Seperti pagi biasanya, di mana seluruh keluarga Biantara melakukan sarapan pagi di meja makan secara bersama-sama.
Seluruh keluarga Biantara begitu menikmati sarapan pagi mereka. Dan peraturan dalam meja makan pun selalu diterapkan oleh pimpinan keluarga mereka, yang tak lain adalah pak Biantara.
"Agra, bagaimana dengan kuliah kamu? Bukan kah tahun ini kamu harusnya sudah lulus?" Tanya pak Briantara.
Setelah beberapa menit aktivitas sarapan telah usai, pak Briantara mengawali pembicaraannya dengan bertanya kepada putra sulungnya yaitu, Agra Briantara.
"E... Itu...!" Terhenti.
"Sudah lah Pa, jangan tanyakan itu kepada Agra. Papa kan tahu sendiri bagaimana keadaan negara kita saat ini. Semenjak virus itu melanda negeri Indonesia, semua tidak berjalan sesuai yang kita harapkan, termasuk juga pendidikan Agra." Sahut bu Alya Briantara dengan lembut.
Sebelum Agra menjawab peetanyaan papa nya dengan jelas, mama nya sudah lebih dulu membela nya. Ya, karena selama ini mama nya sendirilah yang selalu memanjakan kedua anaknya, terutama Agra.
"Sudah lah Ma, Papa juga tahu bagaimana keadaan negeri kita sekarang. Tapi, pemerintah juga memiliki peraturan dalam pendidikan. Sehingga Agra bisa lulus dan di wisuda pada tahun ini. Dan ingat pesan Papa, jangan pernah lagi Mama memanjakan Agra Karena, Agra harus bisa lebih mandiri dan menjadi diri nya sendiri." Tutur pak Briantara.
Lagi-lagi perselisihan antara pak Briantara dengan bu Alya terjadi. Dan itu membuat kedua anaknya semakin kesal, bahkan mereka merasa geram dengan tingkah laku kedua orang tua nya yang selalu berselisih pendapat yang berujung pertengkaran.
"Ah sudah lah Ma-Pa, kita baru saja loh makan bersama dan baik-baik saja. Tapi, ketika Mama dan Papa membahas tentang kak Agra, lagi-lagi berujung seperti ini. Casandra capek mendengarkan semua pertengkaran Mama dan Papa. Lebih baik Casandra sekarang pergi saja." Ujar Casandra dengan kesal.
Yah, itu adalah Casandra putri dari Briantara dan Alya. Di mana ia adalah adik dari Agra. Casandra selalu merasa kesal dengan pertengkaran kedua orang tua nya itu. Sehingga membuat Casandra lebih sering menghabiskan waktu nya di luar.
"Agra juga bosan dengan pertengkaran Mama dan Papa. Lebih baik sekarang Agra juga ikut keluar." Sahut Agra ketus.
Agra dan Casandra pun lebih memilih untuk menghabiskan waktu mereka di luar rumah daripadaenghabiskan waktu mereka di rumah mereka sendiri. Padahal kita semua tahu, setelah terjadi nya covid-19 datang dan singgah di negeri Indonesia tercinta kita ini anak-anak sekolah atau yang berpendidikan seperti kuliah, lebih sering dirumah.
"Agra... Casandra...!" Teriak Briantara dan Alya bersamaan.
Saat kedua orang tua mereka tengah memanggil mereka, namun mereka tidak menghiraukan panggilan kedua irang tua mereka itu. Malahan, mereka terus saja berjalan dan meninggalkan kedua orang tua mereka yang masih beetahan di meja makan.
"Lihat, itu karena Mama tidak bisa mendidik anak-anak dan mengajarkan sopan santun kepada orang tua. Sehingga ya seperti iti tadi. Dan itu terjadi karena Mama sering memanjakan mereka." Ucap Briantara dengan kasar.
Tanpa mendengar ucapan dari istri nya, Briantara pun pergi begitu saja meninggalkan Alya dan tanoa berpamitan pula. Sedangkan Alya, ia masih berdiri mematung di meja makan.
*****
"Ah... Kenapa sih Papa selalu saja menekan aku untuk segera lulus kuliah di tahun ini? Mana lagi mengancam aku pula jika tidak bisa lulus di tahun ini." Gerutu Agra.
Agra menggerutu karena merasa kesal dengan permintaan papa nya itu. Bahkan, ia juga diancam oleh papa nya jika tidak bisa lulus pada tahun ini.
