NovelToon NovelToon

Reinvent Of Love

Eps. 1

Hari ini aku melihat diriku sendiri didepan cermin yang tertera dihadapanku, aku menatap wajahku yang sudah dirias dengan sedemikian rupa. Mereka yang datang melihatku pun bergantian melontarkan kalimat pujian tentang, betapa memesonanya diriku dengan riasan pengantin sederhana yang kini menghiasi wajahku. Dengan model rambut yang sudah digelung rapi dan aksesoris bunga mawar putih yang menempel dirambut hitamku, mereka bilang aku sangat cantik layaknya putri.

Seketika Ibuku pun datang untuk melihatku yang sudah selesai didandani. Ia datang dan langsung meletakkan kedua tangannya dikedua pundakku, sambil menatap diriku lewat cermin ia berkata, "Kamu benar-benar cantik sekali sayang..." Sebuah pujian yang aku rasa akan dilontarkan oleh seluruh ibu di dunia saat melihat sang putri dihari spesialnya.

Ya, hari ini adalah hari dimana aku akan melangsungkan pernikahan dengan calon suamiku. Apa yang ada dibenak kalian? Pasti kalian berpikir diriku tengah merasa begitu berbunga-bunga hatinya bukan...? Ya seharusnya memang begitu, sayangnya... hal itu tidak berlaku untukku. Lalu bagaimana sebenarnya perasaanku saat ini?

Tentunya bukan rasa bahagia seperti layaknya mempelai perempuan lain rasakan menjelang pernikahan mereka. Sesungguhnya pernikahan ini terjadi bukan karena kehendak diriku, ataupun calon suamiku. Pernikahan ini terjadi sejatinya hanyalah karen sebuah penebusan dosa atas rasa bersalah yang aku rasakan hingga detik ini. Aku bersedia menikah dengan seorang pria, karena satu janji yang terlanjur aku sepakati dalam sebuah ikatan suci yang harus aku penuhi.

Dan waktunya pun akhirnya tiba. Mama begitu aku menyebut sosok perempuan yang bernama Rania, perempuan yang telah melahirkanku. Ia mengatakan jika proses pernikahanku akan segera dimulai. Dengan senyum tipis yang kubuat-buat, aku pun bangkit dari kursi tempatku dirias. Aku memegangi kebaya putih modern yang sangat pas ditubuhku, kemudian aku melangkah pergi untuk menapaki ruangan tempat dimana prosesi pernikahanku akan dihelat.

~~

Aku pun memasuki ruangan. Dari arahku datang aku bisa melihat sosok papa ada disana... ia tampak melihat ke arah kedatangannku seraya menyambutku dengan senyumnya lalu mengangguk seolah memberi kekuatan padaku hari ini. Aku tahu papa sebenarnya paham betul bagaimana persaanku saat ini. Tapi aku bertekad untuk berusaha terlihat sangat baik-baik saja agar tidak membuatnya merasa berat hati dengan pernikahan ini.

Aku hanya bisa tersenyum membalas senyuman papa, sambil terus berjalan menghampiri tempat dimana laki-laki yang sebentar lagi akan menjadi suamiku itu berada. Aku tidak tahu apa yang ada dipikiran laki-laki itu saat ini, apakah sama dengaku? Mungkin!

Tapi satu hal yang aku pikir aku dan dia sama-sama rasakan, Ya! Kami sama-sama merasa terjebak dalam satu ikatan janji yang nyatanya memang telah kami sanggupi di hadapan almarhum kakakku yang bernama Salma Natania Adnan. Dan hari ini... aku Salwa Natasha Adnan akan melaksanakan janjiku pada mendiang kakakku, yaitu menikah dengan Arganata Yudhistira yang tidak lain adalah kekasih almarhum kakakku sendiri.

Salwa akhirnya duduk berdampingan disebelah Arga. Disebelah laki-laki yang bisa dibilang tampan bak don juan itu. Salwa sebenarnya sama sekali tidak memperhatikan Arga. Jangankan memperhatikan Arga, Salwa bahkan sama sekali tidak melirik ke arah calon suaminya itu. Karena yang ada dipikiran Salwa saat ini hanyalah, berharap semua prosesi ini segera usai. *Dan bagaimana dengan Arga*? Raut wajah laki-laki itu tampak tenang, datar, dan nyaris tidak bisa tertebak seperti apa perasaan dan pikirannya saat ini. Tapi sepertinya tidak berbeda dengan Salwa, bagi Arga mempercepat segala prosesi pernikahan ini adalah hal yang terbaik yang ingin ia lakukan.

