NovelToon NovelToon

[REVISI]Love By Psychopath 2 : Kembalinya Si Psychopath Cinta

CHAPTER 1 •LBP2• : BERKUMPUL KELUARGA

Setelah kejadian itu, Key semakin memperketat penjagaan di sekitarku. Terlebih saat aku di rumah sakit, maupun saat berbelanja. Jujur aku tidak suka dengan Key, meskipun ini untuk aku juga. Bahkan Key mulai melarang ku untuk melanjutkan kuliah di Jakarta, padahal aku sangat sulit untuk masuk ke universitasnya. Belum lagi dia tidak memperbolehkan aku kuliah lagi di Bandung, sungguh kaka yang menyebalkan.

"Ck! Sial...." ucapku sambil cemberut memakan sarapan.

"Apa-apaan wajah kamu itu!" kata Key dengan nada tingginya.

"Key... tidak bisakah kamu membawanya pergi? Kasian dia sudah bosan di rumah," ucap mama membelaku.

"Gak mah! Aku gak mau dia di culik atau sebagainya!" jelas Key dengan nada yang meninggi.

Terus seperti itu. Mama dan papa sebenarnya juga sudah membelaku untuk masuk universitas bagus di Bandung, tapi Key tetap tidak memperbolehkannya.

...FLASHBACK...

"Ma... Kan Dea udah gak boleh lanjutin kuliah di Jakarta, gimana kalo Dea kuliah di sini aja?" kataku di tengah santai keluarga.

"Boleh, kamu bisa masuk I-"

"Gak!" kata Key tiba-tiba memotong pembicaraan mama.

"Tapi Key... Kamu ud-"

"Kamu saat di Jakarta aja di culik Ama Darrel gara-gara ke universitas, itu menandakan kamu belum bisa jaga diri. Belum lagi kamu juga gak mau kan banyak bodyguard buat jaga kamu katanya gak nyaman, jadi tempat yang paling aman adalah rumah!" jelas Key panjang lebar, tanda dia tidak suka.

Aku hanya mengerutkan bibir. Aku tidak suka dengan kakangan Key, apalagi dia mulai bertingkah seperti Darrel.

"Apaan! Pa lihat dia! Katakanlah sesuatu," kata Key mencari dukungan dari papa yang masih diam sambil menyeruput kopi hitam miliknya.

"Bagaimanapun pendidikan adalah hal yang penting," ucap papa dengan tenangnya.

Mataku mulai membuka lebar, aku cukup mempunyai banyak harapan. Sepertinya mama dan papa mendukungku, aku mulai mempunyai harapan baru sekarang.

"Benar-"

"Tidak pokoknya tidak boleh! Aku sudah menuruti keinginannya dulu, dan lihat! Dia bahkan terlihat seperti mayat!!" teriak Key memotong pembicaraanku.

Sambil memelukku kuat, Key juga menunjuk wajahku yang lekat.

"Dea... Dengarkan Kaka sayang kau tertusuk hampir di bagian ginjalmu, kau juga memiliki luka sayat dan gergaji di kedua kakimu, dan kakimu juga terkena air keras yang bahkan perlu berbulan-bulan untuk menyembuhkannya. Belum lagi setiap memar karena ikatan yang terlalu kuat, serta cambukan di seluruh badan bahkan kekerasan seksual... Aku tidak ingin melihat semua itu lagi...." jelas Key sambil memegang pipiku kuat.

Aku belum pernah melihat Key secemas dan sefokus ini. Matanya mulai memerah tanda dia benar-benar peduli. Aku tau apa yang di katakan Key semuanya benar, tapi... Aku masih ingin kuliah. Aku tidak ingin menjadi keluarga Mahesa dengan lulusan SMA saja.

"Key... Darrel di Jakarta dia juga sedang di proses hukum, jadi tidak perlu sekhawatir ini," jelas ku sambil menyingkirkan tangan Darrel dari pipiku.

"Tapi De-"

"Apakah kalian mulai melupakan aku sekarang?" ucap papa mulai marah dengan nada dinginnya.

Kami mulai berhenti bertengkar, dan duduk dengan benar menghadap papa. Papa mulai mengkode mama untuk mengambilkan kopi lagi, sambil menunjuk gelasnya yang sudah kosong.

