NovelToon NovelToon

Jatuh Cinta Padamu

1

Disatu kediaman mewah keluarga Aritama.

Terlihat Erwin Aritama tengah duduk di meja makan bersama keluarga tercintanya. Tatapan Erwin terlihat menunggu ketika sang istri Marwah dengan telaten menambahkan kembali salat sayur di piring miliknya.

"Cukup" ujar Erwin pelan.

Marwah berhenti, lalu hanya tersenyum simpul dan meletakkan kembali mangkuk salat itu di tempatnya.

Terlihat kedua anak mereka yang kini sudah beranjak dewasa.

Zarulita Maya putri pertama dan seorang putra pertama Marcel Aritama yang terlahir kembar.

"Pah, tumben hari ini kita makan malamnya lebih cepat, ada apa??" tanya Marcel yang tadi buru-buru pulang dari kantor demi kumpul makan malam bersama.

Papa Erwin masih terlihat menikmati salat di piringnya, namun sekilas ia bercuri pandang dengan sang istri Marwah.

Maya pun ikut menunggu sembari hendak mencicipi pure jus miliknya.

"Dimas Anggara, sudah melamar Maya" ucap Papa Erwin tiba-tiba.

Maya yang syok mendengar hal itu, seketika tersedak dan membuatnya terbatuk-batuk.

"Uhuk...uhuk.."

Dan sang mama dengan cepat mengambil beberapa tisu dan membantu putrinya yang terkaget.

"Haduh sayang, kamu kenapa? kaget ya?"

Namun sayangnya batuk Maya masih merajai tubuhnya yang terlihat masih ia coba menghentikannya. Maya mencoba untuk menenangkan batuknya dengan segelas air putih.

"Sekaget itu?" celetuk Marcel ketus.

Kedua mata kesal Maya menatap sang kakak tertua.

Namun reaksi Papa dan mama Marwah justru terlihat senang.

Ketika batuknya mereda, wajah Maya kembali menatap sang Papa.

"Yang bener pah?, Dimas Anggara?, kok bisa?, kapan?" cecar Maya yang terburu-buru.

Papa Erwin tertawa kecil.

"Apa sesuka itu kamu sama Dimas Anggara?" tanya sang Papa pada putrinya.

Maya terlihat tersipu malu.

"Tadi siang, Dimas kekantor Papa, khusus untuk meminta kamu jadi istrinya" jelas mama Marwah dengan tersenyum.

Maya yang seolah tak percaya kembali melihat pada papanya.

"Bener pah?" tanya Maya mengulang.

"Iya" sahut sang Papa ikut tersenyum.

Maya terlihat tak bisa menutupi kebahagiaannya itu, sehingga reflek menutup mulutnya dengan wajah haru bahagia.

FLASH BACK

4 bulan yang lalu... di kota Batam.

Maya yang merupakan utusan dari perusahaan New-A, berkumpul di satu gelar acara investor.

Acara yang di gelar selama 3 hari itu, telah mempertemukan Maya dengan berbagai macam investor yang tengah mencari perusahaan berkembang di profit baru di bagian ekspor impor.

Dan tanpa terduga, Perusahaan Star Tomo melirik beberapa tawaran yang di bawa oleh perusahaan New-A.

Hingga disatu kesempatan pada pertemuan pertama Maya yang di tunjuk sebagai perwakilan New-A pun menunjukkan kemampuan memasarkan produk yang di tawarkan oleh perusahaan miliknya.

Selama hampir dua jam pertemuan itu, wajah pihak Star Tomo datar. Hal itu seolah menciutkan nyali Maya yang pesimis jika Star Tomo akan melirik perusahaan New-A.

🍃🍃🍃

Malam harinya.

Maya terlihat duduk sendiri di mini bar hotel dengan memandang gelas-gelas kosong di depannya.

Namun tak lama seorang batender kembali memberikan segelas Coctail yang kesekian kalinya.