~~

Akhirnya prosesi pernikahanpun dimulai, semua yang hadir tampak sudah tenang dan serius menjalani proses pengikatan janji. Hingga akhirnya terdengarlah lantunan ucapan sakral yang dilontarkan oleh Arga dengan satu tarikan napas. Pada akhirnya janji di hadapan Tuhan dan kedua orang tua Salwa pun telah diucapakan oleh Arga dengan sangat baik dan lancar. Kini Salwa pun sah menjadi istri dari Arga, laki-laki yang sesungguhnya baru ia jumpai beberapa kali dalam hidup Salwa.

~~

Setelah semua prosesi pernikahan dan acara jamuan kecil dilaksanakan. Tiba waktunya Salwa pamit ke kedua orang tuanya untuk diboyong oleh Arga ketempat tinggal mereka pasca menikah. Tangis haru kedua orang tua Salwa pun pecah, Rania yang sebenarnya belum siap terpisah lagi dari putrinya yang padahal baru saja pulang dari studynya diluar kota, nyatanya kini ia harus menerima karena kembali terpisah lagi dengan Salwa. Akan tetapi sebagai seorang ibu, Rania pun sadar jika kini putrinya bukan lagi sepenuhnya miliknya lagi, melainkan milik suaminya.

Salwa memeluk sang bunda dengan mata yang sudah berurai air mata. "Mama... maafin Salwa ya, maafin karena janji Salwa yang pernah bilang, kalau Salwa mau *quality time* sama mama setelah kuliah Salwa selesai, ternyata malah gagal Salwa penuhin."

"Nggak apa-apa sayang, mama paham kok!" Rania menarik dirinya dan melihat ke arah sang putri yang tengah menangis. Disekanya air mata Salwa lalu diikuti dengan ujaran pesan, "Kamu baik-baik ya... nurut sama suami kamu. Dan satu pesan mama, dalam pernikahan jangan mudah untuk bilang pergi dari rumah kalau lagi ada masalah. Paham nak?"

Salwa mengangguk, "Iya Ma, Salwa akan inget selalu pesan Mama."

Setelah itu, Salwa bergantian memeluk Ramdani Adnan sang ayah tercinta. Ia menangis memeluk papa yang sangat dikaguminya itu. Ramdani tentu saja ikut larut dalam momen emosional saat itu. Karena selayaknya ayah pada umumnya, Ramdani pun tentunya merasa berat hati karena ia harus mau tak mau menyerahkan putri bungsunya itu kepada laki-laki yang sudah terpilih menjadi suami Salwa, terlebih Ramdani seperti masih tak menyangka karena tiba-tiba harus menyerahkan putrinya kepada Arga. Tapi bagaimanapun itu, Ramdan harus menerima semua takdir yang sudah terjadi. Salma putri sulungnya telah tiada, dan kini ia pun harus ikhlas untuk melepaskan Salwa yang kini telah resmi menjadi milik suaminya.

"Papa jaga kesehatan ya..., Salwa sayang sekali sama papa," lirih Salwa dalam isak tangisnya sambil memeluk Ramdani. Sang ayahpun langsung mengusap kepala Salwa dan mengecup rambut sang putri. "Pasti nak..., kamu juga jaga kesehatan ya. Kalau ada apa-apa, jangan ragu untuk bilang ke papa ya nak." Tangis Salwa pun semakin tak terbendung mendengar sang ayah berkata demikian. Bagi Salwa papanya adalah cinta pertamanya. Laki-laki pertama yang telah mencintai dan memberinya kasih sayang paling tulus sejak pertama kali dirinya dilahirkan kedunia.

Disisi lain Arga yang berdiri di dekat Salwa tampak mengangkat pergelangan tangannya. Ia menatap pada jam arloji mewah miliknya. "Udah jam segini, waktunya kita pergi," ujar Arga dengan ekspresi datar. Menyadari hal itu, Salwa pun menghapus air matanya dan mencium tangan kedua orang tuanya. "Ma... Pa... Salwa pulang dulu ya," ucap Salwa sebelum akhirnya memasuki mobil yang akan membawanya ke kediaman barunya bersama Arga. Tak lupa Arga yang kini resmi menjadi menantu Rania dan Ramdani pun pamit pada kedua mertuanya itu.

"Mm... Arga!" Arga yang baru saja melangkah tak pelak akhirnya harus terhenti karena dipanggil oleh sang ayah mertua. "Ya Pa, ada apa?" Ramdani menghampiri Arga kemudian menepuk pundak menantunya itu. "Papa titip Salwa sama kamu, tolong jaga dia dan sayangi dia ya..."

Mendengar ucapan sang ayah mertua sejenak Arga pun hanya diam saja, sampai akhirnya ia mengangguk dan tersenyum hambar. "Aku sama Salwa pamit ya Pa, Ma..."

"Iya nak, hati-hati ya, tolong jaga Salwa ya Arga..."ucap Rania yang matanya masih tipis-tipis mengeluarkan air mata melepas sang putri kesayangannya yang kini sudah resmi menjadi istri dari seorang Arga.

