NovelToon NovelToon

Make You Love Me

Alesha Putri Ayunda

Bunyi kendaraan dijalan raya begitu memekakan telinga, seorang gadis sedang berjalan menuju kampusnya tanpa merasa terganggu oleh keriuhan klakson kendaraan yg seperti saling bersautan, ia berjalan sambil sesekali melihat HP nya, terlihat rasa cemas dari raut wajahnya. " Kenapa ayah tidak mengangkat telponku?" tanya nya dalam hati. Program pasca sarjana di Universitas Harvard yang sedang ia tempuh sebentar lagi akan segera selesai, ia tak sabar memberikan kabar ini kepadanya yg sudah tidak bertemu hampir 2 tahun itu. " Mungkin ayah sudah tidur. ". Ia kembali fokus pada perjalanan nya menuju gedung kampusnya.

Itu dia Alesha, gadis yang terlihat dingin, tapi sebenarnya ia memiliki hati yang hangat, cantik, cerdas dan selalu terlihat percaya diri. Tentu saja ia banyak diminati oleh para lelaki yg mengenalnya, namun bagi Alesha prioritas utama nya adalah menyelesaikan pendidikan nya, di Harvard Bussines School. Alesha memang putri semata wayang dari seorang pengusaha dinegeri asalnya, namun itu tak menjadikan ia gadis sombong, ia dikenal sebagai gadis yang bersahaja dan rendah hati. Memiliki kecantikan, kecerdasan, sifat yang baik, menjadikan ia seperti malaikat yang hidup dibumi, yang selalu didamba setiap lelaki yang melihatnya.

Setelah selesai dengan segala hal yg berhubungan dengan kelulusannya, ia segera menuju tempat dimana ia bekerja sebagai asisten Konsultan Bisnis. Mungkin terdengar aneh seorang mahasiswa bisa bekerja dengan posisi itu, tapi tidak ada yang tidak mungkin bagi Alesha karena kemampuan dan pengetahuan ia diatas rata-rata dan kebetulan Konsultan Bisnis itu adalah kerabatnya sendiri

Hidup dinegeri orang mungkin bukan hal mudah bagi setiap orang tak terkecuali Alesha. Jauh dari ayahnya dan harus hidup mandiri terkadang ia ingin menyerah saja, tapi rasa tanggung jawab sebagai calon pewaris perusahaan yg membuatnya semangat dan tidak ingin mengecewakan ayahnya. Ibu Alesha meninggal saat ia masih kecil sehingga ia tumbuh tanpa sosok ibu dan hanya mengenal ayahnya. Saat Alesha beranjak remaja, kakak laki-laki Alesha yang berusia 5 tahun lebih tua darinya juga meninggal dunia karena kecelakaan motor.

Kehilangan dua orang yang berharga bagi nya seperti cambuk yang tak terlihat tetapi meninggalkan bekas luka mendalam dihatinya , sejak saat itu ia bertekad untuk mengambil alih tanggung jawab yang seharusnya bukan untuknya. Semua demi ayah yang ia cintai, laki-laki yang selalu ada untuknya, yang selalu berkorban untuknya, dan mencintainya begitu tulus membuat Alesha tidak pernah kekurangan kasih sayang meskipun ia tak memiliki ibu.

Kantor ELLINA CONSULTING (Boost Your Business)

"good afternoon, my beautiful aunty" sapa Alesha sesaat setelah ia membuka pintu ruang kerja atasan sekaligus tante nya itu. "Don't call me that way" protes tante nya. " Kamu tuh ya jangan panggil aku tante, aku tuh lebih cocok jadi kakakmu"

"huh, tante kan emang udah tua, ga bisa terima banget, heheh" canda Alesha.

Alesha memang sangat dekat dengan tantenya, ia seperti sosok ibu yang selama ini ia rindukan. Sebagai orang yang berpengalaman dibidang bisnis, Ellina memang sudah lama menjadi konsultan bisnis yang handal. Banyak klien yang memakai jasanya untuk memajukan bisnis mereka. Maka dari itu ia memilih menetap di negeri Paman Sam itu.

Melihat potensi dan kemampuan Alesha ia akhirnya menawarkan menjadi asisten nya agar Alesha bisa lebih banyak belajar lagi dari nya. Tentu saja tidak seperti karyawannya yang lain, Alesha mendapat perlakuan khusus karena bagaimanapun ia adalah mahasiswa yang mempunyai prioritas utama yaitu belajar sehingga ia hanya bekerja saat tidak ada jadwal perkuliahan.

