Arrazi masih sempat memikirkan itu sesaat.

Arrazi kini sudah benar-benar tidak dapat bergerak karena sudah terlalu banyak menghirup gas di ruangan itu dan tubuhnya mulai perlahan jatuh bersender ke tembok.

Mata Arrazi terasa pedih dan berubah warna menjadi berwarna merah. Otot-otot nya mengejang dan nampak guratan otot muncul dari kulit-kulit nya. Dadanya Arrazi terasa begitu sakit dan sangat sesak.

Itu benar-benar perasaan tersiksa yang baru pertama kali dirasakan oleh Arrazi. Namun, dia sendiri sudah tidak bisa menggerakan tubuhnya sama sekali. Sehingga dia hanya dapat menjerit dipikirannya.

Begitu pula dengan mereka yang lain. Mereka semua tumbang, kejang-kejang bahkan ada yang sudah tidak bernyawa.

Disitulah ketika Arrazi melihat bayangan orang-orang mengenakan pakaian hitam dengan topeng masker gas mulai masuk ke dalam ruangan.

Meskipun sudah tidak dapat bergerak dan hampir kehilangan kesadaran, Arrazi melihat bahwa orang-orang itu mulai mengecek satu persatu orang-orang yang tumbang dan menunjuk kepada dirinya.

~Dor~

Satu tembakan dilepaskan oleh orang di samping orang yang menunjuk kepada Arrazi, mengakhiri penderitaan Arrazi.

" Terindentifikasi! Target berhasil dilumpuhkan. Komandan! "

Salah satu prajurit bermasker gas mengecek tanda pangkat serta mencocokan wajah dari orang yang terbujur kaku di lantai dengan lubang peluru di kepalanya itu.

"  Kalau begitu segera pasang bom! Lemparkan granat gas!! Sesuai rencana! Kita mempunyai 5 menit untuk pergi sebelum bala bantuan datang! Cepat - cepat! "

Eldric segera memberi perintah untuk evakuasi setelah misi yang mereka jalankan telah berhasil mereka selesaikan.

Tidak lupa dia menyuruh untuk memasang banyak bom di beberapa titik guna mengubur bungker ini rata ke dalam tanah.

Sebenarnya apa yang mereka lakukan ini bisa dikategorikan sebuah kejahatan perang luar biasa karena melanggar banyak perjanjian perang.

Maka dari itu, sebisa mungkin mereka tidak boleh meninggalkan jejak yang terlalu mencolok.

Setelah selesai memasang berbagai macam bom di bungker itu, kemudian mereka keluar dari bungker dan masuk ke dalam hutan.

~Dum~ Duaaaarrrr~

Tidak lama sebuah ledakan hebat terjadi.

Tanah bergetar dan terangkat tinggi bersama dengan debu yang membumbung tinggi ke angkasa dan mengubur bungker itu rata ke dalam tanah.

" Raja Tikus ke kontrol garis depan! Raja Tikus ke kontrol garis depan! Masuk! Operasi penggal ular berhasil! Saya ulangi! Operasi penggal ular berhasil! "

" Kontrol garis depan ke Raja Tikus. Keras dan Jelas! Kerja bagus! Beralih ke Operasi gedor pintu. Pergi ke titik Ekstraksi**** C. Bersiap untuk ekstraksi. Penjemputan dalam 20 menit. Keluar! "

" Raja Tikus ke kontrol garis depan. Dimengerti. Keluar! "

Setelah melapor dan mendapatkan perintah Ekstraksi, kompi Allsbert bersama kompi-kompi yang terpisah menjalankan rencana untuk pergi dari garis belakang musuh itu.

Namun, diperjalanan untuk pergi ke titik penjemputan rupanya tidak selancar yang diperkirakan.

Kompi Eldric bertemu dengan prajurit musuh yang kebingungan.

Kontak senjata sempat terjadi diantara kedua kubu dan pertempuran pecah untuk beberapa saat.

Namun, tugas kompi yang dibawa Eldric bukanlah untuk bertarung dengan musuh saat ini. Jadi mereka memprioritaskan untuk mundur ke titik pertemuan.