Sebenarnya, Agra dan papa nya memiliki sifat yang sama yaitu, keras kepala. Namun, Agra tidak lah sekeras papa nya. Karena Agra masih memiliki sifat lemah lembut. Apalagi dengan orang yang ia sayangi dan cintai.
Agra Briantara adalah nama lengkapnya. Yang memiliki poster tubuh yang begitu gagah, tinggi sekitar 195cm, memiliki ketampanan yang pas dan berkulit putih. Sehingga terlihat begitu perfek. Ditambah lagi, ia dilahirkan dari keluarga yang sangat terpandang. Itu lah kelebihan yang ia miliki.
Sedangkan adiknya, Casandra Briantara. Ia juga tidak kalah menariknya dengan kakak lelakinya itu. Casandra terlihat begitu cantik dengan rambut sebahu, berhidung mancung, berkulit putih dan tinggi semampai.
****
"Kring... Kring...!" Suara ponsel berdering.
Ponsel milik Agra oun tengah berdering, menandakan bahwa ada panggilan masuk ke nomor ponselnya. Dan seketika Agra meraih ponselnya yang berada di saku celananya.
"Halo, ada apa kamu menelfonku?" Tanya Agra dengan nada acuh.
"Yaelah, juga baru saja telfon sudah segitunya." Jawab orang dari sebrang.
"Sudah lah, jangan terlalu banyak bicara. Lebih baik kamu sekarang bicara jujur saja dengan tujuan kamu menelfonku." Kata Agra dengan nada yang sama.
"Ok baik lah, aku menelfon kamu cuma mau ketemu sama kamu dan kita keluar bersama sekaligus menghabiskan waktu bersama kita hari ini dengan yang lain pula. Bagaiman?" Ajak seseorang dari sebrang.
"Baik lah, katakan di mana kita bisa bertemu." Balas Agra mengiyakan.
Akhirnya perasaan suntup dan kecewa bahkan kekesalannya terhadap papa nya itu, Agra kini tergiur dan mengiyakan ajakan temannya itu untuk saling bertemu.
Sering kali Agra menghabiskan waktunya bersama dengan teman-temannya se-kampus. Namun, mereka tidak lah anak-anak yang liar. Dan Agra tidak pernah melakukan hal senonoh di waktu amarah nya memuncak.
Kini Agra melajukan mobil sport mewahnya dengan kecepatan sedang. Karena Agra masih mentaati peraturan lalu lintas. Itu pun ia lakukan demi diri nya juga, agar ia tidak terlibat dengan sebuah kecelakaan lalu lintas.
Agra kini berusia sekitar 22tahun. Sedangkan Casandra, ia masih berumur 18tahun. Di mana jarak kelahiran mereka kurang lebih sekitar empat tahun.
Setelah menemouh perjalanan sekitar satu jam lebih lima belas menit, Agra pun sampai di tempat tujuannya. Di mana ia sudah berjanjian untuk berkumpul dengan teman-temannya tadi.
Biarpun sering menghabiskan waktu di luar, Agra selalu mentaati protokol kesehatan. Di mana ia selalu menggunakan masker kemana pun ia pergi.
****
"Sayang, aku mau dong dibeliin sepatu baru. Kan kamu tahu sendiri kalau aku akan segera tanding futsal. Mana sepatu aku sudah rusak loh!" Ucap seorang lelaki dengan sebuah rayuannya.
"Baiklah sayang, apa sih yang tidak buat kamu." Balas Casandra dengan lemah lembut.
Ya, lelaki yang sedang bersama Casandra saat ini adalah kekasihnya. Di mana mereka satu sekolah bahkan satu kelas.
"Terimakasih sayangku, aku mencintai kamu." Rayu Bayu.
Casandra cukup membalas ucapan terimakasih Bayu dengan senyuman yang begitu tulus. Casandra begitu mencintai Bayu. Sehingga apaoun yang di minta oleh Bayu, selalu saja di iyakan oleh Casandra.
****
Kini sudah hampir menjelang senja. Di mana itu menandakan bahwa hari semakin sore. Namun, Agra dan Casandra masih belum pulang juga.
Kedua kakak beradik itu masih menikmati waktu diluarnya. Sampai-sampai mereka lupa untuk pulang dengan tepat waktu. Dan itu seringkali dilakukan oleh mereka.
