Namaku Rain, aku berumur 18 tahun. Aku tidak memiliki orang tua, sejak kecil aku tinggal di panti asuhan. Entah mengapa orang tuaku tega membuangku dan menelantarkan aku seperti ini. Apa karena aku hanya anak pembawa sial bagi mereka? entahlah, semakin aku memikirkannya maka hatiku akan semakin sakit.
"Rain" panggil ibu panti mengagetkan lamunanku.
"Ternyata kamu disini toh nak, dari tadi ibuk nyariin kamu" ucap bu Ana yang sudah ku anggap sebagai ibu kandungku sendiri.
"Ahh maafin Rain bu, tadi Rain cuma lagi nyari udara seger" jawabku asal.
"Kamu udah persiapan buat besok?" Tanya bu Ana.
Besok aku akan pergi ke London untuk melanjutkan studiku disana, aku sangat bersyukur karena aku adalah salah satu orang beruntung mendapat beasiswa.
"Ahhh iya, tadi Rain udah siapin semuanya kok bu" jawabku pada Bu Ana.
"Ohhh baguslah, kalo begitu ayo balik ke panti, ini dahh sore" ajak Bu Ana.
"Iya buk" jawabku.
......................
Hari pun mulai petang, kini aku dan saudara panti lainnya sedang makan bersama, kami makan seadanya atau terbilang sederhana.
"Vito kamu kenapa?" tanyaku pada Vito karena sedari tadi dia terlihat murung.
"Kamu kenapa?" tanyaku lagi karena belum mendapat respon dari anak itu.
"Kakak besok kan pergi?" tanya Vito sendu, terlihat raut sedih dalam wajahnya.
"Ahh iyaa, besok kakak akan pergi" jawabku tersenyum.
"Kenapa kakak harus pergi?" tanya Vito lagi padaku, dan kini bukan hanya Vito namun anak panti lainnya juga ikut terlihat sedih.
"Kakakmu harus pergi nak. dia harus bersekolah disana, kamu kakak kamu sukses kan?" ucap Bu Ana.
"Iya Vito ingin kak Rain sukses" jawab Vito sendu.
"Kalau begitu Vito gak boleh sedih dong, Vito harus doain kak Rain" ucapku dan memeluk tubuh Vito dan mengulurkan tangan pada anak panti lainnya agar datang dan memelukku juga.
Kami berpelukan melepas rindu yang akan kami rasakan nanti. Aku sudah menganggap mereka semua sebagai keluargaku sendiri.
"Kak Rain yang semangat ya disana!" ucap Viona dan yang lainnya pun juga memberikan semangat padaku.
"Makasi yaa, kalian juga harus semangat. inget pesan kakak jangan nakal, harus rajin belajar" ucap ku pada mereka.
"Siap kak Rain" jawab mereka serempak
"Sudah-sudah, ayo kita makan" ucap Bu Ana menengahi kami.
Aku dan bersama anak panti makan malam bersama dengan hikmat, dan setelah itu kamu pun tertidur lebih awal.
......................
Burung berkicauan dan matahari telah menampakkan dirinya. Kini aku telah siap menuju ke bandara.
"Kamu yang hati-hati disana" ucap Bu Ana dengan senyuman namun terdapat sedih dari raut wajahnya.
"Iya buk, ibuk juga jaga kesehatan" ucapku dan memeluk Bu Ana.
"Kalian juga jangan nakal yaa" ucap ku beralih pada anak panti.
"Siap kak" jawab mereka terisak.
"Sudah jangan menangis lagi, nanti kalo kakak dahh sukses kakak akan ajak kalian kesana" ucapku menyemangati mereka.
"Janji yaa" ucap mereka.
"Janji..." ucapku.
Dan setelah beberapa lama ada mobil yang datang menjemputku, tanpa terasa air mataku sudah mengambang. Aku benar-benar tidak ingin meninggalkan mereka namun apa boleh buat aku harus melakukannya.
"Daaa..." ucapku sambil melambaikan tangan dan masuk ke dalam mobil itu.
"Dada.." jawab mereka dan melambaikan tangan padaku.
"Kak Rain harus menepati janji kak Rain hiks" teriak Vito sambil mengejar mobil yang telah berjalan.
"Pasti,, kakak akan datang menjemput kalian" jawabku.