~~

Arga dan Salwa, akhirnya tiba di sebuah apartemen mewah yang letaknya strategis di pusat kota. Apartemen milik Arga itu memang tempat yang biasa ditinggali Arga selama ini. Setelah selesai mengangkut koper-koper Salwa, mang Dirman selaku supir Arga pun pamit, "Pak Arga, saya sudah selesai..., kalau gitu saya teh boleh pamit pulang dulu nggak?"

Arga menghela napas, " *Mamang* udah boleh pulang! Tapi tolong mobil yang tadi biar taruh disini aja, soalnya besok saya mau pake!"

"Siap Pak, kalau begitu *punten* saya pamit dulu ya Pak, mbak Salwa... permisi," ucap Mang Dirman dengan sopan kemudian pergi meninggalkan Arga dan Salwa.

Salwa yang masih sibuk memperhatikan sekeliling ruanganpun tiba-tiba mendadak ingin buang air kecil. Dirinya yang tidak tahu dimana letak kamar mandi pun berniat untuk bertanya pada Arga. "Um... Arga itu kalau boー"

"Kamar lo yang itu," Dengan suara beratnya yang bernada datar, Arga menunjuk pada sebuah kamar di sebelah kanan Salwa, yang membuat Salwa ikut menoleh ke arah dimana kamar itu berada.

"Oke, tapi sebenernya gueー"

"Kalau dapur ada disebelah sana, ruang makan deket dapur, kalau mau nonton TV lo tinggal keruang tengah aja. Nah kalau lu mu fitness atau yang lain dilantai bawah juga ada banyaー"

"Oke *stop*!" Salwa yang ucapannya sejak tadi terus dipotong oleh Argapun akhirnya langsung menyela Arga yang sejak tadi terus bicara. Salwa yang masih mengenakan kebaya tampak menghimpit rapat kedua kakinya guna menahan rasa kebelet buang air kecilnya. Melihat gesture Salwa, Arga pun mengerutkan dahinya.

"Lo itu..."

"Iya, iya... gue cuma mau nanya toilet, kamar mandi, atau apapun namanya itu ada dimana?"

Baru sadar kalau ternyata Salwa menahan buang air, Arga pun langsung menunjukan letak kamar mandi di apartemennya itu berada.

"*Oke thank you*!" Dengan kilat Salwa pun langsung ngibrit menuju ke kamar mandi. Dan Arga pun juga langsung menuju ke kamarnya.

🌹🌹🌹

Halo... untuk yang sudah membaca terima kasih ya... semoga suka dengan cerita ini. Jangan lupa ya untuk di like, vote, comment dan masukan sebagai bacaan favorite kalian 😘.

**Baca Novelku yang lain juga ya judulnya** :

\>\> **LOVE PETAL FALLS (udah tamat**)

Love -C

Eps. 2

Setelah selesai dari kamar mandi, Salwa pun membawa koper-koper miliknya satu persatu masuk ke dalam kamar yang tadi ditunjukkan oleh Arga untuknya. Mengapa kamar mereka terpisah? Tentu saja, karena Salwa dan Arga bukanlah pasangan pengantin baru pada umumnya yang akan menghabiskan malam pertama mereka dikamar yang sama. Mengingat mereka menikah bukan karena saling mencintai melainkan karena sebuah janji yang telah mereka sepakati dihadapan mendiang Salma.

Salwa langsung membongkar isi koper-koper miliknya itu untuk dipindahkan ke kamarnya saat ini. Setelah selesai memindahkan pakaiannya, kini giliran benda-benda pajangan pribadi Salwa yang ia keluarkan dari kopernya. Dan sontak saja, mata Salwa langsung berubah sendu saat ia membalik sebuah pigura yang mana terpampang foto dirinya dan sang kakak Salma yang kini telah pergi untuk selamanya. Salwa mengusap lembut foto di pigura itu, dipandanginya foto dirinya dengan sang kakak dengan mata bekaca-kaca. "Seandainya waktu itu kakak nggak jemput aku... mungkin sampai detik ini kita masih bisa foto kaya gini lagi kak..." Salwa tak kuasa menitikan air mata, ia mendekap pigura tersebut dipeluknya sambil mengingat kejadian terkhir kali dirinya bersama Salma sekitar tiga minggu yang lalu.

*Flashback On

Hari itu Salwa yang baru saja tiba di bandara setelah pulang dari studynya. Ia dijemput oleh kakak tercintanya Salma. Melihat sang kakak yang sepertinya sudah menunggunya sejak tadi. Salwa yang masih membawa banyak koper pun tak kuasa menahan senyum manisnya, ia berlari dengan ekspresi bahagia menghampiri sang kakak dan langsung memeluknya. "Kak Salma, aku kangen banget sama Kakak." Salwa memeluk erat Salma yang hari ini tampak cantik mengenakan blouse berwarna navy dipadukan celana putih.