Saat masih menikmati kebersamaan dengan teman-temannya, tiba-tiba ponsel Agra berdering. Dan dengan waktu yang sama, Casandra pun juga mendapatkan sebuah telfon. Entahlah, siapa yang menelfon mereka. Apakah yang menelfon mereka adalah orang yang sama atau berbada.
Langit malam ini begitu cerah, banyak cahaya bintang yang saling bergemerlap. Dan di terangi pula dengan cahaya rembulan yang melengkepi malam malam ini. Namun terangnya malam ini adalah gelap bagi Agra dan Casandra.
"Kalian dimana sekarang? Ini sudah jam berapa, cepat kalian pulang sekarang juga." Ancam Briantara.
Ya, ternyata yang menelfon Agra dan Casandra secara bersamaan adalah Briantara, papa nya sendiri. Mereka bertiga saling berbicara melalui video call. Sehingga Agra dan Casandra tidak bisa lagi memberi jawaban untuk beralasan kepada papa nya.
"Baik, Pa!" Balas Agra dan Casandra bersamaan.
Setelah memberi jawaban tanpa alasan kepada Briantara, kini mereka pun saling menutup telfonnya. Agra dan Casandra pun segera pergi dari tempat yang menurut mereka begitu asik dan nikmat.
"Sorry gyus, aku harus balik sekarang. Lain waktu kita bisa kumpul bersama." Ujar Agra berpamitan kepada teman-temannya.
"Wah, tidak asik kamu Gra, masak iya kamu pulang lebih dulu daripada kita." Sahut Toni teman akran nya Agra.
"Sorry, aku tidak bisa memberi alasan apapun kepada kalian. Yang jelas aku akan segera pulang dan masalah membayar semua ini, aku yang akan membayarnya dan kalian tenang saja. Puaskan main kalian di sini. Aku pergi dulu!" Ucap Agra.
Agra begitu menyombongkan kekayaan kedua orang tuanya. Bahkan, dia sering kali menghambur-hamburkan uang hanya untuk bermain-main dengan teman-temannya dan terutama bersama kekasihnya.
Kini Agra melajukan mobil spotr nya dengan kecepatan sedang. Malam itu kebetulan perjalanan tidak terlalu ramai. Tidak banyak kendaraan yang berlalu lalang memenuhi jalan raya. Sehingga Agra dapat mengendarai mobil nya itu dengan santai.
****
"Sayang, ma'af ya sepertinya aku harus pulang duluan. Soalnya papa aku sudah menelfon dan memintaku untuk segera pulang. Besok kita ketemuan lagi ya sayang!" Kata Casandra kepada kekasihnya.
"Baiklah sayang! Oh iya, kamu hati-hati ya di jalan." Balas kekasih Casandra.
Di waktu yang bersamaan, Casandra pun juga mengikuti perintah papa nya. Di mana ia harus segera pulang ke rumah.
*****
"Kenapa sih, papa selalu bersifat keras kepada ku dan Casandra. Apa papa tidak pernah sayang sama aku dan Casandra? Sehingga sifat seperti itu sering muncul dalam diri papa." Gerutu Agra.
Agra terus menggerutu dalam setiap perjalanannya. Ia merasa kesal kepada sifat marah papa nya yang tidak pernah hilang saat berbicara kepada nya. Sehingga perdebatan yang tidak di inginkan malah terjadi.
Setelah hampir satu jam perjalanan akhirnya Agra sampai di rumahnya. Segeralah ia memakirkan mobil nya di bagian garasi. Di mana di sana ada banyak mobil yang sudah terparkir dengan rapi. Ya, sekitar ada lima mobil mewah milik keluarga Briantara.
"Haruskah aku masuk dan berhadapan dengan papa?" Tanya Agra dalam batin. Tapi ia menampilakn senyum sinis di bibirnya.
Tidak lama kemudian, datanglah Casandra dengan mobil mewah yang ia kendarai. Begitupun dengan Casandra, ia melakukan hal yang sama ketika sudah sampai di rumah. Memarkin mobil mewahnya di bagian garasi.
"Kenapa kak Agra masih di sini?" Tanya Casandra kepada Agra, kakaknya.
"Atau jangan-jangan kak Agra takut ya kena marah nya papa." Sahut Casandra lagi menerka.
"Bukan urusan kamu. Lebih baik, sekarang kita masuk dan menemui papa. Sebelum, papa melihat kita berdua yang masih berdiri di luar seperti ini." Ucap Agra mengelak.
