NovelToon NovelToon

The Prince Arrogant

PROLOG

McLaren terlahir dari seorang ibu yang bernama Elsa Maritz Veldman dan seorang ayah bangsawan Ingris bernama James Anderson. karena orangtuanya berpisah dari dia kecil, Mac panggilannya harus dibesarkan oleh ibu kandungnya dan ayah tirinya, Edward Gerald Smith.

Mac memilki seorang kakak laki-laki bernama Richard, kakak perempuan bernama Caroline Rhea (Carrie) dan dua adik kembar bernama Amanda dan Agatha.

Setelah dewasa Mac tinggal dengan ayahnya di London.

Karena perpisahan orangtuanya membuat Mac tidak mempercayai pernikahan dan antipati terhadap wanita.

Bagaiman kisah selanjutnya ?

Cerita lengkap kisah orangtua Mac ada di novel "My Secretary"

Notes : Maaf temanya hampir sama dengan karyaku yang lain judul "Terpaksa menikah" cos rencana awal hanya akan mengganti cover ternyata alur dan tokoh tokohnya berbeda, jadi dilanjut saja.

CH-1 The Prince Arogan / No Women in My life

Setelah kelahiran adik ikembarnya Agatha dan Amanda, McLaren melanjutkan studynya di Amerika, dia juga belajar bisnis dengan mengelola perusahaan ayah kandungnya, James Anderson yang berada di Washington DC.

Beberapa tahun berlalu, McLaren tumbuh menjadi putra bangsawan yang tampan dan berkharisma, pendidikan yang cemerlang dengan karir yang sukes, selain itu dia juga pewaris tunggal kekayaan ayahnya dan juga kakeknya.

McLaren memiliki sifat yang berbeda dengan ayahnya. Dia lebih cenderung memiliki sifat seperti Edward, ayah tirinya. Sifatnya yang ambisius, keras hati dan emosional masih melekat dalam dirinya, membuatnya menjadi seorang Prince yang Arogan, semaunya dan tidak mau diatur.

Tapi ada satu sifat yang berbeda dengan Edward maupun James, yaitu pola fikirnya tentang wanita.

Kehidupan rumahtangga orang tuanya yang terpisah ternyata membuatnya beropini sendiri, menjadi tidak menyukai pernikahan, menganggap wanita adalah sumber kehancuran buat pria. Jadi tumbuhlah McLaren menjadi pria yang antipati terhadap wanita dan tidak mempercayai adanya cinta.

Tapi bukan berarti McLaren tidak punya cinta. Dia cinta orang tuanya, Mommynya Elsa, kedua Daddynya James dan Edward, kakak-kakaknya Richard dan Carrie juga adik-adiknya si kembar Agatha dan Amanda, tapi tidak dengan wanita yang dianggapnya akan menghancurkan hidupnya. No Women in mylife.

Alhasil sibuklah seluruh anggota keluarga untuk mencarikan pasangan buat McLaren.

***************

Hari ini adalah hari libur. James sedang ada dirumahnya saat sebuah mobil terparkir dihalaman rumah. Saat mendengar ada suara mobil memasuki halaman, James keluar dari ruang kerjanya. Dilihatnya pria muda tampan yang memiliki tubuh seperti dirinya, tinggi atletis dan gagah turun dari mobil itu, pria muda itu sejenak menatap ayahnya. James tersenyum menyambut kedatangan putranya, McLaren.

“Sayang, kau sudah datang!” serunya, dengan kedua tangan terentang memeluk putranya yang menghampirinya.

“Iya Daddy, bagaimana kabarmu?” tanya Mac juga memeluk ayahnya.

Tidak berapa lama ada sebuah mobil lagi masuk kedalam halaman rumah, membuat James dan Mac melihat kearah mobil itu. Ternyata Carrie keluar dari mobil itu dengan seorang bocah laki-laki berusia lima tahunan.

“Kau baru datang kan?” seru Carrie. Putranya itu berlari menghampiri James yang langsung mengendongnya dan menciumnya.

Carrie dengan perutnya yang mulai terlihat membulat menghampiri mereka.