Hidup Yang Berharga

Di sebuah ruangan yang gelap, hanya ada sinar matahari yang menyelusup lewat kaca jendela yang sengaja dibuka tirainya. Duduk seorang pria paruh baya dikursi meja kerjanya, dengan pandangan sayu dia menatap bingkai kecil yang terdapat foto seorang wanita yang cantik, sambil sesekali ia mengusap wajah difoto itu. Senyumnya terlihat mengembang kala ia seperti mengingat sesuatu, mungkin kenangan yang indah.

"Aku rindu sekali padamu sayang, tak pernah seharipun terlewat tanpa aku mengingatmu. Andai kau masih ada disini, mungkin semuanya akan baik-baik saja, mungkin beban dipundakku tidak akan seberat ini."

Begitu ucapnya sembari mengusap air matanya yang lolos sekuat apapun ia menahannya.

Matanya kemudian melirik setumpuk dokumen diatas meja nya dan mengambil map yang paling atas, dibukanya lembar demi lembar, lalu tanpa terasa tangannya seolah bergetar membaca kembali isinya. Tertera dalam surat keterangan tersebut bahwa Tn. Ilham Yudistira usia 59 tahun menderita kanker getah bening stadium akhir.

Suara helaan nafas yang panjang seolah menandakan begitu berat beban yg dipikulnya, yang dipikirkan pria itu hanyalah satu yaitu putri kesayangan nya. Dalam diam tak terasa tangis nya pecah, membasahi pipi dan juga kertas didepannya hingga tak berbentuk dia remas sekuat tenaga. Pria paruh baya itu menangis pilu dengan ditemani kesendirian.

Drrt.. Drrt.. Drrt.. Suara ponsel Alesha berbunyi membangunkan sang empunya dari tidur lelapnya, dalam kamar sewa nya yang hanya berjarak beberapa blok dari kampusnya. Dilihatnya jam masih pukul 4 pagi waktu Cambridge. Dengan menyernyitkan mata ia melihat Pak Anwar sekretaris pribadi ayahnya yang menelepon.

"Halo pak, iya ini saya sendiri" jawabnya.

"Apa?ayah masuk rumah sakit? Tanpa sadar ia menjatuhkan hp nya dan menangis sejadinya.

Beberapa menit berlalu Alesha sudah bisa mengontrol tangisnya ia segera mengemas baju dan barang yang akan dibawa nya kedalam koper, setelahnya ia bersiap untuk pergi ke bandara.

Dalam perjalanan ia menelpon Ellina tante ya. " Halo tante, aku sedang dalam perjalanan ke bandara, ayah masuk rumah sakit aku pulang pagi ini...iya aku baik baik saja.. Love you too"

Selama perjalanan menuju bandara ia tidak henti hentinya berdoa agar ayahnya baik-baik saja. Seingat Alesha ayahnya adalah orang yang selalu menjaga kesehatan, diusia yg tidak muda ia masih rajin berolahraga dan makan yang teratur, ia juga selalu memeriksakan kesehatan nya secara berkala, namun beberapa bulan ini dr. Firman dokter keluarga Alesha tidak pernah lagi mengirimi hasil medical check up ayahnya.

Perasaan gelisah, khawatir Alesha rasakan selama perjalanan belasan jam dalam pesawat. Saat menginjakkan kakinya dinegara kelahiran nya dia segera disambut oleh Cipto asisten juga supir ayahnya.

" Mas Cipto kita langsung ke rumah sakit !"

Cipto menjawab dengan mengangguk. Sampailah Alesha ditempat ayahnya dirawat, ia melihat ada Pak Anwar yang menjaganya.

Langkah demi langkah Alesha menghampiri ranjang tempat ayahnya dirawat. Ia duduk perlahan dikursi sambil memegang tangan ayahnya.

Begitu hancur hatinya melihat orang yg ia sayang terbaring lemah dihadapan nya. Terlihat diwajah nya dia khawatir tapi tidak menangis, ya Alesha memang orang yg seperti itu, ia tidak pernah ingin memperlihatkan air matanya didepan ayahnya dan orang lain.

Dilihatnya pria itu sangat lah kurus, berbeda saat terakhir ia bertemu, rambut yang sudah setengah putih, garis kerutan diwajah yang semakin jelas,wajah pucat dan tatapan yang sangat lemah.

