Lima bulan Maya lalui tanpa kabar dari Arga, bahkan Maya tak ingin bertemu dengan pria itu lagi, yah setidaknya sampai sakit hatinya hilang.
Pagi itu, Maya dan Aldo akan pergi keluar negri, sebenarnya Rio yang akan pergi, tapi kehamilan Vina sudah besar dan Vina tidak ingin ditinggal, namun meeting diluar negri itu sangat penting dan meeting itu hanya bisa diwakili oleh keluarga asli pemilik kantornya, jadi Maya yang akan kesana ditemani oleh Aldo. Maya kesana juga ingin menenangkan pikirannya, yah dia hanya bisa berharap bayang-bayang Arga akan hilang dari pikiran dan hatinya.
"Kak meetingnya emang jam berapa?" tanya Maya pada Aldo yang duduk disampingnya saat mereka sudah dipesawat.
"Meetingnya besok, jam 10.00 pagi," jawab Aldo dan Maya pun mengangguk.
Entah mengapa Maya merasa mengantuk dan perlahan dia tertidur, namun kepala Maya lama kelamaan jatuh ke bahu Aldo, Aldo sedikit terkejut namun seketika dia tersenyum, lelaki itu pun menyingkirkan rambut Maya yang menutupi wajah cantiknya dan dia menghabiskan waktu menatap wajah gadis itu.
Aldo kembali teringat saat Maya berumur empat tahun dan saat itu dia berumur 17 tahun.
*Flashback on
"Kak Aldo kok selalu pulang malam dan jarang nginap disini lagi?" tanya Maya kecil, Aldo yang baru pulang dari kantor saat itu tersenyum lalu mensejajarkan tingginya dengan Maya.
"Maya, adik cantiknya kak Aldo, kak Aldo sekarang kerja gadis kecil, jadi lebih banyak waktunya di kantor. maaf yah kalau kak Aldo udah nggak temenin Maya main lagi," ucap Aldo lembut.
"Oh gitu, berarti kak Aldo capek ya, kan habis kerja, itu aja banyak keringatnya, Maya ambilin tissu dulu ya," ujar Maya lalu bergegas mengambil tissu dan melap keringat Aldo didahinya. Aldo hanya tersenyum dengan tindakan Maya itu, entah mengapa dia nyaman didekat gadis kecil itu.
Flashback off*.
Sesampainya mereka di Inggris, Aldo dan Maya pun memesan kamar hotel, namun entah disengaja atau tidak kamar hotel itu penuh dan hanya tersisa satu.
"May gimana kalau kita tidur sekamar aja, soalnya kamarnya full dan ini udah mau larut malam, kak Aldo juga udah capek kalau mau cari hotel lain," ucap Aldo. Maya tampak berfikir sejenak, dulu memang biasanya dia tidur dengan Aldo setelah Aldo membacakannya dongeng, tapi itu dulu disaat umurnya masih kecil, namun sekarang Maya sudah dewasa, apa boleh tidur sekamar dengan yang bukan muhrim.
"May, gimana?, kak Aldo nggak bakal ngapa-ngapain sama kamu kok, orang kamu kan tetap akan jadi gadis kecilnya kak Aldo," ucap Aldo dan Maya akhirnya setuju.
Mereka pun masuk kedalam kamar hotel itu, Maya langsung mandi dan ganti pakaian didalam kamar mandi, lalu keluar dan langsung istirahat sebab dirinya sangat lelah.
Saat Aldo keluar kamar mandi, dia tersenyum melihat Maya sudah tidur, dia berjalan kearah Maya dan memperhatikan gadis itu sejenak, lalu pergi kearah sofa kamar itu dan tidur disana.
Esok pun tiba, mereka langsung pergi ke tempat meeting saat jam sudah menunjukkan pukul setengah sembilan, meeting itu berjalan lancar.
"Alhamdulillah ya kak Aldo meetingnya berjalan dengan lancar," ucap Maya.
"Iya May, kak Aldo telfon Rio dulu ya buat ngabarin hasil meeting,"
Setelah mengabarkan Rio, mereka kembali kembali ke hotel dan entah mengapa Maya sedikit merasa aneh setelah meminum air diruang meeting tadi.
Sesampainya dikamar hotel, Maya merasa kepalanya tambah pusing, hampir saja dia terjatuh, untung ada Aldo yang menahannya.
"Kamu kenapa?"
"Kepala aku pusing kak," ucap Maya sambil memegang kepalanya.
"Kamu duduk dulu," ucap Aldo sambil membawa Maya menuju ranjang, tapi kakinya malah tersandung dan mereka berdua terjatuh dalam posisi yang jika orang lain lihat mereka akan salah paham.
Maya semakin dekat kamu dilihat, semakin cantik wajah kamu, batin Aldo.
Diwaktu bersamaan pintu kamar hotel itu terbuka membuat Maya dan Aldo terkejut.
"Tertangkap, kalian mau berbuat mesum di kamar hotel ini kan?!!" ucap orang yang membuka kamar hotel itu, dia tidak sendiri melainkan banyak orang disana dengan pakaian seragam.