"Selamat menikmati mbak" seru sang batender pria yang tak lama berlalu pergi meninggalkan Maya sendiri di meja bar.

Maya memandang gelas Coctail itu dengan wajah datar, lalu tak lama ia mengaduk pelan minuman itu. Pikirannya benar-benar kusut karena masalah New-A yang membutuhkan investor baru.

Dan ini kian sulit ketika New-A baru saja terkena musibah yang mengakibatkan kerugian besar bagi perusahaan.

Maya menopang kepalanya dengan kembali terpaku menantap gelembung soda-soda dari gelas Coctail miliknya.

Hela nafasnya berhembus berat.

"Kenapa tidak Marcel yang datang kemari?, di pikir semudah itu mencari investor?" rutu Maya kesal.

Maya kesal dengan tugas yang di berikan sang Papa yang terlihat tak adil dalam pembagian tugas.

Namun satu ucapan papa yang membuatnya akhirnya mengalah.

"Papa percaya pada mu"

Mengingat hal itu, hela nafas Maya kembali berhembus pelan. Lalu ia tertunduk dengan wajah murung.

Tanpa di duga, terdengar suara ketukan di meja Maya.

Tok...tok..

Sehingga Maya seketika terkaget, dan reflek menoleh dengan wajah kesal.

Namun siapa yang akan menyangka jika di hotel sekelas bintang lima ini ia masih bertemu dengan orang yang sudah membuatnya pesimis ketika di pertemuan investor tadi.

"Mbak Maya kan? dari New-A?" ucap sang pria.

Maya mengangguk.

"Ya"

"Mengapa mbak bisa disini?"

"Kenapa?, memang gak boleh?" sahut Maya ketus.

Pria itu malah tersenyum lucu menangkap ekspesi Maya.

"Kelihatannya mbak lagi kesal"

"Banget" sahut Maya yang terang-terangan.

"Boleh saya duduk"

"Ya silahkan, asal nanti bayar sendiri" sahut Maya dengan meneguk Coctail miliknya.

Pria itu tersenyum tipis lalu duduk di samping Maya. Tak lama pria itu memanggil batender dan meminta untuk di buatkan satu minuman yang mirip dengan Maya. Sang batender pun menyanggupi dan kembali meninggalkan mereka berdua.

"Presentasi tadi cukup bagus" puji pria itu yang tiba-tiba.

Maya cuek.

"Hanya saja... permasalahan di New-A baru-baru ini cukup menjadi tolak pikir pihak Star Tomo"

Maya menghela nafas dengan kembali hendak mengekuk Coctail miliknya. Namun tanpa terduga tangan si pria menahan gelas itu yang hampir menyentuh bibir Maya.

Sehingga Maya menoleh menatap pria yang melihat lekat dua bola matanya.

"Tapi... aku sangat suka caramu yang optimis dan bergairah dalam menjelaskan, itu poin terpenting" tutur pria itu yang akhirnya mengambil alih gelas milik Maya dan ia pun meminumnya seketika hingga habis.

Maya hanya menatap aksi pria itu yang meneguk habis Coctail miliknya. Dan terlihat wajah sang pria agak terkaget dengan rasa alkohol yang kuat dari minuman Maya. Lalu ia tersenyum.

"Ahhh... ini terlalu keras untuk wanita seperti kamu" ujar sang pria dengan wajah yang sulit ia jelaskan karena rasa minuman tadi.

Namun tanpa terduga Maya malah tertawa kecil melihat tingkah pria itu.

Melihat tawa di wajah Maya, seketika tatapan pria itu berubah.

Tak lama Batender itu pun kembali dan membawa pesanan pria itu. Tapi diluar dugaan ia malah menyuruh sang batender untuk mengambil minuman itu lalu meminta minuman jenis lain yang lebih ringan untuk mereka berdua.