"Ciee... ada yang kangen kakaknya, biasanya nggak suka kalau kakaknya meluk-meluk," balas Salma yang juga sebenarnya sudah rindu sekali dengan adiknya yang cerewet namun sangat manis itu. Maklum saja, beberapa minggu setelah Salwa diwisuda, ia masih belum bisa langsung pulang ke rumah. Karena Salwa masih harus menetap diluar kota sementara, hingga segala urusan administrasi kelulusan dikampusnya selesai diurus. Sampai akhirnya hari ini Salwa kembali pulang ke Jakarta, dan memutuskan untuk bekerja dan berkarir di ibukota.

"Duh Kak, aku masih jet leg... gimana kalau kita langsung balik ke rumah yuk...! Aku udah kangen banget juga sama papa dan mama..!" Seru Salwa yang tidak sabar untuk segera kembali ke rumah yang sudah lama ia tinggal itu.

"Uluh-uluh kasian adikku, oke deh kita pulang...!"

~~

Setelah semua koper-koper Salwa diangkut ke dalam bagasi mobil. Akhirnya Salma dan Salwa pun pulang menaiki mobil yang dikendarai sendiri oleh Salma. Diperjalanan sepasang kakak beradik ini terlihat sangat bahagia, keduanya pun tampak saling melempar tawa dengan begitu lepas. Sayangnya.. diperjalanan menuju pulang, Salwa dan Salma harus terhenti ditengah jalan dikarenakan di depan mereka ternyata ada kecelakaan lalu lintas yang cukup parah, sehingga mengganggu jalannya lalu lintas. "Di depan ada apa sih?" Ujar Salwa yang tidak bisa melihat apa-apa karena pandangan mereka sudah tertutup oleh pengendara lain di depan mereka yang juga terhenti.

"Paling kecelakaan lalu lintas, biasa kan kalau yang kayak begitu bikin macet!" Tegas Salma yang sebenarnya sudah mulai terganggu dengan bisingnya suara-suara klakson kendaraan, yang saling bersautan.

"Terus kita tunggu kelar macetnya nih Kak?" tanya Salwa pada sang kakak yang usianya hanya terpaut dua tahun lebih tua darinya itu.

"Nggak, nggak! Mending kita puter haluan lewat jalan lain aja! Mumpung kita juga masih belum kejebak ditengah-tengah kendaraan lain, mending sekarang puter arah aja deh, daripada harus kejebak berjam-jam disini males banget," ucap Salma yang kemudian langsung memutar setir kemudinya, dan bererbalik mencari jalan pulang lain.

~~

Salma memutar dan mencari jalan lain. Salma tampak ngebut mengendari mobilnya. Salwa yang terlihat tidak suka dengan hal itu pun memarahi sang kakak, "Kak Salma, please deh nggak usah ngebut-ngebut! Kita nggak lagi dikejar-kejar satpol pp you know...!"

Dan dengan santai Salma pun menjawab, "Iya adikku yang bawel, ini ngebut kan juga karena jalanannya sepi aja. Kalau nggak sepi juga kan enggー"

"Ya Tuhan Kak Salma!" Salwa tiba-tiba berteriak, dan beberapa saat kemudian kembali berteriak degan histeris. "Kak Salma awas...!" Dan kecelakaan pun tak bisa terelakan, mobil Salma menabrak pembatas Jalan dengan sangat keras hingga keduanya tak sadarkan diri.

~

Setelah hampir dua jam, akhirnya Salwa yang pingsan pun sadarkan diri. Ia membuka matanya, kepalanya merasa sangat pusing, dahi disebelah kirinya pun ikut diperban, ditambah seluruh badannya terasa sangat ngilu. Salwa melihat ke arah sosok Rania yang ada di dekatnya yang kini tengah membelakangi dirinya. Rania yang adalah mama Salwa terlihat sedang menelepon seseorang. Dan dari suaranya, Salwa dapat merasakan suara ibunya seperti bergetar ketakutan.

"M- Mah...," ucap Salwa dengan suara yang terdengar parau.

Rania pun langsung menoleh ke arah putrinya yang ternyata sudah sadarkan diri. "Kamu udah sadar nak...?" ucap Rania dengan mata yang berlinang air mata. Rania pun langsung memeluk sang putri yang baru saja sadar. "Ma- mama? Mama kenapa, kok nangis...? Kak Salma gimana Ma? Dia baik-baik aja kan?"

