Prolog :
Dahulu kala pernah terjadi bencana alam yang maha dahsyat, dunia yang awalnya memiliki 6 benua kini hanya tersisa 2 benua besar. Kedua benua saat ini merupakan gabungan antara 6 benua lainnya dan hampir separuh populasi hilang karena bencana alam tersebut. Meskipun kedua benua besar ini terpisah, namun penduduk dunia masih bisa pergi ke benua sebrang dan sebaliknya. Misteri aneh muncul tepatnya di laut selatan, banyak mitos mengatakan bahwa ada pulau misterius di sana, pulau itu akan muncul setiap satu tahun sekali tepatnya pada purnama pertengahan tahun, namun tak ada yang berani membuktikan dan menyebrang ke sana karena pulau misterius itu dikelilingi oleh Segitiga Bermuda.
Setiap tahun penduduk dari kedua benua selalu membuat ritual dan perayaan dengan cara mengirim hasil Bumi dengan kapal tanpa awak menuju ke arah Segitiga Bermuda, hal ini dilakukan agar tidak terjadi bencana seperti yang sebelumnya. Orang-orang percaya bahwa yang menyebabkan bencana dahsyat adalah dewa yang tinggal di segitiga Bermuda.
Hari ini sungguh tak terduga diri ku yang selama ini hidup sebagai remaja berusia 19 tahun harus pergi sebagai persembahan untuk dewa, di kirim ke pulau misterius untuk menyelamatkan Benua. Ibu dan ayah yang menyayangi dan merawat ku dengan tega melepas ku begitu saja bahkan paman yang sangat ku sayangi malam itu terlihat berbeda dari biasanya. Pasrah dan tak berdaya itulah yang ku rasa, terombang-ambing di tengah laut hingga kapal menabrak karang mengkoyakkan tubuh hingga tenggelam di lautan. Siapa sangka justru tubuh ini selamat dan berada di tempat baru, tiga orang asing telah menyelamatkan ku,
"Nona anda sudah sadar?" ucap seorang gadis cantik dengan rambut berwarna hitam disebelah ranjang ku.
"Nona, syukurlah anda selamat" ucap seorang remaja pria seusia ku dan diikuti anggukan setuju oleh seorang pria paruh baya disebelahnya. Dari sini lah nasib ku berubah 360 derajat, dari seorang remaja penurut menjadi seorang perempuan tangguh yang akan mengemban misi di masa depan.
* * *
Peristiwa ini dimulai kurang lebih 7 hari yang lalu, awalnya semua tampak biasa-biasa saja dengan kehidupan normal ku sebagai Eden Georgia Ludwig, anak sulung dari keluarga Ludwig yang memiliki rambut pirang panjang dengan bola mata berwarna biru. Menurut orang lain aku memiliki sifat yang ceria, berbanding terbalik dengan adik ku Adel Georgia Ludwig, dia memiliki sifat pendiam, anggun dan lembut, ia juga memiliki mata biru yang indah dengan rambut berwarna coklat panjang.
Keluarga Ludwig merupakan salah satu keluarga terpandang di kota Thalsa yang memiliki pabrik penangkapan ikan terbesar di benia ini. Sebenarnya pabrik keluarga Ludwiglah yang memasok kebutuhan ikan sampai ke seluruh penjuru Benua. Bersama ibu, ayah ku meneruskan bisnis leluhurnya, hingga menjadi besar seperti sekarang.
* * *
Kota Thalsa merupakan Kota kecil yang terletak dibagian paling ujung Benua ini, letaknya strategis dan sangat dekat dengan laut lepas wilayah Segitiga Bermuda. Faktor inilah yang menyebabkan pasokan ikan laut tidak pernah habis sehingga mampu mencukupi kebutuhan seluruh negara di benua ini. Hari ini merupakan bulan keenam pertengahan tahun yang bertepatan dengan kurang dari satu minggu sebelum festival laut diadakan. Masyarakat di Kota Thalsa mulai sibuk mempersiapkan pesta lampion dan juga mengumpulkan hasil bumi dari berbagai wilayah yang nantinya akan di kirim menuju laut lepas. Ada sebuah aturan khusus dimana hasil bumi ini tidak boleh berasal dari laut dan harus berasal dari perkebunan juga ada aturan lain dimana pengunjung yang hadir tidak boleh menyalakan kembang api melainkan hanya lampion.
Kabarnya pernah suatu ketika seseorang menyalakan kembang api dan hal itu menyebabkan tsunami yg sangat dahsyat hingga menyebabkan banyak korban meninggal. Menurut legenda ledakan telah membuat dewa marah, hal ini berkaitan erat dengan tindakan manusia jaman dulu yang gemar menangkap ikan dengan bom sehingga merusak ekosistem laut, jadi menyalakan kembang api sangat di larang karena menimbulkan suara-suara seperti ledakan. festival kali ini para remaja di Kota Thalsa ikut berpartisipasi sebagai penghias hasil bumi termasuk Eden dan juga Adel. Tradisi ini terus diturunkan dari generasi ke generasi oleh orang dewasa agar festival bisa terus berlangsung setiap tahun dan tentunya agar sang dewa tidak marah.
Tahun ini merupakan festival yg menyedot banyak perhatian dari sebelumnya yang selalu diwarnai dengan hujan dan badai sehingga semua orang tidak dapat melihat keindahan laut thalsa saat purnama. Kini Kota Thalsa sudah di datangi oleh para pewarta yang mulai mengabarkan bahwa cuaca akan cerah hingga bulan depan, tentunya hal ini di sambut bahagia oleh banyak orang. Selain itu para wisatawan juga sudah mulai berdatangan dan memenuhi objek wisata di sekitar Kota Thalsa, begitu ramai dan menjadi kebanggan tersendiri bagi seluruh penduduk Kota Thalsa.