Sang batender yang terlihat bingung akhirnya kembali berlalu pergi dengan gelas Coctail itu.

Hela nafas sang pria pun terdengar pelan.

"Aku... sebenarnya kesal dengan Star Tomo" ujar sang pria dengan wajah sedikit lesu.

Maya bergeming dan menoleh pada wajah itu.

"Mereka terlalu pemilih" tutur sang pria.

Maya diam dengan menatap gelas kosongnya.

"Hal yang wajar" sahut Maya tanpa terduga, dan Maya paham betul hal itu.

"Terkadang mereka menjadi selektif pasti karena pengalaman yang sudah mereka lalui" sambung Maya.

Pria itu terdengar menyetujui.

"Untuk bangkit dari ketidakstabilan sangat lah susah" timpal Maya kembali.

Pria itu kembali mengangguk menyetujui.

"Sepertinya kamu lebih memahami New-A dari karyawan biasa?" tutur sang pria heran.

Maya tersenyum lucu.

"Mungkin New-A adalah perusahaan yang aku cintai, jadi jika Perusahaan ini sakit maka aku juga

akan sakit" ujar Maya.

"Oh"

"Jadi, apa karena itu kamu bisa mendapatkan fasilitas kantor dari New-A dengan menginap di hotel bintang lima ini?" tanya sang pria.

Maya sedikit kaget, namun ia sedikit berpikir.

"Ah, ini... ini hanya fasilitas yang sisanya biayanya aku tambah sendiri" sahut Maya asal. Karena, jelas-jelas ia akan mendapatkan fasilitas mewah sebagai anak Erwin Aritama. Namun Maya lebih memilih menutupinya.

Pria itu kembali mengangguk.

"Lalu kamu?, bagaimana bisa kamu ada di hotel mahal ini?" tanya Maya balik.

Pria itu hanya tersenyum.

"Ah, kebetulan... pemilik Star Tomo adalah teman ku"

"Oh, nebeng gitu" celetuk Maya sengaja.

Namun diluar dugaan pria itu malah tertawa lucu mendengar ucapan Maya. Hingga akhirnya Maya pun ikut tertawa lucu.

Tak lama obrolan keduanya pun mencair dengan santai. Keduanya saling membicarakan masalah-masalah seputar kantor masing-masing.

Hingga berselang 2 jam kemudian, tiba-tiba handphone Maya berdering. Dan kedua mata Maya menangkap nama di layar handphonenya.

"Papa" bisik Maya terpaku.

Pria itu melihat pada ekspresi wajah Maya.

Lalu ia membiarkan handphonenya terus bergetar.

"Sepertinya aku harus kembali" ujar Maya sembari hendak turun dari kursinya.

Pria itu terlihat kecewa di tinggal.

"Terima kasih, untuk waktunya, senang bertemu dengan...??" ucap Maya yang lupa dengan nama pria di hadapannya ini.

"Angga" sahut sang pria dengan mengulurkan tangannya di hadapan Maya.

"Ma.." ucap Maya terpotong.

"Maya... Zarulita Maya" potong sang pria dengan wajah senang. Sehingga Maya terkaget mendengar namanya keluar dari mulut pria itu.

"Aku... sangat mengingatnya"

Maya hanya tersenyum simpul, laku perlahan membalas jabat tangan Angga.

"Selamat malam" ujar Maya yang kemudian berlalu pergi meninggalkan pria bernama Angga di sana.

Angga menatap punggung Maya yang berlalu pergi dengan ekspresi yang seketika berubah dingin.

2

Keesokan paginya.

Maya bangun dengan sedikit berat, Coctail semalam sudah membuatnya pusing di pagi hari. Sehingga mau tak mau Maya harus minum beberapa obat sakit kepala.

Setelah bersiap-siap dan minum segelas lemot hangat, Maya pun berangkat menuju tempat acara di gelar.

