Nina Syaqila Dimas adalah gadis cantik yang berprofesi sebagai Dokter Kandungan. Putri dari pasangan Arya Dimas dan Mega Lestari ini merupakan anak yang mandiri, meskipun ia anak pemilik Rumah Sakit tempatnya bekerja, tak membuat Nina menjadi sombong, ia ramah dan baik pada semua rekan Dokter maupun suster dan tak sedikit dari mereka yang sangat menyukai Nina karena sifatnya. Arya Dimas merupakan orang tua tunggal dari Nina, istrinya Mega, meninggal saat melahirkan putri mereka, karena rasa cinta pada istrinya, Dimas memilih tidak menikah lagi dan merawat Nina sendiri.
Nina berjalan di lorong Rumah Sakit, ia baru saja selesai melakukan operasi. Ketika berjalan menuju ruangannya, ia melihat sang ayah sedang mengobrol dengan seorang pria, dan sepertinya kalau dilihat dari jas yang digunakannya iya juga berprofesi sebagai Dokter. Nina memperhatikan mereka dari jauh, siapa dia?, bathin Nina. Setelah pria itu pergi, Nina menghampiri sang ayah.
"Hai sayang, sudah selesai operasinya?" tanya Dimas.
"Baru aja Yah, oh ya tadi siapa Yah?" tanya Nina
"Oh, tadi namanya Aldi, dia dokter baru disini, dokter Jantung dan kebetulan dia anak teman kuliah ayah, Om Hendra" jelas Dimas.
"Om Hendra, pemasok obat dan alat medis Rumah Sakit kita?" tanya Nina
"Iya, dia tampan loh, dan sepertinya masih single" ucap Dimas
"Lalu?" tanya Nina heran
"Mungkin kamu akan suka dia, karena ayah lihat dia tipemu sekali" ujar Dimas sedikit menggoda putrinya.
"Ah, ayah ini, sudahlah aku akan kembali ke ruanganku, dah ayah".
"Dah," jawab Dimas.
Nina berjalan menuju ruangannya, tanpa sengaja berpapasan dengan Aldi.
Bukankah, ini pria yang bersama ayah, bathin Nina, ternyata ayah benar dia tampan.
Hari hari berlalu seperti biasanya, hari ini merupakan hari yang melelahkan tapi membahagiakan, Nina baru saja selesai melakukan 3 operasi, dia begitu bahagia ketika melihat kehidupan yang baru terlahir. Dia mengingat cerita ayahnya yang kehilangan bundanya ketika melahirkannya. Sejak itu Nina bercita cita menjadi dokter kandungan.
Nina berjalan menyusuri lorong Rumah Sakit, dan melihat Aldi sedang duduk di taman, tanpa perintah kaki Nina berjalan menghampiri Aldi.
"Emm, hai boleh aku duduk, sapa Nina".
"Tentu, jawab Aldi".
"Kamu dokter baru ya disini?."
"iya".
"Kenalkan aku Nina". Ucap Nina sambil mengulurkan tangannya.
"Aldi" jawab Aldi menerima jabatan tangan Nina kemudian melepaskannya.
"Kamu baru selesai operasi ya?" tanya Nina lagi
"Hm"
Apa aku banyak bicara ya, kenapa dia seperti enggan menjawab pertanyaanku, bathin Nina.
"Ehm, aku pergi dulu, ucap Aldi kemudian melangkah pergi.
Nina hanya memandang kepergian Aldi. Lalu ia juga pergi meninggalkan taman.
*****
Hari hari berjalan begitu cepat, bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Tak terasa 2 tahun sudah ia mengenal Aldi, namun hubungan mereka sama saja, meskipun status mereka sudah berteman namun Aldi tetap seperti biasa, cuek dan tak banyak bicara.
Saat ini mereka berada di kantin Rumah Sakit dan makan siang bersama.
"Al, kamu akan datang ke pernikahan Ririn?, tanya Nina
"Tentu, lagian udah di undang ga enak kalau ga datang, kesannya ga menghargai yang ngundang, jawab Aldi".
"Em, gimana kalau kita bareng aja, aku nebeng mobil kamu, bujuk Nina"
"Ok, kita bareng aja, lagian aku juga ga ada pasangan".
"Kamu jemput kerumah kan?."
"Ya iyalah Nin, apa mau langsung ketemuan di tempat acara?." jawab Aldi dengan nada sedikit kesal.
"Eh, enggak kok, kamu jemput aku di rumah ya".
"Hm" sahut Aldi
Hati Nina berbunga bunga karena bisa pergi berdua dengan pria pujaannya, apalagi pria ini akan menjemputnya ke rumahnya. Nina tak sadar hingga senyum senyum sendiri.
"Nin, kenapa senyum sendiri, cepet habisin makanan kamu, nanti keburu dingin" ucap Aldi.
"Eh, iya iya" jawab Nina malu
Nina tampak mondar mandir di depan lemari, ia bingung harus menggunakan gaun apa, walaupun hanya pergi ke pesta pernikahan temannya, ia tetap ingin tampil cantik didepan Aldi. Nina tak sadar jika sang ayah memperhatikannya sejak tadi.