Sah
Ucap semua yang menyaksikan pernikahan mendadak itu, sungguh ini seperti mimpi bagi Maya, dia tidak bisa menolak sebab keadaan pun tidak mendukung.
Setelah semua orang pergi, Maya hanya bisa terdiam sambil duduk diatas ranjang dengan berlinang air mata.
"Maya, kakak tidak ingin kamu bersedih seperti ini, kakak janji akan menceraikan kamu setelah kita pulang dari Inggris," ucap Aldo membuat Maya langsung melihat kearah lelaki itu.
"Tidak perlu kak, aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup, kita jalani saja dulu," ujar Maya, lalu wanita itu hendak pergi tidur, namun hpnya berdering, dia melihat siapa yang menelfonnya dan nomor baru yang tertera disana.
"Siapa yang telfon May?" tanya Aldo karena Maya terdiam tak mengangkat hpnya itu.
"Nomor baru kak, sebentar aku angkat dulu," ucap gadis itu lalu mengangkat telfon itu.
Dalam telfon.
"Halo, ini siapa?"
"Maya, ini aku Arga, aku..."
"Buat apa kamu telfon aku?!" ucap Maya dengan nada tegas sambil memotong ucapan Arga.
"Orang yang terlihat baik belum tentu baik, Maya, aku nggak mau kamu terluka, aku..."
"Nggak mau aku terluka!?, kamu yang buat aku terluka Arga. sadar nggak sih kamu!!, Aku nggak pengen kenal sama kamu lagi," ujar Maya.
"Maya, tapi kamu..."
Lagi-lagi ucapan Maya terpotong karena Aldo merampas hp itu dari tangan Maya membuat Maya terkejut, Aldo juga langsung mematikan telfon itu.
"Kakak nggak mau kamu semakin terluka jika masih berhubungan dengannya Maya, ingat dia udah ninggalin kamu, semua ucapannya palsu," ucap Aldo.
"Iya kak Aldo benar, Arga udah berkali-kali nyakitin aku," ucap Maya sambil menghapus air matanya yang tadi terjatuh lalu setelah itu dia pun membaringkan tubuhnya diatas ranjang dan langsung memejamkan matanya.
Kak Aldo nggak akan biarin siapapun rebut kamu dari kakak, Maya, batin Aldo.
Tak terasa mereka sudah tiga hari berada di Inggris, awalnya Maya akan disana selama seminggu. namun dia memilih untuk pulang saja sebab merasa tidak enak jika harus berduaan terus dengan Aldo.
Saat di pesawat, Maya sangat mengantuk, tapi dia tidak mau tertidur dan malah bersandar dibahu Aldo lagi seperti saat mereka berangkat, dia berusaha sekuat mungkin menahan ngantuknya.
"Kalau kamu ngantuk, tidur aja Maya, anggap aja status kita masih kayak dulu," ucap Aldo.
"Tapi kan nggak akan bisa kak, semuanya udah berubah," jawab Maya tanpa melihat kearah Aldo. Entah mengapa bayangan Arga terlintas diotaknya, ini tidak benar karena dia sudah menikah, namun bayangan Arga tidak bisa hilang sebab cinta dihati Maya masih seperti dulu.
Sesampainya dibandara, mereka langsung pulang kerumah, Aldo berniat langsung pergi setelah Maya turun, tapi Maya malah menahannya dan menyuruhnya masuk.
"Kalian udah pulang?" tanya Vina sambil mengelus perutnya yang sudah besar.
"Kok kalian cepat banget pulangnya bukannya kalian satu minggu disana?" tanya Rio yang berjalan dari arah dapur dengan susu ditangannya, dia pun memberikan susu itu kepada Vina dan duduk didekat istrinya itu.
"Aku mau ngomong sesuatu sama kakak dan yang lainnya,"
"Ngomong apa Maya?, kok kamu kelihatan serius banget," ucap Vina.
"Ini emang serius kak, btw kak Rico mana?" tanya Maya.
"Kak Rico dikamarnya, mungkin tidur, emang ada apa?" tanya Rio penasaran, Maya pun melirik kearah Aldo namun Aldo malah melirik kearah lain, dia juga bingung akan berbuat apa.
"Aku..aku.." ucap Maya terbata-bata.
"Aku apa Maya?" tanya Vina penasaran.
"Aku sudah menikah dengan kak Aldo," ujar Maya membuat Vina kaget sehingga susu yang diminumnya tersemprot keluar dari mulutnya, begitupun dengan Rio, dia juga sangat terkejut mendengarnya bahkan dia sampai melototkan matanya.
"Maya jangan bercanda, ini nggak lucu!!" ucap Rio tegas.
"Ini serius kak, bahkan aku nggak pernah seserius ini!!"
"Tunggu dulu!!, dari cerita kalian ini ada yang aneh, perasaan kalau diluar negri jarang deh grebek kamar," ucap Rio setelah Maya menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, sontak kata-kata Rio membuat Maya tersadar bahwa itu semua benar, bahkan betapa bodohnya dia karena tak ada dipikirannya sama sekali tentang hal itu.