Siang ini sepulang sekolah Eden pergi menuju Balai Kota yang terletak di dekat pantai, ia pun mulai membantu menghias hasil bumi bersama remaja lain dengan menyusun satu persatu agar membentuk seperti sebuah gunung. Kerja tim kali ini begitu serius karena mereka harus benar-benar menata seluruh pasokan hasil bumi agar seluruhnya dapat terbentuk, namun di tengah keseriusan itu sesekali mereka bergurau agar suasana jadi lebih menyenangkan.
"Senja di laut thalsa adalah yg paling indah"
Celetuk Eden sembari tersenyum lebar melihat ke arah laut Thalsa dan semua orang pun setuju dengan pendapat Eden tersebut. sedikit merasa lelah, spontan Eden berdiri menggerakkannya ke kanan dan kekiri lalu berjalan menuju sebuah gazebo di tepi pantai, sambil duduk ia menikmati keindahan laut Thalsa di sore hari. makin lama matahari terbenam pelan-pelan, langit senja yang berwana jingga mulai berubah menjadi warna merah muda. Angin sepoi-sepoi menghembuskan rambut pirang Eden membuatnya sedikit menutup mata untuk menikmati betapa sejuknya angin sore itu. Matanya kembali terbuka melihat ke arah ombak yang bergulung dan ada sesuatu yang aneh, sebuah benda asing muncul dari arah matahari terbenam,
'seperti kapal, tetapi bukan'
gumam Eden pelan. Semakin lama semakin mendekat seolah sedang berjalan menepi, sambil mengusap-usap mata Eden sedikit terheran dengan sesuatu yang asing ini.
"seperti orang berjalan diatas laut!!!!! itu mustahil"
Eden kembali mengusap mata, mencoba memejamkan mata sedikit lebih lama dan tenyata ia terbangun dari tidur lelapnya sore itu.
'syukurlah ini hanya mimpi'
Gumam Eden sambil mengelus dada merasa lega bahwa yang barusan ia lihat hanyalah sebuah mimpi. Edenpun beranjak dari tempat duduk untuk bersiap pulang, hari sudah mulai gelap debur ombak semakin kencang, angin laut membawa aroma asin dan juga terasa lembab namun Eden begitu menyukainya menurutnya aroma laut begitu menyegarkan.
* * *
sesampainya di rumah, ibu sudah selesai menyiapkan makan malam.
"aku pulang" seru Eden memberi salam sambil berlari menaiki tangga.
"Eden bergegaslah mandi, ibu sudah menyiapkan makan malam" seru ibu dengan suara lantang menyambut kedatangan anak sulungnya.
"Dia selalu saja pulang terlambat" sahut Adel yang duduk manis di meja makan sambil menikmati hidangan pembuka.
"Tentu saja, aku kan bukan nona disiplin seperti mu" jawab Eden meledek Adel dari kejauhan.
"apa kau bilang" seru Adel jengkel sambil menoleh ke arah tangga.
"Sudahlah biarkan kakak mu membersihkan diri" sembari menaruh beberapa hidangan di atas meja makan Ibu melerai keduanya agar tidak bertengkar.
Sejujurnya antara Eden dan Adel meskipun bersaudara tapi mereka tidak bisa mengungkapkan rasa sayang satu sama lain, bila khawatir maka akan diungkapkan dengan mengeluh seperti yang diucapkan Adel. Mereka berdua sama sekali tidak pernah bertengkar, Adel adalah adik yg baik dan sangat perhatian pada keluarga sedangkan Eden selalu siap melindungi adiknya kapanpun dan dimana pun ia berada.
Setelah menyelesaikan makan makan malam Eden pergi menuju kamar tidur untuk beristirahat, tak berselang lama Adel masuk dan tidur di sebelah Eden, tentu saja hal ini membuat Eden kesal.
"Pergilah, kau kan punya kamar sendiri!" seru Eden sambil sedikit menendang Adel yang malah membuat Adel semakin erat mendekapnya. Meskipun telah berusaha sekuat tenaga, Eden tak dapat melepaskan dekapan Adel karena Adel memiliki kemampuan bela diri hingga membuatnya menyerah.
"Baiklah aku menyerah" ucap Eden lemas, Adel pun segera melepas dekapan tangannya terhadap Eden dan berbaring tenang disampingnya. Edenpun kembali membuka percakapan,
"Adel, apakah kau pernah melihat seseorang berjalan di atas air?" tanya Eden dengan serius.
"Apa maksud mu? Hal seperti itu tentu saja tidak ada" sambil mengernyitkan alis Adel menjawab ketus.
"Hei tapi ini tampak seperti nyata" Eden bersikeras meyakinkan Adel terhadap cerita tersebut.
"Di mana kau melihat hal semacam itu?" Adel mulai tertarik, sambil memainkan bantal ia mendengarkan cerita lengkap dari sang kakak.
"Emm dalam mimpi" dengan ekspresi polos Eden menjawab sang adik.
"Pfffttt, dulu kau pernah bercerita soal Naga, lalu sekarang orang berjalan di atas air" Adel merespon sedikit tertawa cekikikan karena Eden terlihat seperti sedang membual.
"Hei aku serius" seru Eden yang masih bersikeras akan keyakinan dirinya terhadap apa yang ia lihat sebelumnya.