Setelah melalui beberapa gesekan dengan prajurit Republik yang kebingungan, mereka akhirnya sampai di titik yang di tentukan untuk penjemputan.

Meskipun masih mendapatkan perlawanan,  semua rombongan Eldric dapat naik ke atas helikopter tanpa kehilangan anggota satupun dan hanya menderita luka ringan.

Helikopter naik dan terbang ke arah kekaisaran. Namun, seperti sedang sial atau bagaimana, tiba-tiba helikopter itu ketahuan oleh dua pesawat milik Republik.

Padahal, komunikasi serta radar milik Republik sudah berhasil disabotase, namun secara tidak sengaja pesawat itu malah berpapasan dengan helikopter yang dinaiki Eldric saat hendak kembali ke pangkalan.

Pertempuran udara kemudian pecah. Pesawat itu tidak membiarkan helikopter yang dinaiki Eldric untuk dapat kembali dengan mudah.

Dua rudal dilepaskan ke arah helikopter. Rudal pertama dapat terkecoh oleh suar pengecoh yang dilepaskan helikopter, namun rudal kedua berhasil mengenai ekor helikopter dan meledak. Tanpa terkendali helikopter berputar-putar di udara sebelum akhirnya jatuh dengan keras ke tanah.

...****************...

...Mayor. Eldric Vor Hertybert...

...****************...

Allsbert? Siapa?

Hal pertama yang dia rasakan adalah cahaya yang menyilaukan.

Dibalut dengan perasaan sakit di sekujur tubuh serta rasa pegal disepanjang ototnya membuat dia begitu malas untuk bangun.

Beberapa saat kemudian rasa sakit itu perlahan pudar digantikan dengan perasaan dingin yang menusuk kulit.

Dengan perasaan dingin itu membawa matanya untuk terbuka.

Kesadarannya mulai pulih seiring berjalannya waktu.

Perlahan dan perlahan, sudut matanya melihat warna hijau yang kian jelas.

Aku masih hidup?

Apa yang terjadi?

Memaksakan tubuhnya yang terasa berat dia bangun.

Memeriksa tubuhnya sendiri dengan cepat dia menyadari ada sebuah kesalahan.

Bukan terluka atau apa, namun hal yang ada dibenaknya adalah sesuatu yang tidak masuk akal.

Seluruh tubuhnya mengecil?! Kedua tangan yang ditempa melalui pelatihan yang intensif dan dibabtis oleh pertempuran panjang kini telah berubah menjadi sebuah benda mungil nan pendek.

Bukan itu saja, bahkan seluruh tubuhnya dimana dia kini tidak berpakaian!

Apa-apaan ini?

Hatinya seolah berkata begitu, tapi pikiran dia masih terfokus untuk melihat dan menganalisis keadaan sekeliling sebagaimana yang sudah menjadi kebiasaannya.

Apakah yang lainnya selamat juga?

Maka, dia mengabaikan tentang keadaan aneh yang menimpa dirinya kemudian berfokus untuk sesuatu yang lebih penting.

Seharusnya masih ada bekas puing dari helikopter atau bahkan rekan-rekan yang seharusnya ikut terjatuh juga disekitar sini.

Dia merasa harus mencari mereka!

Menyibak semak yang ada disekitarnya dia menemukan jejak darah.

Apakah itu darah dari rekannya?

Dia harus pergi memastikan.

Mengikuti jejak itu bukannya sampai ke tempat dimana rekannya berada, dia malah bertemu dengan orang-orang aneh.

Satu orang pria telentang dengan sebilah pedang pendek menusuk perutnya, sementara satu pria lainnya terengah-engah duduk bersender di pohon dengan keadaan yang tidak bisa dibilang baik sembari menggenggam longgar sebuah pedang.

Orang-orang ini mengenakan pakaian yang hanya pernah dia lihat disebuah film-film.

Ada keraguan untuk mendekati mereka. Meskipun mereka tidak terlihat seperti tentara republik timur, tapi dia tidak tau juga apakah mereka itu teman atau musuh.

