Hai teman-teman pembaca, ini karya kedua saya di noveltoon. Mohon dukungan dari teman-teman semua untuk memberikan Vote dan Like👍 di setiap Episode.
Tentunya dukungan dari teman-teman akan membuat saya lebih bersemangat untuk lanjut menulis karya ini. Terima Kasih 💖
\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=\=
Langit penuh bintang, angin bertiup dengan kencang di pinggir sebuah jurang yang berbatu tajam.
"Kenapa aku bisa ada di sini? Mulai dari mana kesalahan ini?" gumam seorang wanita.
"Wuuuussshhh...." angin kencang bertiup menerbangkan rambut wanita itu, terlihat bercak darah di wajahnya.
Dua orang laki-laki mengangkat tubuh seorang wanita kurus yang berpakaian biru muda, wanita itu berambut panjang dengan paras cantik yang menggoda. Noda darah di wajah dan pakaiannya terlihat menyedihkan.
"Lempar." perintah salah seorang laki-laki dengan penutup wajah.
Wanita itu di lemparkan ke dalam lautan yang entah berapa dalam.
"Kenapa aku harus mati dengan cara seperti ini?" batin Rose, wanita yang di lempar ke jurang dengan lautan luas di dasarnya.
"Plung..."
"Dingin ... Aku tidak bisa bernapas ... Apakah ini ... akhir dari hidupku?
"Saat itu ... Di hari laki-laki itu datang kerumah! Kalau saja saat itu aku tidak bertemu dengannya. Kalau saja saat itu aku tidak jatuh cinta padanya. Kalau aku membuat pilihan lain, apa akhir hidup ku akan berubah? Kalau iya, aku... tidak akan percaya pada cinta lagi."
Perlahan kesadaran ku menghilang dalam gelap malam dan dinginnya air lautan. Entah bagaimana, saat tersadar aku sudah kembali ke masa lalu. Tapi kali ini... Aku akan berjalan di jalur lain dan merubah akhir dari hidup ku!
Rose sedang memikirkan kejadian yang baru saja menimpanya. Dia menatap cermin, wajahnya tampak seperti saat ia berusia 18 tahun. "Benar-benar mustahil." pikirnya.
"Kak... Kak...!"
"Kak Rose!!!"
Rose kaget mendengar teriakan adiknya, Lily. Dia berbalik menatap Lily dan berkata, "Maaf, aku nggak dengar. Ada apa Lily?"
"Ada tamu datang Kak, seorang laki-laki muda yang tampan." jawab Lily dengan wajah polosnya.
"Katakan saja aku tidak di rumah!" ucap Rose dengan wajah panik, tubuhnya sedikit bergetar, mengingat kejadian ini pernah dia alami saat usianya masih 18 tahun.
"Tapi Kak..."
"Tidak, aku akan menemui laki-laki itu. katakan padanya untuk menunggu di ruang tamu!" ucap Rose memotong perkataan Lily.
Rose mengganti baju piyamanya dengan pakaian yang rapi dan sopan. Dia berjalan ke ruang tamu dengan perasaan gelisah dan takut. Tubuhnya bergetar tanpa bisa dikendalikan.
"Ceklek!"
Rose masuk ke ruangan yang hanya ada sofa dan meja kecil di dalamnya. Laki-laki berwajah tampan dengan jas berwarna hitam sedang duduk di atas sofa menunggu kemunculan Rose.
"Apa kabar Nona Rose, perkenalkan saya Wilson Harris." ucap pria itu menjulurkan lengan untuk berjabat tangan.
Rose manatap laki-laki di depannya dengan mata penuh kebencian, dia tidak sudi berjabat tangan dengan laki-laki itu. Rose segera keluar dari ruangan itu dan kembali ke kamarnya. Dia menutup dan mengunci pintu kamar dengan tangan yang masih bergetar.
"Deg Deg Deg!" jantungnya berdebar kencang karena perasaan takut yang menyelimuti dirinya. Dia menemui laki-laki itu hanya untuk membuktikan pemikiran aneh di dalam kepalanya.
"Aku benar-benar kembali, aku benar-benar hidup lagi. Hahaha... Tuhan, apakah ini kesempatan kedua yang engkau berikan kepadaku? Aku... kembali lagi ke masa 10 tahun yang lalu. Aku... punya kesempatan untuk memperbaiki semuanya dari awal. Terima kasih Tuhan, kesempatan ini tidak akan ku sia-sia kan."