"Hei sepertinya kau harus berhenti membaca novel fantasi, sekarang kau menajadi suka berkhayal" ucap Adel yang kemudian bangkit dari ranjang lalu melemparkan pantal yang sebelumnya ia pegang pada Eden dan berlari meninggalkannya pergi.
"Hei dasar kau!" seru Eden sambil membanting bantal karena kesal Adel telah mempermainkan dirinya.
ia pun kembali berbaring di atas ranjang, menghela nafas dan kemudian tidur, meskipun masih terlintas dipikirannya mengenai apa yang ia lihat dalam mimpi namun dengan penuh keyakinan Eden pun berusaha melupakan kejadian hari ini.
* * *
Keesokan harinya Eden melakukan aktivitas seperti biasa, berangkat sekolah, sore hari membantu menyusun hasil bumi, kemudian pulang. .
* * *
Hari ini adalah kurang 3 hari perayaan festival, pantai sudah ramai dipadati oleh turis dari luar negeri karena pantai di Kota Thalsa memiliki air biru jernih dengan hamparan pasir putih. Melihat ramainya pengunjung membuat Eden ingin sekali pergi ke pantai dan ikut berenang tapi urung ia lakukan karena masih ada tugas yang harus segera diselesaikan yaitu membantu menghias hasil bumi. Saat merasa lelah Eden memilih untuk beristirahat dengan mendekat ke bibir pantai dan mulai berjalan pelan sambil melihat ikan kecil, bintang laut, kerang yang terkena ombak. Ketika sedang menyusuri pantai ada sesuatu yang menarik perhatiannya, sebuah benda terlihat berkilauan seperti cahaya, karena penasaran Eden mencoba mendekat dan ternyata sebuah cincin dengan mata ruby berwarna merah, ia pun memungutnya, "Sepertinya ini terjatuh, mungkin milik turis yang tadi berenang di sini" gumam Eden sambil meletakkan kembali cincin tersebut di tempat yang mudah terlihat untuk berjaga-jaga bila ada seseorang yang akan kembali untuk mencarinya. sebenarnya di mata Eden cincin tersebut terlihat indahhingga membuatnya ingin mengambil tapi ia tak berani karena cincin tersebut bukan miliknya.
* * *
Hari berikutnya adalah hari Sabtu, hari libur tapi Eden harus berangkat menghias hasil bumi lebih pagi, padahal ia sangat ingin bermalas-malasan dan menonton kartun.
"Ibu, di mana Adel?" tanya Eden pada ibu sambil tergesa-gesa.
"Adel sudah berangkat sejak pagi tadi" jawab ibu singkat.
"Apa?! sejak kapan dia pergi, kenapa dia cepat sekali. aku harus segera menyusul nya" langkah Eden semakin cepat, ia begitu terburu-buru karena sudah terlambat. Sesampainya di Balai Kota semua sudah memulai pekerjaannya masing-masing, Eden merasa tidak enak hati tetapi ia harus tetap membantu hingga hari menjelang sore. Senja pun mulai menunjukkan keindahannya menggoda Eden untuk kembali menyusuri pantai sore itu. Pelan-pelan sambil menikmati hembusan angin Eden berjalan menyusuri pantai, hatinya begitu senang kala itu karena senja telah mengobati rasa lelah karena indah yang ditampakkan, setelah merasa cukup ia berjalan pulang namun ia kembali melihatnya lagi, cincin ruby berwarna merah masih berada di tempat yg sama. Untuk memastikan Edenpun memutuskan untuk memungutnya sambil melihat lagi dari dekat, dari arah belakang Adel diam-diam mendekat dan mengagetkan Eden.
"Sedang apa kau?" Adel menepuk pundak Eden untuk mengejutkannya tapi tak mempan.
"Aku sedang mengambil benda ini" sambil menunjukkan cincin Ruby berwarna merah pada Adel.
"Modelnya kuno sekali, cocok sesuai dengan selera mu..hahaha" celetuk Adel dengan sengaja meledek benda temuan kakaknya itu.
"Apa kau bilang, dasar..!" sahut Eden marah dan juga gemas terhadap ucapan Adel.
"Aku akan membawanya pulang" ucap Eden sambil menggenggam erat cincin tersebut ditangannya.
"Terserah, aku yakin pemilik asli nya membuang cincin itu untuk mu hahaha"
"hei kemari kau dasar menjengkelkan!!!"
Seru Eden sambil berlari mengejar Adel.
"ngguuuuuuuunnggggg"
Suara dengungan berbunyi dan membuat telinga semua orang sakit beberapa saat, hanya berlangsung selama 5 detik saja, tetapi sudah membuat penduduk kota berhamburan. Apakah ini pertanda akan datangnya tsunami atau pertanda lain???
"nnnggguuuuuuuunnggg"
dengungan itu benar-benar membuat telinga terasa sakit.
orang-orang yang berada di pantai mulai berhamburan, mereka berlari menyelamatkan diri. Panik, itulah yg mereka rasakan, Eden dan Adel berdesak-desakan dengan orang lain, mereka semua berusaha menuju tempat yang aman. Eden terus memegang tangan Adel, mereka hampir saja terpisah tapi Eden tetap memegang erat tangan adiknya tersebut. Sesampainya di titik aman, Eden masih khawatir tentang suara tadi, suasana benar-benar kacau, tangisan pecah, dan beberapa orang masih shock. setelah menunggu 1 jam lamanya, salah satu perwakilan dari ahli Geologi dan Geofisika mengumumkanbahwa suara dengungan tersebut berasal dari segitiga bermuda, belum di ketahui secara pasti apa penyebabnya, yang jelas tidak akan menyebabkan tsunami. Orang-orang yang berkumpul pun merasa lega, satu persatu dari mereka kembali ke rumah masing-masing termasuk Eden dan Adel.