“Aku tahu kau pulang hari ini, jadi aku buru-buru mampir kesini, Griss juga kangen sama grandfa dan grandma nya. Anak itu padahal aku  dan Julian orangtuanya tapi dia malah lebih dekat pada opa omanya, aku sebagai ibu kandungnya merasa tersinggung,” kata Carrie, tidak berhenti bicara.

“Sayang tidak perlu seperti itu, Griss boleh tinggal dimana saja,” kata James.

“Ya Daddy, untung saja aku sekarang hamil lagi, jadi kalau Griss lama tinggal disini aku tidak akan terlalu kesepian,” kata Carrie.

“Memangnya kau menemuiku mau apa?” tanya Mac dengan ketus.

“Kau ini, tentu saja aku punya banyak referensi foto gadis-gadis buat aku perkenalkan padamu,” jawab Carrie.

Mendengar jawaban kakaknya, Mac tidak menjawab, dia malah masuk kedalam rumah dan mengabaikannya.

“Mac! Mac! Gadis nya cantik,-cantik! Kau kan selama ini sibuk terus, aku mencarikan calon istri buatmu, lihat dulu foto-fotonya!” seru Carrie sambil masuk ke dalam rumah mengejar Mac.

Dari dalam rumah, keluar Pamela yang menatap kedatangan putranya James itu.

“Kau sudah pulang!” kata Pamela pada Mac.

“Iya,” jawab Mac, dan dia langsung masuk ke ruangan lain.

Pamela menoleh kearah Carrie yang mengejar Mac.

“Mac, kau dengarkan dulu aku, lihat foto-fotonya!” kata Carrie.

Mac berbalik lagi keruangan itu, kemudian dia berjalan menaiki tangga.

“Daddy aku pinjam ruang kerjamu!” teriaknya, langkahnya menuju ruangan kerja James dilantai atas.

“Mac, kau pasti akan menyukainya, percayalah! Aku fikir kau akan jadian dengan Sharon, ternyata kalian hanya berteman saja!” ucap Carrie terus mengikuti Mac sambil mulutnya tidak berhenti bicara.

Pamela menoleh pada James yang sedang menggendong Griss, diapun langsung mengambil Griss dari gendongannya James, lalu mereka masuk keruang keluarga.

Mac masuk ke ruang kerja ayahnya, duduk di kursi kerja ayahnya itu.

“Tidak bisakah kau berhenti menawarkan gadis-gadis itu?” ucap Mac.

“Aku kasihan padamu, usiamu sudah cukup untuk menikah kau bahkan tidak mempunyai seorang pacarpun. Hei, tidak bagus begitu,” kata Carrie, berdiri menatap Mac.

“Aku tidak akan menikah,” ucap Mac.

“Jangan seperti itu, kau harus menikah, kau harus merasakan jatuh cinta” kata Carrie.

“Aku tidak mau,” jawab Mac.

“Kau jangan begitu, kau harus segera menikah. Kau lihat perutku?” tanya Carrie sambil memperlihatkan perutnya yang buncit.

“Aku hamil lagi, Griss akan punya adik,” kata Carrie.

“Apa hubungannya?” tanya Mac, diapun beranjak dari kursi itu lalu menuju sofa dan berbaring disana.

“Maksudnya, segera kau menikah dan punya bayi, aku sudah mau dua anakku,” kata Carrie.

“Daripada kau terus mengoceh, lebih baik kalau keluar dari sini, aku mau istirahat,” kata Mac, mencoba memejamkan matanya.

“Mau istirahat disana dikamarmu, bukan disini, apa enaknya tidur di sofa?” ucap Carrie, menatap adiknya itu.

Mac tidak menjawab, dia malah memejamkan matanya, dengan kedua tangan dilipat didadanya.

“Ini lihat foto-fotonya,” kata Carrie, sambil memperlihatkan foto-foto gadis-gadis cantik. Disimpannya diatas meja berjajar.

“Menurutmu kira-kira mana yang kau suka? Ayo lihat!” kata Carrie, masih merapih-rapihkan foto-foto itu.

“Aku bilang tidak mau, ya tidak mau,” kata Mac, sama sekali tidak menoleh.