Agra memberi jawaban yang berbanding balik dengan keraguannya. Dan pada akhirnya, mereka berdua harus tetap menemui papa nya.
"Pa-Ma, kami pulang." Ucap Agra bersamaan dengan Casandra.
"Ya sudah, lebih baik kalian mandi terlebih dahulu. Setelah itu, kalian bergabung dengan Mama dan Papa di sini. Dan kita makan malam bersama." Balas Alya, mama mereka.
Agra dan Casandra terdiam, hanya anggukan oelan yang mereka berikan untuk mengiyakan pinta mama nya itu. Dan mereka pun segera bergegas menuju kamar masing-masing untuk membersihkan seluruh tubuh mereka.
"Pa, Mama harap Papa tidak seharusnya selalu memperlihatkan sifat amarah Papa kepada mereka. Mereka juga perlu mendapatkan kasih sayang dari Papa." Tutur Alya kepada suaminya.
"Sudahlah Ma, Mama tidak perlu mengajarkan Papa tentang apa yang Papa lakukan kepada mereka." Ucap Briantara dengan ketus.
Alya terdiam tanpa ada kata lagi dan tanpa ada bantahan yang dia ajukan. Karena ia tidak mau kedua anaknya mendengar dan melihat pertengkaran yang seharusnya tidak mereka lihat.
****
"Sepertinya aku harus siap dengan pertanyaan-pertanyaan papa yang akan di ajukan nanti." Ungkap Agra dengan mengehembuskan nafas panjang.
Setelah melakukan rutinitas di kamar mandi, Agra pun berjalan menuruni tangga dan disusul oleh Casandra. Lagi dan lagi, keluarga Briantara melakukan aktifitas malam bersama dengan sepi dan sunyi saat berada di ruang makan.
Makan malam kali ini sedikit berbeda. Cuma ada bebwrapa makanan sederhana yang telah disajikan oleh pembantu mereka. Sehingga Casandra pun mengambil suara untuk bertanya.
"Kenapa makanannya cuma ini Ma?" Tanya Casandra.
"Iya Ma, kenapa cuma ada sayur bening sama ikan saja?" Sahut Agra menimpali.
Alya hanya diam saat anak-anaknya bertanya. Dan yang menjawab pertanyaan Agra dan Casandra adalah papa nya, Briantara.
"Memangnya kenapa jika makanan nya hanya seperti ini? Bukan kah kalian juga tahu kita harus siap makan dengan makanan sederhana seperti ini. Karena penghasilan perusahaan semakin lama semakin rendah akibat adanya lockdown. Jadi, kalian terima saja dan makan lah. Setelah itu, Papa akan berbicara kepada kalian berdua." Jawab Briantara tegas.
Dalam hati Agra dan Casandra telah memberontak atas sikap papa nya yang berlebihan terhadap mereka. Namun mereka tidak bisa melakukan apapun, karena jika mereka mengeluarkan kata-kata yang menimbulkan pertengkaran, pasti akan berujung tentang ancaman yang pernah di keluarkan dari Papa nya itu.
Setelah beberapa menit kemudian, akhirnya acara dalam ruang makan pun telah usai. Kini saatnya Agra dan Casandra untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi pertanyaan paoa nya.
Kini ruang keluarga telah di isi oleh Briantara, Agra, Casandra dan Alya. Suasana dalam ruang keluarga Briantara tidak seperti ruang keluarga orang biasanya. Karena hanya ada suasana ketegangan dalam ruang keluarga milik keluarga Briantara.
"Sekarang Papa akan bertanya kepada kalian masing-masing. Dan kalian harus bisa menjawab jujur pertanyaan-pertanyaan Papa nanti." Ujar Briantara kepada kedua anaknya.
Tatapan tajam telah terlukis dalam wajah Briantara. Seakan siap menerkam mangsanya. Tatapan tajam pertama di tujukan kepada putra nya. Karena menurut Briantara, putra nya lah yang harus bisa diajarkan jiwa kepemimpinan dalam diri Agra.
"Agra, darimana saja kamu hari ini? Sampai-sampai kamu lupa waktu untuk pulang ke rumah." Tanya Briantara dengan tegas.
Karena tidak ada alasan untuk menjawab pertanyaan papa nya, Agra pun menjawab dengan kejujurannya.
"Agra berkumpul dengan teman-teman. Karena Agra merasa jenuh di rumah setiap hari." Jawab Agra.