Dan hari ini adalah hari terakhir acara pencarian investor. Maya berharap semoga hari ini ada satu perusahaan yang sungguh-sungguh melirik perusahaan New-A.

Beberapa karyawan yang menemani Maya pun terlihat mengadakan prestasi untuk mengaet perusahaan-perusahaan yang terlihat berminat.

Maya berdoa dengan rasa cemas. Ia sangat-sangat berharap akan hasil kerja karyawan.

Namun sepertinya keberuntungan masih belum menjadi milik Maya. Hingga sampai dengan acara di tutup, New-A tak mendapatkan investor.

Maya menghela nafas pelan di depan 4 karyawan yang menemani dirinya selama di Batam.

"Terima kasih, kalian.. sudah lakukan yang terbaik" ucap Maya.

Ke empat karyawan itu pun terlihat tak semangat ketika menerima ucapan itu dari atasan mereka.

"Soal hasil, itu di luar tanggung jawab kalian, karena kita sudah berusaha"

"Sebelum pulang besok, ada baiknya malam ini kita makan malam sama-sama, sebagai tanda terima kasih saya atas kerja keras kalian" tutur Maya.

Wajah ke empat karyawan itu terlihat sungkan, namun terlihat tak menolak juga ajakan makan dari anak presidr New-A.

***

Malam harinya, terlihat terlihat rombongan tim New-A tengah menikmati makan seafood di salah satu restoran mewah di kota Batam. Terlihat para karyawan tidak segan-segan menikmati menu mewah itu.

Namun saat menikmati makanan, sesekali mereka juga berbicara tentang even tersebut.

"Tapi, sepertinya Star Tomo sudah langsung pulang ke Jakarta tadi pagi" ujar salah satu karyawan wanita.

Maya sedikti kaget, dan sekilas mengingat wajah pria yang ia temui semalam, Angga.

"Padahal, saya sudah berharap sekali dengan Star Tomo" sahut seorang karyawan pria yang terlihat hendak menyudahi makannya.

"Iya, gaya mereka seperti serius" timpal seorang karyawan wanita yang duduk di samping Maya.

Maya terlihat berpikir dalam diamnya, hingga tanpa sadar ia mengingat wajah pria itu kembali.

Lalu perlahan ia tersenyum simpul.

"Mungkin mereka banyak penimbang" timpal Maya.

"Mengucurkan dana miliaran di perusahaan yang baru saja terkena musibah pasti akan jadi pertimbangan tersendiri bagi mereka" sela Maya.

Terlihat ke empat karyawan itu berpikir dengan ucapan Maya, yang terdengar ada benarnya.

"New-A pun sepertinya harus berbenah diri" timpal Maya menberi opini.

"Itu cara yang harus kita lakukan, agar New-A kembali mendapat kepercayaan"

Keempat karyawan itu berpikir dan beberapa dari mereka mengangguk menyetujui ucapan atasannya mereka.

"Dan, itu tugas baru kalian ketika tiba di Jakarta nanti" ujar Maya bernada serius.

Sontak hal itu mengangetkan ke empat karyawan New-A.

"Yaa, masa kita lagi sih mbak Maya" ujar salah seorang karyawan wanita sedikit protes.

"Iya, masa kita lagi mbak... belum juga pulang udah dapat jobdes aja" celetuk yang lain menimpal.

Maya tersenyum kecil.

"Kamu mau di kirim surat "spesial" dari New-A??"

Sontak keempatnya kaget dan reflek menggelengkan kepala dengan cepat.

Senyum Maya kian licik menatap ke empat karyawan nya.

"Bagus, jadi kerja tugas itu, karena kita adalah rekan mutualisme yang sama-sama membutuhkan satu sama lain" ujar Maya yang terdengar sedikit mengertak para karyawan nya.

"Kalian butuh gaji dari New-A dan New-A butuh kerja keras kalian untuk menjalankan perusahaan, bukankah itu adil" seru Maya yang selalu tersenyum.