Rania tidak bisa menahan rasa sedihnya di hadapan Salwa. Ia pun menceritakan kepada Salwa perihal keadaan sang kakak yang saat ini kritis dan berada di ruang ICU. Tak kuasa mendengarnya, Salwa pun ikut meneteskan air mata. "Ma... Salwa mau ke ruangan kak Salma," ujar Salwa bersamaan dengan isak tangisnya. Sebenarnya Salwa belum boleh banyak bergerak, namun melihat putrinya yang sepertinya ingin sekali tau keadaan kakaknya, Rania sebagai ibu pun tak bisa menolaknya, dan ia pun setuju membawa putrinya itu ke ruangan Salma.

~~

Salwa yang didorong dengan kursi roda oleh sang mama pun tiba di depan ruang ICU. Disana terlihat sosok Ramdani Adnan, yang tidak lain adalah suami Ranai dan tentunya ayah Salma dan Salwa. Ramdani yang melihat kedatangan istri dan putrinya pun langsung menghampiri Salwa dan membelai rambutnya. "Kamu sudah sadar sayang?" Tanya Ramdan pada putrinya yang terlihat pucat.

"Salwa nggak apa-apa kok Pa..., Papa nggak perlu khawatirin Salwa."

"Syukurlah kamu baik-baik saja," ucap Ramdani sambil membelai wajah Salwa dengan kedua tangannya. Ramdani tampak sangat bersyukur Salwa sudah sadar, namun raut wajahnya jelas masih menyiratkan suatu kesedihan dan ketakutan.

"Pa... kak Salma gimana...?"

"Kak Salma..." Ramdani pun menceritakan keadaan terkini putri pertamanya itu pada istri dan putri bungsunya.

"Jadi kak Salma sejak tadi masih belum sadarkan diri dan masih kritis?" Mendengar hal itu, Salwa seolah tidak bisa menerimanya, napasnya seperti terasa sesak. Begitupun Rania, sebagai seorang ibu dirinya kini merasa sangat terpukul dengan keadaan Salma yang hingga kini masih dalam penanganan dokter. Meski begitu, Ramdani sebagai seorang kepala rumah tangga pun harus menguatkan istri dan anaknya. Ia pun mengajak Rania dan Salwa untuk saling menguatkan dan berdoa untuk kesembuhan Salma.

Beberapa saat setelah Salwa dan kedua orang tuanya saling menguatkan, munculah seorang pemuda tampan yang mengenakan t-shirt putih polos dengan outer blazer berwarna gelap. Ia datang menghampiri Ramdani dengan tergesa-gesa. "Om, gimana keadaan Salma om?" Ujar pemuda yang tidak lain adalah Arganata Yudhistira (Arga) yang merupakan kekasih Salma yang sudah dipacarinya hampir dua tahun dan berencana akan segera menikah. Ramdani pun menepuk pemuda itu dan berkata, "Salma masih ditangani dokter di dalam, om minta kamu doain Salma ya..." Sebagai seorang kekasih tentunya Arga tidak bisa begitu saja tenang, ia tampak cemas sekali. Hal itu terlihat dari tingkah Arga yang sejak datang tadi belum duduk dan malah terus saja mondar-mandir.

Akhirnya setelah berjam-jam menunggu, tiba-tiba pintu ruangan dibuka. Dokter dan beberapa perawat yang menangani Salma pun keluar.

"Bagaimana keadaan putri saya dokter?" ujar Rania yang sudah tak bisa membendung rasa ingin tahu keadaan putrinya saat ini. Tiba-tiba dokter meminta seluruh keluarga Salma berkumpul, dan setelah berkumpul dokter tidak menjelaskan keadaan Salma. Dokter justru meminta kedua orang tua Salma untuk ikut masuk ke ruangan menemui Salma.

"Saya boleh masuk juga kan dokter!" ujar Salwa yang masih duduk dikursi roda.

"Saya juga harus ikut dokter!" Sahut Arga yang juga ingin sekali masuk, menemui sang kekasih. Sayangnya dokter hanya meminta kedua orang tua Salma yang masuk, alhasil Salwa dan Arga pun mau tak mau harus menunggu diluar.

Saat kedua orang tuanya masuk melihat Salma. Diluar Salwa hanya bisa menunggu sambil terus memanjatkan doa untuk sang kakak agar segara membaik, begitupun Arga yang hanya bisa bersandar sambil menundukan kepala di dinding rumah sakit, dengan tangan yang disilangkan di perut. Baik Salwa dan Arga sama sekali tidak berbicara satu sama lain. Maklum saja, meski mengetahui kalau Arga adalah pacar kakaknya, Salwa baru dua kali bertemu langsung dengan Arga, yang salah satunya di acara wisuda dirinya sebulan yang lalu.