"Tok...Tok... Tok...!"
"Kak, ini aku Lily. Laki-laki itu sudah pergi." kata Lily dari depan pintu.
"Ceklek!"
Rose membuka pintu kamar, dia segera memeluk erat adiknya Lily.
"Kali ini, kakak pasti akan menyelamatkanmu, kakak tidak akan membiarkan mereka menyakiti kita lagi!" ucap Rose dengan mata berkaca-kaca.
Lily diam tidak mengerti perkataan Rose, namun dia membalas pelukan dari kakaknya.
"Kak, apakah tadi malam kakak bermimpi buruk?" tanya Lily.
"Ya, kakak mimpi panjang yang sangat-sangat buruk. Tapi... itu hanya mimpi. Kakak tidak akan membiarkan hal yang buruk terjadi pada kita." jawab Rose.
"Kringggg...!!!" jam weker berbunyi. Waktu sudah menunjukkan pukul 12 siang.
Rose melepas pelukannya, dia mengecup kening Lily dan segera bersiap-siap untuk keluar rumah.
"Brummm... !"
Rose melajukan mobil porsche nya dengan kecepatan maksimum. Dia ingat di hari itu ada janji dengan seorang teman kuliah. Di kehidupan lalu, Rose tidak menepati janjinya karena kedatangan Wilson. Teman yang menunggu Rose meninggal di hari itu karena kecelakaan lalu lintas.
James, teman sekaligus sahabat Rose sejak SMA. Laki-laki itu meninggal saat menunggu Rose. Sebuah truk yang di kemudikan oleh seorang laki-laki tua tiba-tiba saja kehilangan kendali.
Truk itu mengarah ke tubuh James yang sedang berdiri di samping pintu perpustakaan. James meninggal terlindas oleh truk yang bermuatan 30 Ton, seluruh tulangnya remuk bahkan organ tubuhnya keluar berceceran di jalan.
Rose sangat mengingat kejadian itu, dia sangat menyesal karena tidak menepati janjinya dengan James. Andai dia ke sana tepat waktu, James tidak akan berdiri di samping pintu dan tidak akan terlindas truk hingga menewaskan nyawanya.
Mobil Rose di parkir sembarang, dia turun dan dengan cepat menarik James untuk menjauh dari tempat itu.
"BAMMM...!!!"
Kejadian yang sama terulang, truk menabrak pintu perpustakaan. James terduduk lemas di aspal jalan, matanya terbuka lebar menatap truk itu.
"Hampir saja, jika Rose tidak menarik ku, nyawaku pasti sudah melayang." benak James.
"Hufff...." Rose menghela napas panjang, dia merasa lega telah berhasil menyelamatkan nyawa James.
Rose membantu James berdiri, dia memegang kedua pipi James dan berkata, "Sadarkan dirimu! Hal buruk telah berlalu."
James kembali ke alam nyata, dia tidak lagi melamun dalam pikirannya.
"Ma ... ma ... makasih udah selamatin aku." ucap James gagap karena masih ketakutan dengan kejadian buruk yang hampir menimpanya.
Rose tersenyum, dia menepuk-nepuk bahu James.
"Anggap saja aku bayar utang." ucap Rose. "Yuk ke tempat lain." ajak Rose.
"Hmm... utang apa?" tanya James bingung.
"Utang masa lalu." jawab Rose.
"Hehe... Mau kemana?" tanya James.
"Makan, aku laper belum makan dari pagi." jawab Rose sembari berjalan masuk ke mobil.
James duduk di samping kursi pengemudi, Rose membawa James ke sebuah restoran ala Prancis yang terkenal paling mahal di kota itu.
"Glup...!" James menelan ludahnya.
"Rose, beneran kita mau makan di sini?" tanya James dengan menaikkan alisnya.
"Yup, aku udah lama nggak makan di sini. Yuk masuk!" jawab Rose sambil menggandeng tangan James.
Seorang pelayan membuka pintu kaca depan restoran, "Silahkan masuk!" ucap pelayan itu ramah.
Rose memilih meja di sudut ruangan, meja itu adalah tempat yang paling banyak disinari cahaya matahari. Rose menyukai cahaya matahari yang terang dan hangat.