Keempat karyawan langsung patuh mendengar ucapan mengerikan dari atasan mereka yang terkenal sangat perhitungan dengan kerja sang karyawan. Namun menjadi atasan terloyal bagi karyawan jika mereka bisa memenuhi standar mutu Maya.

Dan akhirnya makan malam itu yang tadinya sangat mengenyangkan bagi sang karyawan, kini setelah mendengar ucapan sang atasan mereka lebih menyukai warung pingir jalan dari pada makanan mewah itu.

Maya hanya bisa menyimpan tawanya itu ketika melihat ekspresi para karyawan yang syok. Dan ia sangat menikmatinya.

***

Setelah 1 minggu kepulangan Maya dari Batam yang tak mendapatkan hasil.

Siang itu, Maya yang tengah bekerja serius di ruangannya pun terlihat kaget ketika telfon dimejanya berdering.

Maya mengangkat telfon tersebut.

"Hallo?" sahut Maya dengan menatap beberapa laporan yang harus ia tanda tanganilah di hadapannya.

"Maya, bisakah kamu ke Star Tomo?"

Jemari Maya berhenti seketika ketika mendengar nama perusahaan Star Tomo di sebut oleh presdir New-A yang merupakan papanya sendiri, Erwin Aritama.

"Star Tomo?,ada apa, pah?" tanya Maya heran.

"Mereka mengundang kamu" ujar papa Erwin yang terlihat senang.

Namun berbeda dengan sang putri yang terlihat bingung.

"Untuk apa?" tanya Maya kembali.

"Mereka ingin mendengar kembali prestasi kamu di kantor mereka" ujar papa Erwin.

"Oh, kenapa harus Maya?, kan ada karyawan lain?" tanya Maya menolak.

"Sudah, jangan lepaskan kesempatan ini, Papa sangat berharap" ujar papa Erwin.

Maya sedikit berpikir.

"Baiklah pah, kapan?" sahut Maya mengalah.

"Sekarang?"

"Hah?, sekarang?" sahut Maya kaget.

"Iya mereka sedang menunggu kamu"

"Kok dadakan sih pah? Maya gak bisa" tolak Maya lagi.

"Bisa, pakai prestasi kemarin yang di Batam, mereka hanya ingin lebih yakin lagi dengan keputusan mereka" sahut papa.

Maya kembali menghela nafas pelan.

Papa Erwin mendengar hela nafas sang putri. Dan sesaat keduanya diam.

"Papa selalu yakin, kau pasti bisa.. Papa banyak berharap pada mu" tutur sang Papa mendalam.

Sorot mata Maya berubah sendu, ia tak bisa menolak jika sang Papa sudah berkata hal seperti itu. Ada rasa tanggung jawab yang seolah sang Papa berikan pada dirinya.

"Baik lah pah, Maya akan kesana sekarang" sahut Maya yang akhirnya tak berdebat lagi, lalu tak lama komunikasi itu pun terputus.

Maya sekilas melihat jam pada pergelangan tangannya, dan ini sudah hampir jam makan siang.

"Semoga aku bisa tepat waktu" gumam Maya pada dirinya sendiri.

Tak lama Maya pun memanggil asistennya. Ia meminta satu file persentasi yang pernah mereka pakai saat di Batam.

Maya memeriksa kembali file tersebut, ia ingin memastikan jika file tersebut sama dan tidak ada kekurangan apa pun.

Setelah beberapa menit ia memeriksa file tersebut, akhirnya dia yakin jika file itu masih pantas iya tunjukkan pada perusahaan Star Tomo.

Dan tanpa buang waktu Maya pun akhirnya beranjak pergi membawa file itu menuju kantor Star Tomo. Ia berharap semoga ini adalah kesempatan yang dapat membantu pemulihan New-A.

"Semoga.. semoga.." bisik Maya sembari berjalan untuk turun menuju parkiran gedung.