* * *
(Disuatu tempat dalam gedung parlemen)
para tetua sedang membahas fenomena alam ini, kebanyakan anggota beranggapan bahwa ini peringatan dari dewa yang sedang marah. salah satu keluarga Parker mengungkit kejadian 50 tahun yang lalu mengenai perjanjian dengan dewa,
"tidak ingat kah kalian dengan perjanjian 50 tahun yang lalu? ini pasti ada kaitannya dengan peristiwa itu. dewa menginginkan seseorang untuk dijadikan persembahan, aku yakin persembahan itu akan menenangkan dewa dan membuat cuaca jauh lebih baik".
semua orang hening, lalu perwakilan dari keluarga Morgan menambahi,
"benar sekali aku setuju dengan pendapat keluarga parker, ini adalah fenomena alam yang tidak pernah terjadi sebelumnya, aku yakin ada hubungannya dengan perjanjian 50 tahun yang lalu"
"bukankah ini tanggung jawab keluarga Ludwig?" seru keluarga Smith,
"iya benar sekali, mereka telah melakukan perjanjian kotor dengan iblis, namun dengan angkuhnya mereka bangga karena telah melakukan perjanjian dengan dewa" imbuh yang lain sehongga membuat suasana ruang pertemuan menjadi kacau.
"mereka harus mengirimkan salah satu anak mereka, tuan Ludwig seharusnya anda menanggung hal ini" sambil melihat ke arah perwakilan keluarga Ludwig.
"ya baiklah aku Jason Georgia Ludwig (anak ke 2 keluarga Ludwig/adik dari ayah Eden dan Adel) sebagai perwakilan dari keluarga Ludwig akan menyelesaikan masalah ini, kalian tidak perlu mengungkit-ungkit masalah keluarga kami" ucapnya ketus
"jangan banyak bicara, lakukan sesuai perjanjian itu, kirim anggota keluarga mu semuanya akan selesai"
sambung yang lain dan semuanya ramai setuju dengan usul tersebut.
'braaakkk'
bunyi pukulan meja oleh Jason,
"hey jaga bicaramu ! kalian semua melakukan trik kotor dengan mengadakan festival laut setiap tahun dan membawa-bawa kejadian 50 tahun lalu, kalian hanya ingin mendapatkan uang lebih banyak dari para turis ! lalu sekarang kalian menghina pengorbanan keluarga kami ?! ya baiklah ku sanggupi permintaan ini !!! aku harap leluhur kami memaafkan kalian semua, dasar orang-orang psikopat!!!"
ucap Jason yang begitu marah lalu segera meninggalkan ruang rapat.
"baguslah mereka setuju, ini semua demi keselamatan kita"
ucap keluarga Parker mencoba menenangkan situasi
"iya benar"
gumam yang lain seolah setuju.
* * *
Keesokan harinya sekolah di liburkan, hal ini lumrah terjadi menjelang h-1 festival, kejadian kemarin menyebabkan orang-orang tidak berani mendekat ke pantai sebelum festival dilaksanakan dan hari ini cuacanya sangat tidak bagus. Apa boleh buat Eden tetap harus datang, hari ini ia berangkat sendiri untuk menyusun hasil bumi. Kebetulan Adel sedang tidak enak badan sehingga ia tidak bisa ikut dengannya. Hari ini pekerjaan selesai lebih cepat dan rasa melelahkan sekali, hasil kerja keras Eden selama seminggu membuatnya cukup bangga,
"Eden kau benar-benar ahli"
ucap Eden senang. sudah saatnya Eden pulang, ia harus beristirahat dengan cukup agar besok bisa datang menerbangkan lampion.
* * *
"ibu aku pulang"
ucap Eden namun tidak ada yg menjawab, ia menoleh ke kanan dan ke kiri kemudian menuju dapur namun tak ada orang sama sekali, Eden bergegas naik ke lantai atas untuk mencari ibunya dan mendapati sang ibu sedang merapihkan baju dalam kamar Adel.
Eden menghampiri ibu,
"ibu sedang apa?"
"oh kamu sudah pulang, cepat bersihkan dirimu dan langsung makan"
jawab ibu sedikit gugup dan tetap melipat baju-baju Adel
"dimana Adel? aku tidak melihatnya, bukankah dia sedang sakit"
tanya Eden penasaran.
"oh tadi paman mu datang kemari, dia menjenguk Adel, karena khawatir paman mu membawanya pergi ke rumah sakit untuk pemeriksaan"
Jawab ibu kembali namun perasaan gugup terlihat jelas dari raut wajah ibu.
"benarkah, paman Jason datang kemari? padahal aku sangat ingin menemuinya, apakah dia akan kembali lagi?"
tutur eden tertarik dengan kedatangan paman Jason.
"nanti malam mungkin kamu akan bertemu dengannya"
jawab ibu lirih sambil memasukkan beberapa baju Adel ke dalam koper
"benarkah, waahh baiklah aku harus mandi"
jawab Eden senang, ia bergegas kembali ke kamar untuk membersihkan diri lalu makan. hari ini adalah hari yang cukup melelahkan, Eden harus segera tidur dan beristirahat.
* * *
(tengah malam)
'tubuhku kenapa terasa sakit sekali, seperti ada yg mengikat ku' gumam Eden sambil membuka mata pelan
'ah benar, aku di ikat, seseorang berjalan menuju ke arah ku sepertinya ada satu, ah dua, ah tidak jumlahnya ada 7 orang. apa ini apakah mereka menculik ku atau mereka akan memperkosa ku, aku takut. lebih baik kupejamkan mata dan pura-pura tidur.'
ucap Eden dalam batinnya seraya menutup matanya.