“Kau ini!” Carrie, berdiri sambil cemberut, kembali menatap adiknya yang mengacuhkannya.

“Aku tidak akan menikah,” ucap Mac, memiringkan tubuhnya membelakangi Carrie, menghadap ke sandaran sofa.

“Tidak menikah bagaimana?” tanya Carrie.

“Kau lihat tidak ada pernikahan yang bahagia, wanita hadir hanya akan menghacurkan kehidupan pria,” kata Mac.

“Mac jangan bicara begitu! Carilah wanita yag mencintaimu maka hidupmu tidak akan hancur, kau akan bahagia bersamanya,” kata Carrie.

Mac tidak menjawab.

Carrie menghela nafas panjang.

“Ya sudah, kau lihat foto-fotonya ya, aku turun dulu. Kalau tidak ada yang kau suka, masih banyak gadis-gadis yang lainnya. Percayalah kau ini tampan, akan banyak gadis-gadis yang menyukaimu,” kata Carrie.

Mac tidak menjawab. Akhirnya Carriepun keluar dari ruang kerja itu, menuju ruang keluarga yang ada dibawah,  wajahnya masih memberengut saja.

“Kau kenapa?” tanya Pamela yang sedang duduk bersama Griss yang memegang mainan.

“Adikku itu susah sekali diberi tahu, gadis-gadis itu sangat cantik, masa dia tidak mau melihatnya,” jawab Carrie sambil duduk di sofa.

“Kau menawarkan lagi gadis-gadis?” tanya James.

“Benar Daddy, apa salahnya dilihat dulu, kalau dia tidak suka, ada banyak gadis-gadis yang lainnya,” jawab Carrie.

James dan Pamela terdiam.

“Pelan-pelan saja nanti juga ada saatnya dia memperkenalkan calon istrinya,” kata James.

“Daddy usianya berapa coba sekarang? Griss saja sudah besar,” kata Carrie.

“Mac itu belum 30 tahun,” kata Pamela.

“Iya sih, tapi mana coba, dia tidak perah terlihat membawa pacarnya, dia hanya berreman dengan Sharon, aku fikir mereka jadian ternyata hanya berteman, sangat aneh dia itu,” ucap Carrie terus saja mengoceh.

James menatapnya, kenapa menantunya itu sangat suka sekali bicara, bicaranya tidak henti-hentinya, rasa-rasanya ibunya tidak seperti itu.

Carrie seperti tahu tatapannya James, diapun menatap mertuanya itu.

“Aku mirip Daddy Edward, Daddy, aku tahu arti tatapanmu,” kata Carrie. Membuat James dan Pamela tertawa.

Carrie menoleh pada putranya yang duduk bersama ibu mertuanya.

“Sayang, malam ini kau akan menginap disini?” tanyanya.

“Iya Mommy, sekolah libur,” jawab Griss, dengan sauranya yang lantang.

“Ya sudah, kau menginap disini, jangan nakal,”kata Carrie, lalu bangun dari duduknya.

“Kalau kau sudah melahirkan, Griss pindah saja sekolahnya disini,” kata Pamela.

“Iya Mommy, aku tahu Griss lebih suka tinggal bersama granfa grandmanya,” jawab Carrie, mengangguk.

“Daddy, Mommy aku pergi dulu, aku mau mampir ke kantornya Julian, aku mau mengajaknya makan siang diluar nanti,” kata Carrie, kemudian.

“Ya,” jawab James.

“Hati-hati dijalan, kau suka ngebut membawa mobilmu, ingat kau sedang hamil,” kata Pamela. Carrie hanya tertawa mendengar perkataan ibu mertuanya.

Carrie menoleh pada putranya.

“Dadah sayang!” Dia melambaikan tangannya pada Griss tapi putranya hanya mengangguk saja tidak menoleh kearahnya.

“Lihatlah, dia selalu mengacuhkanku, dia lebih memilih dengan grandmanya, haaaa,” keluhnya sambil melangkah keluar dari ruangan itu. Mertuanya hanya tersenyum melihat tingkah menantunya.  Bagaimana Griss

tidak dekat dengan kakek neneknya, karena James dan Pamela tidak memiliki keturunan lagi, kasih sayangnya tumpah pada Griss cucu pertama mereka. Membuat Griss sangat dekat pada kakek dan neneknya.