Dan setelah beberapa saat menunggu, akhirnya kedua orang tua Salwa dan Salma keluar ruangan. Dengan mata sayu Rania dan Ramdani langsung meminta Salwa dan Arga untuk masuk menemui Salma di dalam ruangan. Tanpa banyak kata, Arga dan Salwa pun langsung bergegas memasuki ruangan.

~~

Setibanya di dalam, mata Salwa langsung berlinang air mata. Ia melihat keadaan kakaknya yang kini seperti tidak berdaya. Tubuh Salma dipenuhi alat-alat medis yang Salwa sendiri tidak tahu persis apa kegunaan alat-alat tersebut. Salma yang terbujur lemah tiba-tiba mengangkat tangannya ke arah Salwa tanda meminta agar adiknya mendekat. Salwa pun mendekat ke tempat tidur Salma dan menggenggam tangan sang kakak. "Aku disini Kak...," ucap Salwa sambil menangis tak tega melihat keadaan sang kakak yang kritis. Setelah memanggil Salwa, Salma pun meminta Arga sang kekasih yang sangat amat dicintainya itu mendekat ke arahnya juga. Arga menggengam satu tangan Salma lalu menciumnya... "Aku disini sayang...kamu pasti akan baik-baik aja."

Salma yang terbaring lemah bergantian menatap adik dan kekasihnya itu. Dengan sekuat tenaga Salma membuka mulutnya dan mulai bersuara, "Salwa... "

"Iya Kak, Kakak jangan banyak bicara dulu."

Salma menarik napas. "Arga..."

"Iya sayang, kamu mau apa?" Arga menggenggam tangan Salma sambil menahan air matanya namun gagal.

"Kamu nggak cocok nangis...," canda Salma pada Arga dengan suaranya yang terdengar begitu lemah. Sekali lagi Salma menarik napas dan berkata, "Mama... Papa... adikku Salwa, dan kamu Argaku sayang..."

"Iya..." Semuanya khawatir melihat Salma yang seperti menahan kesakitan.

"Nak, jangan paksakan diri kamu," lirih Rania tidak tega melihat Salma.

"Boleh nggak aku minta kalian buat janji satu hal," Salma menatap Salwa dan Arga bergantian.

"Janji apa kak, Salwa akan tepatin apapun yang kakak minta."

"Kamu mau aku janji apa Salma?" tutur Arga dengan lembut.

Salma meraih tangan Salwa dan Arga, keduanya pun bertanya-tanya dalam hati, merasa aneh dengan apa yang dilakukan oleh Salma.

"Ini maksudnya apa kak?" Tanya Salwa melihat tangan kanannya disatukan dengan tangan milik Arga. Salma menarik napas perlahan, "Aku... mau kalian janji sama aku, ka- kalau setelah aku pe- pergi."

"Kakak bicara apa sih!" Ujar Salwa diikuti isak tangisnya.

"Aku mau kamu selaku adikku menikah sama Arga."

Dan semua yang ada di ruangan pun tegang dan kaget mendengar perkataan Salma. Bagaimana bisa Salma bicara seperti itu, terlebih bagaimana bisa Salwa dan Arga yang baru bertemu beberapa kali harus menikah.

Namun, keadaan Salma yang semakin kritis, pada akhirnya dengan amat sangat berat hati, baik Arga maupun Salwa mengiyakan permintaan terakhir Salma sesaat sebelum akhirnya Salma menghembuskan napas terakhirnya.

*Flashback off

Salwa meletakan pigura tersebut diatas nakas, dipandanginya foto dirinya dan Salma sambil menghapus air matanya. "Aku tahu ini bakal teramat sulit buat aku. Tapi setidaknya aku udah penuhi janji aku sama kakak untuk menikah sama Arga. Dan untuk kedepannya, aku akan berusaha sebaik mungkin menjalani pernikahan ini, walau aku tau kedepannya semua ini pasti nggak akan mudah buat aku ataupun Arga." Salwa menarik napas mengeluarkannya lalu, "Kak Salma... aku janji, aku akan coba tebus semua rasa bersalahku semampu aku. Aku sayang... banget sama kakak." Salwa pun tersenyum kecil.

Rasanya mungkin sulit tapi aku tahu semua ini harus tetap dijalani

Doaku sejak awal menyetujui pernikahan ini tetap sama, aku hanya ingin berusaha memenuhi apa yang diinginkan oleh mendiang kak Salma.

🌹🌹🌹

Jangan lupa Like, Comment, Votenya gais

Baca Novelku yang lain juga ya judulnya :

>>LOVE PETAL FALLS (udah tamat)

Logais

Eps. 3

Keesokan paginya...