"jason, semuanya sudah siap"
ucap salah seorang pria.
'ah tunggu suara ini tidak asing dan nama itu, apakah itu paman, aku berharap itu benar dia, agar dia bisa menolong ku. baiklah aku akan pelan-pelan membuka mata.'
"Eden"
"!!!!!!!!!"
betapa terkejutnya Eden, orang yang berada dihadapannya adalah paman Jason. Eden berharap paman akan menolongnya, saat ini ia sangat bersyukur bertemu dengan orang yang ia kenal.
"Eden, sudah saat nya kau membalas budi pada keluarga ini"
Eden tak mengerti perkataan yang diucapkan oleh paman Jason.
"dengar baik-baik Eden, kau harus mewakili keluarga ini untuk bertemu dewa di seberang sana"
Eden tak bisa menjawab apapun.
"kakak mungkin kau bisa bantu menjelaskan"
ucap seseorang sambil mendekati Eden, dia adalah ibu dan ayah Eden
"!!!!!"
'apa ini kenapa mereka tidak menolong ku'.
ibu mulai berbicara pada Eden pelan,
"Eden, aku yakin kamu sudah tau sejak lama bahwa kamu bukan bagian dari keluarga Ludwig"
ucap ibu seolah menyesal dengan keadaan yang harus di alami Eden. Eden tidak percaya mendengar apa yang di katakan oleh ibunya, sebenarnya Eden sudah lama mengetahui hal tersebut namun ia masih tak percaya bahwa ibunya mengungkit hal itu. ibu melanjutkan perkataannya
"apakah kamu ingat tentang cerita itu, tentang legenda sebuah keluarga yang telah menyelamatkan kota dengan melakukan sebuah perjanjian, isi perjanjian itu adalah dewa meminta seseorang untuk dijadikan persembahan. ibu ingat waktu itu kamu bersedia dijadikan persembahan untuk dewa"
sambil melepaskan sumbatan yang ada pada mulut Eden.
"ibu, jadi cerita itu adalah keluarga kita?"
sambil menangis terisak Eden merespon cerita ibunya
ayah juga ikut berbicara,
"Eden, kau harus memahami bahwa kami tidak bisa membiarkan Adel pergi, untuk itu demi semuanya...."
imbuh ayah seolah tak ada perasaan menyesal.
Eden mulai menata nafasnya, tangisnya ia tahan agar tak terlihat menyedihkan,
"baiklah aku akan pergi demi semuanya"
Eden memotong perkataan ayahnya.
"syukurlah kamu mengerti, kamu adalah anak yang baik dan penurut, tidak salah kami sudah merawat mu sejak kecil"
ucap ayah lega sambil mengelus-elus rambut Eden namun Eden menggerakkan kepalanya seolah tak ingin diperlakukan demikian.
"jangan pernah menyesal atas keputusan kalian, aku tidak menjamin dewa akan menerima seseorang bukan dari keluarga Ludwig"
ucap Eden seraya menghapus air matanya.
"tidak masalah, toh yang diinginkan dewa hanyalah pengorbanan seseorang untuknya, dia hanya ingin darah segar masuk ke wilayah nya"
ucap paman Jason sedikit kasar. mendengar ucapan pamannya membuat Eden merasanya begitu sakit karena paman yg sangat ia sayangi berubah 360 derajat, ia benar-benar bukan paman yang biasanya.
"paman tidak seharusnya mengikat ku, aku bisa berjalan sendiri menaiki kapal kecil itu dan menuju kesana"
ucap Eden sambil menunjuk ke arah Segitiga Bermuda.
"baiklah kami akan melepaskan ikatannya".
dengan menguatkan hati Eden melangkah menuju ke sebuah kapal kecil, ia sama sekali tak bisa melawan.
"jangan pernah kembali, aku harap kau benar-benar mati dan menjadi persembahan dewa"
ayah mengucapkan kata-kata itu, Eden menoleh ke arah mereka dan melihat tidak ada satupun dari tatapan mereka yang memperlihatkan rasa bersalah.
"meskipun kau hidup, jangan pernah kembali lagi pada keluarga kami, kami sudah mempersiapkan berita kematian mu besok".
"!!!!!"
matanya terbelalak mendengar kata-kata tersebut, Eden benar-benar tidak bisa mengatakan apapun, rasanya benar-benar sangat menyakitkan.
rasa cinta mereka selama ini adalah palsu. ayah, ibu, paman dan yang lainnya mereka pergi meninggalkan Eden di perahu sendirian. beginikah rasanya dibuang, Eden masih berharap bahwa ini hanya mimpi
Eden dengan tubuh lemahnya terombang-ambing di tengah laut, hujan badai mengiringi kepergiannya menuju segitiga bermuda. dia menangis namun tidak bisa melakukan apa-apa, dengan terisak dia berbicara
"aku sudah berusaha untuk berpura-pura tidak tau bahwa aku ini bukan anak ibu dan ayah, tapi kenapa mereka membuang ku seperti ini, aku selalu bersikap baik dan tidak pernah mencari masalah, Meraka sangat kejam. malam ini laut thalsa akan menjadi saksi kematian anak yang tidak berdaya ini, terimakasih sudah memberikan tempat yang layak untuk jasad ku, selamat tinggal semuanya".
kapal kecilnya terus berlayar menuju pusaran ombak, semakin keras arusnya dan 'wuuuuussss' 'braaakkk'
kapalnya di hantam ombak besar dan menabrak batu karang hingga membuat kapal yang di tumpangi Eden terbelah.
tubuh Eden terpental masuk ke dalam samudra, hantaman cukup kuat membuat Eden perlahan-lahan mulai kehilangan kesadaran. Tubuh lemahnya kini mulai tenggelam masuk ke dalam air, ia benar-benar terombang-ambing tanpa tahu akan keselamatan dirinya. Namun tiba-tiba cahaya biru menyelimuti Eden, cahaya itu berwujud seorang wanita bersama ikan dan makhluk lainnya seolah memeluk Eden, ia mengantarkan Eden menyusuri laut hingga menuju tepian. Eden setengah sadar melihat sosok itu dan bergumam lirih
"Thalsa"
ucapnya kemudian kembali tak sadarkan diri.