"Silahkan di pilih Tuan, Nona. Saya Adi, jika membutuhkan sesuatu, silahkan panggil saya." ucap seorang pelayan dengan memberikan menu makanan.
"Terima Kasih." jawab Rose dan James berbarengan.
^^^BERSAMBUNG...^^^
Jangan lupa Vote & Like 👍
Terima Kasih 💖💕💖
Sepasang mata sedang mengawasi Rose dan James. Laki-laki yang memakai jas hitam mengikuti mobil porsche sejak keluar dari rumah hingga menuju ke restoran. Ya, laki-laki itu adalah Wilson Harris.
Wilson membuntuti wanita yang menolak jabatan tangannya bukan tanpa tujuan, dia berencana mendekati Rose karena wanita itu adalah calon pewaris di Perusahaan A-more.
Perusahaan A-more merupakan salah satu perusahaan besar di kota X. Wilson berniat mengambil alih Perusahaan A-more melalui Rose.
Wilson mengeluarkan handphone dari kantong jas, dia menelepon seseorang dengan nama D.U di layar ponselnya.
"Selidiki pria yang ada dalam foto. Aku sudah mengirimkan foto lewat email."
Wilson keluar dari restoran, dia menuju parkiran mobil dan pergi dari tempat itu. Wilson tidak ingin ketahuan sedang membuntuti Rose.
Sementara itu James dan Rose sedang memilih menu makanan, James tampak syok melihat harga yang tertera di buku menu.
"Rose... ini serius harganya segini? 1 piring doang bisa seharga 1juta lebih?" tanya James dengan wajah panik.
"Pesan aja, hari ini aku yang traktir." jawab Rose yang masih sibuk memilih menu.
James merasa ragu, dia memilih makanan yang paling murah.
"Aku makan ini aja." ucap James sembari menunjuk salah satu menu yang ada di buku.
"Terus?" tanya Rose.
"Itu aja udah cukup." jawab James berbohong.
Rose menaikkan alisnya, "Mana mungkin segitu aja cukup. Biar aku yang pesenin aja deh." ucap Rose.
"Mas, saya mau pesan." Rose mengangkat sebelah tangan, memanggil pelayan.
Pelayan mendatangi meja Rose, "Silahkan Non..."
"Saya mau pesan set makanan yang paling laris di sini untuk 2 orang." ucap Rose sambil tersenyum ramah.
"Silahkan di tunggu, akan saya siapkan dulu makanan nya." jawab pelayan.
"Rose, makanan di sini kan mahal banget, ngak nanya dulu harganya?" tanya James dengan wajah cemas.
"Rapopo... aku bayarnya pakai kartu kredit punya Papa. He he..." jawab Rose nyengir.
"Enaknya punya bokap tajir..." ucap James dengan wajah iri.
Tidak lama kemudian makanan di hidangkan, James hampir meneteskan air liur saat melihat makanan di depan matanya.
"Wow... baru kali ini aku lihat lobster sebesar ini. Gila...!" kata James sambil melebarkan matanya.
"Udah, makan dulu. Kebanyakan ngomong ntar dingin makanan nya." kata Rose yang telah mulai memasukkan makanan ke dalam mulut.
Rose memang sudah kelaparan sejak pagi, rasa lapar bertambah saat melihat makanan kesukaannya. Rose sangat menyukai lobster laut yang segar, apalagi jika di masak dengan sedikit minyak jaitun.
Tidak butuh waktu lama, makanan di meja sudah habis semua, hanya menyisakan piring-piring kosong.
"Bill nya ya Mas." ucap Rose pada seorang pelayan di sampingnya.
Pelayan itu kembali dengan membawa kertas bill di tangannya. "Ini bill nya, Non."
James membelalakkan matanya saat melihat tagihan yang berjumlah 9jutaan. "Wow, gila... ini mah jajan ku selama tiga bulan." benak James.
Rose membuka tas kecil yang tergantung di bahunya, dia menyerahkan sebuah kartu kredit kepada pelayan.
"Maaf Non, kalau pakai kartu kredit harus langsung bayar di kasir. Karena kartunya mesti pakai pin." ucap pelayan dengan sopan.
"Oh.... Kalau gitu saya langsung ke kasir aja ya. Terima Kasih Mas." ucap Rose.