"Kak Rio benar, dan Maya juga baru sadar kalau hanya kamar aku yang di grebek mereka, apa ini..."
"Ini jebakan Maya, kamu dan kak Aldo dijebak," ucap Rio memotong ucapan Maya.
"Tapi siapa yang ngelakuinnya mas?, apa saingan bisnis kamu?!" tanya Vina.
"Aku juga nggak tau sayang, tapi kita harus cari tau tentang hal ini," ucap Rio dan langsung mendapat persetujuan dari Vina dan Maya.
"Aku rasa tidak perlu melakukan itu Rio," ucap Aldo.
"Kenapa kak?, apa kakak nggak mau tau siapa orang yang udah jebak kakak dan Maya?" tanya Rio heran.
"Iya kak, aku juga pengen tau siapa orangnya dan kenapa dia melakukan ini," ujar Maya.
"Aku hanya nggak mau memperpanjang masalah, lagi pula biarpun kita tau, semuanya udah terjadi dan nggak akan bisa diulang lagi," ucap Aldo.
"Kak Rico setuju dengan ucapan Aldo, percuma kita tau, toh semuanya juga udah terjadi kan," ujar Rico sambil berjalan menuruni tangga. "Mending sekarang kalian istirahat, bawa Aldo kekamar kamu Maya," lanjut Rico saat sudah sampai didepan mereka.
"Iya kak, ayo kak Aldo," ajak Maya.
Sesampainya mereka dikamar, rasa canggung pun seketika hadir.
"Aku mandi duluan ya kak," ucap Maya lalu masuk kedalam kamar mandi, sedangkan Aldo dia sibuk memperhatikan kamar Maya, tidak ada yang berubah dari kamar itu dan itu membuat Aldo tersenyum.
Saat Maya keluar kamar mandi, dia bertabrakan dengan Aldo yang berjalan mundur sambil melihat kamar Maya, Maya pun terjatuh dengan Aldo diatasnya, pandangan mereka saling bertemu membuat jantung Aldo berdetak lebih cepat dan itu dirasakan Maya.
Kenapa jantung kak Aldo bisa sekencang ini berdetaknya, batin Maya.
"Kak bisa menyingkir dari tubuh aku nggak, maaf, tapi kakak berat," ucap Maya membuat Aldo langsung tersadar dan secepat mungkin berdiri, Maya pun ikut berdiri saat Aldo sudah berdiri.
"Maaf Maya,"
"Iya, nggak papa. Kakak mandi gih, pasti gerah kan," ucap Maya dan Aldo langsung masuk kekamar mandi. Setelah Aldo masuk, Maya langsung duduk di sisi ranjang, pikirannya kembali pada saat dia di grebek di kamar hotel itu.
"Saat itu hanya kamar aku yang di grebek, kepala aku juga pusing sehingga aku tidak terlalu mencerna apa yang terjadi, apa ini memang disengaja sama seseorang, tapi apa alasannya?" gumam Maya, dia akan mencari tau hal ini sendiri tanpa bilang ke siapapun.
Saat Maya hendak keluar dari kamar, hpnya berdering dan masuk sebuah notif pesan.
-Temui aku ditaman biasa, aku akan cerita kan semuanya ke kamu, biarpun terlambat tapi aku harap kamu datang, ingat jangan bilang ke siapapun kalau aku ngajakin kamu ketemuan-
Itu adalah pesan dari nomor tidak dikenal, dan saat Maya mencocokkan nomor yang dipakai Arga menelfonnya tempo lalu ternyata sama.
"Buat apa Arga ngajakin aku ketemuan, dan apa yang akan dia bilang," ujar Maya lalu gadis itu pun bergegas menuju taman tanpa bilang ke siapapun.
Sesampainya ditaman, dia tidak menemui tanda-tanda keberadaan Arga. Maya pun mencari Arga, namun dia malah bertemu dengan dua orang preman.
"Cantik juga lo, temenin kita bentar yah cantik," ucap salah satu diantara mereka membuat Maya takut.
"Pergi kalian atau saya akan teriak,"
"Ayo cantik," ucap dua preman itu secara bersamaan sambil menarik tangan Maya, tapi sesaat kemudian seseorang datang dan menghajar preman itu.
"Kak Aldo!!" ucap Maya, yah orang yang datang itu adalah Aldo. Tidak butuh waktu lama, preman itu pun pergi dengan lari terbirit-birit setelah dihajar Aldo.
"Kak Aldo tau aku ada disini dari mana?" tanya Maya.
"Kakak dengar waktu kamu ngomong sendiri dikamar tentang Arga ngajakin kamu ketemuan. Oh ya dimana Arga sekarang?" ujar Aldo, entah mengapa Maya merasa seperti tertangkap basah ingin bertemu dengan selingkuhannya, jujur dia merasa bersalah kepada Aldo karena biar bagaimana pun Aldo sudah menjadi suaminya.
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!