Salwa yang ketiduran sejak semalam akhirnya terbangun dari tidur lelapnya. Dirinya pun langsung mengecek handphone yang ia letakan diatas nakas yang berada di sebelah tempat tidurnya. Kelopak mata Salwa yang awalnya masih berat untuk dibuka, seketika langsung melebar sempurna. "Ya ampun, udah jam segini! Padahal ada jadwal interview satu setengah jama lagi. Duh telat deh ini mah!" Dengan cepat Salwa langsung menyingkap selimut yang menutupi tubuhnya lalu turun dari atas ranjang, dan keluar kamar untuk bergegas menuju ke kamar mandi. Dengan handuk yang sudah ia gantungkan diatas bahunya, Salwa pun berjalan menuju ke kamar mandi utama yang ada di apartemen tersebut.

~~

Salwa yang baru saja ingin mengambil gagang pintu kamar mandi, tiba-tiba malah langsung dibuat mendongak keatas saat melihat gagang pintu tersebut sudah terlebih dulu dipegang oleh tangan yang ukurannya lebih besar dari ukuran tangannya. "Loh, Lo mandi disini juga?" Tanya Salwa heran.

"Lah emangnya kenapa, ini kan apartemen gue, ya suka-suka guelah mau mandi dimana aja."

"Iya tapikan setau gue dikamar Lo ada kamar mandi sendiri."

Arga berdecak, "Mesin air panasnya rusak!"

"Oh... terus?"

"Terus apa? Ya lo minggir sana, gua mau mandi."

"Eh tapi kan ladies first!"

"Nggak! Nggak ada ladies first ladies first, minggir!"

Sayangnya, bukannya malah memberi jalan pada Arga, Salwa malah sengaja menghadang Arga dengan langsung berdiri persis di depan pintu kamar mandi tersebut.

"Lu tuh ngelunjak ya, jangan mentang-mentang kita ini udah nikah terus lo bisa seenaknya disini. Inget, lo itu bukan Salー" Arga tidak meneruskan ucapannya.

"Salma? Iya emang gue bukan kak Salma, semua orang juga tau kok. Tapi yang jelas sekarang gue butuh pake kamar mandi ini, soalnya gue mau ada interview satu setengah jam lagi."

"Oh gue juga ada meeting tuh satu jam lagi! So gue harus lebih dulu karna deadline waktu gue setengah jam lebih cepet dibanding lo."

"Oh nggak bisa, kan bisa aja lo mandinya lama."

"Kata siapa? Lu pikir gue cewek mandinya lama."

"Ya... siapa tau aja kan..."

Arga pun mengusap kasar wajahnya. "Haish! Gini deh kita suit aja, yang menang dia yang duluan mandi gimana?"

"Oke setuju." Salwa akhirnya setuju dengan usul Arga, mereka pun suit sebanyak tujuh kali berturut-turut, namun yang terjadi malah ketiganya mereka selalu saja mengeluarkan bentuk yang sama. Karena lelah dan sadar hal itu hanya membuang waktu, Salwa pun dengan setengah hati akhirnya mengalah dengan Arga. "Yaudah deh, lo duluan tuh mandi!" Salwa menggeser tubuhnya yang menghalangi pintu.

"Nah gitu dong dari tadi!" Ucap Arga yang kemudian langsung nyelonong masuk ke kamar mandi.

Salwa yang dibuat kesal pun akhirnya hanya bisa mencebikkan bibirnya. "Huh dasar laki-laki, mau menang sendiri, nyebelin!" gerutu Salwa sambil bertolak pinggang.

~~

Setelah sekitar lima belas menit lamanya, akhirnya Arga pun keluar dari kamar mandi. Ia tampak segar dengan tubuh terbungkus handuk yang dililitkan di perutnya. Arga pun lekas berjalan menuju ke kamarnya untuk berpakaian dan bersiap-siap ke kantor. Saat hendak berjalan ke kamarnya, tiba-tiba Arga mendengar suara dari arah dapur, karena penasaran Arga kemudian melenggang ke dapur.

~~

Dari tempatnnya berdiri Arga melihat sosok Salwa yang telihat tengah membuka lemari es dan beberapa lemari-lemari yang ada di sana, seperti tengah mencari-cari sesuatu. Arga berjalan menghampiri Salwa. "Ngapain?" ujar Arga yang berhasil membuat Salwa kaget.

"Astaga... bisa nggak sih kalau dateng tuh nggak bikin kaget!" Ujar Salwa yang lalu memutar badannya sambil meraba detak jantungnya. Dan saat berbalik, nyatanya Salwa malah semakin dibuat terkejut karena melihat Arga yang hanya menggunakan handuk saja untuk menutupi bagian-bagian tubuhnya dari perut hingga ke dengkul.

Arga mengangkat sebelah alisnya, "Siapa yang bikin kaget, gue cuma mau tau lu lagi ngapain di dapur gue?"