* * *
Eden selamat, kali ini karena sebuah keberuntungan yang menyertai dirinya, beberapa saat mengarungi samudra sampailah Thalsa disebuah tempat, dari kejauhan beberapa orang telah menunggunya di tepian pantai, seorang pria paruh baya dan dua orang remaja. Thalsa menyerahkan Eden kepada orang-orang tersebut, kondisi Eden terlihat sangat lemah dan tidak berdaya, rambut pirangnya mulai luntur hingga menunjukkan warna asli yang ia tutupi selama ini yaitu merah.
* * *
3 hari sejak kepergian Eden ia masih belum sadarkan diri.
di hari ke empat ia mulai membuka mata, sayup-sayup ia mulai melihat sekeliling, yang ada di benaknya hanyalah
"apa aku sudah di surga"
tetapi fisiknya yang kesakitan menyadarkan bahwa ia masih hidup. Eden perlahan mulai menggerakkan tangan lalu bangun dari tempat tidur,
"uugghh"
rintihnya kesakitan, ia mencoba berjalan namun seseorang segera masuk untuk memeriksa,
"tuan, nona sudah bangun"
dua orang asing lainnya masuk ke dalam untuk melihat Eden.
"nona"
ucap pria paruh baya tersebut
"hormat kami nona"
ketiganya berlutut dihadapan Eden. ia masih merasa terheran kenapa ada pria paruh baya dan dua remaja berlutut dihadapannya, karena penasaran ia pun bertanya
"si.. siapa kalian?"
mencoba bertanya dengan sedikit terbata-bata
"perkenalkan nama hamba Jose nona, hamba adalah pelayan yang telah bekerja lama di keluarga nona"
jawab pria paruh baya itu.
"hamba Cicilia yang bertugas sebagai asisten nona"
jawab seorang gadis remaja berambut hitam itu.
"nama hamba Chris nona"
jawab remaja lainnya.
"kami bertiga adalah pelayan anda"
ucap pria paruh baya itu.
"aku dimana?"
ucap Eden sambil memegangi kepalanya yang terasa sakit
"sekarang Anda sedang berada di The Great Aztec, mungkin anda sedikit asing dengan nama ini"
ungkap Jose.
Pandangan Eden beralih dan memperhatikan baju yang dikenakan oleh ketiga orang tersebut,
"apakah aku seorang time traveler? apakah ini abad pertengahan?"
ketiganya tersenyum, Cicilia menjawab,
"tidak nona, ini adalah abad 21"
Eden sedikit heran dan menggaruk kepalanya, yang ada di benaknya adalah tahun yg mereka sebutkan sama dengan tahun yang sedang dijalani Eden, tapi kenapa baju ketiga orang tersebut sangat klasik.
"sudah biarkan nona beristirahat, aku tau nona memiliki banyak pertanyaan mengenai kami dan wilayah ini, nanti bisa kita bicarakan lagi kalau nona sudah sehat, kami permisi dulu" ucap Jose.
"nona beristirahat lah, jika butuh bantuan panggil hamba"
ucap Cicilia.
"baik, terimakasih Cicilia"
jawab Eden sambil tersenyum
* * *
keesokan harinya Eden mulai bisa berjalan meskipun sedikit tertatih, ia keluar dan melihat Chris sedang berlatih, ada Jose juga yang sedang membuat busur panah, Eden mendekat ke arah Jose dan duduk disebelahnya. Jose yang menyadari kedatangan Eden, tanpa berbasa-basi menceritakan semuanya, tentang keluarga Eden yang sesungguhnya.
"nona, jika anda ingin tahu siapa keluarga anda sebenarnya saya akan menceritakan semua itu, bahwa anda berasal dari sini. ayah anda merupakan seorang bangsawan bernama Eliot Fitz James dan ibu anda bernama Anna Lewis. ibu anda adalah seorang kesatria, kami menyebutnya Lunar karena dia hanya beraksi di malam hari dan membunuh musuhnya saat suasana tenang. singkat cerita mereka berdua saling jatuh cinta dan menikah kemudian melahirkan anda. rambut merah adalah keturunan dari ibu anda dan mata biru adalah dari ayah anda. pencapaian terbesar dalam hidup nyonya Anna adalah berhasil menaklukkan naga api yang berada di puncak gunung Tarsa. karena keberhasilannya itu banyak orang iri dan ingin menghancurkan ibu anda termasuk paman anda yang bernama Adam Lewis. hari dimana anda lahir saat itulah pembantaian terjadi, dengan kondisi ibu anda yang lemah memberikan kesempatan pada Adam Lewis untuk membunuh nyonya Anna. sebenarnya nyonya Anna melahirkan anak kembar namun Adam Lewis tidak mengetahui hal itu, dan hanya anda yang selamat dari peristiwa itu. yang mengirimkan anda ke kota S adalah saya sendiri nona. setelah 17 tahun saya berhasil merahasiakan keberadaan anda. sebenarnya kami bertiga secara bergantian menjenguk anda setiap tahun dan anda tidak menyadari kehadiran kami. jika anda masih belum percaya, saya akan membawakan warisan orang tua anda yang masih tersisa".