Rose mengantri untuk membayar bill makanan. Di depan Rose, ada seorang laki-laki sedang mengantri. Laki-laki itu memiliki tubuh nyaris sempurna dengan wajah tampan yang luar biasa. Tinggi laki-laki itu sekitar 185 cm dengan bahu lebar dan kulit putih.
Semua mata menuju ke wajah laki-laki itu, dia terlihat tidak nyaman oleh tatapan dari para wanita yang seolah ingin melahapnya. Namun beda dengan Rose, gadis itu sibuk bermain handphone di tangannya sembari menunggu antrian.
"Tit... Tit...!"
"Maaf Tuan, apa ada kartu lain? kartu ini tidak dapat digunakan di sini." ucap kasir kepada laki-laki tampan itu.
Laki-laki itu mengambil kartu lain dari dompet, dia menyerahkan kartu kepada kasir. "Coba kartu ini."
"Maaf Tuan, kartu ini juga tidak bisa di gunakan di sini, atau Tuan bayar dengan uang tunai saja?" ucap Kasir.
Lelaki itu tampak bingung, di dompetnya jelas tidak ada uang tunai. Rose mendengar percakapan mereka, dia melangkah ke samping lelaki itu dan berkata kepada Kasir.
"Ini bill milik saya, sekalian bill milik Tuan ini akan saya bayar." Rose menyerahkan bill dan sebuah kartu kredit berwarna hitam kepada Kasir.
"Tunggu sebentar, akan saya proses." jawab Kasir.
"Non, tolong pin nya." ucap Kasir sambil menyodorkan mesin gesek.
"Ini bukti pembayaran, Terima Kasih dan Selamat datang kembali di lain waktu." ucap Kasir seraya menyerahkan dua lembar kertas bukti pembayaran.
"Terima Kasih." ucap Rose.
Rose melambaikan tangan ke arah James, lelaki itu segera berjalan ke tempat Rose, mereka meninggalkan restoran dan menuju tempat parkir.
"Tunggu!" lelaki tampan itu mengejar Rose hingga ke lapangan parkir. Dia menyerahkan sebuah kartu nama kepada Rose dan berkata, "Aku akan membayar mu kembali, hubungi aku nanti malam."
Lelaki itu langsung pergi begitu saja tanpa menunggu jawaban dari Rose. James melihat kartu nama itu, matanya terlihat kaget, mulutnya terbuka lebar.
"Michael Prince Hoffman!" ucap James dengan wajah panik.
Rose mengerutkan dahi, "Ada apa dengan nama Hoffman? Ngapain wajahmu kayak syok gitu?" tanya Rose tak mengerti.
"Rose, beneran kamu nggak kenal nama ini?" tanya James.
Rose mengangguk, "Iya, belum pernah dengar."
"Dia pemilik perusahaan terbesar di dunia, PT. International H.M. Orang kaya nomor satu di dunia, pokoknya dia itu udah kayak Kaisar jaman now." jelas James dengan semangat 45.
"Terus? Apa hubungannya sama kita?" tanya Rose cuek.
James mengerutkan dahi, dia menggaruk-garuk kepalanya yang tidak terasa gatal. "Ah Rose mah nggak seru. Ketemu cowok ganteng, tajir, masa iya cuma gitu doang. Bukannya di ajak kenalan atau di deketin gitu." benak James.
Rose masuk ke mobil, dia malas melanjutkan obrolan tentang lelaki tampan. Cukup sudah dirinya dipermainkan oleh Wilson di masa lalu, dia tidak ingin berhubungan dengan kata cinta lagi.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Michael berulang kali menatap layar ponsel, dia menunggu telepon dari Rose. Namun hingga menjelang pagi, wanita itu tidak menghubungi Michael.
Michael sedang sarapan bersama orang tua nya. Tatapan mata Michael masih tertuju ke layar ponsel.
Nyonya Hoffmann bertanya pada Michael, "Mike, mom perhatiin sejak tadi malam kamu lihatin layar ponsel mulu. Lagi nungguin telepon dari seseorang?"
"Kemarin ada seorang wanita yang bantu bayarin tagihan makanan, aku kasih dia kartu nama biar dia bisa nagih utang. Tapi sampai sekarang nggak ada telepon dari wanita itu." jawab Michael dengan wajah dingin nya.
"Oh ya? ada wanita yang bisa nolak Pangeran setampan anak Mom? Wanita itu pasti bukan orang biasa." ucap Nyonya Hoffmann dengan wajah penasaran.