Sambil berjalan menuju mobilnya, Carrie menelpon ibunya.

“Mommy, Mac sudah pulang, baru tiba mungkin nanti akan kerumah Mommy,” ucap Carrie.

“Ya Mommy, aku mau ke kantornya Julian, dah Mommy,” lanjut Carrie, telponpun ditutup lalu dia masuk ke mobilnya ,meninggalkan rumah kediaman keluarga James.

Didalam ruang kerja ayahnya, Mac melihat foto-foto itu satu-satu, tidak ada yang di sukainya, disimpannya foto-foto gadis itu, dia malas dijodohkan jodohkan terus.

Terdengar handphonenya berbunyi. Dilihatnya ternyata Carrie yang menelpon.

“Mac, kau siap-siap ya nanti malam,” kata Carrie, menghentikan dulu mobilnya dipinggir jalan raya.

“Apa yang nanti malam?” tanya Mac.

“Aku membuat janji dengan salah satau adik temannya Julian, dia sangat cantik, nanti ku jemput jam 7 ya, aku sedang dijalan mau kekantornya Julian,” jawab Carrie telponpun ditutup.

Mac memasang wajah masam, kakaknya itu saat dia tinggal di Washington selalu mengiriminya foto-foto gadis-gadis, sekarang dia pulang ke London, semakin menjadi-jadi saja, membuat janjian bertemu dengan gadis-gadis, benar-benar merepotkan dan dia tidak tertarik untuk bertemu gadis manapun.

“Bukankah Mac itu pacaran dengan Sharon?” tanya Pamela pada James.

“Ternyata mereka hanya berteman, Sharon juga kan tinggal di Washington,” jawab James.

Diapun beranjak  meninggalkan ruangan itu menaiki tangga rumahnya masuk keruang kerjanya.

Dilihatnya Mac duduk di sofa, sedang menutup telpon dari Carrie.

James melihat foto-foto yang ada dimeja itu.

“Foto-foto siapa?” tanya James.

“Aku juga tidak tahu, kakakku itu memang kurang kerjaan, menawariku gadis-gadis itu, sekarang membuat janji bertemu tanpa bicara padaku,” jawab Mac, menghempaskan punggungnya ke sandaran sofa.

Jamespun tersenyum. Dia duduk di sofa disebragnya Mac, meraih foto-foto itu dan  melihatnya satu-persatu.

“Mereka cantik cantik, Carrie benar-benar pandai mencarikan calon untukmu,” kata James.

“Cantik darimananya, biasa saja, semua wanita sama saja,” jawab Mac dengan ketus.

Tiba-tiba terdenger handphonenya Mac berbunyi.

“Ya, aku baru tiba,” ucap Mac.

“Apa? Siapa yang akan bertunangan?” tanya Mac.

“Alex bertunangan, tapi dia tidak ingin bertunangan,” jawab suara disebrangnya.

“Kenapa memangnya?” tanya Mac.

“Ceritanya panjang, nanti malam kita kumpul,” jawab suara di sebrang.

Tidak berapa lama telpon ditutup. Tadi Carrie menelponnya kalau dia ada janji dengan gadis adik temannya Julian, sekarang temannya mengajak bertemu, tentu saja memilih bertemu dengan temannya. Lagipula buat apa bertemu dengan gadis itu? Buang-buang waktu saja, keluhnya.

“Ada apa?” tanya James.

“Teman-teman mengajak berkumpul nanti malam,” jawab Mac.

“Temanmu tahu kau  sudah pulang?” tanya James.

“Iya,” jawab Mac.

James menatap putranya yang tampak tidak bersemangat.

“Daddy tidak akan memaksa kau akan menikah kapan,” ucap ayahnya.

Mac menatap ayahnya.

“Hanya saja menurut Daddy tidak ada salahnya kau melihat foto-foto ini, mereka sangat cantik-cantik. Kecuali kalau kau memang punya pacar, kau tinggal bilang pada Carrie kalau kau sudah punya pacar, dan Carrie tidak akan terus terusan menawarkan gadis-gadis itu,” ucap James.