Jose berdiri lalu masuk mengambil sebuah kotak dan diberikan pada Eden.
Eden membuka kotak tersebut, ada foto kedua orang tua aslinya, kalung, dan baju bayi. Eden tertarik melihat sesuatu dalam foto kemudian bertanya,
"cincin yang dipakai oleh ibu ku apakah cincin yang sama seperti yang ku pakai?"
tanya Eden sambil menunjukkan cincin dengan batu Ruby yang ia temukan di pantai dan saat ini ia kenakan di jari manis kiri nya.
"benar nona, cincin ini yang melindungi nona melintasi pusaran air beberapa hari yang lalu, orang luar tidak bisa masuk ke wilayah ini, karena cincin itu berasal dari sini maka nona berhasil masuk"
tutur Jose mencoba menjelaskan situasi yang dialami oleh Eden selama terombang-ambing di laut Thalsa.
"begitukah?? lalu siapa yang membawa ku kesini?"
sambung Eden menanyakan sosok yang membawanya kemari.
"itu sebenarnya dia adalah Dewi thalsa nona, dia yang membawa anda kesini, hal tersebut sudah menjadi tugasnya sebagai penjaga laut wilayah anotherworld mengantarkan anda menuju kesini dan saat anda kecil dewi Thalsa juga yang mengantarkan anda ke kota S"
jelas Jose.
Eden mulai menitihkan air mata, ia merasa bahwa di dunia ini meskipun sendiri masih ada orang tua kandung yang mencintai dirinya, bahkan pelayan setia orangtuanya masih terus melihat kondisi dirinya selama berada di kota S.
"begitukah"
gumam Eden pelan
"hei paman Jose apa yang kamu lakukan pada nona, kenapa kamu membuatnya menangis"
ucap Cicilia mencoba memarahi Jose.
Eden tak kuasa membendung tangisannya, ia terus terisak.
"ibu ayah, terimakasih su.. sudah memberikan kehidupan pada anak yang tidak berguna ini"
ucap Eden mencoba menahan kesedihan saat itu.
hari itu pun berlalu dengan sebuah kebenaran asal-usul Eden dan jati diri yang sesungguhnya.
* * *
Beberapa hari kemudian setelah kondidisinya berangsur membaik Jose pun mengajak Eden untuk berlatih, seolah mempersiapkan Eden di masa depan.
"jadi tuan Jose, untuk apa anda mengajak ku berlatih pedang?"
tanya Eden sambil memilih pedang dan mengambilnya.
"nona bukankah Anda ingin tinggal disini?"
jawab Jose seraya melakukan pemanasan dengan menggoyangkan pedang yang ia pegang.
"benar, apakah aku harus berlatih? kalau begitu aku harus pemanasan dulu"
jawab Eden sambil melakukan peregangan
"1-2-1-2, baiklah mari kita mulai tuan Jose"
sambil memberi hormat pada tuan Jose.
"baik nona"
membalas hormat Eden.
"praaannngggg, praanggggg'
Jose kalah dalam 2 gerakan, Eden berhasil menghunuskan pedangnya ke arah leher Jose.
Chris dan Cecilia yang melihat nya terkejut
"ternyata aku terlalu menganggap remeh nona Eden, gerakan anda begitu cepat"
ucap Jose kagum.
"baiklah lakukan yang benar, anggap aku ini lawan yang berat"
ledek Eden.
'prangggggg, pprraaanggggg"
lagi-lagi Jose kalah hanya dalam 2x serangan
'prangggggg pprraaanggggg"
hal itu terus berulang, Jose terus kalah dengan 2x serangan, Jose memutuskan untuk menyudahi latihannya.
"nona anda hebat sekali"
ungkap Cecilia kagum sambil memberikan minum pada Eden
"iya benar nona, dari mana anda belajar menggunakan pedang, aku bahkan belum bisa melakukan gerakan secepat itu"
sambung Chris bertanya atas kekagumannya terhadap kemampuan Eden
"ahahaa.. sebenarnya selama tinggal bersama keluarga Ludwig, mereka sudah membekali ku dengan ilmu bela diri"
jawab Eden sambil sesekali meminum air lalu mengusap mulutnya
"benarkah? wah hebat, selama ini kami tidak pernah mengetahui hal ini "
ucap Cecilia merespon kekagumannya terhadap kemampuan Eden
"paman Jason yang mengajarkan ku semuanya, pedang, panah, judo, Kendo, karate, dan berkuda"
jawab Eden antusias sambil menghitung menggunakan jari-jarinya
"tuan Jose kamu dengar, kita tidak perlu melatih nona Eden, kita hanya perlu berduel dengannya untuk membuatnya ingat dengan apa yg dia pelajari"
ucap Chris pada Jose
"baiklah, maafkan saya nona karena telah meremehkan anda, saya akan mengatur jadwal selama seminggu ini untuk melakukan latihan perbidang agar anda menjadi lebih lincah"
ucap Jose
"ahh iya baiklah, terimakasih tuan Jose sudah memperhatikan ku"
jawab Eden kemudian meletakkan air minum dan mengelap keringat yang terus bercucuran di dahinya.