Mama yang langsung paham akan itu hanya mengambil gelas kosong dari papa, dan mulai berjalan ke dapur.

"Bagaimanapun juga, kalian harus mendengarkan aku dan jangan menyela saat aku belum selesai mengatakannya," jelas papa sambil menyatukan jemarinya.

"Memang pendidikan adalah hal yang sangat penting bagi kemajuan keluarga Mahesa, tapi... Alasan Key lebih kuat darimu Dea. Dia benar kami tidak bisa mengulang kesalahan kami," jelas papa dengan nada datar.

Aku tau semua yang dikatakan papa adalah hal yang terbaik untuk anak-anaknya. Dia memikirkan banyak hal demi aku dan Key, tapi... Kenapa kali ini aku kurang yakin dengan keputusan papa.

"Setidaknya kita bisa homeschooling, meminta dosen untuk privat ke sini," ucap mama tiba-tiba sambil menyodorkan kopi yang dia bawa.

Semuanya berdehem pelan, sambil mengangguk paham. Kami memandang satu sama lain, dan bodohnya kami tidak memikirkan ini sama sekali.

...FLASHBACK END...

CHAPTER 2 •LBP2• : KEMBALINYA SI PSYCHOPATH

Aku masih mengerucutkan bibirku, di tengah sarapan keluarga. Jika mengingat lagi bagaimana Key benar-benar mengkhawatirkan diriku. Aku sangat berterimakasih akan itu, tapi... Aku mulai tidak nyaman dengan perlakuan Key.

Hari ini bahkan aku ingin mengikutinya ke kantor, hanya untuk mencari udara segar.

Pagi ini seperti biasa aku ingin keluar, dari tapi Key tetap tidak mengizinkannya bahkan jika aku mengikutinya ke kantor.

"Ajaklah dia Key," ucap papa tiba-tiba membuatku menatapnya seketika.

"Ayolah pah... ti-"

"Setidaknya kami menurutimu agar tidak membuatnya kuliah," ucap papa tiba-tiba berubah dingin seketika.

Aku mulai membulatkan mata, aku sangat senang hingga tidak bisa lagi berkata. Aku senang kali ini papa juga mendukungku. Seketika aku langsung pergi ke arah papa, memeluknya dari belakang dan mencium pipinya.

"Aku mencintaimu...." ucapku dengan girangnya.

"Ayolah... Aku mulai berfikir ayah akan memberikan aku dan Dea seorang adik baru," ucap Key tiba-tiba di.

Jujur aku sedikit mengerutkan dahi, sedangkan papa dan mama hanya diam.

"Key, bukankah itu ter-"

"Cepatlah atau aku akan meninggalkan mu!" sergah Key tiba-tiba langsung membawaku pergi dari meja makan.

Dalam mobil kami hanya diam. Aku masih memikirkan perkataan Key, apakah papa dan mama akan mengadopsi anak lagi.

"Key... Apakah papa dan mama akan mengadopsi anak lagi?" tanya ku sambil menunduk.

Itu membuat Key menatapku canggung. Tak lama setelah itu Key mulai tersenyum simpul dan memelukku kuat.

"Yang asli maksud bukan itu, melainkan kegiatan olahraga yang akan menghasilkan adik baru," ucap Key dengan girangnya.

Aku langsung menatap Key tidak percaya. Aku mulai menatapnya dengan mata yang sedikit melotot karena kaget. Tak lama setelah itu, pipiku mulai memerah seketika dimana menandakan aku paham apa yang Key katakan.

"Hufy...." helaku saat di ruang Key.

Ternyata sangat membosankan aku harus menunggu Key yang sedang melakukan rapat. Bahkan hampir dua jam aku di sini, tapi tidak mendengar langkah kaki Key kembali.

Tapi sebelumnya aku mulai berfikir untuk pergi ke taman depan kantor papa. Disana terdapat taman yang sangatlah bagus, aku mulai turun ke dan pergi ke taman segera.

Aku duduk di sebuah kursi panjang khas kursi taman. Aku mulai menghela nafas pelan, dan aku mulai menikmati anginnya. Hingga aku melihat sebuah pesan masuk dari ponselku.