"Kamu kan cuma mau kondangan, kenapa seperti mau kencan?" tanya sang ayah. Nina seketika menoleh pada Dimas.
"Ayah sejak kapan disitu?"
"Sejak kamu mondar mandir tidak jelas seperti setrikaan" jawab Dimas sambil terkekeh.
"Ih, ayah ini kok ga bersuara kalau udah dari tadi di situ" Nina mengerucutkan bibirnya.
"Hehehe, sepertinya anak ayah sedang jatuh cinta nih?" goda Dimas
Nina tersipu malu
"Apa sih yah, ayah sok tahu deh".
"Anak ayah rupanya sudah besar".
"Ayah ih,.., em.., berhubung ayah sudah disini, aku minta ayah pilihin gaun yang cocok buat aku".
"Kamu pake apa saja tetap cantik kok sayang".
"Ayah ini, mana ada seorang ayah akan bilang anaknya jelek, pokoknya ayah harus pilihin gaun yang bagus" pinta Nina lagi.
Akhirnya Dimas membantu sang putri memilih gaun, pilihannya jatuh pada gaun berwarna navy selutut dengan lengan panjang,
Pukul 7 malam, Aldi sudah datang kerumah Nina, mereka akan pergi ke Pernikahan Ririn, salah satu suster yang bekerja di Rumah Sakit Medika.
"Kamu sudah datang Al?" sapa Dimas
"Iya om" jawab Aldi sembari mencium tangan Dimas
Tak lama Nina turun, Dia terlihat sangat cantik dengan rambut terurai di tambah dengan make up natural. Namun Dimas melihat Aldi hanya bersikap biasa melihat anaknya.
Apa mungkin Aldi sudah punya kekasih, kenapa dia biasa saja melihat Nina, bathin Dimas.
"Ya sudah ayo berangkat, om kami pamit dulu" ucap Aldi.
"Oh, iya hati hati dijalan".
Pukul 19.30 mereka sampai di hotel xx, tempat resepsi pernikahan Ririn. Suasana tampak ramai karena suami Ririn adalah seorang polisi. Terlihat banyak tamu yang hadir, lalu mereka berdua masuk ke dalam gedung.
"Nin, aku mau ambil minum dulu, kamu mau ikut apa tunggu disini?" ucap Aldi.
"Aku mau ke toilet dulu ya Al, nanti aku nyusul kamu kesana" jawab Nina".
"Ok"
Nina berjalan menuju toilet sementara Aldi menuju tempat minuman. Setelah selesai dari toilet Nina berniat menghampiri Aldi, setelah mencari cari, ia melihat Aldi dengan dua orang wanita. Dan sepertinya Aldi mengenal wanita itu.
"Ada apa Al?" tanya Nina yang baru datang
"Ga apa apa kok Nin" jawab Aldi.
"Loh, Dokter Nina disini juga? sapa Fela, pasien Nina
"Oh, Fela, iya. Kamu juga kesini?" tanya Nina
"Iya dok, kebetulan Ririn teman SMA kami" jawab Fela
"Ya udah ayo Al" ajak Nina, Nina menggandeng lengan Aldi hingga mereka duduk di salah satu meja khusus tamu.
"Nin, tangannya" ucap Aldi
Seakan langsung tersadar, Nina langsung melepaskan tangannya.
"Maaf Al"
"Ga apa apa kok".
Mereka menikmati acara itu, namun sedari tadi Aldi terlihat memandang ke arah lain, Nina akhirnya ikut memandang ke arah Aldi.
Bukankah mereka wanita yang tadi, siapa yang Aldi lihat, tidak mungkin Fela, dia kan sedang hamil, atau mungkin wanita satunya lagi, kalau tidak salah dia yang menemani Fela kontrol kemarin namanya siapa ya, ah iya iya namanya Aira, apa Aldi mengenalnya?" bathin Nina.
"Al, kamu kenal wanita tadi?" tanya Nina
" Wanita yang mana?"
"yang hamil itu"
"Enggak kok".
"Kalau ga kenal, kenapa dilihatin dari tadi".
Aldi seperti salah tingkah karena ketahuan melirik wanita itu.
"Enggak kok Nin, emh, kita pulang aja yuk udah malam juga, lagian udah nyalamin mempelai juga" ajak Aldi.
Akhirnya Nina dan Aldi pulang, 30 Menit kemudian mereka sudah sampai dirumah Nina.
"Makasih ya Al,".
"Sama sama".
"Kamu ga mau mampir dulu?."
"Ga usah, lagian juga udah malem, besok aku shif pagi soalnya". jawab Aldi
"Oh, ok kalau gitu"
Nina turun dari mobil Aldi, melihat mobil pria itu sudah menghilang dari pandangannya, ia pun masuk ke dalam rumah.
"Sudah pulang sayang?" sapa Dimas
"Iya yah".
"Aldi ga mampir?".