“Aku tidak punya pacar, aku tidak tertarik dengan pacaran,” kata Mac.

“Kalau langsung menikah juga boleh,” goda James sambil tersenyum.

“Apa lagi menikah, tidak, tidak, aku tidak ingin menikah,” ucap Mac, sambil berbaring lagi disofa.

“Tidur saja dikamarmu kalau lelah,”ucap James, diapun berdiri, menatap putranya yang mencoba memejamkan matanya. Kemudian mendekati Mac dan mencium  kening putra satu-satunya itu. Tangan kanannya mengusap bahu Mac dengan pelan. Lalu diapun keluar dari ruangan itu.

*****************

CH-2 No Women in My life (part 2)

Malam itu Mac memilih menemui teman-temannya daripada harus menemui gadis yang dijanjikan oleh Carrie.

Carrie yang sudah berada di sebuah restaurant dengan Julian, teman Julian dan istrinya juga seorang gadis yang akan dikenalkan kepada Mac.

Beberapa kali Carrie menelpon Mac tapi panggilannya tidak diangkat. Dia menelpon ke rumah katanya Mac sudah berangkat, entah berangkat kemana.

“Aku tidak mengerti apa maksud kalian tentang menggagalkan pertunangannya Alex,” kata Mac.

“Aku tidak mau bertunangan,” ucap  Alex.

“Kenapa? Bukannya dia adalah pacarmu?” tanya Mac tidak mengerti.

“Dia memang pacarku, tapi aku masih ingin bebas, aku belum mau terikat,” jawab Alex.

“Jadi kau ingin membatalkan pertunangannya? Ya tinggal bilang saja,” kata Mac.

“Tidak bisa begitu, orangtuaku pasti marah,” ujar Alex dengan wajah yang kusut.

“Jadi rencananya bagaimana?” tanya Simon.

“Kita siapkan obat tidur,”  jawab Jack.

“Obat tidur buat apa?” tanya Mac tidak mengerti.

“Kita jebak satu orang gadis supaya minum obat tidur itu,” jawab Jefry.

“Kalian jangan seperti itu. Aku memang benci wanita tapi aku tidak jahat pada wanita,” kata Mac.

“Gadis itu tidak akan diapa-apakan, hanya pura-pura saja tidur dengannya,” kata Alex.

“Kalian ini, cari wanita bayaran saja,” kata Simon..

Selanjutnya Mac tidak mengdengarkan apa rencana temannya itu. Dia beranjak dari duduknya pergi ke toilet. Tapi saat akan ke toilet, dia  bertemu dengan kakaknya, Carrie yang baru keluar dari toilet.

“Mac! Kami sudah menunggumu dari tadi!” kata Carrie.

“Apa sih?”tanya Mac.

“Ayo!” ajak Carrie, dia langsung menarik tangan Mac menuju meja tempatnya berkumpul dengan Julian dan lainnya.

“Maaf adikku terlambat,” kata Carrie, tersenyum pada temannya Julian.

“Mac! Duduklah!” seru Julian, menunjuk kursi yang ada didekatnya. Dengan berat hari Mac duduk dikursi itu, itu juga dengan tangan Carrie yang menarik nariknya supaya duduk.

Wajah Mac langsung cemberut. Tapi tidak dengan ketiga tamu yang di depannya. Sepasang pria wanita dan seorang gadis cantik ada disana.

Gadis itu tampak langsung tersenyum saat melihat kedatangan Mac tadi. Siapa yang tidak ingin berkenalan dengan pria setampan Mac, meskipun pria itu terlihat sangat jutek, tapi itulah daya tariknya.

“Mac, ini temannya Julian, Paul dan istrinya Dona dan ini adiknya Clara,” kata Carrie memperkenalkan mereka. Mac hanya diam saja, dia melihat gadis itu yang senyum senyum saja membuatnya langsung ilfeel, kenapa dimatanya semua gadis itu genit-genit?

“Mac ayo bicara!’ Carrie, menepuk kakinya Mac.

“Hai!” sapa Mac dengan malas.