Dia bergerak aku merasakannya, ini sangatlah aneh apakah ini baik-baik saja?

Jelas Ellis dalam sebuah pesan singkat. Aku langsung tersenyum simpul, apalagi hubunganku dengan Ellis yang makin baik saja.

^^^Apakaah itu menyenangkan? Andaikan aku juga merasakannya^^^

Balasku terhadap Ellis. Kami mulai berbalas pesan, hingga Ellis menulis suatu hal yang membuatku tambah tersenyum lebar.

Kau boleh mengambilnya saat aku sudah melahirkannya

Sebuah pesan singkat yang membuatku menghela napas perlahan.

Setelah kejadian antara aku, Ellis, dan Darrel hidup kami berubah total. Untung saja orang-orang itu datang di waktu yang tepat, andai saja tidak mungkin aku tidak akan hidup sekarang.

Sesekali aku melihat ponsel, yang tengah aku gunakan untuk berbalas pesan dengan Ellis. Kadang aku tidak menyesal di culik dengan Darrel, setidaknya aku bisa mendapat cerita baru tentang masa laluku, keluargaku, dan alasan Darrel menculikku.

Memang Darrel itu gila, tapi aku juga sedih karena masa lalunya. Terlalu banyak masalah, tekanan, dan siksaan untuk masa kecil Darrel yang membuatnya seperti ini.

Setelah kejadian ini juga, aku balik ke bandung dan menghentikan kuliahku. Aku bahkan keluargaku tidak memperbolehkan aku kuliah di sini. Khusunya si key.

"Tidak pokoknya tidak boleh! Aku sudah menuruti keinginannya dulu, dan lihat! Dia bahkan terlihat seperti mayat!!" teriak key saat papa dan mama juga mencoba membujuk.

"Key...." ucapku lirih sambil mengelus jidat dan tersenyum.

Di tengah senyuman itu, aku juga diam-diam tengah membaca kabar tentang Darrel. Dimana setelah dia di rumah sakit, proses hukum langsung di laksanakan.

Tapi bukan Darrel namanya jika dia tidak memanfaatkan uangnya. Menyewa 10 kuasa hukum yang terkenal, dengan bayaran yang mahal tentunya.

Astaga aku sangat kagum, jika benar-benar Darrel sekaya itu lebih baik memanfaatkan saja uangnya.

Sudah cukup lama aku duduk di kursi taman, tepatnya taman depan perusahaan milik papa.

Setelah melihat sekitar aku juga melihat toko toserba. Menang aku cukup trauma dengan toko itu, tapi... Bukan Dea Mahesa namanya jika aku menyerah dengan traumaku.

Aku menyusuri jalan, dan mulai masuk ke tokonya. Syukurlah cukup banyak orang di sini.

Aku mulai memilah barang yang kiranya aku butuhkan.

...BRUK!...

Saat membayar, tiba-tiba saja ada orang yang membuatku terjauh saat akan membayar.

"Ma-Maafkan aku," ucapnya sambil bergetar ketakutan.

"Tidak apa-apa," ucapku dengan senyuman.

Ayolah dia seorang lelaki yang bahkan takut dengan perempuan. Aku mulai berdiri, menyibakkan pakaianku yang kotor kemudian berjalan ke kasir untuk membayar.

"Berapa?" tanyaku sambil bersiap membuka dompet.

"Percuma..." ucap lelaki dengan nada bass yang aku kenal.

Seketika aku mulai menghentikan kegiatanku mengambil uang, dan menoleh ke arah yang aku kenal.

"Kau tidak pernah berubah ya... De-A" ucapnya kembali dengan seringai lebar.

"DARREL!!!!"

CHAPTER 3 •LBP2• : TERIKAT

Aku mulai tersadar dalam keadaan yang terikat, dengan ruangan gelap. Ups, aku salah maksudnya mungkin mataku yang tertutup saja.

"MAMA!" teriakku karena sadar ini sangat gelap.

Tapi semakin aku berontak, semakin aku ketakutan. Kaki dan tanganku di ikat, yang sepertinya adalah kursi. Tidak ada jawaban atau suara apapun, membuatku hanyut dalam rasa takut.