"Paling cuma sok jual mahal." jawab Michael.
^^^BERSAMBUNG...^^^
Hai teman-teman, ini karya kedua saya. Saya sebenarnya ngak gitu paham bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jadi apabila banyak kesalahan dalam kalimat di karya saya, mohon di maklumi. Bantu saya perbaiki dengan komen di kolom komentar yah... Saya akan berusaha memperbaiki kata-kata yang salah 🤗🤗🤗✌
Terima Kasih... Mohon dukungan teman-teman semua, jangan lupa Vote dan Like setiap Episode 👍
dan terakhir, jangan lupa bahagia teman-teman semua 💖💕💖
Handphone Michael bergetar, dengan cepat ia menjawab telepon.
"Hallo..."
"Hai Prince, udah lama ngak ngumpul bareng. Gimana kalau malam ini kita ngumpul di Domino?"
Michael mengira telepon itu dari Rose, ternyata dari teman kuliahnya. Entah kenapa pemuda itu merasa kecewa, dalam hati ia berharap Rose lah yang menghubunginya.
"Oke, ntar malam aku ke sana." jawab Michael singkat.
Michael bersiap ke kantor, hari ini ada rapat penting dengan klien dari Prancis. Gerry telah menunggu di dalam mobil, dia membawa semua dokumen yang dibutuhkan untuk rapat.
Gerry adalah asisten Michael yang sudah bekerja padanya selama 5 tahun. Gerry melakukan semua pekerjaan dengan sempurna tanpa ada celah, dia adalah lulusan terbaik di Universitas GIO. Universitas GIO merupakan salah satu universitas yang terkenal di kota X.
Michael sampai di kantor, semua mata melirik wajah tampannya. Michael baru saja pindah ke kota X, sebelumnya dia bekerja di cabang perusahaan yang ada di negara Prancis. Dia bekerja sama dengan banyak perusahaan besar di Prancis dan kembali ke kota X untuk menempati posisi CEO yang telah di lepas oleh ayahnya.
Rapat berjalan dengan lancar, mereka menanda-tangani surat perjanjian kerja sama. Michael berjabat tangan dengan klien itu dan mengakhiri rapat yang sudah memakan waktu 2 jam.
Waktu sudah menunjukkan pukul 11.45, Michael menyuruh Gerry untuk mencari restoran yang higienis, maklum saja pria itu sedikit over dengan masalah kebersihan. Dia tidak akan menyentuh makanan yang di anggap tidak higienis.
"Tuan muda, di sekitar sini hanya ada satu restoran yang sesuai standart, apakah anda ingin makan di sana?" ucap Gerry.
"Terserah, yang penting layak di makan." jawab Michael dengan cuek.
Michael melihat layar ponsel, dia teringat dengan Rose yang hingga saat ini belum menghubunginya. Perasaannya menjadi kesal, entah kenapa dia sangat penasaran dengan wanita itu.
Sementara itu, Rose sedang makan siang bersama James. Mereka sedang melakukan tugas kelompok. Karena sudah waktunya makan siang, Rose memilih makan di restoran terdekat.
Sebuah mobil lamborghini berhenti di depan pintu restoran, Michael turun dari mobil itu sementara Gerry melajukan mobilnya menuju parkiran.
Michael masuk ke restoran, matanya berbinar saat melihat Rose yang sedang duduk di samping tembok kaca. Wajah gadis itu terlihat berkilau terkena pantulan sinar matahari.
Michael memilih meja di belakang Rose, dia menguping pembicaraan Rose dengan James.
"Rose, udah dapat?" tanya James sambil mengetik di laptopnya.
"Belum, susah banget sih minta izin buat merekam video di pabrik. Sepertinya mereka takut rahasia perusahaan ke bongkar." jawab Rose dengan wajah kesal.
Gerry masuk ke restoran, dia duduk berhadapan dengan Michael. Gerry yang memang peka dan jenius tentu mengetahui bahwa pria itu sedang menguping pembicaraan Rose dan James.
Kedua orang itu masih membahas masalah mereka, Gerry merasa heran melihat Michael yang tertarik dengan masalah orang lain. Biasanya Michael tidak perduli dengan orang lain apalagi orang yang tidak di kenal.