"Mau sampai kapan kamu akan melakukan hal itu? Bukan kah Papa sudah sering bilang untuk tetap di rumah dan jaga jarak. Jika sesuatu terjadi kepada kamu, Papa tidak akan membantu kamu apapun itu." Tutur Briantara.
"Tapi Pa, masa iya Agra harus seharian terus menerus berada di dalam rumah. Agra juga memiliki sifat jenuh Pa." Bantah Agra.
Akhirnya kata-kata yang tidak seharusnya Agra ucapkan malah terlontar dari mulutnya. Sehingga membuat Briantara ingin memberikan hukuman kepada Agra.
"Dan kamu Casandra, darimana saja kamu seharian ini? Sehingga kamu lupa akan waktu. Mau jadi apa kamu jika anak perempuan suka keluyuran. Dan Papa yakin, pasti kamu keluar bersama lelaki tidak jelas itu kan!" Ujar Briantara.
"Pa, lelaki itu punya nama. Dan dia juga jelas kok." Jawab Casandra membantah.
Hal yang sama telah dilakukan oleh Casandra. Lagi dan lagi, itu membuat Briantara marah dengan jawaban berontak dari kedua putra putrinya. Sehingga Briantara memutuskan untuk melakukan hal yang tepat sebagai hukuman kedua putra putri nya itu.
"Baiklah, kalau begitu Papa akan memutuskan satu hal kepada kalian. Mulai sekarang, atm dan fasilitas lainnya Papa akan sita. Agar kalian tidak bisa keluar dan masuk rumah ini sesuka kalian." Putus Briantara.
"Tapi Pa, itu tidak adil buat kita." Berontak Agra bersamaan dengan Casandra.
"Itu sudah menjadi keputusan Papa. Dan jangan sampai kalian merengek-rengek bagaikan anak kecil kepada Mama kalian. Karena ini sudah menjadi keputusan bulat Papa." Ucap tegas Briantara.
Rasa kesal dan marah lagi-lagi dirasakan oleh Agra dan Casandra. Karena mereka tidak terima dengan hukuman yang sudah diputuskan oleh papa nya itu. Tapi, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lagi dan pada akhirnya mereka memberikan kunci mobil yang ditarik oleh papa nya. Dan yang tersisa hanyalah sebuah ponsel.
Malam kian semakin melarut. Di mana jam sudah menunjukkan tepat pukul 01.00 malam. Kini semua penghuni rumah mewah nan megah itu sudah beristirahat di masing-masing kamar mereka. Dan rumah mewah nan megah itu kini nampak sunyi dan sepi, karena mereka sudah berada dalam pulau kapuk.
Cahaya matahari telah menyapa semua orang pagi ini. Dengan pancaran nya yang begitu menyilaukan sampai menembus ke sela-sela dinding Agra dan Casandra. Tapi, cahaya matahari yang menyilaukan itu seakan tidak mempengaruhi mereka. Malahan, mereka semakin merasa malas dan enggan untuk bangun dari tempat tidur mereka yang begitu besar itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 06.30 pagi. Dan semua orang yang berpenghuni di rumah besar itu sudah bangun untuk melakukan aktifitas pagi mereka, termasuk Briantara dan istrinya, Alya. Namun tidak termasuk Agra dan Casandra, karena mereka masih belum bangun juga dan beranjak dari kamarnya. Sehingga perbuatan kedua outra-putrinya telah memicu amarah Briantara.
"Dimana Agra dan Casandra Ma, apakah mereka belum bangun juga?" Tanya Briantara kepada istrinya dengan nada yang angkuh.
"Sepertinya mereka berdua belum bangun Pa." Jawab Alya dengan nada yang begitu lemah lembut.
"Ya sudah, sekarang lebih baik Mama bangun kan mereka. Mau jadi apa mereka, jam segini saja belum bangun dan masih bermalas-malasan seperti itu di kamar." Pinta Briantara dengan nada sedikit marah.
Alya pun segera melakukan apa yang sudah diperintahkan suaminya itu. Bukan berarti Alya selalu menuruti dan menjadi istri patuh terhadap suaminya yang begitu angkuh itu. Alya melakukan itu semua karena Alya tidak mau membuat keributan di pagi hari.
Alya perlahan melangkahkan kakinya untuk menuju ke kamar kedua putra-putrinya yang berada di atas tangga, di mana itu berada di lantai dua. Nada lemah lembut telah keluar dari mulut Alya.