"Ga yah, besok dia shif pagi katanya" Jawab Nina, "Aku ke kamar dulu ya yah"
"Iya" jawab Dimas.
sepertinya hubungan mereka datar datar saja, aku akan mencoba berbicara dengan Hendra, besok dia kan akan ke Rumah Sakit, mungkin saja dia mau menjodohkan anaknya dengan Nina. Bathin Dimas
Saat ini Dimas tengah duduk dengan Hendra di ruangannya.
"Hen, sekarang putramu sudah menjadi dokter yang hebat" puji Dimas
"Terima kasih Dim, Putrimu juga menjadi dokter yang hebat" ucap Hendra.
Dimas tersenyum
"Hen, aku akan senang sekali jika anakmu menjadi menantuku" ujar Dimas.
"Kenapa mesti anakku Dim, Nina adalah gadis yang cerdas dan cantik aku yakin pasti banyak laki laki yang menyukainya" jawab Hendra.
"Karena sepertinya Putriku menyukai anakmu" ucap Dimas membuat Hendra sedikit terkejut, "bagaimana kalau kita jodohkan saja anak kita?" pinta Dimas
Hendra diam, dia tak langsung menyaut, karena ia tahu jika Aldi sudah mempunyai orang yang di sukai.
"Kenapa diam Hen, apa mungkin Aldi sudah punya calon?" tanya Dimas
"Oh, kalau itu aku kurang tahu, nanti coba aku tanyakan dulu pada putraku" jawab Hendra.
Tanpa mereka sadari dibalik pintu tengah berdiri seorang gadis yang sedang tersenyum, dia bahagia mendengar ayahnya merencanakan perjodohan dengan lelaki pujaannya. Ya siapa lagi kalau bukan Nina. Ia berbalik menuju ruangannya sembari menyunggingkan senyum manisnya.
*******
Sementara di tempat yang berbeda tengah duduk dua orang, yaitu wanita paruh baya bernama Dwi Arini dan putra semata wayangnya Danil Bramasta. Pria selenge'an yang sering bergonta ganti pacar itu sedang bermanja pada sang mama.
"Nil, kapan kamu mau serius dengan perempuan?" tanya Dwi.
"Ma, cari istri bukan seperti cari ikan di kali yang tinggal langsung comot" ucapnya santai.
"aaish, anak ini malah bercanda, mama serius Nil" ujar Dwi gemas.
"Tunggu ya Ma, nanti Danil carikan bidadari dari empang tetangga" jawabnya nyengir.
"Astaga!" ucap Dwi sambil menjitak kepala anaknya yang berada dipangkuannya.
"Ma sakit" rengeknya.
"Biar saja, lagian mana ada bidadari dari empang tetangga, ngasal aja, apa perlu mama jadikan Selly menantu mama?" ancam Dwi.
Danil langsung duduk,
"Ma, kebayang ga wajah anakku kalo aku sama si ulet keket?, amit amit ma" Danil bergidik ngeri. Ya Selly adalah sepupu Danil namun ia tergila gila pada Danil sejak SMA, gayanya yang centil dan kemayu serta make up tebal diwajahnya membuat Danil selalu menghindar.
"Hus, jangan gitu ah" sahut Dwi.
"Ma, aku cuma pengen cari istri yang kayak mama" ucap Danil sungguh sungguh
Dwi tersenyum memang anaknya ini selalu manja ketika bersama, sejak kematian sang suami, Radit Bramasta, Dwi menjadi orang tua tunggal bagi Danil, bahkan ketika orang orang mengatai Danil playboy, Dwi satu satunya orang yang tidak percaya, walaupun anak bandelnya ini sering bergonta ganti pacar namun Danil bukanlah termasuk pria tak bermoral, ia selalu menjunjung tinggi kehormatan wanita.
"Semoga suatu saat nanti kamu bisa menemukan wanita yang kamu impikan nak" ucap Dwi.
"Amin ma" ucap Danil.
Di Rumah Nina
Nina baru saja pulang kerumah, dia melihat sang ayah berada di ruang tengah sedang duduk sembari meminum teh.
"Sore yah" ucap Nina
"Sudah pulang nak?" tanya Dimas. "sepertinya kamu lagi seneng, ada apa?"
"Em, sebenarnya tadi aku mau nemui ayah, tapi ayah lagi ada tamu" jawab Nina.
Dimas tersenyum
"Terus kamu nguping pembicaraan kami?"
"Eh, ga nguping kok yah, cuma ga sengaja denger" bela Nina.
"Sama saja" ujar Dimas. Nina memeluk Dimas
"Terima kasih yah"
"Iya sayang, ayah akan melakukan apapun untuk kamu, asal kamu bahagia, tapi satu yang ayah minta, jika Aldi ternyata sudah punya pilihan lain ayah harap kamu bisa menerimanya" ujar Dimas, karena ketika melihat ekspresi Hendra tadi sepertinya Aldi sudah memiliki calon.
"Iya yah, aku akan terima semua keputusan Aldi dengan lapang dada"
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!