Terlihat sedan sport milik ya terparkir sejajar dengan mobil milik sang kembaran, Marcel.

3

Sebuah mobil sedan silver tiba di halaman parkir perusahaan Star Tomo.

Maya mematikan mesin mobilnya lalu sejenak melihat pada kaca depan mobil yang terlihat bangunan tinggi itu.

"Hmm, semoga berhasil" Maya mencoba memberi energi positif pada dirinya.

Perlahan pintu mobil terbuka dan seketika Maya pun turun dari mobil itu.

Dengan langkah optimis Maya berjalan dengan penuh percaya diri masuk ke dalam gedung tinggi tersebut.

Langkah Maya itu pun tiba di hadapan reseptionis Star Tomo.

"Ada yang bisa saya bantu??"

"Saya Maya dari New-A"

"Sebentar akan saya cek dulu" tak lama wanita reseptionis itu pun melihat layar komputernya dan mendapatkan hal yang di sebutkan oleh tamu.

"Baik, mbak Maya.. silahkan kelantai 10 dan disana sudah di tunggu oleh pak Ari"

Maya mengangguk pelan, lalu perjalan kembali menuju lift yang berada di Lobby.

Lantai 10 pun menjadi tujuan Maya.

Selang beberapa menit, lift itu pun tiba di lantai 10. Maya keluar dari Lift tersebut dengan melihat sekitar ruangan yang baru saja membawanya pada tempat yang berbeda.

Namun tak lama, tampak seorang pria yang terlihat paruh baya menghampiri Maya.

"Selamat Datang mbak Maya, saya Ari.. kami sudah menunggu anda"

Maya mengangguk pelan.

"Mari, ikut saya"

"Terima kasih" sahut Maya sopan.

Langkah keduanya begitu pun membawa Maya pada satu ruangan rapat yang cukup besar. Terlihat didalam ya sudah hadir sekitar 15 orang yang menyambut Maya dengan tatapan dingin.

Maya tak goyang, ini bukanlah kali pertama yang pernah ia hadapan bersama papa dulu.

Dengan langkah percaya diri Maya mengikuti langkah pak Ari yang membawanya ketengah-tengah ruangan rapat.

"Selamat siang semua.. perkenalkan ini adalah Maya utusan dari New-A"ujar pria paruh baya itu dengan memperkenalkan Maya pada anggota rapat.

"Selamat siang dan terimakasih untuk tar Tomo yang mengundang saya siang ini.. Saya Zarulita Maya dari New-A"

Perkenalkan yang cukup elegan. Dan hal itu di sambut dengan bisik-bisik pelan dari para anggota rapat.

"Baik, rasanya saya tak perlu berlama-lama, karena sperti yang di katakan pak Dimas jika kita disini hanya melihat kembali tawaran investasi dari New-A.. jadi untuk itu saya persiapkan mbak Maya untuk memaparkan kembali tawaran investasi dari New-A" ujar pak Ari dengan sangat sopan pada Maya.

Maya sedikit terkaget mendengar ucapan Pak Ari.

Namun wajah-wajah enggan para anggota rapat rasanya harus cepat ia tangani.

Perlahan Maya pun menghampiri sebuah meja yang telah di sediakan oleh Star Tomo. Ia pun mengeluarkan laptop dan mulai melakukan segala aktivitas penunjang persentasinya itu.

Tak lama layar besar putih itu pun muncul sebuah cahaya dari proyektor yang telah memunculkan perusahaan New-A.

Maya pun seketika memulai persentasinya dengan percaya diri.

Waktu pun terus berjalan, Maya berusaha memberi info-info terbaik dalam penawaran investasi perusahaannya. Terlihat beberapa anggota rapat mulai menaruh perhatian.

Bisik-bisik rendah terdengar seiring dengan kecemasan yang menghampiri Maya.