Salwa dengan wajah malu-malunya pun mengalihkan padangannya berusaha agar tidak melihat tubuh Arga yang bisa dibilang cukup atletis itu. "Um... itu, apa, gue... sebenernya gue laper, jadi gue lagi cari makanan buat sarapan."

"Terus?"

"Terusnya gue nggak nemu apa-apa, gue jadi penasaran, ini rumah sebenernya ada penghuninya nggak sih?" jelas Salwa terdengar seperti tengah meledek.

"Lu pikir gue bukan orang? Kalau mau sarapan beli aja tuh dibawah deket sini, ada tukang bubur, tukang nasi uduk, tukang lontong sayur, tinggal lu beli deh. Atau kalau mau yang lain tinggal pesen aja dari ojek online! Gitu aja repot."

"Iya gue tau, tapi kan..."

"Iya udah terserah lo, gue males berdebat sama cewek yang lg laper, terserah lo aja cewek mah ribet. Gue mau siap-siap ngantor dulu," ucap Arga yang langsung ngacir meninggalkan Salwa. Salwa mengehela napas sambil menyentuh dadanya, "Huft... gila ya, dia nggak pake baju dan keluyuran begitu. Dia nggak inget apa gue kan cewek." Salwa sejenak diam, "Eh tapi gimanapun juga kan gue udah sah jadi istrinya, jadi ya nggak masalah juga sebenernya. Lagian... bandannya Arga bagus juga." Seketika Salwa langsung menepuk kedua pipinya. "Idih gue ngomong apaan sih! Eling Sal eling...."

Beberapa saat bermonolog, Salwa pun seketika malah jadi heboh sendiri saat dirinya baru sadar jikalau ia belum mandi, padahal sekitar satu jam lagi dirinya ada jadwal interview. "Ya ampun lupa, gue kan belum mandi! Aduh..." Salwa sontak langsung berlari ke kamar mandi dengan terburu-buru.

~~

Arga sudah tampak rapi dengan setelan jasnya yang tidak terlalu formal. Ditambah jam tangan mahal yang melingkar di pergelangan tangannya semakin membuat penampilan Arga semakin sempurna. Dengan langkah cepat Arga pun mengambil kunci mobil rolls roycenya dan bersiap berangkat. Saat hendak melangkah keluar Arga malah mendengar suara Salwa yang sedang mandi sambil bernyanyi-nyanyi. Mendengar hal itu Arga langsung menggelengkan kepala. "Semua cewek apa kalau mandi emang harus banget nyanyi-nyanyi gitu ya?" ujar Arga bertanya-tanya. "Ah tapi bodo amatlah... eh tapi..." Arga tiba-tiba menaikan pergelangan tangannya dan melihat ke arah jam tangan yang melingkar disana. "Dia bilang kan mau ada interview tapi kok masih nyanyi-nyanyi di kamar mandi?" Arga tadinya ingin mengetuk kamar mandi untuk mengingatkan Salwa soal interview, sayangnya hal itu urung dilakukan Arga mengingat itu bukan urusannya ditambah dirinya juga punya urusan yang lebih penting menurutnya. "Ah bodo bukan urusan gue juga!" Dan Argapun akhirnya melenggang pergi.

~~

Setelah beberapa lama akhirnya Salwa pun keluar dari kamar mandi. Dengan dibungkus bathrobe berwarna pink, Salwa yang sudah tampak segar berjalan menuju ke kamarnya. Dan saat Salwa hendak berjalan ke kamarnya, Salwa tak sengaja malah melihat jam yang ada di dinding, hingga membuat matanya terbelalak, "Astaga... udah jam segini? Duh masa tinggal empat puluh lima menit lagi sih...! Kalau gini mana bisa siap-siap terus berangkat ke tempat interviewnya tepat waktu." Tanpa pikir panjang Salwa berlari menuju kamarnya untuk segera bersiap-siap.

~~

Di saat Salwa ingin mengambil pakaian, entah mengapa Salwa langsung tiba-tiba termenung sejenak, "Eh tunggu, kalaupun gue berangkat pasti telat deh, secara jalan ke tempat interviewnya aja minimal empat puluh lima menit, sedangkan gue belum siap sama sekali. Apa gue telepon HRDnya aja ya... kali aja ada toleransi gitu?" Dan tanpa pikir panjang Salwa pun mengambil ponselnya lalu mencoba menghubungin HRD perusahaan yang menghubunginya untuk interview kemarin.

"Oh, jadi begitu ya pak... kalau begitu makasih ya..." ucap Salwa yang kemudian menutup percakapanya. Dengan wajah lesu Salwa pun terduduk di tepi kasurnya. "Huft... gagal deh interview," Salwa menghela napas.

🌹🌹🌹

Hai readers... jangan lupa kasih like, comment, dan vote ya... thank you

Love -C

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!