Karena pria yang tertusuk pedang pendek itu sudah tidak bernyawa. Tanpa ragu, dia menarik pedang yang ada di perut orang yang terbujur kaku di tanah itu.

Tentu organ dari pria itu ikut tertarik juga. Tapi, tidak ada waktu untuk memikirkan itu, lagipula dia sudah terbiasa untuk melihat hal yang lebih mengerikan di garis depan.

Dengan sekali hempasan organ itu terlepas.

Dia kemudian menghampiri orang yang terengah-engah di pohon.

Dia menyingkirkan belati digengaman tangan orang itu dengan pedang dan menjauhkannya untuk menghindari resiko dia akan diserang dengan tiba-tiba. Walaupun sebenarnya dia tahu bahwa orang di depannya ini sepertinya bahkan tidak kuat lagi untuk mengayunkan tangannya.  Namun, resiko tetaplah resiko dan dia tidak ingin lengah sedikitpun.

" Hei Tuan? " Dia memanggil nama orang sekarat itu untuk memastikan keadaannya.

Dengan lemah orang sekarat itu memandang ke arah orang yang memanggilnya.

" T-Tuan muda Allsbert.. Saya senang Anda selamat! "

" Allsbert? Siapa? "

Dia dapat memastikan jika tidak ada orang disitu yang hidup selain mereka berdua. Jadi, siapa Allsbert yang dimaksud orang itu?

" Maaf Tuan. Namaku bukan Allbert, namaku– tunggu siapa namaku? Kenapa aku tidak ingat sama sekali? "

Walau dia masih ingat setiap detil dari peristiwa yang menimpanya, dia sama sekali tidak ingat terhadap namanya sendiri.

Dia tidak tahu kenapa bisa seperti itu ataupun apa yang terjadi, namun ketika dia mengingat tentang namanya entah kenapa kepalanya seperti menjadi sakit untuk beberapa alasan.

" Tidak. Anda adalah Tuan yang saya layani. Anda adalah Tuan Allsbert! " Orang sekarat itu berbicara dengan lemah.

Maka dia mengabaikan mengenai jati dirinya yang sebenarnya, lantas buru-buru langsung menanyakan apa yang sebenarnya terjadi karena tahu jika pria di depan dirinya ini sudah tidak dapat tertolong lagi meskipun dengan pertolongan pertama karena telah kehabisan terlalu banyak darah.

Bukan jawaban langsung yang diterima, namun tangan bergetar pria itu yang terangkatlah yang menjadi jawaban,  dia menyerahkan kalung liontin berukir kepala singa kepada pria yang dipanggilnya Allsbert itu.

Dengan lemah kemudian pria itu memberikan wasiat terakhir agar Allsbert segera keluar dari hutan ini dengan menuju ke selatan sebelum menghembuskan nafas terakhirnya.

Karena tidak ingat nama dia, maka dia memutuskan untuk menggunakan nama Allsbert sampai ingatannya kembali.

Sebenarnya Allsbert memiliki perasaan binggung.

Dia berusaha mencerna apa yang sebenarnya terjadi.

Berusaha berjalan untuk berfikir, Allsbert keluar dari area semak itu dan menemukan sesuatu yang lebih mencengangkan.

Banyak mayat-mayat bergelimpangan.

Tidak hanya satu dua, tapi itu ada lebih dari 20 orang!

Pakaian mereka semua aneh!

Ada dari mereka  yang mengenakan seperti pakaian prajurit zaman dahulu seperti sebuah pelindung besi, ada pula yang mengenakan pakaian biasa, namun dengan model yang belum pernah dilihatnya.

" Apa-apaan ini? "

Meskipun keadaan membingungkan semakin lama semakin banyak. Namun, Allsbert bukanlah orang yang tidak kompeten yang membiarkan kebingungan menguasai diri terlalu lama.

Dia langsung berusaha menganalisis apa yang sebenarnya terjadi melalui pengamatan-pengamatan di sekitarnya.