“Halo! Senang bertemu denganmu,” kata Paul.

“Halo!” jawab Mac.

Tiba-tiba Mac berdiri. Carrie menarik tanganya supaya duduk. Mac duduk lagi.

“Maaf, adikku memang suka grogi kalau ada gadis cantik,” kata Carrie, merasa tidak nyaman dengan sikapnya Mac.

“Oh tidak apa-apa wajar, aku juga saat pertama bertemu dengan Paul sangat gugup,” ucap Dona, sambil tersenyum manis.

Meskipun dia bisa melihat sikap tidak sopannya Mac tapi memikirkan Mac itu siapa, dia memaafkanya semua itu.

“Maaf aku mau ke toilet,” kata Mac sambil berdiri.

“Dan satu lagi maaf, aku sudah punya pacar,” ucap Mac lagi membuat semua orang terkejut, apalagi Carrie dia sampai membelalakkan matanya mendengar adiknya bicara begitu.

Macpun langsung meninggalkan meja itu. Gadis tadi yang sudah senyum-senyum saja langsung cemberut dan kecewa. Carrie bangun dari duduknya dan belari mengejar Mac.

“Mac tunggu!” teriaknya. Mac menghentikan langkahnya saat meraka berada dilorong menuju toilet.

“Kenapa kau bersikap tidak sopan?” tanya Carrie.

“Aku tidak suka dijodohkan begini,” jawab Mac.

“Ya tidak ada salahnya, duduk sebentar, mengobrol sebentar saja,” kata Carrie.

“Itu buang-buang waktu saja,” kata Mac kembali meninggalkannya.

“Sepertinya kau memang harus dipaksa menikah, kalau tidak kau tidak akan menikah-menikah kalau begini terus,” gerutu Carrie.

“Jangan sesekali memaksaku menikah!” teriak Mac diapun segara masuk toilet pria.

Kakaknya hanya menatap kepergian Mac dan kembali kemejanya. Dia tidak habis fikir kenapa Mac sejudes itu pada gadis-gadis? Melihat gadis-gadis itu seperti musuhnya saja.

Sepulang berkumpul dengan teman-temannya, Mac pulang kerumah ibunya.

Elsa terkejut saat tiba-tiba pria itu masuk keruang keluarga.

“Sayang, kau datang!” serunya, dan langsung menghampiri. Ditatapnya wajah pria tampan itu, memegang kedua pipinya.

“Kau terlihat lebih dewasa sekarang,” ucapnya kemudian memeluknya. Mac membalas pelukan ibunya.

“Aku rindu Masakan Mommy,” ucap Mac.

“Seharusnya kau menelpon dulu kalau mau kesini, nanti Mommy masak yang banyak untukmu,” kata Elsa, mengusap-usap pipi putranya yang lebih tinggi darinya.

“Kau sudah datang nak!” terdengar suara Edward yang tadi duduk bersama istrinya, dia menghampiri Mac dan menatapnya.

“Apa kabarmu Daddy?” tanya Mac.

“Tentu saja baik, kau sendiri bagaimana? Kau akan pindah ke London?” tanya Edward.

“Sepertinya begitu,” jawab Mac merekapun berpelukan.

“Ayo duduklah,” ajak Edward, merangkul AMc menuju sofa diruang keluarga itu.

“Mana Agatha, Amanda?” tanya Mac.

“Mereka sudah tidur,” jawab Elsa.

“Katakan bagaimana pekerjaanmu di Washington?” tanya Edward, menepuk bahu Mac yang duduk disebelahnya.

“Sayang, dia baru datang, bisakah tidak membicarakan pekerjaan?” kata Elsa.

“Memangnya selain pekerjaan aku harus bertanya apa?” tanya Edward, bingung.

Elsa menoleh kearah Mac.

“Apa kau sudah punya pacar sekarang?” tanya ibunya. Mac langsung saja memberengut mendengar perkataan ibunya itu.

“Apa tidak ada pertanyaan lain Mommy? Aku tidak suka ditanya begitu,” kata Mac.

“Tuh, kan dia lebih suka bicara pekerjaan, jadi bagaimana pekerjaanmu?” ujar Edward.