"Agra, bangun sayang ini mama." Panggil Alya sambil mengetuk pintu kamar Agra.
Panggilan itu tidak ada jawaban sama sekali dari dalam. Apa mungkin Agra pura-pura tidak mendengar suara Alya. Atau Agra memang masih tidur dengan pulas.
Alya tidak berhenti untuk terus memanggil nama putra kesayangannya itu. Sehingga beberapa menit kemudian, Agra pun membukakan pintu untuk Alya.
"Ceklekk!" Suara pintu dibuka.
"Akhirnya kamu membuka pintu nya juga. Cepatlah kamu mandi sekarang juga. Karena papa sudah menunggu kamu. Sekarang, Mama akan membangunkan adik kamu dulu." Ujar Alya.
"Ma, Agra males kalau harus melihat papa marah-marah terus. Mama harusnya bicara sama papa dan bilang sama papa untuk tidak marah-marah." Ungkap Agra kepada Alya dengan memelas.
"Agra, Mama tidak bisa kalau bicara sama papa dan bilang untuk tidak marah-marah. Jika Mama bilang seperti itu, kamu pasti tahu sendiri bagaimana akhirnya. Pasti Mama dan papa akan bertengkar." Tutur Alya.
"Lebih baik, kamu bersabar dan lakukan apa kemauan papa kamu sekali saja. Pasti papa juga tidak akan marah jika kamu menuruti kemauan papa." Sahut Alya memberi saran.
Agra terlihat tidak begitu semangat di pagi ini. Namun, Alya tetap memberikan senyum untuk menyemangati putra kesayangannya itu. Dan kini Alya melajukan langkah nya kembali menuju ke kamar putrinya, Casandra.
****
"Bagaimana bisa aku menuruti kemauan papa? Bagiku itu sangatlah sulit. Tapi, jika aku tidak mengikuti saran mama, pasti aku selalu akan kena amarahnya papa." Ujar Agra penuh kebimbangan.
Agra bersiap untuk menuju ke kamar mandi dan melakukan rutinitas nya di kamar mandi yang berukuran lumayan besar.
Agra menyalakan sower dan rambutnya yang kebetulan masih acak-acakan karena habis bangun tidur. Tak lupa juga seluruh tubuhnya juga terbasahi oleh air sower.
"Alesya, aku merindukan kamu. Kapan kita bisa bertemu lagi." Ungkap Agra yang membayangkan wajah kekasihnya.
Ya, Agra saat ini memang memiliki seorang kekasih yang bernama Alesya. Dan saat ini Alesya sedang tugas praktek di sebuah rumah sakit. Karena jurusan kuliah yang diambil Alesya adalah kedokteran. Berbeda dengan jurusan yang dipilih Agra.
*****
"Casandra, bangun sayang ini mama." Ujar Alya sambil mengetuk pintu kamar putrinya itu.
"Iya Ma, sebentar," balas Casandra.
Berbeda dengan Agra tadi, karena Alya tidak harus menunggu Casandra membukakan pintu kamarnya dalam waktu yang lama.
"Casandra, kamu kenapa? Wajah kamu terlihat pucat seperti itu. Apakah kamu baik-baik saja?" Tanya Alya memastikan.
"Casandra tidak apa-apa kok Ma, Casandra baik-baik saja." Jawab Casandra lirih.
Ternyata Casandra berbohong akan keadaannya saat ini. Karena tak lama kemudian Casandra pingsan dan jatuh ke lentai.
"Casandra...!" Panggil Alya sambil mendekati tubuh Casandra yang sudah tergeletak dilantai.
"Papa... Agra...!" Teriak Alya memanggil nama suaminya dan putranya untuk meminta bantuan.
****
"Kenapa mama lama sekali membangunkan mereka?" Tanya Briantara dalam batinnya.
Briantara terus menunggu kehadiran kedua putra-putrinya dan istri kesayangannya untuk bergabung di meja makan sambil meneyeduh secangkir kopi hangat dan dilengkapi dengan membaca berita koran pagi ini.
Saat Briantara masih menikmati waktu membaca korannya, tiba-tiba ia mendengar suara istrinya tengah berteriak memanggil namanya. Lalu, Briantara pun bergegas mencari di mana pusat suara istrinya tersebut.
****
"Sepertinya mama sedang berteriak memanggil nama ku. Tapi, ada apa ya?" Agra pun bertanya dalam batinnya.