"Mama! Mama!" teriakku berulang-ulang saat rasa sesak mulai menjalar ke paru-paruku.

"Akh!" teriakku mencoba untuk bernafas sebisaku.

Entak kenapa, aku selalu merasakan sakit yang sepertinya ini jika di keadaan gelap apalagi sunyi.

"Mama! Tolong Dea ma!" teriakku kembali sambil terus memberontak, meski aku tau tidak ada hasilnya.

Aku menangis kuat, saat keadaan masih sunyi seperti sedia kala.

...TAP... TAP... TAP.......

Langkah kaki seseorang yang membuatku mulai mengangkat kepala.

"Siapa!" teriakku dengan nada gemetar.

Tidak ada jawaban, tapi terus terdengar suara langkah kaki yang terus mendekati ku.

"Kumohon! Siapapun! Tolong aku... Terlalu gelap disini aku mohon," ucapku memohon, tapi tetap tidak ada jawaban.

Aku mulai panik, saat suara langkah kaki sudah tidak terdengar lagi. Aku mulai terus berusaha berontak, tapi aku tidak bisa. Tangan dan kakiku benar-benar terikat kuat.

"Apa kau baik-baik saja?" tanya seseorang dengan nada bass yang sangat aku kenal.

"Dar-rel?" ucapku lirih saat mengetahui siapa pemilik langkah kaki tadi.

Tak lama kemudian, dia mulai membuka penutup mataku. Dia tepat berada di depanku dengan seringai lebarnya. Tak lama kemudian dia mulai mengusap pipiku, terus mengusap hingga sampai ke bibiku. Tidak menyia-nyiakannya, Darrel langsung mengecup pelan bibirku.

"Berapa lama aku tidak menyentuhnya, rasanya sama saja," ucap Darrel perlahan, sedangkan aku masih terkejut.

"Bu-Bukankah harusnya kau di penjara!" kataku dengan nada tinggi karena tidak percaya.

Darrel kemudian berdiri, dan pergi dengan tenangnya tanpa menjawab pertanyaan ku. Dilihat lagi dia pergi ke arah dapur, sambil membuat sesuatu minuman.

"Bukankah sungguh ironis, aku hanya mengeluarkan sejumlah uang kemudian aku di bebaskan tanpa adanya hukuman," jelas Darrel sambil meminum minuman yang tadi dia buat.

Aku masih tidak percaya apa yang di katakan Darrel. Dia bebas hanya karena uang? Sungguh keadilan macam apa ini. Tak lama Darrel mulai berjalan kembali di ke arahku, sambil membawa segelas air yang dia minum tadi.

"Kau ingin minum?" tanya Darrel sambil menyodorkan gelas kedepanku.

"Tidak," kataku pelan dengan nada serak karena berteriak.

Tak lama setelah itu, Darrel hanya menghela napas pelan kemudian menaruh gelas di depan mejaku. Aku tidak tau apa yang akan Darrel lakukan, dia hanya membuka kancing baju atasnya perlahan, kemudian menyibakkan rambutnya ke kanan.

"Kau lapar?" tanyanya kembali.

"Aku tidak ingin apapun, lepaskan aku," ucapku tanpa ragu.

Darrel terus seperti itu, dia duduk tanpa menjawab pertanyaan ku. Setelah itu Darrel duduk di sofa, dan memainkan bibir gelas dengan jarinya. Dia terus menatapku kuat, sedangkan aku berusaha agar tidak panik saat melihatnya.

"Kau tau aku tidak akan melakukan itu," ucap Darrel kembali setalah beberapa saat diam.

"Lepaskan aku Darrel, kau tampan, mempunyai tubuh bidang, kaya, kau bisa memiliki banyak wanita tanpa perlu memaksa," jelasku berharap Darrel dapat mengerti.

Darrel hanya tersenyum smrik, dan mulai berjalan ke arahku. Dia berjongkok dan menyejajarkan tubuhnya dengan tubuhku, sambil tangannya mengelus pipiku.

"Lalu bagaimana denganmu? Apakah kau tidak tertarik dengan semua itu?"

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!