Elsa jadi cemberut, kenapa pria membicarakan pekerjaan terus?

“Mac kan sudah waktunya menikah,” kata Elsa.

“Aku belum mau menikah Mommy,” jawab Mac. Membuat Elsa dan Edward menatapnya.

Mac duduk menyandarkan punggungnya.

“Kau belum punya pasangan?“ tanya Elsa.

“Sepertinya aku tidak akan menikah,” jawab Mac.

“Kenapa kau berfikir Begitu? Kau tidak mungkin sendiri seumur hidupmu, kau harus menikah,” kata Elsa.

“Orang-orang juga banyak yang tidak menikah,” jawab Mac.

“Tapi itu tidak bagus sayang,” kata Elsa. Hatinya jadi merasa khawatir dengan sikap Mac itu.

“Bagaimana kalau kau Daddy kenalkan dengan putri-putrinya teman Daddy?” usul Edward.

“Tidak Daddy, di ruang kerja Daddy James juga sudah banyak foto-foto yang diberikan Carrie untukku,” kata Mac.

“Jadi ada wanita yang kau suka?” tanya Elsa sambil tersenyum.

“Tidak ada!” jawab Mac. Membuat Elsa bengong.

“Ya biarkan saja Honey, dia bebas memilih apa yang terbaik buat dia,” kata Edward.

“Tapi kalau tidak menikah, itu tidak bagus nak,” ucap Elsa, menatap Mac.

Mac tidak  bicara lagi, matanya beralih ke televise.

“Putri-putrinya teman Mommy juga cantik-cantik, mau ya dikenalkan,” bujuk Elsa.

“Tidak Mommy, aku malas berkenalan dengan gadis-gadis,” jawab Mac, tanpa menoleh pada ibunya. Elsapun kembali terdiam. Kenapa putranya itu  tidak ingin menikah? Apakah dia trauma dengan pernikahan orangtuanya? Hatinya jadi merasa bersalah.

Tidak berapa lama ada suara mobil masuk kehalaman.

“Siapa lagi itu?” gumam Elsa. Tapi dia tidak beranjak. Tidak berapa lama dia tahu siapa yang datang, Carrie dan Julian.

“Ternyata kau ada disini,” kata Carrie menatap adiknya.

“Ada apa?” tanya Elsa.

“Dia membuatku malu, aku janjian dengan temannya Julian mau memperkenalkannya dengan adiknya, dia tidak datang-datang, sudah datang, malah pergi, bahkan tidak mau duduk,” keluh Carrie sambil duduk disofa disamping ibunya. Sedangkan Julian duduk disofa yang lainnya.

“Aku sudah bilang aku tidak mau dijodoh-jodohkan,” kata Mac.

“Ya kalau tidak mau dijodoh-jodohkan, kau bawa calonmu kesini, aku juga akan berhenti mencarikan jodoh buatmu,” ujar Carrie.

“Aku kan sudah bilang aku tidak punya pacar,” jawab Mac.

“Kau ini, masa kau tidak akan menikah? Itu tidak bagus Mac,” kata Carrie.

Mac tidak menjawab, dia mencondongkan tubuhnya ketubuh  Edward.

“Acaranya tidak seru Daddy, pindahkan yang lain,” ucapnya.

Semua mata menatapnya, tidak ada yang bicara. Mereka bingung dengan sikap Mac yang antipati pada wanita. Tidak seorang wanitapun yang dia bawa ke rumah sampai detik ini,  bahkan dengan Sharon pun hanya

berteman. Sikapnya membuat keluarganya resah. Apa yang harus mereka lakukan supaya Mac mau menikah?

“Sepertinya kau harus dipaksa menikah!” Tiba-tiba Carrie bicara lagi.

“Mommy! Daddy! nikahkan Mac dengan siapa saja, asal menikah,” usul Carrie. Mac langung menoleh kearah kakak nya

“Kau ini bicara apa? Jangan bikin masalah! Aku tidak mau menikah paksa!” seru Mac dengan kesal.

“Biarkan saja, kalau tidak dipaksa, dia tidak akan menikah menikah,” kata Carrie.

“Kenapa kau ikut campur urusanku?” teriak Mac dengan kesal.