Michael meminta kertas dan pen dari Gerry, dia memanggil pelayan dan menyerahkan kertas itu. "Tolong berikan kertas ini pada wanita yang duduk di sana." Michael menunjuk Rose, dia melanjutkan ucapannya, "Antarkan ice cream rasa strawberry untuknya. Aku akan membayar tagihan mereka."
"Baik Tuan." jawab pelayan.
Michael dan Gerry keluar dari sana setelah selesai makan, dia membayar tagihan Rose dan Gerry.
"Permisi, ada surat buat anda. Dan ini ice cream yang di pesan oleh orang itu buat mbak." ucap pelayan sembari meletak kertas dan semangkuk ice cream di meja.
Rose mengerutkan keningnya, dia bertanya pada pelayan. "Orang yang mana yah Mas?"
"Cowok ganteng mbak, baru saja orangnya keluar." jawab pelayan.
"Terima Kasih Mas." ucap Rose.
Rose membuka surat itu dan membaca isinya. "Tagihan di meja sudah saya bayar, jangan lupa hubungi saya untuk mengambil sisanya."
"Siapa Rose?" tanya James.
Rose mengingat kartu nama yang diberikan oleh Michael, "Sepertinya pria semalam yang menulis surat ini." benak Rose.
"Mungkin cowok yang semalam." jawab Rose.
"Sumpah... demi apa?" tanya James dengan wajah kagetnya.
"Apaan sih James!" Rose kesal melihat wajah James yang kaget karena Michael.
"Berita langka nih, kalau aku jadi wartawan udah pasti berita ini jadi topik utama." ucap James.
Rose menatap James dengan wajah penasaran, James menjelaskan dengan semangat membara.
"Michael itu terkenal dingin sama semua cewek, malah ada yang bilang kalau dia tuh gay. Nah ini malah kasih surat dan ice cream, trus bayarin makanan. Amazing banget... Mungkin dia suka sama kamu Rose."
Rose menjitak dahi James, dia berkata, "Kalau menghayal tuh jangan ketinggian, entar sakit pas jatuhnya."
"Ya ellah, menghayal aja kagak boleh. Sejak kapan ada peraturan tertulis dilarang menghayal?" James komplain dengan nada kesal.
"Udah ngayalnya? Yuk cuss cari perusahaan lain." ucap Rose kemudian berdiri dari kursinya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
"Tuan Wilson, saya sudah mendapatkan data tentang orang di dalam foto yang anda kirim." ucap seorang detektif.
"Berikan padaku!" Wilson mengambil amplop dari tangan detektif dan membaca laporan di dalamnya.
"Anak panti berani saingan sama Wilson Harris. Cari mati nih orang." benak Wilson.
"Beri pelajaran pada pria yang tidak tahu diri itu! bilang padanya untuk tidak lagi mendekati Rose." perintah Wilson pada salah satu anak buahnya.
"Baik, Tuan muda." jawab seorang pria di samping.
Anak buah Wilson menunggu James dalam sebuah mobil van yang terparkir di depan rumah James. Mereka melihat James turun dari sebuah mobil porsche merah, mereka menculik dan memasukkan James ke dalam mobil van saat melihat mobil porsche telah menjauh.
James di bawa ke sebuah bangunan kosong, dia di ikat dan di pukuli hingga babak belur. Setelah puas memukuli pemuda itu, anak buah Wilson melempar tubuhnya ke jalanan yang sepi.
Rose baru sampai di rumah, dia mengirim pesan online kepada James agar sahabatnya tahu bahwa dia telah sampai di rumah. Memang sudah kebiasaan mereka saling mengirim kabar. Beberapa jam telah berlalu, Rose merasa gelisah karena James tidak membalas pesan.
Rose menelepon James beberapa kali, namun tidak ada yang jawaban. Rose menyambar kunci mobil yang terletak di meja, dia segera menuju ke rumah James. Perasaan Rose menjadi tidak tenang selama di perjalanan, James belum pernah mengabaikan pesan atau telepon dari Rose. Sesibuk apapun dirinya, James akan menjawab telepon dan membalas pesan dari sabahatnya itu.
^^^BERSAMBUNG...^^^
Maacih buat teman-teman yang sudah mampir. Jangan lupa kritik dan sarannya di kolom komen💕 Bantu dukung author dengan Vote dan Like👍 tiap Episode💖
Semoga karya ini bisa menghibur teman-teman semua✌😁✌
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!