Namun ketika persentasi berakhir, terlihat pak Ari melontarkan sebuah statmen yang cukup mencengangkan.

"Persentasi yang cukup menjanjikan, jadi seperti keputusan yang sudah di ambil oleh direktur, kita akan mengambil hingga 30% investasi New-A"

Mendengar ucapan pak Ari, sontak Maya terkejut dengan wajah kaget.

"Pak??"

Pak Ari merespon dengan hanya tersenyum simpul.

"Direktur sudah menyetujui investasi ini, persentasi ini hanya untuk menyakin kan para pemegang saham yang akan ikut berinvestasi" jelas pak Ari secara jelas.

"Jadi? Star Tomo??"tanya Maya mencoba menarik kesimpulan akhir.

"Star Tomo akan bergabung dengan New-A, dan Direktur Dimas akan menginvestasikan sebesar 30%"

Rasa lega dan senang bercampur aduk menjadi satu di dalam diri Maya.

"Ini... ini sungguh luar biasa, pak" sahut Maya.

Pak Ari ikut mengangguk.

Para anggota rapat terlihat sedikit berdesas desus kecil. Namun tak satu pun dari mereka membantah atau menolak keputusan Direktur Star Tomo.

Maya hampir tak bisa membendung rasa suka-citanya dengan kabar yang luar biasa melegakan.

Terlihat pak Ari mengambil alih rapat dengan mengakhiri rapat itu.

Dan perlahan para anggota rapat pun satu persatu keluar dari ruang tersebut.

Maya yang tengah membereskan laptopnya, tiba-tiba pak Ari datang mendekat. Maya reflek melihat pada sosok paruh baya itu.

"Terima kasih mbak Maya, persentasi tadi cukup memuaskan"

"Saya yang harus nya berterima kasih, karena Star Tomo sudah sangat baik menerima saya dan perusahaan New-A"

Pak Ari hanya tersenyum simpul lalu tak lama seorang pria yang berdiri di belakangnya pun memberikan sebuah amplop besar pada pria paruh baya itu.

Dan tak lama amplop itu ia berikan pada Maya.

Maya menerima amplop tersebut.

"Mungkin ini terkesan tidak sopan, tapi Direktur ingin perjanjian kerjasama ini dilakukan dengan syarat-syarat dari beliau"

Maya terteguh dengan wajah kaget. Ini terlalu dini jika langsung menuju surat kontrak kerja.

"Direktur Dimas hanya memberikan waktu hanya dua minggu untuk New-A berpikir tentang syarat yang Star Tomo berikan"

"Dua minggu??"sahut Maya yang kaget, 2 minggu itu terlalu cepat.

"Benar, karena krus terus bergejolak, dan beliau berpikir rentan waktu 2 minggu masih pada taraf stabil"

"Baik pak Ari, kami akan mempelajari terlebih dahulu kontrak kerja ini dan segera kami kabari jika sepakat"

"Baik, terima kasih mbak Maya" ujar pak Ari dengan hendak berlalu.

Namun dengan cepat Maya menahan langkah pak Ari.

"Tunggu, pak??"

Langkah pak Ari terhenti.

"Bisakah saya bertemu dengan Direktur??"

Pak Ari terlihat menimbang.

"Saya hanya ingin berbin.. ah bukan..bukan, maksud saya.. saya hanya ingin berterima kasih pada beliau"

"Hmm, maaf mbak Maya.. saya juga tidak tau keberadaan beliau saat ini"

Jawaban pak Ari cukup membuat kening Maya berkerut heran

"Itu agak sulit"

"Oooh" sahut Maya sedikit kecewa.

"Baiklah, terima kasih pak.."

Pak Ari mengangguk dengan pamit dari hadapan Maya.

Maya hanya bisa menghela nafas panjangnya.

"Papa pasti senang, Marcel kamu harus bayar aku hal" ucap Maya lega dan senang.