Tiga tahun kemudian.
Tiga tahun telah berlalu, sekarang aku seorang mahasiwa semester 6. Pertama kali menginjakkan kaki di negeri orang membuatku sedikit was-was, dan aku berharap orang disini tidak sama dengan orang-orang yang berada di negaraku.
Dulu waktu aku duduk di bangku sekolah dasar sampai sekolah menengah atas tidak ada satupun yang mau berteman denganku. Semua orang menjauhiku karena penampilanku yang culun atau cupu seperti yang mereka katakan. Mereka akan datang saat membutuhkanku untuk membuat tugas mereka, dan aku hanya menuruti semuanya itu.
"Rain" panggil Mila satu-satunya sahabatku disini, dia wanita yang cantik dan berada. Terkadang aku merasa minder saat bersamanya.
"hai Mil" jawabku tersenyum ke arahnya.
"kamu habis kemana aja sihh, aku nyari kamu dari tadi" ucapnya dengan cemberut.
"hehehe maaf yaa, tadi aku habis menbantu pak Samuel membawa buku ke office" jawabku terkekeh.
"ohhh, lain kali harus bilang dulu" ucap Mila.
"iyaa sahabatkuu" ucapku
"ahhh aku lapar, ayo kita ke kantin" ucapnya menarik tanganku.
......................
Terjadi keributan di koridor saat aku dan Mila akan menuju ke kantin. Terlihat mahasiswa sedang berkerumun melingkar, entah apa yang mereka lihat.
"ada apa disana?" tanya Mila kepada salah satu gadis yang akan menuju ke arah kerumunan itu.
"ohhh itu,, katanya ada pria yang berani menantang Sean dan temannya" ucap gadis itu.
*Sean* batinku
Pria yang selama ini aku tatap walau hanya dari jarak jauh, pria yang membuat jantungku berdetak cepat walau hanya sekedar melihatnya saja.
"Rain, aku mau lihat" ucap Mila membuyarkan pikiranku.
Mila menarik tanganku masuk ke dalam kerumunan itu. "permisi, permisi" ucap Mila menyelah masuk.
"kau hanya tikus kecil, beraninya melawan kami" ucap Leo.
Bugh
Bugh
pukulan itu melayang tepat di muka pria malang itu, dia hanya meringis kesakitan dan memohon ampun.
"tolong lepaskan aku, aku akan menuruti semua keinginan kalian" ucap pria malang itu.
"cuhh, apa yang bisa kau berikan pada kami, apapun yang kami inginkan pasti akan kami dapatkan" ucap pria itu sombong yang tak lain adalah Dion.
"tolong,," ucap pria malang itu mengiba.
"Sean kita apakan dia?" ucap Leo kepada Sean yang sedari tadi hanya menatap datar ke arah pria malang itu.
"terserah" jawab Sean datar
Semua wanita seketika meleleh melihat tiga pria berkuasa dan sangat tampan itu. Siapa yang tidak mengenal Sean, Leo, dan Dion, mereka adalah tokoh yang berpengaruh di kampus ini. Siapapun tidak berani menyinggung mereka kalau tidak ingin dalam bahaya.
aku yang melihat itu merasa kasihan pada lelaki malang itu, tetapi aku tidak bisa membantunya. hidupku sudah sangat susah dan jika aku berani menjadi pahlawan kesiangan dengan membantu pria itu akan membuat aku mendapat masalah baru.
Sean memang pria dengan watak dingin dan berwajah datar, entah apa yang membuatku jatuh hati padanya. Padahal aku sudah melihat kekejamannya dalam menyiksa orang lemah, tetapi itu tidak membuat rasa sukaku berkurang sedikitpun.
"kalian semua bubar, apa kalian ingin seperti dia" ucap Dion menggelegar membuat semua mahasiswa ketakutan dan cepat-cepat bubar.
Begitupun dengan aku dan Mila, kami juga beranjak dari tempat itu. Namun sebelum itu aku menatap ke arah Sean, wajah itu sama sekali tidak menampakkan ekspresi. Aku sangat penasaran seperti apa saat dia tersenyum.
Saat aku diam- diam menatapnya, dia berbalik menatapku tajam. Pandangan kami bertemu dalam beberapa detik, jantungku semakin memacu.