Sepertinya telah terjadi pertarungan disini. Kedua belah pihak tidak dalam keadaan seimbang.

Allsbert mengindikasi itu dari pakaian mereka yang nampak ada yang serupa dan ada yang berbeda. Sepertinya pihak orang yang sekarat itu mengalami kalah jumlah dan akhirnya kalah.

Kemudian ada 4 wanita tanpa busana, beberapa dari mereka terlihat meninggal karna shok serta ada yang mengalami kekerasan dileher, tubuh serta sepertinya mereka mendapatkan kekerasan seksual.

Ada juga beberapa mayat yang tercabik-cabik dan mengarah ke sebuah arah. Mengindikasi ada situasi tidak terduga, dimana entah bagaimana ada hewan buas yang datang menyerang mereka yang kemudian membuat mereka lari tunggang langgang.

" Mungkinkah beruang? Tapi bekas cakaran dan jejak kaki ini tidak mirip sama sekali. "

Allsbert menyentuh bekas jejak kaki besar serta bekas cakaran dipohon.

Allsbert kemudian mengecek kereta yang telah terbalik.

Dia mendapati di kereta itu banyak barang-barang seperti pakaian, beberapa gulungan kertas, serta barang-barang yang terbuat dari emas.

Apakah pihak yang menyerang adalah perampok? Tapi kenapa barang-barang berharga masih ada?

Apakah ada maksud lain?

Allsbert mengambil pakaian yang cocok untuk dirinya di sebuah kotak yang ada huruf yang tidak bisa dibaca Allsbert. Kemudian Allsbert juga membuka sebuah gulungan kertas.

Gulungan kertas itu memiliki warna putih yang agak kusam dengan huruf yang sama sekali tidak dapat dibaca Allsbert.

" Huruf apa ini? "

Allsbert mencoba membolak-balik dokumen itu untuk mengeceknya.

Siapa tahu jika huruf ini merupakan sebuah sandi. Tapi, setelah beberapa saat,

" Ah percuma saja. Aku tidak paham tulisan ini. "

Tulisan itu sepertinya bukanlah sebuah sandi dan Allsbert sendiri belum pernah melihat tulisan semacam itu.

Setelah itu, Allsbert mengecek barang-barang lain yang ada di kereta itu dan mendapatkan sebuah kantong kain yang terdapat makanan seperti roti dan buah-buahan yang layu di dalamnya.

Merasa tidak ada lagi yang menarik yang ada di kereta itu, dia memandang sekitarnya.

" Sekarang. Apa yang harus dilakukan dengan mayat-mayat ini? "

Meskipun Allsbert telah terbiasa untuk meninggalkan mayat dimedan perang, namun hatinya seolah menyuruh untuk menguburkan mereka.

Sebuah perasaan tidak nyaman terasa benar di hatinya.

Maka dari itu Allsbert segera mengambil sekop yang terdapat di bawah kereta dan mulai membuat lubang dengan tangan kecilnya.

Bukan lubang yang dalam, namun cukup untuk menguburkan mayat-mayat ini.

Tidak semua. Allsbert hanya menguburkan 10 orang yang termasuk 4 wanita tadi, orang sekarat tadi dan hanya mereka yang memiliki pakaian sama sebagai pihak yang diserang.

Allsbert tau jika dia tidak dapat berlama-lama disini karena ada kemungkinan hewan buas akan datang lagi.

Allsbert berusaha untuk menggali lubang secepat yang dia bisa walau dia sempat beristirahat beberapa kali, karena bagaimanapun dengan tubuh yang mengecil ini membuatnya cukup kelelahan dalam membuat sebuah lubang.

Setelah empat jam menguburkan orang-orang, Allsbert akhirnya selesai setelah hari telah menjadi gelap.

Allsbert kemudian segera naik ke atas pohon untuk menghindari hewan buas dimalam hari.

Setelah sampai diatas, karena sudah terbiasa dengan keadaan tidur di hutan, Allsbert tidur namun dengan tetap tidak mengendurkan kewaspadaannya.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!