" Alesha.. Ayah rindu sekali padamu"

" Alesha juga rindu ayah". Hanya kalimat itu yang terucap dan selanjutnya mereka hanya saling menatap dengan penuh rindu dan kasih sayang.

Kenyataan Hidup

Hari sudah sore saat Alesha pulang kerumahnya dengan diantar Pak Anwar. Sebelum turun dari mobil ia berkata. " Pak Anwar, ada yang ingin saya bicarakan dengan bapak."

" Iya Nona"

Lalu mereka masuk dan disambut oleh Bi Tuti, asisten rumah tangga Alesha.

" Non Ale bibi kangen sekali" dan langsung memeluk anak majikannya itu, Alesha pun membalas pelukan Bi Tuti tidak kalah kencangnya karena gemas dengan perawakan Bi Tuti yang gempal dan enak dipeluk.

" Alesha juga kangen bibi, kangen masakan bibi, ocehan dan kebawelan bibi" canda nya.

" Iih non mah gitu.." Bi Tuti pura-pura marah.

" Hehehe.. Bi, nanti bawakan minum untuk Ale dan Pak Anwar ya ke ruang kerja ayah!"

Didalam ruang kerja Alesha mengamati setiap sudut ruangan favorit ayahnya itu, lalu duduk besebrangan dengan Pak Anwar yang sudah dari tadi duduk.

" Bagaimana kabar Pak Anwar dan keluarga? "

" Kami semua dalam keadaan baik."

Lalu datanglah Bi Tuti mengantarkan minuman. Tanpa basa basi Bi Tuti keluar ruangan karena ia tahu akan ada pembicaraan penting antara mereka berdua.

" Pak, saya ingin bertanya tolong jawab yang sejujurnya, ayah saya sakit apa?.

Nona kan tadi dengar sendiri penjelasan dokter, Tuan hanya kecapean bekerja."

Alesha menghela nafas panjang lalu menatap serius Pak Anwar.

" Pak, saya bukan anak kecil lagi yang bisa dibohongi, saya cukup dewasa untuk mengerti situasi ini. Bapak tau kan saya sudah menganggap bapak seperti keluarga saya sendiri, jadi tolong beri saya jawaban yang sejujurnya dan jangan ada yg ditutupi sedikitpun."

Anwar tampak berfikir, apakah jawaban yang akan dia berikan kepada gadis dihadapannya ini. Dia bukan lagi gadis kecil yang dulu selalu minta digendong dan minta dibelikan balon, gadis dihadapan nya ini adalah wanita dewasa yg harus ia beritahu keadaan sebenarnya karena bagaimana pun keputusan ada ditangan nya.

" Sebenarnya, ada banyak hal yang nona belum tahu, saya sudah berjanji kepada tuan untuk merahasiakan hal ini tapi hati saya mengganjal, mungkin memang Nona seharusnya tahu ini sekarang"

Jika harus jujur, perasaan Alesha sekarang bercampur aduk, satu sisi ia ingin segera mengetahui apa yang terjadi satu sisi ia takut jika apa yang akan dikatakan oleh Pak Anwar sesuatu yang buruk.

" Beberapa bulan terakhir ayah Nona didiagnosa kanker getah bening stadium akhir, selama nona disana perusahaan kita sedang collapse jadi tuan begitu bekerja keras siang malam untuk memulihkan keadaan sampai sampai tuan tidak memperhatikan lagi kesehatan.

dr. Firman sudah mengingatkan sejak dulu bahwa tuan ada kanker tapi tuan mengabaikan nya dan akhirnya kanker bertumbuh cepat dan dalam beberapa bulan sudah masuk stadium akhir."

Mendengar hal itu Alesha hanya terdiam dengan tatapan nanar, raut wajah sedih dan seolah tidak percaya dengan apa yg baru saja ia dengar. Dan lagi ia tidak menangis mendengar hal itu. Melihatnya Pak Anwar tidak kaget karena ia sudah sangat mengenal Alesha.

Lama sekali mereka berbicara dalam ruangan itu dan Pak Anwar menceritakan semuanya tanpa ada satupun yang ia sembunyikan dari Alesha.

Malam telah datang, sejak sore Alesha hanya termenung duduk dilantai samping ranjang tidur sambil memeluk lutut nya.

Bi Tuti yang khawatir beberapa kali mengetuk pintu kamar nya tapi tidak ada jawaban sama sekali.

" Ya Tuhan aku harus bagaimana?" keluh Alesha.

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!