* * *
Minggu minggu berlalu kini Eden mulai terbiasa tinggal di The Great Aztec dan iapun sudah menyelesaikan pelatihannya, di tengah hari yang terik Eden berteduh sambil beristirahat sembari makan cemilan yang dibuatkan oleh Cecilia.
tiba-tiba ia teringat akan adik kecilnya Adel, Eden sangat tau bahwa Adel adalah anak yang lemah dan sebenarnya mereka berdua berbagi energi kehidupan, Eden merasa gelisah ia sangat takut bila adiknya sakit setelah kepergiannya.
Eden teringat 7 tahun yang lalu ketika Adel kritis, ia memberikan sebuah gelang miliknya pada Adel lalu keluar sebuah cahaya merah misterius dari gelang tersebut dan ajaibnya Adel sembuh.
karena penasaran Eden kemudian mencoba bertanya pada Jose,
"tuan Jose, sebelum nya aku pernah memiliki sebuah gelang, dan gelang itu memiliki mata rubi berwarna merah, apakah benar gelang itu mampu menyembuhkan penyakit apapun?"
"gelang apa yang anda maksud nona?"
jawab Jose
"itu gelang dengan sulur bunga, aku pernah memiliki nya, tapi gelang itu sudah musnah setelah membuat adikku sembuh dari masa kritis"
lanjut Eden
"ohh gelang itu merupakan ekstrak dari bunga langka bernama middlemist Camelia"
jawab Jose
"bagaimana cara ku mendapatkan nya, aku khawatir pada adik ku karena ia tidak pernah bisa jauh dari ku. dia akan sakit jika aku tidak ada di dekatnya, aku pikir jika bisa mendapatkan bunga itu dan mengirim nya maka ia akan baik-baik saja"
ucap Eden mengutarakan maksud dan keinginannya untuk membantu Adel
"itu sangat sulit nona, bunga itu adalah yang paling langka di wilayah ini"
jawab Jose sedikit berbelit.
"benarkah, tapi pasti ada kan seseorang yang memiliki nya?"
sambung Eden mencoba memastikan keberadaan bunga middlemist Camelia.
dengan terbata-bata Jose menjawab,
"satu-satunya orang yang memiliki tanaman itu adalah raja".
"itu mustahil nona, hanya raja yang memiliki tanaman itu, kamu tidak bisa mengambil nya"
sahut Cecilia yang baru saja datang untuk mengantarkan buah kupas pada Eden
"tuan Jose bisa membantu, dia adalah penasihat raja"
imbuh Chris yang saat itu sedang mengelap pedang kesayangannya
"meskipun aku bekerja di istana tidak mungkin aku mengambil nya, itu adalah tempat terlarang dan hanya raja saja yang bisa masuk"
bantah Jose dengan nada agak tinggi yang tetap bersikukuh tak mau membantu.
"tapi pasti ada cara, aku mohon, aku sangat mengkhawatirkan adik ku, aku bisa menyusup ke dalam tempat tersebut, kalian percaya dengan kemampuan ku kan?"
imbuh Eden mencoba meyakinkan Jason melalui kemampuannya saat ini.
Jason merespon tekad Eden,, ia lalu menghela nafas dan menjawab,
"baiklah hamba tidak mungkin melarang keinginan nona Eden, hamba bisa membantu menunjukkan arah yang sepi tanpa penjaga"
ucapnya pada Eden
"baiklah terimakasih Jose"
sahut Eden dengan perasaan senang, namun ada rasa khawatir yang begitu mendalam dari wajah Jose, ia tak ingin sesuatu yang buruk terjadi pada Eden.
ia takut bila raja menangkap Eden, namun Jose berusaha tetap tenang dan akan membantu Eden nanti saat ia masuk melalui pintu belakang agar siapapun tidak berhasil menangkapnya.
"tapi setelah berhasil mendapatkan nya siapa yang akan mengirimnya?"
tanya Cecilia bingung.
mereka melirik ke arah Chris, Chris merespon dengan terkejut
"kenapa kalian melihat ku seperti itu?"
ucap Chris mencoba menghindari kontak mata dengan yang lain namun sesekali tetap melirik dan ketiganya masih saja melihat ke arah chris.
Chris menyerah dan menyanggupi permintaan mereka,
"iya baiklah aku akan melaksanakan nya"
jawaban Chris di sambut gembira oleh Eden dan Cecilia.
"tapi aku ada syarat nona"
ucap Jose memotong kesenangan mereka siang itu.
"apa syarat nya?"
tanya Eden
"berjanjilah anda tidak akan kembali ke kota S, tetaplah tinggal di sini bersama kami"
sambung Jose mengungkapkan keinginan hatinya yang paling dalam.
tanpa ragu Eden menyanggupi permintaan Jose
"baiklah aku tidak akan kemana-mana, karena kalian adalah keluarga ku".
Cecilia memeluk Eden sambil menangis, Chris dan Jose pun menitihkan air mata karena terharu.
"terimakasih nona" ungkap ketiganya senang...
"oh ya satu lagi..."
ucap Jose memutus rasa haru Eden dan yang lainnya
"apa lagi tuan Jose, anda selalu saja merusak perasaan kami"
ucap Eden ketus
"saat berada di taman jika ada seseorang yang masuk anda harus segera bersembunyi"
ucap Jose mencoba memperingati Eden
"iya.. iya.. baiklah aku akan bersembunyi, lagi pula tidak mungkin raja akan masuk ke sana tengah malam kan"
jawab Eden sambil tersenyum..
Jose sedikit merasa lega karena Eden mau mengindahkan peringatannya.
hari itu ketiga nya mulai mengemasi barang-barang dan siap untuk berangkat keesokan harinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!