"aku tidak habis pikir mengapa kamu bisa menyukai iblis itu" ucap Mila padaku.
Mila mengetahui tentang semua perasaanku pada Sean. Dia bahkan tidak mengizinkanku menyukai Sean karena alasan Sean tidak baik untukku.
"dia memang tampan,, tapi sayang sikapnya itu sangat buruk" lanjut Mila
"jangan seperti itu Mil, kamu belum mengenal Sean. Mungkin saja ada yang membuat dia seperti itu" ucapku.
"Rain! buka mata kamu. Dia pria yang buruk dan dia tidak layak untuk kamu cintai" ucap Mila membantah perkataanku.
"Exscuse me,, ini pesanannya" ucap waiter yang tiba-tiba datang menengahi pembicaraanku dengan Mila.
"ahh iya, thank you" ucapku pada waiter itu.
Setelah waiter itu menaruh pesanan di atas meja, kini waiter itu berlalu meninggalkan aku dengan Mila. Mila masih nampak kesal karena aku membantah perkataannya.
Aku yakin Sean orang baik, mungkin ada sesuatu yang membuat dia seperti itu. mengapa aku bisa seyakin ini, karena aku bisa melihat ada kesedihan yang dia sembuyikan dalam wajah datarnya.
"Mil, please jangan marah yaa. ayo kita makan, bukankah tadi kamu bilang kamu lapar" aku tau Mila sedang kesel padaku.
"hemmm" Mila hanya berdehem tidak mengelaurkan sedikitpun.
Kami makan dalam keadaan hening, tidak ada satupun percakapan setelah perdebatan kami tadi.
"aku minta maaf ya Mil. tapi aku tidak bisa untuk tidak menyukai Sean lagi, itu sangat sulit" ucapku lirih.
"Rain, aku cuma gak mau kamu kena masalah dengan menyukai Sean" ucap Mila dengan wajah serius.
"aku tau Mil tapi aku benar-benar tidak bisa" jawabku.
"huhh, ya sudah" ucap Mila menghela nafasnya kasar.
......................
Malam pun tiba, dan aku masih bergulat dengan tugas-tugas yang diberikan dosen. Aku harus giat belajar untuk bisa sukses suatu saat nanti untuk membahagiakan Bu Ana dan anak-anak panti.
Merekalah yang menjadi alasanku kuat bertahan dari dunia yang begitu kejam ini.
"aku rindu Bu Ana dan anak- anak panti" gumanku lirih.
KRUYUKK
Suara perutku nyaring, aku belum sempat makan malam, hanya tadi siang aku makan dengan Mila. Kini cacing-cacing di perutku meminta untuk diberi asupan.
Aku beranjak ke dapur kecil dengan peralatan seadanya. Aku mengontrak di sebuah gang kecil yang kumuh, karena biaya rumah kontrak disini dibilang cukup murah.
"ahhh tidak ada makanan"
Aku lupa untuk membeli makanan, dan sekarang aku harus menahan lapar sampai esok pagi.
KRUYUKKK
Suara perutku terdengar lebih jelas dari sebelumnya. "ahh biarlah, lebih baik aku minum air putih saja. Mungkin itu bisa mengurangi sedikit rasa laparku" ucapku sambil mengambil gelas dan menuangkan air kedalamnya.
-aku anak indonesia sehat dan kuat karena mama selalu memberi nasi lauk yang enak-🎶
suara ponselku berdering dan tertera nama Mila di layar ponselku.
"halo Mil" ucapku.
"hai Rain, besok kita kampus bareng yaa. aku akan menjeputmu besok" ucapnya di seberang telpon.
"tidak usah Mil. aku tidak mau merepotkanmu"
"tidak ada tapi-tapian, apa kamu tidak panas harus naik busway setiap hari. hitung-hitung kamu bisa mengirit biaya transportasi" ucap Mila panjang lebar.
Aku memang tidak bisa membantah Mila. Dia cukup kekeh dengan apa yang dia inginkan.
"Baiklah, thank you Mil" ucapku
Kami pun bercakap-cakap tentang hal lainnya. Dan setetah beberapa saat, panggilan itupun berakhir.
Hai guyss🙌
ini novel kedua aku...
Semoga kalian suka ya....
Jangan lupa like, and vote😘
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!