“Tentu saja karena aku sayang padamu,” kata Carrie. Akhirnya Mac diam.

“Sudahlah kalian jangan bertengkar!” potong Elsa.

Carrie menoleh pada ibunya lalu pada ayahnya.

“Daddy, aku sudah memberinya banyak foto gadis-gadis, tidak ada satupun yang menarik buatnya, aku harus mencari gadis yang gimana lagi?” keluh Carrie.

“Kau tidak perlu cape-cape mencarikan aku gadis, aku tidak mau!” kata Mac.

“Kalau begitu Mommy dan Daddy yang akan menikahkanmu dengan gadis pilihan Mommy dan Daddy!” kata Carrie.

“Tidak mau! Aku tidak mau!” teriak Mac.

“Sudahlah jangan bertengkar!” kata Elsa.

Mac bangun dari duduknya.

“Kau buang-buang waktumu saja,” kata Mac pada Carrie, lalu bangun dari duduknya dan pergi keruangan lain, Elsa menoleh pada Carrie.

“Sudah tidak apa-apa, mungkin Mac masih butuh waktu,” kata Elsa pada Carrie.

“Waktu buat apa? Lama-lama dia tua Mommy, kalau tidak dijodoh jodohkan dia selamanya tidak akan menikah, lihat sikapnya itu, dia sepertinya tidak mempercayai pernikahan,” ucap Carrie.

“Sudahlah, nanti Mommy yang akan bicara dengan Mac,” kata Elsa.

Diapun bangun dari duduknya, dia mencari Mac ke kamarnya dan mendorong pintu itu dengan pelan. Ternyata putranya ada dikamarnya sedang berbaring.

“Sayang, kau akan beristirahat?” tanyanya. Mac tidak menjawab.

Elsa mengambil selimut dan menyelimuti tubuhnya Mac, meskipun putranya sudah dewasa, tetap saja baginya putranya adalah anak kecilnya.

Diapun duduk disamping tubuhnya Mac, menatap wajah yang mirip dengan ayahnya itu.

“Bagaimana kabarmu di Washington? Kau lama sekali tidak pulang-pulang kau sangat sibuk bekerja,” ucap Elsa, tangannya menyentuh kaki putranya yang berselimut.

“Semua baik-baik saja, Mommy, “ jawab Mac, dia bangun dari tidurnya, duduk menghadap ibunya.

“Kalau Mommy boleh tahu, kenapa kau tidak ingin menikah?” tanya Elsa menatap putranya.

“Tidak apa-apa Mommy,” jawab Mac.

“Bicaralah,” ucap Elsa. Mac masih tidak menjawab.

“Kau kecewa dengan pernikahan Mommy dan Daddymu?” tanya Elsa. Mac tidak menjawab.

“Sayang, jangan melihat sesuatu yang buruk dan kau trauma karenanya. Tidak semua pernikahan itu berantakan, banyak yang pernikahannya harmonis, “ kata ibunya.

“Masalahnya aku tidak percaya wanita Mommy, wanita sosok yang akan menghancurkan pria suatu saat nanti,” kata Mac. Membuat Elsa tertawa.

“Tidak semua wanita seperti itu. Carilah wanita yang baik yang akan mendampingimu,” ucap Elsa.

“Tapi aku malas Mommy,” jawab Mac.

“Kalau kau malas, artinya kau harus mau keluargamu mencarikan jodoh untukmu, kau bisa melihat gadis itu, menilainya suka atau tidak, dia baik atau tidak,nanti keputusan ada di tanganmu,” saran Elsa.

“Maaf Mommy aku tidak bisa,” jawab Mac lalu berbaring lagi.

Elsa tidak bicara apa-apa lagi, diapun menyelimuti lagi putranya.

“Ya sudah , tidurlah, Mommy sangat merindukanmu, besok Mommy akan masak yang banyak buatmu,” kata Elsa.

“Iya Mommy, I Love U Mommy,” jawab Mac, sambil merubah pisisi tidurnya dan memejamkan matanya.

Elsapun akhirnya keluar dari kamar itu.

****************

Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!

Download Novel PDF
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!