***

Maya pun kini turun berada di lantai bawah kantor Star Tomo. Dan betapa kagetnya ia ketika diluar gedung ternyata cuaca yang tadinya cerah kini berubah hujan lebat.

Wajah Maya terlihat tak punya pilihan lain selain menunggu hujan reda di tepi gedung luar dengan menikmati udara sejuk.

Tetesan hujan yang lebat cukup membawa Maya dalam lamunnya hingga tanpa sadar tangannya menegadah untuk menahan air hujan yang turun.

"Dingin"ujar ya pelan.

Namun tanpa Maya sadari tiba-tiba pria berjas hitam kini berdiri di samping dirinya.

"Sepertinya hujan akan menahan kamu cukup lama disini" seru pria itu dengan menatap hujan yang turun.

Maya terkaget dengan menoleh pada sosok pria yang membuat kedua bola matanya melebar.

"Angga?"

Pria itu menoleh dengan senyum terkembang pada Maya.

"Lama tidak bertemu nona Maya"

Maya tersenyum.

"Apa hari kau mau aku temani minum?"

Maya tertawa kecil mendengar sindiri Angga pada dirinya.

"Tidak, terima kasih.. hari ini aku senang"sahut Maya.

"Oya? boleh aku tau kenapa?"

Maya kembali tersenyum.

"Star Tomo ternyata akan berinvestasi di New-A"

Wajah Angga seketika kaget.

"Waw, itu.. terdengar sangat bagus" sahurnya senang.

Maya pun mengangguk setuju.

"Jadi, sekarang kita di satu kubu yang sama?" tanya Angga.

Maya tak menjawab ia hanya mencoba menyembunyikan rasa setuju ya itu dalam hati.

"Tapi, aku harus berterima kasih pada Star Tomo, teman mu itu" ujar Maya pada Angga .

Anggan terlihat kaget.

"Teman??"

Maya mengeyitkan dahinya.

"Bukan kan, kamu bilang Direktur Star Tomo adalah teman mu?"

Angga sontak terkaget lalu dengan segera mengangguk membenarkan ucapan Maya dengan canggung.

"Aah, yaa..benar.. Direktur Star Tomo adalah teman baik ku"

Maya terlihat lega.

"Yaa, mungkin tidak hari ini tapi lain waktu tolong sampai secara personal bahwa aku ingin bertemu dan mengucapkan terima kasih pada dirinya"

Angga hanya tersenyum.

"Ya, pasti akan aku sampaikan pesan mu itu pada Direktur Star Tomo"

"Terimakasih Angga" balas Maya dengan senyum tulus menatap Angga.

Sesaat Angga terpaku menatap wajah Maya yang terlihat mempesona.

Sadar dengan tatapan itu, Maya dengan segera mengalihkan pandangannya pada hal lain.

"Sepertinya hujan sudah sedikit reda" ujar Maya

Angga menoleh sekilas dan melihat pada hujan yang tak begitu lebat.

"Kalau begitu aku pamit, terimakasih Angga"ujar Maya pada Angga.

Namun menyadari hal itu, ketika kali Maya hendak melangkah tiba-tiba jemari Angga menahan lengan Maya.

Maya terkaget dengan menatap Angga yang menatap dirinya dalam.

Tanpa terduga Angga malah dengan cepat membuka jas hitamnya itu lalu seketika mendekat pada Maya sehingga keduanya berada dalam satu jas yang sama dengan saling berdekatan satu sama lain.

Deg..

Sontak Maya terkejut dengan perlakuan Angga pada dirinya dengan jarak sedekat ini.

"Tidak baik jika kamu terkena hujan"ujar Angga dengan nada bicara yang berbeda.

Maya terpaku tanpa bisa menolak.

"Ayo, aku akan antar kamu sampai mobil"ujar Angga dengan meriah pundak Maya agar lebih dekat dalam dekapannya.

Deg..deg.. jantung Maya berdebar..

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!