Karena memiliki rasa penasaran, Agra pun bergegas untuk menemui mama nya itu yang terdengar dari kamar Casandra. Ya, kebetulan kamar Casandra dengan Agra tidak lah jauh.
"Mama... Casandra," teriak Briantara.
Briantara terkejut melihat putrinya tergeletak dilantai. Dan melihat istrinya begitu panik mihat putri nya yang tiba-tiba jatuh pingsan.
"Casandra... Apa yang sudah terjadi Ma-Pa? Kenapa dwngan Casandra?" Tanya Agra ikut panik.
"Agra, lebih baik kamu angkat adik kamu ini di kasur. Papa akan segera panggilkan dokter keluarga untuk segera datang ke sini." Tutur Briantara.
Dengan cepat Agra membopong adiknya itu dan dipindahkan di atas kasur empuk milik Casandra. Begitu penuh perhatiannya Agra terhadap adik semata wayangnya itu.
Suasana masih dibuat panik, karena Casandra masih belum sadarkan diri. Sedangkan dokter belum juga datang ke rumah keluarga Briantara. Alya tidak pernah berhenti mengecup kening putrinya itu. Alya selalu menemani putrinya di atas kasur. Sedangkan Agra, ia memilih duduk di sofa yang sudah disediakan di kamar Casandra.
Jauh berbeda dengan Briantara. Briantara terus saja mondar-mandir di depan pintu utama untuk menantikan dokter yang sudah ia telfon sedari tadi. Walaupun Briantara begitu angkuh dan sering marah-marah kepada kedua putra-putrinya itu, tapi masih ada rasa kasih sayang yang begitu dalam untuk putra-putrinya. Sehingga Briantara ikut merasakan khawatir ketika melihat putrinya, Casandra tergeletak dilantai.
"Assalamu'alaikum!" Ucap seorang gadis.
Briantara terkejut dengan kehadiran gadis itu, karena menurutnya gadis yang saat ini berada dihadapannya begitu aneh baginya. Sehingga ia memandangi dari ujung rambut sampai ujung kaki gadis itu. Sampai-sampai ia lupa untuk menjawab salam gadis itu.
"Assalamu'alaikum pak, permisi! Saya mau bertanya." Gadis itu kembali mengucap salam.
"Ah iya, wa'alaikumsalam. Ma'af, kamu siapa?" Tanya Briantara penasaran.
"Ma'af pak, saya Melati. Saya yang melamar kerja menjadi pembantu di rumah bapak." Jawab Melati dengan sopan.
Ya, gadis itu bernama Melati. Yang pernah melamar kerja menjadi seorang pembantu di rumah Briantara. Di mana gadis itu berasal dari kampung.
Belum sempat Briantara membalas ucapan Melati, Briantara kini sudah disibukkan dengan urusan yang lain. Karena dokter yang ia telfon tadi sudah datang.
"E... Kamu, masuk saja dulu. Saya masih ada urusan penting." Ujar Briantara.
Melati menuruti apa yang diperintahkan oleh Briantara. Namun ia tidak berani duduk di sofa yang mewah itu. Sehingga ia tetap berdiri untuk menunggu Briantara menemuinya kembali. Sedangkan Briantara kini masih memgantarkan dokter ke kamar Casandra.
"Dokter, itu putri saya. Tolong periksa dia dengan segera, karena tiba-tiba saja dia sudah tergeletak dilantai." Pinta Briantara.
Dokter itu mengiyakan penjelasan Briantara. Kini dokter itu memeriksa keadaan Casandra yang masih dalam kondisi pingsan.
Beberapa menit kemudian, dokter menjelaskan keadaan Casandra seusai memeriksanya. Dan penuturan dokter tentang keadaan Casandra begitu mengejutkan bagi keluarga Briantara.
"Selamat Tuan-Nyonya, putri anda sedang mengandung trimester pertama. Jadi, mohon dijaga dalam setiap kondisi putri bapak. Dan saya akan memberikan beberapa resep dan vitamin yang harus bapak tebus di apotek nanti." Tutur dokter dengan sangat jelas.
Tak ada satu kata patah pun yang dapat mereka ucapkan. Karena bagi mereka berita itu adalah sebuah petir yang sedang menyambar mereka di pagi ini.
Briantara hanya menganggukkan kepala nya dengan pelan untuk mengiyakan pinta dokter dan sedikit memberikan senyum untuk menutupi rasa amarah yang kini begitu memuncak dalam dirinya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!